Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENGUJIAN SUBTANTIF TERHADAP KAS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengauditan 2

DOSEN PENGAMPU :

Hetty Muniroh, SE., M.Si.

OLEH :

1. Nurul Khoiriyah 19030012


2. Ana Nur Setyaningsih 19030016
3. Bayu Prasetyo 19030013

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YPPI REMBANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul "Pengujian Subtantif Terhadap Kas ".

Shalawat serta salam senantiasa kami ucapkan kepada junjungan kita


Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya kelak di
yaumul qiyamah.

Ungkapan rasa terimakasih tidak lupa kami sampaikan kepada semua


yang telah memberikan dukungan serta arahan atas terselesaikannya makalah ini, .
Terkait dengan referensi dan penulisan makalah ini, kemungkinan saja ada
kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan. Kiranya cukup sekian, semoga makalah ini
dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Rembang, Oktober

Penyusun

[ii]
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengujian Subtantif Terhadap Kas


a) Pengertian Kas..........................................................................3
b) Tujuan Pengujian Subtantif Terhadap Kas...............................3
c) Prosedur Pengujian Subtantif Terhadap Kas............................7
B. Kertas Kerja Tahun Lalu.....................................................................12
C. Kertas Kerja Pengujian Kas Tahun Ini/ Tahun Berjalan.....................13
D. Program Pemeriksaan Kas di Arsip Permanen
a) Proses Pemeriksaan...................................................................13
b) Kertas Kerja Pemeriksaan ........................................................15

BAB III : PENUTUP

A. KESIMPULAN......................................................................................29
B. SARAN....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................21

[iii]
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kas merupakan suatu alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran dalam
akuntansi. Dalam neraca, kas merupakan aktiva yang paling lancar, dalam arti
paling sering berubah. Hampir pada setiap transaksi dengan pihak luar selalu
mempengaruhi kas.

Kas yang dicantumkan di neraca terdiri dari 2 unsur, yaitu: kas di tangan
perusahaan dan kas di bank. Dalam pemeriksaan terhadap kas, auditor
memperhatikan overstatement terhadap nilai kas. Cara auditor mendeteksi atau
memverifikasi kas adalah dengan memperhatikan penerimaan kas yang
understatement dan pengeluaran kas yang overstatement.

Pengendalian utama yang mempengaruhi langsung audit kas adalah pembuatan


rekonsiliasi bank bulanan oleh karyawan klien yang terpisah dari fungsi
penanganan dan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas. Rekonsiliasi bank
tersebut memastikan bahwa saldo per buku klien mencerminkan jumlah yang
sama dengan saldo bank setelah unsur-unsur yang direkonsiliasi dimasukkan.
Pengendalian dapat lebih baik ditingkatkan jika fungsi independen seperti auditor
internal mereview rekonsiliasi bank.

Prosedur pengujian substantive terhadap kas antara lain: prosedur audit awal,
prosedur analitik, pengujian terhadap transaksi rinci, pengujian terhadap akun
rinci, dan verifikasi penyajian kas di neraca.

Kertas kerja pemeriksaan tahun lalu merupakan sumber terpenting dalam


menyelesaikan audit tahun berjalan. Kertas kerja pemeriksaan tahun lalu
merupakan panduan awal anda memiliki audit.

Kertas kerja pengujian kas tahun ini /tahun berjalan merupakan suatu audit
untuk memulai pemeriksaan persiapan kertas kerja pemeriksaan tahun berjalan

[1]
pada buku, secara umum setiap kertas kerja pemeriksaan harus didukung oleh
standart yang memperlihatkan hubungan dengan bukti pemeriksaan.

Isi dan Pengoperasian Kertas Kerja Pemeriksaan ada 2 yaiutu : berkas


permanen(permanent file) dan berkas tahun berjalan (current file). Berkas
permanen(permanent file) adalah bukti bukti atau dokumen dokumen yang
dikumpulkan pada saat pertama kali penugasan audit dimulai serta akan detelaah
dan disimpan untuk dipakai tahun tahun berikutnya. Berkas tahun berjalan
(current file) adalah berkas kertas kerja yang berisi data yang diperoleh auditor
hanya berkaitan untuk tahun tahun berjalan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan dan prosedur pengujian subtantif terhadap kas?
2. Apa yang dimaksud kertas kerja tahun lalu?
3. Apa yang dimaksud kertas kerja pengujian kas tahun ini/tahun berjalan?
4. Bagaimana program pemeriksaan kas di arsip permanen?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui tujuan dan prosedur pengujian subtantif terhadap kas.
2. Mengetahui maksud kertas kerja tahun lalu.
3. Mengetahui maksud kertas kerja pengujian kas tahun ini/tahun berjalan.
4. Mengetahui program pemeriksaan kas di arsip permanen.

[2]
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGUJIAN SUBTANTIF TERHADAP KAS


a) Pengertian
Kas merupakan suatu alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran
dalam akuntansi. Dalam neraca, kas merupakan aktiva yang paling lancar,
dalam arti paling sering berubah. Hampir pada setiap transaksi dengan pihak
luar selalu mempengaruhi kas.

Kas yang dicantumkan di neraca terdiri dari 2 unsur, yaitu:

1. Kas di tangan perusahaan, yang terdiri dari:


 Penerimaan kas yang belum disetor ke bank, yang berupa uang
tunai, pos wesel, certified check, cashier’ check, cek pribadi, dan
bank draft.
 Saldo dana kas kecil, yang berupa uang tunai yang ada di tangan
pemegang dana kas kecil.
2. Kas di bank, yang berupa simpanan di bank berbentuk rekening giro.

Dalam pemeriksaan terhadap kas, auditor memperhatikan overstatement


terhadap nilai kas. Cara auditor mendeteksi atau memverifikasi kas adalah dengan
memperhatikan penerimaan kas yang understatement dan pengeluaran kas yang
overstatement. Pemeriksaan terhadap kas penting karena:

 Mayoritas transaksi perusahaan mengangkat rekening kas.


 Kas merupakan sumber aturan dalam transaksi penggelapan.
 Kesalahan rekening kas menunjukkan kesalahan rekening lain.

b) Tujuan pengujian substantif terhadap kas:


1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan kas.

[3]
Sebelum auditor melakukan pengujian kewajaran saldo kas yang
dicantumkan di neraca dan mutasinya selama tahun yang diaudit, ia harus
memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan catatan
akuntansi yang mendukung informasi saldo dan mutasi kas tersebut. Untuk
itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo kas yang dicantumkan di
neraca dengan akun kas yang bersangkutan di dalam buku besar.

2. Membuktikan keberadaan kas dan keterjadian transaksi yang berkaitan


dengan kas yang dicantumkan di neraca.

Dalam hubungannya dengan pengujian substantive terhadap kas,


pengujian diarahkan untuk mencapai salah satu tujuannya yaitu
membuktikan keberadaan kas yang dicantumkan di neraca dan keterjadian
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dalam tahun yang diaudit.
Untuk membuktikan asersi tersebut, auditor melakukan berbagai pengujian
substantif berikut ini:

a. Pengujian analitik.
b. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan
penerimaan dan pengeluaran kas.
c. Penghitungan terhadap kas di tangan pada tanggal neraca.
d. Rekonsiliasi catatan kas dengan rekening koran bank.
e. Konfirmasi kas di bank.
3. Membuktikan asersi kelengkapan kas yang dicantumkan di neraca.

Untuk membuktikan bahwa kas yang dicantumkan di neraca mencakup


semua kas klien pada tangal neraca dan mencakup semua transaksi yang
berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas dalam tahun yang
diaudit, auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini:

a. Pengujian analitik.
b. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan
penerimaan dan pengeluaran kas.
c. Penghitungan terhadap kas di tangan pada tanggal neraca.

[4]
d. Rekonsiliasi catatan kas dengan rekening koran bank.
e. Konfirmasi kas di bank.
4. Membuktikan hak kepemilikan klien atas kas yang dicantumkan di neraca.

Untuk membuktikan hak kepemilikan klien atas kas yang dicantumkan


di neraca, auditor melakukan pengujian substantive berikut ini:

a. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan


penerimaan dan pengeluaran kas.
b. Penghitungan kas di tangan pada tanggal neraca.
c. Konfirmasi kas di bank.
5. Membuktikan asersi penilaian kas yang dicantumkan di neraca.

Untuk membuktikan kewajaran penentuan jumlah kas yang


dicantumkan di neraca, auditor melakukan pengujian substantif berikut ini:

a. Prosedur audit awal.


b. Pengujian analitik.
c. Pemeriksanaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan
penerimaan dan pengeluaran kas.
d. Penghitungan kas yang ada di tangan pada tangal neraca.
e. Konfirmasi kas di bank.
6. Untuk memeriksa apakah terdapat pengendalian intern yang cukup baik
atas kas dan bank serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas.
Jika auditor dapat meyakinkan dirinya bahwa pengendalian intern atas
kas dan bank serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank
berjalan efektif, maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan pengujian
substantif dapat dipersempit. Ciri-ciri pengendalian intern yang baik atas
kas adalah:
a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang menerima
dan mengeluaran kas dengan yang melakukan pencatatan, memberikan
otorisasi atas pengeluaran dan penerimaan kas.

[5]
b. Pegawai yang membuat rekonsiliasi bank harus lain dari pegawai yang
mengerjakan buku bank. Rekonsiliasi bank dibuat setiap bulan dan
haruas ditelaah oleh kepala bagian akuntansi.
c. Digunakannya sistem dana tetap untuk mengelola kas kecil.
d. Penerimaan kas, cek dan giro harus disetor ke bank dalam jumlah
seutuhnya paling lambat keesokan harinya.
e. Uang kas harus disimpan di tempat yang aman, misalnya di cash box,
brankas atau di bank.
f. Uang kas harus dikelola dengan baik, dalam arti jangan dibiarkan
menganggur atau terlalu banyak disimpan di rekening giro, karena
tidak memberikan hasil yang optimal.
g. Blanko cek dan giro harus disimpan di tempat yang aman supaya tidak
disalahgunakan, selain itu harus dihindari penandatanganan cek dalam
bentuk blanko. Pada saat penandatanganan cek, harus dilampirkan
bukti-bukti pendukung yang lengkap.
h. Sebaiknya cek dan giro ditulis atas nama dan cek/giro ditandatangani
oleh 2 orang untuk menghindari penyalahgunaan.
i. Sebaiknya kasir diasuransikan atau diminta menyerahkan uang
jaminan, untuk back up seandainya terjadi kehilangan uang atau
kecurangan yang dilakukan oleh kasir.
j. Digunakannya kwitansi yang bernomor urut cetak.
k. Bukti pendukung dari pengeluaran kas yang sudah dibayar harus
distempel lunas, untuk menghindari kemungkinan untuk dip roses
pembayarannya dua kali.
7. Untuk memeriksa seandainya ada saldo kas/bank dalam valuta asing,
apakah saldo tersebut sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan
menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca dan apakah
selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan ke rugi laba
tahun berjalan.
8. Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan kas di neraca sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

[6]
Menurut SAK:

a. Kas dan bank disajikan di neraca sebagai aktiva lancer.


b. Kas dan bank yang penggunaannya dibatasi dapat dimasukkan dalam
aktiva lancer hanya jika pembatasannya tersebut dilakukan untuk
menyisihkan dana untuk melunasi kewajiban jangka pendek atau jika
pembatasan tersebut hanya berlaku selama satu tahun.
c. Saldo kredit pada bank disajikan pada kelompok kewajiban sebagai
kewajiban jangka pendek. Saldo kredit dan debit rekening giro pada
bank yang sama dapat digabungkan dan disajikan pada neraca sebagai
satu kesatuan.

Pengendalian utama yang mempengaruhi langsung audit kas adalah


pembuatan rekonsiliasi bank bulanan oleh karyawan klien yang terpisah dari
fungsi penanganan dan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas. Rekonsiliasi
bank tersebut memastikan bahwa saldo per buku klien mencerminkan jumlah
yang sama dengan saldo bank setelah unsur-unsur yang direkonsiliasi
dimasukkan. Pengendalian dapat lebih baik ditingkatkan jika fungsi independen
seperti auditor internal mereview rekonsiliasi bank.

Untuk mengaudit akun kas, auditor harus mendapatkan dokumen-dokumen


berikut ini :

 Salinan rekonsiliasi bank.


 Bentuk standar untuk mengonfirmasi informasi saldo akun pada lembaga
keuangan.
 Pisah batas rekening koran.
·
c) Prosedur pengujian substantive terhadap kas sebagai berikut:
1. Prosedur Audit Awal
a) Usut saldo kas yang tercantum di neraca ke saldo akun kas yang
bersangkutan di dalam buku besar. Untuk memperoleh keyakinan
bahwa saldo kas yang tercantum di neraca didukung dengan catatan

[7]
akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran mekanisme pencatatannya,
maka saldo kas yang tercantum di neraca diusut kea kun buku besar
kas, kas dalam perjalanan, dan dana kas kecil.
b) Hitung kembali saldo akun kas di dalam buku besar. Untuk
memperoleh keyakinan mengenai ketelitian penghitungan saldo akun
kas, auditor menghitung kembali saldo kas dengan cara menambah
saldo awal dengan jumlah pendebitan dan menguranginya dengan
jumlah pengkreditan.
c) Usut saldo awal akun kas ke kertas kerja tahun yang lalu. Kertas kerja
tahun lalu dapat menyediakan informasi tentang berbagai koreksi yang
diajukan oleh auditor dalam audit tahun yang lalu, sehingga auditor
dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh klien dalam
menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor.
d) Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun kas. Ketidakberesan dalam transaksi penerimaan
dan pengeluaran kas dapat ditemukan melalui review atas mutasi luar
biasa, baik dalam jumlah maupun sumber posting dalam akun kas.
e) Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun kas ke dalam jurnal
penerimaan dan pengeluaran kas. Pendebitan di dalam akun kas diusut
ke jurnal penerimaan kas dan pengkreditan kas diusut ke jurnal
pengeluaran kas untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi
penambahan dan pengurangan kas berasal dari jurnal.
2. Prosedur Analitik.
a) Melakukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang berkaitan dengan
kas yang membantu auditor dalam mengungkapkan peristiwa atau
transaksi yang tidak biasa, perubahan usaha, perubahan akuntansi,
fluktuasi acak, dan salah saji.
b) Melakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang
didasarkan pada data masa lalu, data industry, jumlah yang
dianggarkan, atau data lain.

[8]
c) Membandingkan saldo kas dengan jumlah yang dianggarkan atau saldo
kas akhir tahun yang lalu.
3. Pengujian Terhadap Transaksi Rinci
a) Melakukan verifikasi pisah batas transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas. Verifikasi pisah batas dimaksudkan untuk
membuktikan apakah klien menggunakan pisah batas yang konsisten
dalam memperhitungkan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas
yang termasuk dalam tahun yang diperiksa dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
b) Buatlah rekonsiliasi saldo kas menurut cutoff bank statement dengan
saldo kas menurut catatan klien. Cutoff bank statement merupakan
rekening Koran bank yang mencakup jangka waktu yang lebih pendek
dari jangka waktu rekening Koran regular, biasanya 10 sampai 15 hari.
Atas dasar cutoff bank statement tersebut, auditor membuat
rekonsiliasi bank untuk membuktikan ketelitian catatan atas kas klien
dan membuktikan status setoran dalam perjalanan dan cek yang
beredar yang tercantum di dalam rekonsiliasi bank yang dibuat oleh
klien pada tanggal neraca.
c) Usut setoran dalam perjalanan.Untuk memperoleh keyakinan bahwa
setoran dalam perjalanan yang tercantum di dalam rekonsiliasi bank
yang dibuat oeh klien pada tanggal neraca benar-benar telah disetorkan
ke bank.
d) Periksa tanggal pada out standing check. Untuk memperoleh
keyakinan mengenai konsistensi pemakaian tanggal pisah batas dalam
pencatatan transaksi pengeluaran kas.
e) Periksa adanya cek kosong yang tercantum di dalam cutoff bank
statement. Untuk memperoleh keyakinan bahwa tidak terdapat cek
kosong dalam setoran tersebut, sehingga saldo kas yang ada di tangan
klien tidak terpengaruh jumlahnya.
f) Periksa kemungkinan hilangnya cek. Jika terdapat cek yang tercantum
di dalam daftar cek yang beredar pada tanggal neraca, namun tidak

[9]
dijumpai oleh auditor di dalam daftar cek yang diuangkan ke bank di
dalam cutoff bank statement, auditor harus meminta informasi
mengenai kemungkinan hilangnya cek tersebut.
g) Membuat daftar transfer antar bank untuk menemukan kemungkinan
terjadinya check kitting. Check kitting dilakukan untuk menutupi
pemakaian kas perusahaan dengan cara melakukan transfer dari bank
satu rekening bank yang dananya digelapkan pada saat bank-bank
menyiapkan pembuatan rekening Koran bank. Check kitting ini hanya
mungkin terjadi pada perusahaan yang sistem pengendalian internnya
lemah. Kelemahan dalam perusahaan ini ditunjukan dengan adanya
pengaturan seorang individu dapat melakukan pengeluaran cek dan
sekaligus mencatat pengeluaran cek tersebut. Hal ini berarti tidak ada
pemisahan fungsi yang memadai terhadap deskripsi tugas para pejabat
perusahaan. Pendekatan yang umumnya dilakukan auditor untuk
pengujian kitting adalah membuat skedul transfer antar bank. Daftar
transfer antar bank dibuat auditor berdasarkan informasi yang
diperoleh dari laporan bank (bank statement), konfirmasi dari bank,
serta informasi lain yang diperoleh.
h) Buatlah dan lakukan analisis terhadap rekonsiliasi bank empat kolom.
Rekonsiliasi bank empat kolom digunakan oleh auditor untuk
membuktikan kebenaran saldo kas di bank. Keempat kolom terdiri
atas: rekonsiliasi bank di awal periode, rekonsiliasi antara kas yang
disetorkan ke bank dengan penerimaan kas yang dicatat pada jurnal
penerimaan kas, rekonsiliasi antara kas yang dikeluarkan dari akun
bank dengan pengeluaran kas yang dicatat pada jurnal pengeluaran
kas, dan rekonsiliasi bank akhir periode.
i) Periksa adanya kemungkinan lapping. Lapping merupakan bentuk lain
dari penggelapan uang, yaitu dengan cara gali lobang tutup loban dari
penerimaan tagihan. Lapping dapat dideteksi dengan mengadakan
konfirmasi dengan debitur, dengan pemeriksaan intensif catatan kas

[10]
atau dengan mempertemukan (matching) setoran bank dengan catatan
penerimaan kas.
4. Pengujian Terhadap Akun Rinci
a) Hitung kas yang ada di tangan klien. Dalam penghitungan kas, auditor
harus memperhatikan berbagai hal berikut:
 Penghitungan kas harus dilakukan oleh auditor di depan muka
pejabat yang bertanggung jawab atas penyimpanan kas.
 Hasil penghitungan kas harus dicatat di dalam berita acara
penghitungan kas yang harus segera ditandatangani oleh pejabat
yang bertanggung jawab atas penyimpanan kas.
 Unsur-unsur yang tidak dimasukkan dalam unsure kas pada saat
penghitungan kas adalah cek mundur, perangko dan materai, kas
bon.
b) Rekonsiliasi catatan kas klien dengan rekening koran bank yang
bersangkutan. Prosedur yang dilakukan auditor adalah:
 Bandingkan saldo awal dan akhir kas menurut catatan klien yang
tercantum di dalam rekonsiliasi bank dengan saldo awal dan akhir
yang tercantum di dalam akun kas.
 Bandingkan saldo awal dan akhir kas menurut bank yang
tercantum di dalam rekonsiliasi bank dengan saldo awal dan akhir
yang tercantum di dalam rekening koran bank.
 Bandingkan setoran kas ke bank menurut jurnal penerimaan kas
dengan penerimaan setoran oleh bank di dalam rekening koran
bank untuk membuktikan ketelitian pencantuman setoran dalam
perjalanan yang tercantum di dalam rekonsiliasi bank.
 Bandingkan cek yang dikeluarkan oleh klien menurut jurnal
pengeluaran kas dengan cek yang telah dibayar oleh bank di dalam
rekening koran bank untuk membuktikan ketelitian pencantuman
jumlah cek yang beredar yang tercantum di rekonsiliasi bank.
 Usut biaya administrasi bank yang tercantum di dalam rekonsiliasi
bank ke di dalam rekening koran bank yang bersangkutan

[11]
c) Lakukan konfirmasi saldo kas di bank. Konfirmasi saldo kas di bank
dilakukan oleh auditor dengan cara mengirimkan surat konfirmasi ke
bank yang klien merupakan nasabahnya. Informasi tersebut meliputi:
saldo tiap jenis rekening klien di bank pada tanggal neraca, saldo tiap
jenis utang ke bank pada tanggal neraca beserta tanggal jatuh tempo dan
bunganya, saldo utang bersyarat yang mungkin menjadi kewajiban klien,
batasan yang dikenakan terhadap rekening bank klien.
d) Periksa cek yang beredar pada tanggal neraca ke dalam rekening koran
bank. Untuk membuktikan penyelesaian cek yang beredar pada tanggal
neraca, auditor mengusut penguangan cek tersebut ke dalam rekening
koran bank yang diterima klien setelah tanggal neraca.
5. Verifikasi Penyajian Kas di Neraca
a) Periksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang
dikenakan terhadap pemakaian rekening tertentu klien di bank. Dari
jawaban konfirmasi bank dapat diketahui batasan-batasan, jika ada,
yang dikenakan oleh bank atas penggunaan rekening-rekening bank
klien.
b) Lakukan wawancara dengan manajemen mengenai batasan kas klien.
Informasi mengenai batasan atas penggunaan berbagai dana kas yang
dibentuk oleh klien dapat diperoleh dari wawancara dengan manajer
keuangan.

Dalam rangka pengujian substantif terhadap kas kecil harus


dipertimbangkan resiko deteksi yang secara spesifik terlekat dalam sistem
pengendaliannya. Pengujian dilakukan dengan cara melakukan penelaahan
dokumen pendukungnya, voucher pengisian kas kecil, pencatatan transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas kecil. Perhitungan jumlah kas kecil yang masih
ada ditangan biasanya dilakukan secara stimultan dengan perhitungan kas.

B. KERTAS KERJA TAHUN LALU

[12]
Kertas kerja pemeriksaan tahun lalu merupakan sumber terpenting dalam
menyelesaikan audit tahun berjalan. Kertas kerja pemeriksaan tahun lalu
merupakan panduan awal anda memiliki audit. Kertas kerja pemeriksaan tahun
lalu seharusnya digunakan sebagai awal bentuk mempersiapkan program audit.
Kertas kerja pemeriksaan tahun lalu juga digunakan sebagai pedoman dalam
mempersiapkan kertas kerja tahun berjalan.

C. KERTAS KERJA PENGUJIAN KAS TAHUN INI/TAHUN BERJALAN

Suatu audit memulai pemeriksaan persiapan kertas kerja pemeriksaan tahun


berjalan pada buku, secara umum setiap kertas kerja pemeriksaan harus didukung
oleh standart yang memperlihatkan hubungan dengan bukti pemeriksaan.

Program audit merupakan bagian terpenting dalam pemeriksaan, karna itu


berhati hatilah dalam mempersiapkan program audit.

D. PROGRAM PEMERIKSAAN KAS DI ARSIP PERMANEN


 Proses pemeriksaan

Proses audit merupakan urutan dari pekerjaan awal penerimaan penugasan


sampai dengan penyerahan laporan audit kepada klien yang mencakup beberapaa
hal sebagai berikut:

1. Perencanaan dan perancangan pendekatan audit (plan and design an audit


approach)
 Mengidentifikasi alasan klien untuk diperiksa dengan mengetahui
maksud penggunaan laporan audit dan pihak pihak pengguna
laporan keuangan .
 Melakukkan kunjungan ke tempat klien untuk:
 Mengetahui latar belakang bidang usaha kllien.
 Memahami struktur pengendalian internal klien.
 Memahami sistem administrasi pembukuan.
 Mengukur volume bukti transaksi /dokumen untuk
menentukan biaya,waktu,dan luas pemeriksaan.

[13]
 Mengajukan proposal audit kepada klien .
Untuk klien lama, dilakukan penelaahan /proses Kembali apakah
ada perubahan perubahan yang signifikan. Sedangkan untuk klien
baru, jika tahun sebelumnya diaudit oleh akuntan lain,maka
diberitahukan apakah ada keberatan professional dari akuntan
terdahulu.
 Mendapatkan informasi tentang kewajiban hukum klien.
 Menentukan materialitas dan resiko audit yang dapat diterima dan
resiko bawaan.
 Mengembangkan rencana dan program audit menyeluruh yang
mencakup:
 Menyiapkan staf yang bergabung dalam tim audit.
 Membuat program audit termasuk tujuan audit (audit
objective)dan prosedur audit (audit procedure)dan
 Menentukan rencana dan jadwal kerja
2. Pengujian atas pengendalian dan pengujian transaksi (Test of Controls and
Transaction)
 Pengujian substantif atas transaksi (substantive test) adalah
prosedur yang dirancang untuk menguji kekeliruan atau
ketidakberesan dalam bentuk uang/rupiah yang mepengaruhi
penyajian saldo saldo laporan keuangan yang wajar.
 Pengujian pengendalian (test of control) adalah prosedur yang
dirancang untuk memverifikasikan apakah sistem pengendalian
dilaksanakan sebagaimana yang telah ditetepkan.
3. Pelaksanaan Prosedur Analitis dan Pengujian Terinci atas Saldo (Perform
Analytical Procedur and Test of Details of Balances)
Prosedur analitis mencakup perhitungan rasio oleh auditor untuk
dibandingkan dengan rasio periode sebelumnya dan data yang lain yang
berhubungan . Contoh: membandingkan penjualan,penagihan,dan piutang
usaha dalam tahun berjalan dengan jumlah tahun lalu serta
menghitungpresentase laba kotor untuk dibandingkan dengan tahun lalu.

[14]
Pengujian terinci atas saldo (test of detail of balance) berfokus pada saldo
akhir buku besar (baik untuk pos neraca maupun laba rugi),tetapi
penekanan utama dilakukan pada pengujian terinci atas saldo pada neraca.
Sebagai contoh , konfirmasi piutang dan utang, pemeriksaan fisik
persediaan, penelaahan rekonsiliasi bank,dll.
4. Penyelesaian Audit (Complete the Audit)
 Menelaah kewajiban bersyarat (contingent liabilities).
 Menelaah peristiwa kemudian (subsequent events)
 Mendapatkan bahan bukti akhir, misalnya surat pernyataan klien.
 Mengisi daftar periksa audit (audit check list).
 Menyiapakan surat manajement (management letter).
 Menerbitkan laporan audit.
 Mengomunikasikan hasil audit dengan komite audit dan
manajemen.

 Kertas Kerja Pemeriksaan


 Kertas Kerja Pemeriksaan
 Dokumentasi audit yang relevan untuk periode berjalan dan
beberapa periode.
 Catatan yang di buat auditor dan dokumen yang diarsipkan oleh
klien.
 Pelaksanaan prosedur yang tertera pada program audit.
 Informasi yang relevan untuk menarik kesimpulan yang tepat.
 Dokumentasi yang diarsipkan oleh klien (baik secara manual atau
menggunakan computer)
 Harus diuji akurasi dan kelengkapanya.
 Harus diberi tanda “Prepared by Client”(PBC) atau “Diarsipkan
Oleh Klien”(DOK)
 Diparaf inisial daan dituliskan tanggal terima dokumen.
 Tujuan / Fungsi Kertas Kerja Pemeriksaan

[15]
 Sebagai dasar untuk perencanaan audit.
 Sebagai catatan atas bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian.
 Sebagai catatan atas pemeriksaan/pekerjaan yang telah dilakukan
,apakah sesuai dengan program pemeriksaan.
 Sebagai penjelasan mengenal masalah /situasi yang dihadapi atas
pelaksanaan kebijakan kebijakan ,prosedur prosedur
,ketetapan,efisiensi,dan bagaimana evaluainya.
 Sebagai data untuk menentukan jenis opini dari laporan audit.
 Sebagai dasar pemeriksaan oleh supervisor dan partner.
 Sebagai sumber informasi di kemudian hari untuk menjawab
pertanyaan pertanyaan yang diajukan oleh manajemendan pihak
lainnya ,seperti dalam pertemuan dengan pihak manajemen .
 Sebagai penilaian prestasi staf auditor dan pengembangannya.

 Kertas Kerja Pemeriksaan yang Baik


 Tiap kertas kerja pemeriksaan harus diisi dengan legkap,meliputi:
 Nama perusahaan yang diperiksa.
 Nama akun/perkiraan yang diperiksa.
 Tahun buku yang diperiksa.
 Tanggal pembuatan kertas kerja pemeriksaan.
 Nama atau paraf yang membuat kertas kerja pemeriksaan.
 Nama atau paraf yang memeriksa Kembali kertas kerja
pemeriksaan .
 Kode indeks.
 Komentar komentaryang perlu dibuat atas temuan temuan
audit yang melemahkan pengendalian internal.
 Tersusun dengan baik
 Bersih dan rapi
 Jelas dan dapat dimengerti tanpa penjelasan lebih lanjut.

[16]
 Lengkap dan dapat medukung kesimpulan dan rekomendasi atas
temuan temuan audit.
 Isi dan Pengoperasian Kertas Kerja Pemeriksaan
 Berkas Permanen (Permanent File)adalah bukti bukti atau
dokumen dokumen yang dikumpulkan pada saat pertama kali
penugasan audit dimulai serta akan detelaah dan disimpan untuk
dipakai tahun tahun berikutnya. Berkas permanen meliputi:
 Informasi penting mengenai klien, meliputi sejarah
perusahaan, lokasi pabrik, dan daftar cabang beserta nama
pimpinan perusahaan.
 Akta pendirian beserta perubahan perubahannya.
 Manual accounting system, meliputi struktur organisasi,
uaraian tugas dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur
akuntansi, serta sistem produksi.
 Hasil pelaksanaan kuesioner Pengendalian Internal (ICQ).
 Surat surat keputusan megenai fasilitas perpajakan.
 Contoh tandatangan pejabar yang berwenang yang memberi
persetujuan.
 Kode akun (chart of accounts)
 Kontrak kontrak perjanjian ,meliputi pinjaman kredit
bank ,sewa guna usaha(leasing),kontrak dengan pihak
ketiga lainnya,dan kontrak penjualan/pembelian.
 Berkas Tahun Berjalan (Current File)
Adalah berkas kertas kerja yang berisi data yang diperoleh auditor
hanya berkaitan untuk tahun tahun berjalan yang terdiri atas:
 Program audit.
 Informasi umum
 Kertas kerja neraca saldo yang mencakup kertas kerja
neraca dankertas kerja laba rugi:
 Jurnal penyesuaian dan reklasifikasi (nummary of adjusting
and reclassifying journal entries).

[17]
 Skedul utama (top schedules/load schedules)
 Skedul pendukung (supporting schedules)
 Skedul yang disiapkan oleh klien (schedules prepared by
clients)
 Catatan pemeriksaan (audit notes)
 Kepemilikan Kertas Kerja Pemeriksaan
Kerta kerja pemeriksaan merupakan milik auditor, tidak seorang pun
termasuk klien mempunyai hak untuk memeriksa kertas kerja
pemeriksaan, kecuali digunakan oleh pengadilan sebagai bahan bukti
yuridis formal.

[18]
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kas merupakan suatu alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran
dalam akuntansi. Dalam neraca, kas merupakan aktiva yang paling lancar,
dalam arti paling sering berubah. Hampir pada setiap transaksi dengan pihak
luar selalu mempengaruhi kas. Cara auditor mendeteksi atau memverifikasi
kas adalah dengan memperhatikan penerimaan kas yang understatement dan
pengeluaran kas yang overstatement. Sebelum auditor melakukan pengujian
kewajaran saldo kas yang dicantumkan di neraca dan mutasinya selama tahun
yang diaudit, ia harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan
keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi saldo dan mutasi kas
tersebut. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo kas yang
dicantumkan di neraca dengan akun kas yang bersangkutan di dalam buku
besar. Dalam hubungannya dengan pengujian substantive terhadap kas,
pengujian diarahkan untuk mencapai salah satu tujuannya yaitu membuktikan
keberadaan kas yang dicantumkan di neraca dan keterjadian transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas dalam tahun yang diaudit. Pengendalian
utama yang mempengaruhi langsung audit kas adalah pembuatan rekonsiliasi
bank bulanan oleh karyawan klien yang terpisah dari fungsi penanganan dan
pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas. Kertas kerja pemeriksaan tahun
lalu merupakan sumber terpenting dalam menyelesaikan audit tahun berjalan.
Suatu audit memulai pemeriksaan persiapan kertas kerja pemeriksaan tahun
berjalan pada buku, secara umum setiap kertas kerja pemeriksaan harus
didukung oleh standart yang memperlihatkan hubungan dengan bukti
pemeriksaan. Isi dan pengoperasian kertas kerja pemeriksaan ada 2 yaitu :
a)Berkas permanen (permanent file) adalah bukti bukti atau dokumen

[19]
dokumen yang dikumpulkan pada saat pertama kali penugasan audit dimulai
serta akan detelaah dan disimpan untuk dipakai tahun tahun berikutnya. dan
b) Berkas tahun berjalan (current file) Adalah berkas kertas kerja yang berisi
data yang diperoleh auditor hanya berkaitan untuk tahun tahun berjalan.

B. SARAN
Kami sebagai penulis ,menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Kami akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
nantinya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah diatas.

[20]
DAFTAR PUSTAKA

Agoes Sukrisno. 1999. Auditing Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia.

Hartadi Bambang dan Djamaluddin Subekti. 1990. Auditing II. Yogyakarta:


BPFE.

Mulyadi. 2001. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Widjaja Amir. 2006. Financial Statement Auditing. Jakarta: Harvarindo.

[21]

Anda mungkin juga menyukai