Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGAUDITAN I

PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS

Dosen Penggampu

Ferry Christian SE., M.Si., Ak., CA

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Aguswalni BCA 117 215 8. Radius Pranoto BCA117 207


2. Andi Piona BCA 117 235 9. Siti Khadijah BCA 117 223
3. Andri Kusanto BCA 117 196 10. Sulistia BCA 117 250
4. Deofryno S Bangun BCA 117 194 11. Susinta Agmelika BCA 117 266
5. Fahrianto BCA 117 238 12. Tianur Seraya Tambunan BCA 117 217
6. Fitri Anjani Manalu BCA 117 190 13. Yola Despriana BCA 117 252
7. Lilis suryani BCA 117 209

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menolong kami menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Atas berkat yang dilimpahkan-Nya kepada kami,
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Pemeriksaan Kas dan
Setara Kas” yang diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengauditan I. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada Ferry Christian, SE., M.si., Ak., CA selaku dosen
Pengauditan I yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang bagaimana kami
menyusun makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Palangka Raya, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................i

DAFTAR ISI ...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sifat dan Contoh Kas dan Setara Kas.......................................3

2.2 Tujuan Pemeriksaan Audit Kas dan Setara Kas......................4

2.3 Prosedur Pemeriksaan Kas dan Setara Kas...............................6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .............................................................................10

3.2 Saran...................................................................................….10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Kehidupan sebuah entitas, baik entitas yang berorientasi pada laba (profit) maupun
non-laba (profit), tidak dapat dipisahkan dari kas. Di dalam suatu perusahaan, kas adalah
suatu elemen penting dalam aktivitas operasional, investasi, maupun pendanaan perusahaan
tersebut. Jika suatu perusahaan mengalami kesulitan likuiditas atau ketersediaan kas, maka
kehidupan perusahaan tersebut akan terganggu. Di samping itu, kas adalah aset perusahaan
yang paling mudah untuk diselewengkan dikarenakan sifatnya yang sangat likuid dan bebas
dipergunakan kapanpun untuk semua kegiatan perusahaan.
            Menurut L. Suparwoto (1990:70), untuk menghindari terjadinya berbagai macam
penyelewengan terhadap kas, maka diperlukan adanya sistem pengendalian (pengawasan)
yang cukup terhadap kas. Sistem pengendalian intern (SPI) yang baik akan mengurangi
potensi penyelewengan terhadap kas perusahaan. Contoh metode klasik dalam penerapan SPI
terhadap kas, yaitu penggunaan sistem voucher, pemisahan tanggung jawab antara pencatat
dan pemegang kas, dan pemberian cuti untuk menghindari fraud.
            Pemeriksaan pada kas dan setara kas menjadi salah fokus utama auditor dalam
tugasnya melakukan audit kepada perusahaan/entitas non-laba. Apabila auditor tidak
mendapatkan temuan-temuan yang janggal pada saat pemeriksaan kas dan setara kas dan
penilaian yang baik terhadap pengendalian internal kas perusahaan, auditor akan lebih mudah
untuk melanjutkan pemeriksaan pada elemen neraca perusahaan yang lainnya. Sebaliknya,
jika auditor menilai bahwa pengendalian internal terhadap kas perusahaan tidak berjalan
dengan baik, auditor akan melakukan uji substantif secara intensif terhadap kas perusahaan.
            Pemaparan singkat di atas melatarbelakangi tim penyusun untuk menyusun makalah
berjudul “Pemeriksaan Kas dan Setara Kas”. Judul tersebut diambil dari judul pada bab 9
(sembilan) materi mata kuliah Pengauditan 1.
           
           

           

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, tim penyusun membuat rumusan masalah terkait
makalah “Pemeriksaan Kas dan Setara Kas” sebagai berikut:
a. Bagaimanakah sifat kas dan setara kas?
b. Apa saja tujuan pemeriksaan (audit objective) kas dan setara kas?
c. Apa saja prosedur pada pemeriksaan kas dan setara kas?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, kas yang sifatnya sangat
lancar sangat rawan terhadap hal kecurangan, maka perlu dilakukan adanya pemeriksaan
(audit) terhadap kas dan setara kas. Makalah ini dibuat dengan maksud dan tujuan untuk:
1.    Mengetahui sifat dan contoh kas dan setara kas.
2.    Mengetahui Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) kas dan setara kas.
3.    Mengetahui prosedur pemeriksaan kas dan setara kas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SIFAT DAN CONTOH KAS DAN SETARA KAS

Kas merupakan harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah untuk
diselewengkan. Selain itu banyak transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan
pengeluaran kas. Karena itu, untuk memperkecil terjadinya kecurangan atau penyelewengan
yang menyangkut uang kas perusahaan diperlukan adanya pengendalian intern (internal
control) yang baik atas kas dan setara kas.

Menurut penulis :
a. Yang dimaksud dengan kas ialah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan
untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.
b. Yang dimaksud dengan bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat
dipergunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.

Contoh dari kas dan setara kas adalah:


 Kas kecil (Petty Cash) dalam rupiah maupun mata uang asing.
 Saldo rekening giro di Bank dalam rupiah maupun mata uang asing.
 Bon sementara (I O U).
 Bon-bon kas kecil yang belum direimbursed.
 Check tunai yang akan didepositokan.

Yang tidak dapat digolongkan sebagai kas dan setara kas pada neraca adalah:
 Deposito berjangka (time deposit).
 Check mundur dan check kosong.
 Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking fund).
 Rekening giro yang tidak dapat segera digunakan baik di dalam maupun di luar negeri
misalnya karena dibukukan.

Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk
investasi atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus segera
dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang telah diketahui tanpa menghadapi risiko
perubahan nilai yang signifikan. Karenanya, suatu investasi baru dapat memenuhi syarat
sebagai setara kas hanya jika segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang

3
dari tanggal perolehannya. Investasi dalam bentuk saham tidak termasuk setara kas, sebagai
contoh, saham preferen yang dibeli dan akan jatuh tempo serta tanggal penebusan
(redemption date) telah ditentukan. Cerukan (bank overdraft) merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari pengelolaan kas perusahaan. Dalam keadaan tersebut, cerukan termasuk
komponen kas dan setara kas.

2.2 TUJUAN PEMERIKSAAN AUDIT KAS DAN SETARA KAS


1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas dan setara
kas.
Ciri internal control yang baik adalah sebagai berikut:
a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara penerima dan pihak yang
mengeluarkan kas dengan pihak yang melakukan pencatatan, memberikan
otorisasi atas pengeluaran dan penerimaan kas dan bank.
b. Pegawai yang membuat rekonsiliasi bank berbeda dengan pegawai yang
membuat buku bank. Rekonsiliasi bank dibuat setiap bulan dan harus di-review
oleh kepala Bagian Akuntansi.
c. Menggunakan imprest fund system untuk mengelola kas kecil. Dengan metode
ini, kas kecil yang dicadangkan oleh perusahaan bersifat tetap, kecuali
perusahaan menghendaki perubahan jumlah kas kecil, maka harus dilakukan
penyesuaian atas penambahan atau pengurangan jumlah tersebut.
d. Penerimaan kas, cek dan giro, harus disetor ke bank dalam jumlah seutuhnya
paling lambat keesokan harinya. Utuh berarti semua penerimaan harus
disetorkan, pengeluaran kas tidak boleh dilakukan dengan penerimaan yang
belum disetorkan.
e. Uang kas harus disimpan di tempat yang aman (cash box, brankas, atau bank).
f. Uang kas harus dikelola dengan baik, sebaiknya tidak disimpan terlalu banyak
di rekening giro, melainkan disimpan dalam deposito berjangka atau surat
berharga yang sewaktu-waktu bisa diuangkan sehingga bisa menghasilkan
bunga atau dividen.
g. Blanko cek dan giro harus disimpan di tempat yang aman supaya tidak
disalahgunakan. Hindari penandatanganan cek dalam bentuk blanko. Saat
pendandatanganan cek, lampirkan bukti pendukung yang lengkap.
h. Sebaiknya cek dan giro ditulis atas nama dan ditandatangani oleh dua orang
untuk menghindari penyalahgunaan.

4
i. Sebaiknya kasir diasuransikan atau diminta menyerahkan uang jaminan, untuk
meminimalisasi terjadinya kecurangan atau antisipasi terjadinya kehilangan.
j. Menggunakan kuitansi pre-numberred.
k. Bukti-bukti pendukung pengeluaran kas yang sudah dibayar harus distempel
lunas untuk menghindari double payment.
2. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca per tanggal
neraca benar-benar ada dan dimiliki perusahaan, bukan milik pribadi direksi atau
pemegang saham. Auditor harus melakukan kas opname dan mengirim konfirmasi
bank.
3. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan setara kas.
Jika perusahaan menyisihkan dana untuk pelunasan obligasi beserta bunga, atau
terdapat saldo rekening giro yang dibekukan karena perusahaan tersangkut masalah
hukum, maka dana dan saldo tersebut tidak boleh dilaporkan sebagai bagian dari kas
di harta lancar. Hal tersebut harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
4. Untuk memeriksa seandainya ada saldo kas atau setara kas dalam valuta asing, apakah
saldo tersebut sudah dikonversikan dalam rupiah menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia pada tanggal neraca, atau apakah selisih kurs yang terjadi sudah dikreditkan
atau dibebankan ke laba rugi komprehensif tahun berjalan.
5. Untuk memeriksa apakah penyajiannya di neraca sesuai dengan standar akuntansi
keuangan di Indonesia. Menurut SAK:
a. Kas dan setara kas disajikan di neraca sebagai harta lancar.
b. Kas dan setara kas yang penggunaannya dibatasi dalam dimasukkan dalam
aset lancar hanya jika pembatasan tersbeut dilakukan untuk menyisihkan dana
untuk melunasi kewajiban jangka pendek, atau jika pembatasan tersebut hanya
berlaku selama satu tahun.
c. Saldo kredit pada perkiraan bank disajikan pada kelompok kewajiban sebagai
kewajiban jangka pendek.
d. Saldo kredit dan debit rekening giro pada bank yang sama dapat digabung dan
disajikan pada neraca sebagai satu kesatuan.

5
2.3 PROSEDUR PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS

1. Pahami dan evaluasi internal control atas kas dan setara kas
Auditor bisa melakukan tanya jawab bersama klien dengan menggunakan
internal control questionnaires. Hasil evaluasi internal control atas kas dan bank serta
transaksi penerimaan dan pengeluran kas dan bank berupa kesimpulan apakah internal
control tersebut berjalan efektif atau tidak. Jika auditor menyimpulkan efektif, berarti
luasnya pengujian atas kewajaran saldo kas dan setara kas per tanggal neraca bisa
dipersempit, karena kemungkinan terjadinya kesalahan adalah kecil dan jika
kesalahan terjadi akan bisa segera ditemukan oleh pihak perusahaan.
Kemudian auditor harus melakukan compliance test (tes ketaatan) atas
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas/bank, untuk membuktikan apakah internal
control berjalan efektif atau tidak. Jika disimpulkan bahwa internal control lemah,
auditor tidak perlu melakukan tes ketaatan, tetapi langsung melakukan substantive test
yang diperluas.
Sebelum melakukan tes ketaatan, perlu disusun audit program untuk pengujian
ketaatan atas transaksi penerimaan atau pengeluaran kas/bank sebagai berikut:
Penerimaan kas/bank
 Ambil sampel bukti penerimaan kas/bank secara random
 Periksa apakah bukti penerimaan kas tersebut:
a. Sudah diotorisasi pejabat perusahaan berwenang
b. Lengkap bukti pendukungnya (kwitansi, deposit slip, dll)
c. Mencantumkan nomor perkiraan yang dikredit dengan benar dan
perhitungan matematisnya sudah benar
 Periksa apakah posting ke buku besar sudah benar
 Tarik kesimpulan hasil compliance test
Pengeluaran kas/bank
 Ambil sampel bukti pengeluaran kas/bank secara random
 Periksa apakah bukti pengeluaran kas tersebut:
a. Sudah diotorisasi pejabat perusahaan berwenang
b. Lengkap bukti pendukungnya (PR, PO, Supplier Invoice, kwitansi dari
supplier, dll)
c. Mencantumkan nomor perkiraan yang dikredit dengan benar dan
perhitungan matematisnya sudah benar

6
 Periksa apakah posting ke buku besar sudah benar
 Tarik kesimpulan hasil compliance test
2. Buat top schedule kas dan setara kas per tanggal neraca
3. Cash count (perhitungan fisik uang kas) per tanggal neraca
Jika klien menggunakan imprest fund system, cash count bisa dilakukan kapan saja.
Tetapi jika digunakan fluctuating fund system maka cash count sebaiknya dilakukan
tidak jauh dari tanggal neraca.
Perbedaan jurnal entry:
Imprest Fund Fluctuating Fund
a. Pengadaan Petty Cash
DR. Petty Cash xx DR. Petty Cash xx
CR. Cash in Bank xx CR. Cash in Bank xx
b. Penyaluran kas kecil untuk membayar biaya rutin
No Entry DR. Biaya Telepon xx
DR. Biaya Transportasi xx
CR. Petty Cash xx
c. Penerimaan uang dari penjualan tunai
No Entry DR. Petty Cash xx
CR. Sales xx
d. Pengisian kembali Petty Cash dengan membuka cek
DR. Biaya-biaya xx DR. Petty Cash xx
CR. Cash in Bank xx CR. Cash in Bank xx

4. Kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasir


Untuk kas yang berada di cabang jauh dan saldonya tidak besar tidak perlu
auditor secara khusus mengunjungi cabang tersebut untuk melakukan kas opname.
Cukup dikirim surat konfirmasi atau diminta pernyataan saldo dari kasir.

5. Kirim konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan


Surat kongirmasi harus tetap dikirim walaupun perusahaan sudah menerima
rekening Koran dari bank karena:
 Merupakan standard audit procedures

7
 Yang ditanyakan dalam surat konfirmasi bukan hanya saldo bank seperti
rekening Koran
 Rekening Koran dikirim ke klien, sementara jawaban konfirmasi dikirim
langsung ke auditor

6&7. Minta rekonsiliasi bank dan lakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank
tersebut

Rekonsiliasi bank harus dibuat oleh klien dan tugas auditor adalah memeriksa
kebenaran rekonsiliasi tersebut, serta mengusulkan audit adjusment jika ditemukan
suatu kesalahan.
Prosedur audit yang biasa dilakukan adalah :
1. Cocokkan saldo menurut rekening koran bank dengan rekening koran bank yang
bersangkutan dan jwaban konfirmasi bank
2. Periksa footing dan cross footing
3. Cocokkan saldo menurut pembukuan dengan saldo buku kas/bank dan buku besar
kas/bank
4. Periksa outstanding dan outstanding deposit ke rekening koran bulan berkutnya.
Perhatikan apakah ada check yang outstaning lebih dari 70 hari sehingga perlu
dibuatkan jurnal koreksi
5. Periksa biaya administrasi bank dan jasa giro ke rekening koran dan nota
debit/credit dari bank
8. Review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredit
untuk mengetahui apakah ada pembatasan dari rkening bank yang dimiliki
perusahaaan.
Pembatasan tersebut bisa terjadi karena perusahaan mempunyai masalah hukum
sehingga rekeningnya dibekukan atau karena dijadikan jaminan, bank garansi. Untuk
mengetahui apakah ada pembatasan atau tidak, auditor bisa menanyakan kepada klien,
me-review jawaban konfirmasi bank, notulen rapat dan perjanjian kredit.
Kemungkinan juga ada saldo kas/bank yang merupakan “shinking fund” sehingga
tidak boleh digunakan untuk membiayai kegiatan rutin perusahaan, karena dana itu
akan digunakan untuk pelunasan obligasi atau expansi perusahaan.
9. Periksa interbank transfer ± 1 minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca,
untuk mengetahui adanya kitting dengan tujuan untuk window dressing.

8
Check kitting bisa dilakukan jika perusahaan mempunyai lebih dari satu rekening
bank. Untuk mengetahui ada tidaknya check kitting, auditor harus memeriksa transfer
dari rekening bank perusahaan ke rekening bank perusahaan yang lainnya dan
mencocokkan apakah penambahan saldo direkening bank yang berasal dari transfer
sudah diikuti dengan pengurangan saldo direkening bank lainnya.
10. Periksa transaksi kas sesudah tanggal neraca (subsequent payment dan
subsequent collection) sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan
lapangan.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada uncorded liabilities (kewajiban yang
belum tercatat) per tanggal neraca yang baru dibayar di periode berikutnya, baik yang
berasal dari pembelian aset ataupun biaya-biaya perusahaan. Tujuan lainnya untuk
mengetahui apakah uang per tanggal neraca sudh dilunasi diperiode berikutnya,
sehingga auditor lebih yakin mengenai kwajaran saldo utang per tanggal neraca.
11. Seandainya ada saldo kas setara kas dalam mata uag asing per tanggal neraca,
periksa apakah saldo tersebut sudah dikonversikan kedalam rupiah dengan
menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca, dan apakah selisih kurs yang
terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.
Kurs tengah BI adalah rata-rata kurs beli dan kurs jua di Bank Indonesia yang bisa
dilihat disurat kabar atau business news.
Menurut SAK ETAP (IAI;2009;253) :
Entitas harus mencatat transaksimata uang asing, pada pengakuan awal dalam mata
uang fungsional, dengan menggunakan kurs tunai (spot rate) pada tanggal transaksi
antar mata uang asing tersebut. Tanggal transaksi adalah tanggal dimana transaksi
pertama kali memenuhi syarat pengakuan sesuai dengan SAK ETAP.
12. Periksa apakah penyajian kas dan setara kas dineraca dan catatan atas laporan
keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan di indonesia
(SAK/ETAP/IFRS)
Penyajian di Neraca :
Pada umumnya kas dan setara kas merupakan harta lancar, saldo deposito berjangka
tidak boleh dilaporkan sebagai dari kas dan bank, jika ada saldo bank bersaldo kredit
dengan jumlah yang material, harus diklarifikasi sebagai utang jangka pendek.

9
BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Kas dan Setara Kas merupakan salah satu aset strategis yang dimiliki sebuah
perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap kas
dan setara kas menjadi salah satu penilaian penting bagi auditor dalam meyakinkan diri untuk
memberikan opini terhadap laporan keuangan perusahaan yang diperiksa. Pengelolaan kas
dan setara kas tidak dapat dipisahkan dari struktur pengendalian internal (SPI) yang baik.
Semakin baik SPI terkait kas dan setara kas, akan semakin memudahkan auditor dalam
memeriksa kas dan setara kas perusahaan sehingga kewajaran kas dan setara kas menjadi
hasil yang memuaskan bagi perusahaan.

B.     Saran
              Berdasarkan pembahasan, tim penyusun memberikan saran sebagai berikut:
1.  Perlu adanya  riset atau pembahasan lebih lanjut terkait best practices (praktek
terbaik) mutakhir pada pemeriksaan kas dan setara kas yang saat ini digunakan oleh
auditor, terutama auditor pada KAP Big Four.
2.  Perlu adanya pembahasan lebih lanjut terkait pemeriksaan kas dan setara kas yang
berbasis teknologi informasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno, 2012, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik, Edisi ke- 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai