Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan Multinasional atau Multinational Corporation (MNC) merupakan salah satu
pembahasan dalam ekonomi Internasional, yang melihat bahwa dunia sebagai satu kesatuan
enitas ekonomi dan dampaknya pada perekonomian global sangatlah penting. Banyak pihak
yang kurang setuju dengan kehadiran MNC pada era globalisasi yang semakin modern ini.
Ada pendapat eksterm yang mengatakan bahwa perusahaan multinasional hanya agen dari
imperialism ekonomi yang memiliki tujuan untuk mengeruk keuntungan sebanyak mungkin
tanpa mempertimbangkan efek yang timbul pada lingkungan dan manusia, selain itu muncul
juga beberapa pendapat bahwa perusahaan multinasional sebenarnya berada dibawah control
kaum elit tertentu yang mencoba memperluas kekuasaan dan pengaruhnya. Namun apabila
mengesampingkan pendapat tersebut, maka memang dapat disimpulkan bahwa perusahaan
multinasional (MNC) memang memegang peranan penting dalam skala Internasional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Perusahaan Mulinasional
2. Perencanaan Pajak Pada perusahaan Multinasional
3. Dampak Positif dan Negatif Perusahaan Multinasional

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mempelajari pengertian perusahaan multinasional
2. Agar mengetahui perencanaan pajak pada perusahaan multinasional
3. Untuk mengetahui dampak positif dan negative pada perusahaan multinasional
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Definisi Perusahaan Multinasional

Secara umum, pengertian dari perusahaan multinasional (MNC) adalah perusahaan yang
berusaha di banyak Negara, dan biasanya sangat besar. Perusahaan multinasional biasanya
memiliki kantor-kantor, cabang atau pabrik di banyak Negara, dan biasanya memiliki satu kantor
pusat dimana mereka dapat mengkoordinasi manajemen pemasaran secara global. Pengaruh dari
perusahaan multinasional pun biasanya cukup besar bagi ekonomi dan politik Internasional.
Perusahaan Multinasional atau Multinational Corporation ialah badan usaha yang
memiliki, mengendalikan, dan atau mengelola fasilitas-fasilitas produksi yang tersebar di
sejumlah Negara (Salvatore,1995). Dari definisi tersebut paling tidak dapat dibayangkan bahwa
perusahaan multinasional adalah perusahaan yang berskala besar, memiliki gross profit yang luar
biasa, serta seringkali melibatkan manajemen yang kompleks. Pada kenyataannya, memang
secara keseluruhan perusahaan multinasional menguasai lebih dari 20% output dunia dan nilai
transaksi perdagangannya mencapai lebih dari 25% dari keseluruhan transaksi perusahaan
manufaktur dunia. Jadi, pentingnya keberadaan perusahaan multinasional bukan hanya karena
besarnya perusahaan mereka, namun lebih karena keberadaannya. Perusahaan multinasional juga
disebut sebagai non-actor state atau actor non-negara yang keberadaannya dianggap dapat
berdampak banyak bagi suatu Negara.
Prof. John Dunning, memberikan beberapa kriteria membedakan Perusahaan
Multinasional atas empat bentuk, yaitu:
1.      Multinational Producting Enterprise (MPE), yakni perusahaan yang memiliki dan mengontrol
berbagai fasilitas produksi lebih dari satu negara.
2.      Multinational Trade Enterprise (MTE), yaitu semata-mata bergerak dalam bidang perdagangan
dengan menjual barang yang diproduksi di dalam negeri, langsung kepada badan usaha atau
orang di negeri lain.
3.      Multinational Internationally Owned Enterprise (MOE).
4.      Mutinational (Financial) Controlled Enterprise (MCE); sebagaimana MOE, MCE yang diawasi
oleh lebih dari satu negara.
Kaitannya perusahaan multinasional dengan perekonomian dunia, menurut kaum
kapitalis neoliberal ialah mengenai pemenuhan kebutuhan modal yang besar, sehingga dikatakan
bahwa Negara berkembang harus melakukan liberalisasi pasar modal agar akses terhadap modal
dan sumber daya lainnya menjadi lebih terbuka dan bebas (Maulana, 2010:28).

 Karakter Perusahaan Multinasional

Perusahaan multinasional biasanya memiliki ciri – ciri :

1.  Membentuk cabang – cabang di luar negeri 


2. Visi dan strategi yang digunakan untuk memproduksi suatu barang bersifat global
(mendunia), jadi perusaan tersebut membuat atau menghasilkan barang yang dapat
digunakan di semua negara.
3.   Lebih cenderung memilih kegiatan bisnis tertentu, umumnya manufaktur.
4. Menempatkan cabang pada negara – negara maju.

          Kehadiran anak perusahaan bagi negara cabang banyak memberikan keuntungan
untuk negara tersebut diantaranya pemberian pajak untuk perusahaan tersebut yang cukup
besar.Tidak hanya itu, dengan adanya suatu anak perusahaan dinegara lain, berarti sedikit
membantu membuka peluang kerja bagi penduduk yang belum kerja dinegara tersebut.
 Motif Perusahaan Multinasional
Perusahaan multinasional memiliki tiga dasar motif utama dalam pendirian dan
perkembangan perusahaan tersebut. Motif-motif tersebut ialah sebagai berikut:
1.      Motif Mencari Bahan Baku (Raw Material Seeker)
Perusahaan multinasional memperluas usahanya dalam rangka mencari bahan baku dan menjual
produknya ke luar negeri.
2.      Motif Mencari Pasar (Market Seeker)
Setelah terpenuhinya pasar dalam negara tersebut (pasar domestik), perusahaan multinasional
berusaha mencari pasar-pasar baru untuk memasarkan produknya. Hal ini dapat memperluas
jangkauan pemasaran barang tersebut.
3.      Motif Meminimumkan Biaya (Cost Minimizer)
Perusahaan multinasional memperluas usahanya (go international) karena ingin memanfaatkan
keunggulan yang dimiliki oleh negara lain dan memperoleh beberapa keringanan. Keringanan
tersebut dapat berupa pembebasan pajak, melakukan transfer price, memperoleh biaya tenaga
kerja yang murah, meminimumkan biaya investasi, harga tanah murah, biaya pengolahan limbah
dengan syarat ringan, menghindari adanya batasan kuota, dan pelayanan purna jual cepat.

2.2 Perencanaan Pajak pada Perusahaan Multinasional


Dalam melakukan perencanaan pajak, perusahaan multinasional memiliki keunggulan
tertentu atas perusahaan yang murni domestik karena memiliki fleksibelitas geografis lebih besar
dalam menentukan lokasi produksi dan sistem distribusi. Fleksibelitas ini memberikan peluang
tersendiri untuk memanfaatkan perbedaan antar yurisdiksi pajak nasional sehingga dapat
menurunkan beban pajak perusahaan secara keseluruhan. Pergeseran beban dan pendapatan
melalui ikatan-ikatan dalam perusahaan juga memberikan peluang tambahan bagi perusahaan
multinasional untuk meminimalkan pajak global yang dibayarkan. Sebagai respons atas hal ini,
pemerintahan nasional senantiasa merancangkan aturan hukum untuk meminimalkan kesempatan
melakukan arbitrase yang melibatkan beberapa yurisdiksi pajak nasional yang berbeda.
Pengamatan atas masalah perencanaan pajak ini dimulai dengan dua hal dasar : 1. Pertimbangan
pajak seharusnya tidak pernah mengendalikan strategi usaha; 2. Perubahan hukum pajak secara
konstan membatasi manfaat perencanaan pajak dalam jangka panjang.
Dalam penelitian Permatasari (2004) menjelaskan bahwa perencanaan pajak untuk suatu
operasi yang bersifat multinasional merupakan pekerjaan yang kompleks, tetapi di lain pihak
mengandung aspek yang vital bagi bisnis internasional. Pajak berdampak terhadap keputusan
penanaman modal di luar negeri, struktur keuangan, ketetapan besarnya biaya modal, manajemen
valuta asing, manajemen modal kerja dan pengendalian keuangan.
Dalam rangka mengevaluasi kebijakan perdagangan dan efektivitas lalu lintas modal
internasional, adalah kurang efisien apabila hanya difokuskan secara sempit pada tarif, kuota dan
subsidi-subsidi non-pajak saja, sebab faktor pajak pun tidak sedikit perannya dalam evaluasi
kebijakan dimaksud. Kebijakan perpajakan kadang-kadang sangat berperan dalam pengambilan
keputusan mengenai penanaman dan pembiayaan perusahaan yang akan melakukan investasi di
luar negeri. Sedangkan perusahaan multinasional untuk operasionalnya di luar negeri, kadang-
kadang harus mendirikan beberapa negara yang tunduk pada ketentuan peraturan perundang-
undang perpajakan nasional. Sebagian besar transaksi yang terjadi antar anggota grup
perusahaan multinasional tersebut dapat dikategorikan dalam beberapa transaksi, seperti
penjualan barang dan jasa, lisensi, paten, penjamin utang dan seterusnya. Harga-harga yang
dibebankan pada transaksi tersebut, tidaklah perlu sama dengan harga yang berlaku di pasaran
bebas. Oleh karena perusahaan multinasional memiliki posisi yang menentukan dalam hal
prinsip apa yang akan digunakannya yang tentunya menguntungkan bagi grupnya, maka dapat
saja perusahaan multinasional tersebut menggunakan harga yang menyimpang dari harga yang
berlaku umum. Penyimpangan harga dimaksud adalah penyimpangan dari harga yang disebut
sebagai “arm’s length price” yang lazimnya berlaku dan disetujui oleh kedua belah pihak yang
melakukan transaksi terhadap barang yang sama dan dalam kondisi yang sama pula, apabila
perusahaan tersebut tidak mempunyai hubungan istimewa.

Perusahaan multinasional tersebut dapat saja menggunakan transfer pricing yang lebih
rendah dari arm’s length price untuk tujuan mengefisienkan beban pajaknya atau menggunakan
harga yang lebih tinggi dari arm’s length price untuk tujuan tertentu. Apabila terjadi transaksi
yang menyimpang dari arm’s length price, apakah harga lebih tinggi atau rendah, hal ini
dianggap sebagai usaha untuk menggeser laba perusahaan dari satu grup ke grup lainnya dan hal
ini berarti pula bahwa pajak yang terutang di kedua grup yang terlibat tersebut akan mengalami
perubahan.
Dilihat dari segi kepentingan perusahaan multinasional, dalam rangka mengorganisir
transaksi antar unit dalam grupnya, memang masalah transfer pricing merupakan masalah yang
harus dipertimbangkannya, dengan catatan bahwa penyesuaian harga sebenarnya dengan harga
pasaran bebas dalam rangka menentukan penghasilan kena pajak yang wajar tidak perlu
memperhatikan kewajiban-kewajiban berdasarkan perjanjian yang ada yang harus dipenuhi oleh
negara yang bersangkutan untuk memenuhi harga-harga atau maksud-maksud tertentu dari
negara yang bersangkutan untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang.
Banyak permasalahan yang sering dihadapi oleh perusahaan multinasional dalam
perencanaan perpajakannya yang berbeda dengan yurisdiksi pajaknya. Solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah perusahaan multinasional memecah-mecah penghasilan dan biaya
yang dialokasikan di berbagai yurisdiksi untuk menghindari adanya pajak berganda, melalui
perjanjian penghindaran pajak berganda. Penghindaran pajak berganda dapat dihindari dengan:
1) penghasilan yang dikenakan sebaiknya hanya satu negara saja; 2) perhitungan untuk kredit
pajak dapat dilakukan dengan pajak yang terutang. Pajak berganda dapat dikurangi dengan
banyak berbagai cara melalui kredit pajak (tax credit), perjanjian perpajakan (tax treaties), surga
pajak (tax havens), pengecualian pajak (tax exemption) dan prinsip penangguhan (the deferral
principle). Dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Kredit Pajak, wajib pajak yang dapat
mengurangi jumlah pajak terutangnya yang di luar negeri dari jumlah pajak yang berdasarkan
penghitungan peraturan pajak domestik. Pengurangan yang sifatnya langsung dari jumlah pajak
terutang, sehingga mengurangi pajak berganda; (2) Perjanjian Perpajakan, mengatur tentang
penghasilan dari antar negara yang dikenakan pajak atau tidak dikenakan pajak oleh otoritas
negara dari pengahsilan yang diperoleh atau tidak diperoleh; (3) Surga Pajak, suatu negara
yang penghasilannya rendah atau tidak ada pengenaan pajak atas penghasilan yang diperoleh.
Kebanyakan perusahaan multinasional yang mempunyai investasi atau transfer pengahasilan
yang rendah menggunakan negara tax havens untuk menggeser penghasilannya dari negara yang
tarif pajaknya tinggi ke negara tax havens melalui transfer pricing; (4) Pengecualian Pajak,
perusahaan tertentu yang tidak perlu membayar pajak penghasilan dari penghasilan yang
diperolehnya; (5) Prinsip Penangguhan, penundaan pajak penghasilan bagi perusahaan induk
yang mempunyai penghasilan di luar negeri, sampai perusahaan induk tersebut diterima.
Permasalah yang perlu diantisipasi bukan hanya pajak berganda, tetapi juga pajak
internasional yang perlu diperhatikan karena berdampak pada keputusan manajemen, dimana
investasi yang dilakukan, produk yang dipasarkan, bentuk usaha yang baik untuk komersial dan
fiskal, lintas valas yang ketat atau pengembalian hasil keuntungan setelah pajak, cara
pembiayaannya, termasuk masalah tentang transfer pricing.

2.3 Dampak Positif dan Negatif PMN

PMN sendiri juga memberikan dampak positif dan negatif kepada setiap negara. Dampak
positifnya antara lain:

 peranannya dalam mengisi kekosongan atau kekurangan sumber daya antara tingkat
investasi yang ditargetkan dengan jumlah aktual “tabungan domestik” yang dapat
dimobilisasikan.
 dengan memungut pajak atas keuntungan perusahaan multinasional dan ikut serta
secara financial dalam kegiatan-kegiatan mereka di dalam negeri, pemerintah
negara-negara berkembang berharap bahwa mereka tidak hanya akan menyediakan
sumber-sumber financial dan pabrik-pabrik baru saja kepada negara-negara miskin
yang bertindak sebagai tuan rumah, akan tetapi mereka juga menyediakan suatu
“paket” sumber daya yang dibutuhkan bagi proses pembangunan secara kesel
uruhan, termasuk juga pengalaman dan kecakapan manajerial, kemampuan
kewirausahaan, yang pada akhirnya nanti dapat dimanifestasikan dan diajarkan
kepada pengusaha- pengusaha domestik.

 perusahaan multinasional juga berguna untuk mendidik para manajer lokal agar
mengetahui strategi dalam rangka membuat relasi dengan bank-bank luar negeri,
mencari alternative pasokan sumber daya, serta memperluas jaringan-jaringan
pemasaran sampai ke tingkat internasional.
 perusahaan multinasional akan membawa pengetahuan dan teknologi yang tentu saja
dinilai sangat maju dan maju oleh negara berkembang mengenai proses produksi
sekaligus memperkenalkan mesin-mesin dan peralatan modern kepada negara-negara
dunia ketiga.

Sedangkan untuk dampak negatifnya yaitu:



negara-negara berkembang menjadi sasaran dari perusahaan multinasional karena
negara-negara ini menghadapi dilema di mana sebagian besar negara terlalu lemah
untuk menerapkan prinsip aturan hukum, dan juga perusahaan-perusahaan raksasa
ini sangat kuat menjalankan kepentingan ekonomi untuk keuntungan mereka sendiri.
 perusahaan-perusahaan mutinasional ini tidak tertarik untuk menunjang usaha
pembangunan suatu negara.
 
 memberi pengaruh negative terhadap tingkat upah rata-rata, karena mereka biasanya
memberikan gaji dan aneka tunjangan kesejahteraan yang jauh lebih tinggi
ketimbang gaji rata-rata kepada para karyawannya, baik itu yang berasal dari negara
setempat atau yang didatangkan dari negara-negara lain.
 Perusahaan multinasional juga merusak perekonomian tuan rumah dengan cara
merusak semangat dari pengusaha-pengusaha lokal.
 
 memobilisasikan sumber-sumber financial dalam rangka membiayai proyek-proyek
pembangunan secara lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai