Anda di halaman 1dari 54

TEORI

Teori internalisasi merupakan teori yang pertama kali dikenalkan oleh Buckley dan
Casson pada tahun 1976 dengan maksud untuk menjelaskan pertumbuhan
perusahaan multinasional dan persebaran investasi asing langsung (Casson, 2015:
55). Dapat dikatakan pula teori ini berusaha untuk memaparkan keberadaan dan
kegunaan perusahaan multinasional dalam konteks bisnis internasional. Dalam
istilah yang lebih umum, Buckley dan Casson (1976) menunjukkan bahwa jenis
ketidaksempurnaan pasar dapat menyebabkan tekanan untuk internalisasi
perusahaan multinasional. Kala itu teori internalisasi pun hadir sebagai jawaban atas
tantangan untuk menjelaskan mengapa perusahaan multinasional yang tengah
mendominasi dunia bermarkan di Amerika Serikat, investasi asing utamnya berpusat
di Eropa, serta terkonsentrasi perkembangan teknologi canggih maupun pemasaran
intensif industri (Dunnig, 1958 dalam Casson et al, 2014: 3). Lebih lanjut, keunggulan
dari teori ini adalah pendekatan institusional komparatifnya yang biasa diguanakan
untuk menganalisis perilaku suatu perusahaan multinasional. Teori ini mendorong
adanya penilaian efisiensi relatif dan efektivitas dari suatu mekanisme perusahaan
guna mengelola ketergantungan ekonomi yang ada. Ketika perusahaan multinasional
dimodelkan sebagai jaringan dengan berbagai ikatan yang kuat dan lemah di antara
induk dan anak perusahaan, maka akan terdapat kemungkinan untuk menerapkan
pemikiran teori internalisasi dalam rangka untuk mengevaluasi biaya dan manfaat
relatif dari pengelolaan ketergantungan ekonomi yang ada di seluruh perbatasan
nasinoal (Rugman & Verbeke, 2007: 5).
Bila diperhatikan lebih lanjut, sejatinya internalisasi adalah sebuah alternatif
bagi pasar eksternal untuk mengembangkan dan memanfaatkan pengetahuan yang
ada dengan sedemikian rupa. Berkaitan dengan terma ketidaksempurnaan pasar,
perusahaan pun tidak selalu internalisasi pasar. Internalisasi terjadi hanya ketika
manfaat yang dirasakan oleh perusahaan melebihi biaya yang dihabiskan. Ketika
internalisasi menyebabkan investasi asing, perusahaan mungkin dikenakan risiko
politik dan juga risiko komersial sebagai akibat dari ketidakbiasaan dengan
lingkungan asing. Dengan kata lain, investasi asing langsung pun akan terjadi ketika
manfaatnya melebihi biaya yang digunakan (Rugman & Verbeke, 2007: 13). Induk
perusahaan yang memiliki pengetahuan unggul akan memperoleh harga tinggi bila
menjual pengetahuan tersebut ke pasar eksternal, dibandingkan hanya menggunakan
pengetahuan tersebut di anak perusahaannya. Namun dengan melakukan investasi di
anak perusahaan luar negeri ketimbang memberikan lisensi, induk perusahaan
tersebut mampu mengirim pengetahuannya melewati batas negara, sementara tetap
mempertahankannya di dalam perusahaan dengan harapan dapat mewujudkan hasil
yang lebih baik atas investasi yang dilakukan untuk memproduksinya.
Sama halnya dengan teori pada umumnya, seiring berkembangnya waktu
teori internalisasi telah mengalami perkembangan. Menurut Markn Casson (2015:
55), awalnya teori internalisasi dianggap sebagai cabang dari ekonomi terapan.
Namun kini teori internalisasi menjadi elemen inti dari bidang modern studi Bisnis
Internasional. Terma internalisasi di sini mengacu pada fakta bahwa perusahaan
multinasional menggantikan pasar eksternal, salah satunya dalam segi pengetahuan
milik perushaan. Berdasarkan periode waktu, teori internalisasi dapat dibedakan
menjadi dua kelompok. Pertama, teori internalisasi “tua” versi Buckley & Casson yang
muncul pada tahun 1970an. Teori ini hanya terfokus pada efisiensi dan
pengembangan ekonomi, serta penyebaran dan eksploitasi keuntungan perusahaan
tertentu sehingga dianggap mengabaikan isu-isu tata kelola internal dan struktur
organisasi yang ada dalam sebuah perusahaan. Kedua, teori internalisasi “muda” yang
dikemukakan oleh Rugman dan Verbeke pada tahun 2003. Teori
ini mengintegrasikan transaksi ekonomi biaya perspektif teori internalisasi tua
dengan berbasis sumber daya, transfer dan eksploitasi, serta peremajaan kompetensi
(Rugman & Verbeke, 2007: 22).
Tidak dipungkiri dunia kini tengah mengalami perkembangan yang cukup
pesat dengan adanya globalisasi. Batas-batas negara pun kini semakin tak berarti bagi
masyarakat dunia. Tidak mengherankan bila kemudian perusahaan yang awalnya
hanya berdiri secara lokal akhirnya memiliki banyak anak perusahaan di luar negeri.
Melihat hal ini, penulis menilai bahwa teori internalisasi masih relevan untuk
diaplikasikan dewasa ini, mengingat teori ini senantiasa berkembang menyesuaikan
perkembangan zaman. Selain itu, teori ini masih relevan bila dilihat dari segi
hubungan antara induk dan anak perusahaan. Semakin hari semakin banyak jumlah
perusahaan multinasional di dunia. Untuk itu, penulis menilai bahwa teori ini masih
relevan karena memang masih dapat digunakan dalam menjelaskan fenomena-
fenomena terkait perusahana multinasional dewasa ini.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori internalisasi berusaha
untuk menjelaskan keberadaan dan kegunaan perusahaan mlutinasional dengan
menggunakan pendekatan institusional komparatif. Teori internalisasi pertama kali
dipelopori oleh Buckley dan Casson pada tahun 1970an. Seiring berjalannya waktu,
teori internalisasi pun mengalami perkembangan. Awalnya hanya terfokus pada
efisiensi dan pengembangan ekonomi, tetapi lambat laun fokus teori internalisasi pun
menjadi lebih kompleks. Tidak mengherankan bila teori ini masih revelan digunakan
dalam fenomena dewasa ini. (693 kata)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2018

A. Pengertian Perusahaan Multinasional

Perusahaan multinasional (PMN, mengacu pada multinational


corporation atau MNC) menurut W. F. Schoel et. al. (1993) adalah sebuah perusahaan yang
berbasis di satu negara (disebut negara induk) dan memiliki kegiatan produksi dan pemasaran
di satu atau lebih negara asing (negara tuan rumah).[1]
Menurut Kamus Ekonomi, perusahaan multinasional adalah “sebuah perusahaan
yang wilayah operasinya meliputi sejumlah negara dan memiliki fasilitas produksi dan
pelayanan diluar negaranya sendiri (winardi, 1982). Perusahaan multinasional tersebut
mengambil keputusan pokoknya dalam suatu konteks global dengan negara-negara tempat
perusahaan tersebut bekerja. Pertumbuhan perusahaan-perusahaan multinasional yang cepaat
serta memungkinkan bahwa dapat timbul konflik-konflik antara kepentingan perusahaan
dengan kepentingan negara individual tempat mereka beroprasi telah menimbulkan macam-
macam perdebatan antara para ahli ekonomi paada tahun-tahun belakangan ini.[2]
Mengambil pendapat prof. Perlmuter, perusahaan multinasional adalah “sekelompok
perusahaan yang mempunyai kendali operasi langsung di berbagai negara yang berbeda yang
mempunyai kecendrungan dan mengarah kepeda pandangan global akan penguasaan
perusahaan secara geosentris”.[3]
S.C Certo (1997) memberikan batasan PMN sebagai “sebuah perusahaan yang
memilikioperasi yang signifikan pada lebih satu negara”. Jadi, PMN adalah sebuah
organisasi yang terlibat dalam kegiatan bisnis di tingkat internasional. Ia menjalankan
kegiatannya dengan skala internasional yang tidak memandang batas negara dan dipimpin oleh
sebuah strategi bersama dari sebuahinduk (pusat) perusahaan.[4]

B. Sifat Perusahaan Multinasional


Karakteristik MNC sangat bervariasi, tergantung dari cara pendirian cabang di luar
negeri, pola pemilikan dan tujuan operasi di luarnegeri.
Pendirian cabang di luar negeri biasanya dilakukan dengan investasi langsung yakni dengan
cara mendirikan perusahaan baru, ekspansi atau membeli perusahaan di luar negeri.
Peraturan pemilikan dan cabang luar negeri bervariasi antara MNC yang satu dengan
yang lain. Dengan beberapa pertimbangan perusahaan induk mungkin menghendaki pemilikan
kurang dari 100% modalnya. Namun yang banyak dilakukan adalah melalui patungan (joint
ventures)
Tujuan dan motif MNC melakukan investasi langsung di luar negeri juga bebeda. Ada MNC
yang bermaksud untuk melakukan ekspansi secara vertical. Perusahaan induk (yang
memproses lebih lanjut) mendirikan cabang di luar negeri untuk menghasilkan input untuk dip
roses lebih lanjut oleh perusahaan induk. Contoh untuk ekspansi vertical ini misalnya
perusahaan minyak dengan mendirikan cabang di luar negeri dimana terdapat sumber minyak
yang kemudian dapat diproses lebih lanjut oleh perusahaan induk. MNC dapat dilakukan
ekspansi horizontal dengan cara mendirikan cabang di luar negeri dengan melakukan kegiatan
yang hamper sama dengan perusahaan induk.

Sebelum Produsen itu mempertimbangkan untuk menghasilkan barang di luar negeri


seyogyanya telah mempunyai pengalaman di bidang bisnis internasional seperti misalnya
ekspor barang hasil produksinya ke pasar internasional yang selalu menunjukan peningkatan.
Dengan berkembangnya ekspor ini perusahaan kemudian dapat menempatkan staf pemasaran
di pasar luar negeri. Pada waktu yang bersamaan dapat melakukan penelitian pasar dan bahkan
perusahaan dapat membukakantor pemasaran.
Perusahaan dapat pula melakukan penetrasi pasar dengan cara mengadakan perjanjian lisensi
dengan perusahaan luar negeri, misalnya untuk pemasaran produk menggunakan teknologi
atau pemakai nama perusahaannya.
Akhirnya perusahaan mempertimbangkan dapat tidaknya mendirikan cabang produksi
di luar negeri. Alakah ini perlu dengan perhitungan yang cermat menyangkut karakteristik dan
tingkah laku konsumen serta pemerintah negara di mana cabang itu akan didirikan.
Pertimbangan tersebut hanya merupakan sebagian kecil saja dari faktor social, budaya dan
politik yang dapat menyebabkan investasi di luar negeri lebih riskan dari pada di dalam negeri.
Oleh karena itu keuntungan ekonomis investasi di luar negeri ini harus cukup sehingga dapat
mengimbangi risiko yang tinggi.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Perusahaan Multinasional


Untuk mudahnya, kita anggap saja tujuan investasi langsung di luar negeri adalah mencari
keuntungan maksimum, penjualan maksimum atau kedua-duanya.
Dalam kaitannya dengan tujuan penjualan maksimum, mendirikan cabang di luar negeri dapat
memperoleh beberapa manfaat, antara lain :
1. Apabila perusahaan tersebut telah melayani pasar luar negeri melalui ekspor, mungkin di
perlukan hubungan yang lebih dekat dengan langganan untuk mengetahui kebutuhan dan selera
konsumen. Disanping itu cabang di luar negeri dapat merupakan basis untuk memberikan
pelayanan kepada konsumen. Untuk produk dengan teknologi tinggi, seperti computer maka
pelayanan purna jual sangat penting. Pelayanan purna jual ini akan lebih efesien apabila di
lakukan oleh cabang luar negeri.
2. Ekspor keluar negeri sering dihambat oleh kebijaksanaan tarif negara. Dengan mendirikan
cabang di luar negeri yang dapat menghasilkan produk di negara tersebut maka masalah
hambatan tarif dapat teratasi. Masalah lain yang berkaitan dengan ini adalah pengaruh
perubahaan kurs mata uang. Apabila mata uang negara asal perusahaan induk mengalami
apresiasi maka harga barang ekspornya akan naik sehingga dapat menurunkan volume ekspor.
Masalah ini dapat teratasi apabila perusahaan tersebut mendirikan cabang di luar negeri.
Faktor biaya lain yang kerap lain di pertimbangkan adalah biaya transport, dengan membuka
cabang, biaya transport dapat di tekan. Di samping biaya transport, pajak yang relative lebih
rendah dapat merupakan daya tarif bagi MNC.

Faktor biaya lain yang kerap lain di pertimbangkan adalah biaya transport, dengan membuka
cabang, biaya transport dapat di tekan. Di samping biaya transport, pajak yang relative lebih
rendah dapat merupakan daya tarif bagi MNC.

D. Kekuatan Bersaing

Sumber kekuatan bersaing MNC dapat dijelaskan sebagai berikut :


a. MNC di pandang sebagai perusahaan yang superior. Sifat transaksi internasional yang
dilakukan adalah barangnya relatif sophisticated, sangat berfariasi, kompleks, penggunaan
teknologi canggih dan dilakukan oleh beberapa perusahaan besar saja.
b. MNC dipandang memilki kekuatan monopoli yang diperoleh karena penggunaan teknologi
melalui riset dan pengembangan (R & D).
c. MNC kadang disebut sebagai “perusahaan informasi”, yakni mengorganisir dan secara
sistematis mengumpulkan imformasi tentang perkembangan pasar, biaya dan teknologi melalui
cabang-cabang nya diluar negeri. Informasi ini secara terus menerus disebarkan kesemua
cabang untuk dievaluasi dan implementasikan.
d. MNC biasanya dapat menimakti adanya skala yang ekonomis dengan cara misalnya, melalui
pemutusan seluruh mesin produksi pada satu bagian tertentu dari proses produksi.
e. MNC juga memperoleh manfaat dari besarnya/luasnya jaringan keuangan internasional.
f. MNC sering mempunyai monopoli pemasaran baik melalui integrasi horizontal maupun
vertical dan tidak jarang mereka melakukan perang harga atau subsidi untuk membuat pasar.
g. MNC sering dapat menghindar dari kebijaksanaan tarif atau quota yang di ambil oleh negara
lain.

E. Efek Global

Apakah kehadiran MNC itu menaikkan atau bahkan menurunkan kesejatraan dunia,
merupakan pertanyaan yang jawabnya belum pasti. MNC dapat mempunyain efek positif
maupun negatif terhadap perekonomian dunia secara keseluruhan.
MNC akan mempengaruhi alokasi investasi antar negara. Jumlah total investor dunia
mungkin dapat naik dengan munculnya MNC apabila naiknya investasi di cabang luar negeri
tidak mengakibatkan turunnya investasi di negara asal. MNC juga mempunyai ekses
sumberdana internasional yang lebih luas dan kemudian menanamkan di negara yang
menjajikan pendapatan tinggi serta risiko yang rendah. Banyak studi empiris dilakukan untuk
meneliti apakah investasi luar negeri yang dilakukan oleh MNC untuk menambah atau justru
malah menggeser/mengganti investasi di negara yang didatangi. Umumnya menyimpulkan
bahwa investasi luar negeri ini sebagai suplemen (menambah) investasi di negara itu.
Sebaliknya ada pula yang berkesimpulkan bahwa investasi MNC tersebut menggeser
pembentukan modal di negara yang didatangi. Oleh karena itu efek netonya terhadap investasi
global masih dipertanyakan.
BAB III PERUSAHAAN MULTINASIONAL DALAM
PERDAGANGANINTERNASIONAL DAN PENANAMAN MODAL ASING

Pengertian
-

Istilah multinasional diperkenalkan pertama kali oleh David E. Lilienthal pada April1960
dalam makalahnya tentang manajemen dan perusahaan untuk acara temuan ilmiahyang
diselenggarakan oleh Carnregie Institute of Technology on management danCorporations.
Dalam makalahnya, Lilienthal memberi pengertian PerusahaanMultinasional (MNCs) sebagai
perusahaan yang mempunyai kedudukan di suatu negaratetapi beroperasi dan menjalankan
perusahaannya berdasarkan hukum-hukum dankebiasaan-kebiasaan negara lain.
-

The Institute de Droit Internasional


pada sidangnya di Oslo tahun 1977 mendefinisikan perusahaan multinasional adalah suatu
perusahaan yang memiliki kewenangan dalam pembuatan keputusan yang terpusat di satu negara dan
yang memiliki pusat kegiatannyadi satu negara dengan atau tanpa personalitas hukum, yang berada di satu
atau lebihnegara.
-

J
.H Dunning menunjukan perusahaan multinasional berbeda dengan perusahaan uninasional yang
ditunjukkan dari sifat-sifat perusahaan-perusahaan tersebut yaitu:1.

Perusahaan domestik yang multi lokasi mempunyai sifat-sifat yang sama dengan jenis
perusahaan multinasional. Perusahaan ini memiliki pemasukan yang bersal dariasset-aset di lebih
satu lokasi.2.

Baik perusahaan multinasional maupun perusahaan domestik multi lokasi menikmatikeuntungan yang
kompetitif dari satu unit ekonomi besar apabila dibandingkandengan perusahaan biasa yang
mempunyai satu pabrik.Perbedaan penting antarakeduanya adalah bahwa perusahaan
multinasional mengoperasikan asset-asetnya danmengawasi penggunaannya melewati batas-
batas negara, sedangkan perusahaanmulti lokasi tetap di antara perusahaan tersebut si
satu negara.

Perusahaan multinasional dan perusahaan uni nasional sama-sama mengekspor barang-barang hasil
produksinya. Perbedaanya adalah bahwa perusahaanmultinasional melakukan perdagangan
lintas negara diantara anak-anak perusahaannya dalam satu group dan pihak ketiga yang tidak ada
hubungannyadengan anak dan induk perusahaan.3.

Dalam kaitannya antara perusahaan multinasional dengan perusahaan domestik yaitumengenai


hal yang berkaitan dengan produksi barang. Baik perusahaan multinasionalmaupun perusahaan domestik
melakukan penyebaran teknologi dan managerial skill-nya melalui perjanjian lisensi.

Latar Belakang Perusahaan Multinasional


-
Periode Pertama : 1850-1914Inggris mempunyai peranan yang penting dalam menanaman modal masa
ini. pernanaman modal yang dilakukan perusahaan-perusahaan Inggris sering dalam
bentuk free-standing companies. Pada tahun 1890 pasar modal pertama yang
orientasinyakepada penanaman modal asing dimulai dan dikuasai oleh perusahaan multinasionalInggris.
Pada masa ini juga muncul perusahaan-perusahaan multinasional eropa. Sepertidiantaranya
perusahaan dari Swedia the Nobel company dan SKF, dan dari BelandaPerusahaan Philips,
Unilever.Pada periode sebelum tahun 1914, terlihat juga tumbuhnya beberapa
perusahaanmultinasional dari Amerika Serikat. Perusahaan AS Singer Sewing Machine
Companydapat dianggap sebagai perusahaan multinasional pabrikan pertama. Perusahaan
inimerupakan perusahaan Amerika pertama yang sukses di bisnis pabrikan internasional.
-

Periode Kedua: 1918-1939Pada masa ini ditandai cita-cita dengan tingginya kebijakan-
kebijakan ekonomi yang bersifat nasional yang dilakukan oleh negara-negara sebagai
alat untuk memproteksi ataumenjaga kepentingan mereka terhadap depresi ekonomi. Kebijakan-
kebijakan dibuatsebagai akibat tumbuhnya kartel-kartel nasional di bidang industry kunci dan
jugameningkatnya rintangan perdagangan melalui tariff yang tinggi. agian penting
dariekonomi yang bersifat nasional pada masa ini adalah pertumbuhan yang lebih
besar dengan bergabungnya antara perusahaan-perusahaan yang mempunyai nasionalitas sama.
-

Periode Ketiga: 1945-1990Pertumbuhan perusahaan multinasional pada periode ini dibagi


dalam dua fase: pertamaditandai dengan pertumbuhan yang cepat dari perusahaan
multinasional Amerika mulaidari setelah PD II hingga tahu 1960-an. Fase kedua dari tahun
1960-1990. Periode ini

ditandai dengan penolakan secara halus dominasi Amerika oleh pesaingnya dari perusahaan-perusahaan
multinasional Eropa yang melakukan pembangunan kembaliindustry Eropa setelah PD II dan
munculnya pesaing baru dari perusahaan multinasional
J
epang
-

Periode Keempat: 1990 hinga sekarangPada periode ini dapat terlihat dengan munculnya
perdagangan regional dan kesepakatanintegrasi penanaman modal dan pembentukan organisasi
perdagangab dunia (WTO).Bersamaan dengan ini kesepakatan-kesepakatan regional dan
multilateral sertakesepakatan penanaman modal menciptakan peraturan yang baru
bagi perusahaanmultinasional dan penanaman modal asing.

Teori-teori perusahaan multinasional


-

Berdasarkan teori perusahaan multinasional, keberadaan MNC didasarkan kepada


tigagagasan:a.

Perusahaan-perusahaan multinasional memaksimalkan atau memperbesar keuntungandalam


pasar-pasar yang tidak sempurna b.
Perusahaan multinasional menciptakan pasar-pasar baruc.

Internalisasi dari pasar-pasar yang melewati batas-batas nasional suatu negaramerupakan


perpanjangan tangan dari perusahaan multinasional.
-

Beberapa teori penanaman modal asing langsung yang juga merupakan teori
perusahaanmultinasional yaitu:1.

Teori penanaman modal melalui pembelian sahamTeori ini menekankan pada suatu modal
dari penanaman modal asing melalui pembelian saham-saham di bursa saham.2.

Teori keuntungan monopoli dari penanaman modal asing langsungTeori ini menyatakan bahwa perusahaan
penanaman modal asing mempunyaikeuntungan monopoli yang didapat dari aktivitas-aktivitas
anak-anak perusahaan diluar negeri3.

Teori internalisasi penanaman modal asingDisebut juga teori transaksi menjelaskan mengapa
penanaman modal asingmerupakan cara yang lebih efektif untuk mengeksploitasi kekayaan
alam di luar negeri dan pemasaran-pemasaran daripada mengekspor barang dari negara
penanammodal atau memberikan lisensi.

Internasionalisasi dan InternalisasiTeori internasionalisasi menjabarkan masuknya


penanaman modal asing langsung oleh perusahaan multinasional ke suatu negara penerima
modal melalu beberapa tahapanyaitu: Licensing, Exporting, Establishment of local warehouse and direct
local sales,Local assembly and packaging, Formation of joint venture, Foreign direct
investment.Gambaran mengenai strategi masuknya perusahaan multinasional yang terikat
dalam bisnis internasional didasarkan pada asumsi bahwa beroperasinya perusahaan-
perusahaanasing sangat banyak resikonya dan perusahaan multinasional tersebut memiliki
suatustrategi global dalam mengoperasikan aktivitasnya. Kelemahannya dari
teoriinternasionalisasi ini adalah bahwa dalam kenyataan, perusahaan multinasional
terikatdalam produksi di luar negeri tetap mempertahankan keuntungan-keuntungan dari
usaha-usaha tersebut.Teori internalisasi menyatakan bahwa suatu perusahaan multinasional
harusmempertimbangkan biaya-biaya yang timbul dari pelayanan terhadap permintaan
pasar luar negeri. Pertimbangan tersebut terkait tiga strategi:1.

Perusahaan hanya melakukan ekspor ke pasar luar negeri2.

Perusahaan melakukan penanaman modal asing di luar negeri untuk memenuhi pasar lokal di negara
penerima modal.3.

Perusahaan hanya memberikan lisensi pada produsen di negara penerima modal.Teori internalisasi
pertama dikembangkan oleh Coase pada tahun 1937 dan dalamkonteks domestik oleh Hymer
pada tahun 1976 dalam dimensi internasional. Internalisasimerupakan teori yang menentukan
alasan-alasan bagi perusahaan multinasional untuk membuat produksi di luar negeri dan menjualnya.
Hal ini dilakukan untuk meresponketidakstabilan atau ketaksempurnaan dari barang-barang dan
pasar.
Organisasi Bisnis Perusahaan Multinasionala.

Induk Perusahaan (
p
arent com
p
any
): adalah suatu perusahaan yang memiliki danmengawasi penanaman modal asing secara
langsung, biasanya melalui anak perusahaannya yang dinamakan perusahaan affiliated si dua
negara atau lebih negaratempat modal ditanam. Induk perusahaan merupakan pusat pembuat
keputusan perusahaan yang menentukkan tujuan-tujuan dan pengawasan-
pengawasan berjalannya suatu sistem secara keseluruhan dalam satu perusahaan. b.

Kantor cabang atau cabang perusahaan(


b
ranch
atau
b
ranch office
): adalah suatukantor yang merupakan bagian dari induk perusahaan yang beroperasi di negara induk

perusaan atau di luar negeri atau dinegara tempat modal ditanam dan tidak berdirisendiri.c.

Kantor pusat (
the headquarters
atau
head office
): adalah suatu kantor yang didirikanoleh suatu perusahaan multinasional yang mempunyai
kedudukan sebagai kantor pusat atau pusat organisasi suatu perusahaan multinasional yang biasanya
berlokasi dinegara tempat induk perusahaan itu berada atau di negara penanam modal.d.

Anak perusahaan affiliate (


affiliated com
p
any
): adalah perusahaan holding dari penanam modal di luar negeri, tanpa melihat bentuk
hukum, tetapi biasanyamerupakan suatu anak perusahaan atau subsidiary atau accosiate, yang
didirikan berdasarkan hukum dari negara tempat modal asing itu dilakukan. Biasanya berbentuk suatu
perseroan terbatas.e.

Anak perusahaan subsidiary: adalah perusahaan yang mana induk perudahaanmempunyai


pengawasan dan mayoritas kepemilikan.f.

Negara penanam modal (


home state
): adalah negara asal penanaman modal asingtempat perusahaan tersebut berkedudukan atau
induk perusahaan berkedudukang.
Negara penerima modal (host state): adalah negara penerima penanaman modal
asing, biasanya penanam modal diwakili oleh suatu anak perusahaan.

Bentuk hukum pelaksanaan bisnis perusahaan multinasionala.

Bentuk kontraktual (contractual forms)Dalam praktiknya penyebaran produk juga dilakukan dengan
membuat suatu kontak, baik kontrak itu dilakukan diantara induk dan anak perusahaan, anak
perusahaandengan anak perusahaan atau anak perusahaan dengan perusahaan domestik
atauinduk perusahaan dengan perusahaan di negara tempat modal ditanam.Hubungan kontraktual
tersebut dapat dibagi dalam 3 bentuk:1)

Perjanjian Distribusi (distribution agreement)2)

Perjanjian produksi (production agreement)3)

Kerjasama antar perusahaan publik dan perusahaan swasta (public private pertnerships) b.

Kepemilikan berdasarkan grup atau kelompok perusahaanTerdapat beberapa bentuk


kepemilikan berdasarkan grup, yaitu:1)

The Anglo-American µPyramid¶ groupPerusahaan induk berada pada urutan paling atas, memiliki
dan mengawasi jaringansecara keseluruhan anak-anak perusahaan.2)

Transnasional merger perusahaan eropa (European transnasional mergers)

Kepemilikan kelompok perusahaan multinasional pada suatu perusahaan yangdilakukan


secara merger. Misalnya perusahaan Inggris Lever Brother dengan perusahaan Belanda Margarine
Uni yang merger menjadi Unilever NV.3)

The
J
apanese µKeiretsu¶Karakter hukum dari kelompok perusahaan jepang ini dipengaruhi oleh
persyaratanyang terdapat dalam Undang-undang anti monopolic.

Usaha patungan (
j
oint venture
)Perusahaan patungan terbentuk dari suatu perjanjian antara dua atau lebih perusahaanyang
berbeda atau dua induk yang berbeda. Dalam usaha patungan
biasanya pengawasan melibatkan kedua perusahaan yang bergabung atau dua induk
perusahaanyang melakukan patungan. Usaha patungan dapat dilakukan dalam beberapa bentuk hukum
antara lain secara kontraktual, partnership dan pembentukan suatu perusahaanterbatas.d.

Penggabungan non formal antara perusahaan multinasionalBentuk ini adalah bentuk hukum yang dibuat oleh
induk perusahaan multinasionaldengan mendirikan anak-anak perusahaan secara intern baik dengan cara
merger transnasional dan usaha patungan. Hubungan kontraktual lebih banyak digunakanuntuk
joint produksi atau peroduk tertentu atau usaha patungan di bidang jasa.e.
Perusahaan multinasional milik negaraKepemilikan perusahaan multinasinal pada perusahaan publik dapat
dilakukan melalui privatisasi yang ditawarkan oleh negara bersangkutan. Kepemilikan
perusahaan publik oleh perusahaan multinasional terjadi karena perusahaan milik negara
tersebutmengambil strategi perluasan perusahaan secara internasional atau
perusahaanmultinasional yang ada dinasionalisasi.f.

Perusahaan multinasional yang sifatnya supranasionalYaitu perusahaan-perusahaan


yang dibentuk berdasarkan hukum yang dibuat olehorganisasi regional negara-negara yang bertujuan
meningkatkan kerja sama antara perusahaan-perusahaan dari lebih dari satu negara. bentuk-
bentuk perusahaan tersebutantara lain: perusahaan supranasional yang dibentuk
oleh masyarakat eropa (Europeancommunity), perusahaan multinasional Andean (the
Andean multinasional enterprise), perusahaan internasional publik (Public International
Corporation)

Perusahaan multinasional dan penanaman modal asing


-

Penanaman modal asing digunakan oleh perusahaan multinasional dalam 4 cara, yaitu:

1)

Penanaman modal asing merupakan aktivitas perusahaan yang memberikan statusmultinasional bagi
perusahaan-perusahaan tertentu2)

Penanaman modal asing merupakan suatu aktivitas pembiayaan. Sebagai cabang daridari
pembiayaan internasional, penanaman modal asing mempunyai dampak atau pengaruh terhadap neraca
pembayaran baik bagi negara asal maupun bagi negara penerima modal3)

Penanaman modal asing merupakan syarat umum yang digunakan untuk menunjukkan kebijakan-
kebijakan ekonomi terhadap atau melalui perusahaanmultinasional dan mengalirnya
penanaman modal internasional yang dijaga oleh pemerintah dan organisasi internasional.4)

Penenaman modal asing merupakan syarat yang digunakan lembaga statistic untuk mengukur
mengalirnya pemasukan dan pengeluaran tahunan dan nilai kumulatif yaitumelalui penanaman
modal langsung yang masuk ke suatu negara.
-

Terdapat beberapa unsur penting dari perusahaan multinasional yang berkaitan dengan penanaman modal
asing langsung:1.

Secara langsung, perusahaan multinasional mempunyai kekuasaan untuk mengawasi pengambilan


keputusan terhadap perusahaan-perusahaan yang berada di luar negeri2.

Perusahaan multinasional melalui penanaman modal asing mengalihkan secara bersamaan


kekayaannya termasuk didalamnya modal, teknologi, pemgusaha asingdan tenaga ahli
manajemen serta akses pasar untuk perdagangan dan produksi luar negeri3.
Perusahaan multinasional melalui penanaman modal asing mempunyai aktivitas-aktivitas
yang mempunyai nilai tambah dari perusahaan-perusahaan yang berlokasi paling sedikit di dua
negara yang berbeda.

Perusahaan multinasional dan perdagangan internasional


-

Perusahaan multinasional mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam


kebijakan perdagangan internasional. Perusahaan multinasional dapat mempengaruhi
kebijakan pemerintah atau negara-negara dsengan membatasi kemampuan negara tersebut
untuk secara bebas melakukan perpindahan barang-barang, jasa dan modal yang dilakukandengan
melewati batas-batas negara apabila dan dimana strategi perusahaan dapatditerapkan.
-

Menyebarnya perusahaan multinasional secara global melalui penanaman modal


asinglangsung telah mengubah keberadaan arus perdagangan internasional. Hal ini jugamemperngaruhi
keberadaan teori pergadangan internasional yaitu teori comparative

advantage. Teori ini telah ditinggalkan hanya sebagai dasar persaingan internasional
danmengalirnya perdagangan internasional.
-

Perkembangan yang paling penting dalam teori perdagangan adalah


berkembangnyamonopolistik dan persaingan yang tidak sempurna. Hal ini disebabkan
perusahaanmultinasional sebagai pelaku utama perdagangan internasional telah
memberikeuntungan yang besar bagi negara-negara terutama negara berkembang dab negaraterbelakang
yaitu meningkatkan standar kehidupan melalui perdagangan internasionalHubungan perusahaan
multinasinal dengan negara asal modal (home state) dan negara penerima modal (host state)1.

Perusahaan multinasional dan negara penerima modal (host state)Pemerintah di hampir setiap negara industry
atau negara berkembang terus mengenakan beberapa pembatasan terhadap penanaman modal asing
langsung yang masuk kenegaranya dan menahan maksunya perusahaan multinasional
terhadap perekonomianmereka, tetapi kebanyakan pemerintah sadar bahwa apabila sebagai
negara berkembangmereka tidak dapat menarik penanaman modal langsung, makan negara-
negara ini akanmendapat kesulitan untuk memperoleh pembiayaan, alih teknologi dan masuk
dalam pasar nasional yang dibutuhkan bagi pembangunan ekonomi negara-negara
berkembang,walaupun sebenarnya perusahaan multinasional melalui penanaman modal asing
langsungmerusak ekonomi dan tujuan ekonomi negara-negara penerima modal.
Keberadaan perusahaan multinasional sebagai pendorong globalisasi menjadikan negara-
negara berkembang justru berusaha memperoleh keberuntungan dari perusahaan multinasional.Menurut
Peter T. Muchlinski pengawasan oleh negara penerima modal terhadap penanammodal asing
langsung dapat dilakukan dalam tiga hal utama:1)

Melakukan pembatasan terhadap penanam modal langsung yang masuk baik


secarakeseluruhan maupun terhadap sektor tertentu2)

Penanaman modal asing langsung diizinkan setelah melewati beberapa proses danmemenuhi
persyaratan masuk (entry requitment)3)
Terhadap perusahaan penanam modal asing yang didirikan, semua aktivitas dariinvestor tunduk
kepada hukum tempat penanaman modal langsung tersebut didirikan.2.

Perusahaan multinasional dan Negara penanam modal (home state)Keterkaitan hubungan antara negara
penanam modal dengan perusahaan multinasionaldalam melakukan penanaman modal dan
perdagangan international terlihat dari adanyadukungan (Amerika Serikat) terhadap
penanaman modal asing dengan Product CycleTheory yang dikembangkan Raymond Vernin dan
dukungan terhadap industrial

organization theory of vertical integration. Penanaman modal secara vertical integratedyaitu


memproduksi barang-barang untuk melayani kebutuhan pabrik lain di negara yangsama atau
berbeda.Teori the product cycle adalah suatu pola perdagangan internasional dan peanaman
modalasing dalam industry barang-barang yang secara luas ditentukan oleh berkembangnya dan proses
industrialisasi yang digerakan oleh teknologi baru. Perusahaan multinasional baginegara
asalnya diakui mempunyai peran yang sangat penting. Perusahaan multinasionalmemperkuat
neraca pembayaran (balanced of payment) negara asalnya, dan sebagai penghasil utama devisa.

Tanggung jawab perusahaan multinasional


-

Pada dasarnya perusahaan multinasional bukanlah subjek hukum internasional.Meskipun


demikian, perusahaan multinasional dan modal yang ditanamnya tunduk pada pengaturan
hukum internasional. Dalam hal ini hukum internasional mengatur hak-hak dan kewajiban-
kewajiban negara termasuk hak dan kewajiban terhadap penanamanmodal asing.
-

Kewajiban-kewajiban yang mengatur aktivitas perusahaan multinasional dan pengaruhnya:1)

Berdasarkan pada hukum internasional, perusahaan multinasional harus


menghormatikedaulatannasional dari negara-negara tempat perusahaan tersebut beroperasi2)

Perusahaan multinasional baik secara langsung maupun tidak langsung melanggar peirnsip-
prinsip hukum internasional, seperti larangan perbudakan, genosida, dll.3)

Perusahaan multinasional harus meningkatkan dan melindungi hak-hak asasi manusiadan


prinsip-prinsip perburuhan di dalam wilayah negara tempat
perusahaanmultinasional mrlaksanakan aktivitasnya4)

Perusahaan multinasioanal harus memenuhi prinsip pembangunan berkelanjutan.5)

Perusahaan multinasional tidak boleh melakukan penyuapan atau korupsi terhadap pegawai
atau pejabat pemerintah

Pengaturan terhadap perusahaan multinasional1.


Pengaturan nasionalTujuannya adalah untuk menjamin agar keberadaan perusahaan multinasional
dapatmemberi keuntungan ekonomi dan sosial secara maksimal kepada
perekonomiannasionalnya. Pengaturan nasional biasanya dituangkan dalam suatu perturan
perundang-undangan (regulatory havens).
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR ……….…………………………………………………………i

DAFTAR ISI
………………………………………………….………………………2

BAB I PENDAHULUAN
……………………………………..………………………3
1.1. Latar Belakang Masalah
…………………………………………….....………….3
1.2. Rumusan Masalah
…………………………………………………………..…….3
1.3. Tujuan Penulisan
……………………………………………………….…………3

BAB II PERUSAHAAN MULTI Nasional


……………………………………………4
2.1. Pengertian Perusahaan Multinasinal
………………......…………………………..4
2.2. FDI dan liberalisme di Indonesia
………………………………………………….7
2.3 Perusahaan-perusahaan Multinasional
…………………….........………………...12
2.4.Ddampak perusahaan Multinasional
………………….....………………………..15
BAB III PENUTUP
…………………………………………….……………………19
3.1. Kesimpulan
…………………………………………………..………………….19
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………..………………….24

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berkembangnya Perusahaan Multi Nasional disuatu Negara sangatlah
berpengaruh terhadap Ekonomi Negara itu sendiri dimana pengangguran akan
berkurang sehingga pendapatan Negara itu sendiri otomatis akan bertambah.
Dalam rangka membantu perubahan terhadap Negara khususnya Indonesia
perkembangan perusahaan multi Nasional merupakan prioritas utama dalam
pembangunan Negara.maka pembangunan ini memerlukan konsep yang sangat
bagus agar tuuan-tujuan tercapai semua.
Dengan demikian unsure pemerintahan merupakan hal yang penting sebelum
mengarah kepada perusahaan itu sendiri

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul penelitian di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus


dalam makalah ini adalah: Bagaimana pengaruh Perusahaan Multi Nasional Ter
hadap Suatu Negar

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan dari Makalah ini adalah untuk mengetahui
pengaruh perusahaan Multi Nasional terhadap suatu Negara

BAB II
PERUSAHAAN MULTINASIONAL

A. PENGERTIAN PERUSAHAAN MULTINASINAL

Di beberapa dekade akhir abad ke-20, transformasi pesat dunia industri


mengambil bentuknya yang baru. Kemajuan mencolok ilmu dan teknologi,
sebagai mesin penggerak suatu masyarakat, dunia mendapatkan pengaruhnya
dari berbagai sudut. Perekonomian adalah salah satu bidang yang mengalami
berbagai perubahan mencolok di masa-masa tersebut. Yang pasti, munculnya
berbagai perusahaan multinasional, hingga batas tertentu, membuka peluang bagi
globalisasi ekonomi.

Pengalaman pertumbuhan ekonomi pada abad kesembilan belas di Negara-


negara maju banyak bersumber dari dari pergerakan modal internasional yang
cukup deras pada waktu itu. Mobiltas faktor-faktor produksi yang terjadi antar
Negara mencapai titik puncaknya dengan hadirnya perusahaan-
perusahaan multinasional. Mungkin perkembangan yang terpenting dalam
hubungan-hubungan ekonomi internasional selama dua dasawarsa terakhir ini
adalah lonjakan mengagumkan kekuatan dan pengaruh perusahaan-perusahaan
raksasa multinasional. Merekalah penyalur utama aneka factor produksi, mulai
dari modal, tenaga kerja dan teknologi produksi, semuanya dalam skala besar-
besaran, dari satu Negara ke Negara lainnya.

Dalam operasinya ke berbagai Negara-negara dunia ketiga, mereka


menjalankan berbagai macam operasi bisnis yang inovatif dan kompleks
sehingga tidak bias lagi kita pahami hanya dengan perangkat teori-teori
perdagangan yang sederhana, apalagi mengenai distribusi keuntungannya.
Perusahaan-perusahaan raksasa, seperti IBM, Ford, Exxon, Philips, Hitachi,
British Petroleum, Renault, Volkswagen, dan Coca-Cola, telah sedemikan rupa
mendunia dalam operasinya sehingga kalkulasi atas distribusi keuntungan-
keuntungan yang dihasilkan oleh produksi internasional itu kepada penduduk
setempat dan pihak asing menjadi semakin sulit dilakukan.

Arus sumber-sumber keuangan internasional dapat terwujud dalam dua


bentuk. Yang pertama adalah penanaman modal asing yang dilakukan oleh pihak
swasta (private foreign investment) dan investasi portofolio, terutama berupa
penanaman modal asing “langsung” (PMI). Penanaman modal seperti ini juga
dapat disebut Foreign Direct Investment (FDI). FDI (Foreign Direct
Investment) atau investasi langsung luar negeri adalah salah satu ciri penting dari
sistem ekonomi yang kian mengglobal. Ia bermula saat sebuah perusahaan dari
satu negara menanamkan modalnya dalam jangka panjang ke sebuah perusahaan
di negara lain. Dengan cara ini perusahaan yang ada di negara asal (biasa disebut
‘home country‘) bisa mengendalikan perusahaan yang ada di negara tujuan
investasi (biasa disebut ‘host country‘) baik sebagian atau seluruhnya. Caranya
dengan si penanam modal membeli perusahaan di luar negeri yang sudah ada atau
menyediakan modal untuk membangun perusahaan baru di sana atau membeli
sahamnya sekurangnya 10%.

Biasanya, FDI terkait dengan investasi aset-aset produktif, misalnya


pembelian atau konstruksi sebuah pabrik, pembelian tanah, peralatan atau
bangunan; atau konstruksi peralatan atau bangunan yang baru yang dilakukan
oleh perusahaan asing. Penanaman kembali modal (reinvestment) dari
pendapatan perusahaan dan penyediaan pinjaman jangka pendek dan panjang
antara perusahaan induk dan perusahaan anak atau afiliasinya juga dikategorikan
sebagai investasi langsung. Kini mulai muncul corak-corak baru dalam FDI
seperti pemberian lisensi atas penggunaan teknologi tinggi. Sebagian besar FDI
ini merupakan kepemilikan penuh atau hampir penuh dari sebuah perusahaan.
Termasuk juga perusahaan-perusahaan yang dimiliki bersama (joint ventures)
dan aliansi strategis dengan perusahaan-perusahaan lokal. Joint ventures yang
melibatkan tiga pihak atau lebih biasanya disebut sindikasi (atau ‘syndicates‘)
dan biasanya dibentuk untuk proyek tertentu seperti konstruksi skala luas atau
proyek pekerjaan umum yang melibatkan dan membutuhkan berbagai jenis
keahlian dan sumberdaya.

B. FDI dan Liberalisasi di Indonesia

UU Penanaman Modal Asing (UU No. 1/1967) dikeluarkan untuk menarik


investasi asing guna membangun ekonomi nasional. Di Indonesia adalah
wewenang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk memberikan
persetujuan dan ijin atas investasi langsung luar negeri. Dalam dekade terakhir
ini pemodal asing enggan menanamkan modalnya di Indonesia karena tidak
stabilnya kondisi ekonomi dan politik. Kini muncul tanda-tanda bahwa situasi ini
berubah: ada sekitar 70% kenaikan FDI di paruh pertama tahun 2005, bersamaan
dengan tumbuhnya ekonomi sebesar 5-6% sejak akhir 2004. Pada awal 2005,
Inggris, Jepang, Cina, Hong Kong, Singapura, Australia, dan Malaysia adalah
sumber-sumber FDI yang dianggap penting. Menurut data statistik UNCTAD,
jumlah total arus masuk FDI di Indonesia adalah US$1.023 milyar pada tahun
2004 (data terakhir yang tersedia); sebelumnya US$0.145 milyar pada tahun
2002, $4.678 milyar pada tahun 1997 dan $6.194 milyar pada tahun 1996 [tahun
puncak].

Pertumbuhan penanaman modal swasta asing secara langsung (foreign


direct investment)-yakni, yang dana-dana investasinya langsung digunakan untuk
menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi
seperti memberi lahan, membuka pabrik-pabrik, mendatangkan mesin-mesin,
membeli bahan baku, dan sebagainya di Negara-negara dunia ketiga seperti di
Indonesia ini, telah berlangsung secara sangat cepat selama sekian dasawarsa
terakhir ini. Apabila pada tahun 1962 nilai totalnya baru mencapai sekitar US$
2,4 miliar, maka di tahun 1980 jumlahnya telah melonjak menjadi sekitar US$ 11
miliar, kemudian naik lagi hingga US$ 35 miliar di tahun 1990, serta berpuncak
sebesar lebih dari US$ 120 ,miliar di tahun 1997. dari keuntungan yang
sedemikian besar diperoleh ini, hanya sekitar 60 persen dari total dana investasi
asing tersebut yang mengalir ke Negara-negara di Asia.
Perusahaan-perusahaan multinasional yang ingin menyedot sumber daya
alam menguasai pasar (baik yang sudah ada dan menguntungkan maupun yang
baru muncul) dan menekan biaya produksi dengan mempekerjakan buruh murah
di negara berkembang, biasanya adalah para penanam modal asing ini. Contoh
‘klasik’ FDI semacam ini misalnya adalah perusahaan-perusahaan pertambangan
Kanada yang membuka tambang di Indonesia atau perusahaan minyak sawit
Malaysia yang mengambil alih perkebunan-perkebunan sawit di Indonesia.
Cargill, Exxon, BP, Heidelberg Cement, Newmont, Rio Tinto dan Freeport
McMoRan, dan INCO semuanya memiliki investasi langsung di Indonesia.
Namun demikian, kebanyakan FDI di Indonesia ada di sektor manufaktur di
Jawa, bukan sumber daya alam di daerah-daerah.

Salah satu aspek penting dari FDI adalah bahwa pemodal bisa mengontrol
atau setidaknya punya pengaruh penting manajemen dan produksi dari
perusahaan di luar negeri. Hal ini berbeda dari portofolio atau investasi tak
langsung, dimana pemodal asing membeli saham perusahaan lokal tetapi tidak
mengendalikannya secara langsung. Biasanya juga FDI adalah komitmen jangka-
panjang. Itu sebabnya ia dianggap lebih bernilai bagi sebuah negara dibandingkan
investasi jenis lain yang bisa ditarik begitu saja ketika ada muncul tanda adanya
persoalan.

Undang-Undang penanaman Modal Pertama dikeluarkan pada waktu masa


pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, yaitu Undang-
Undang No.1 tahun 1967, dikatakan dengan jelas bahwa beberapa jenis bidang
usaha sepenuhnya tertutup bagi perusahaan asing, yaitu pelabuhan, pembangkitan
dan transmisi listrik, telekomunikasi, pendidikan, penerbangan, air minum,
perkereta-apian (KA), tenaga nuklir, dan media massa. Kesemua bidang ini
dibatasi adanya campur tangan oleh pihak asing karena bidang-bidang ini dapat
dikategorikan sebagai usaha yang bernilai strategis bagi Negara dan kehidupan
sehari-hari rakyat banyak yang seharusnya tidak boleh dipengaruhi oleh pihak
asing (terdapat di pasal 6 ayat 1).

Setahun kemudian dibuatlah Undang-Undang yang mengatur tentang


penanaman modal dalam negeri (UU No.6 tahun 1968), yang didalamnya (Pasal
3 ayat 1), menyatakan sebagai berikut : “Perusahaan Nasional adalah perusahaan
yang sekurang-kurangnya 51 % daripada modal dalam negeri yang ditanam di
dalmnya dimiliki oleh Negara dan / atau swasta nasional”. Dengan kata lain,
berdasarkan Undang-Undang ini, pemodal asing hanya boleh memiliki modal
maksimal, sebanyak-sebanyaknya 49% dalam sebuah perusahaan. Namun
kemudian, pemerintah Indonesia menerbitkan peraturan pemerintah yang
menjamin investor asing bisa memiliki hingga 95% saham perusahaan yang
bergerak dalam bidang “… pelabuhan; produksi dan transmisi serta distribusi
tenaga listrik umum; telekomunikasi; penerbangan, pelayaran, KA; air minum,
pembangkit tenaga nuklir; dan media massa” (PP No. 20/1994 Pasal 2 ayat 1 dan
Pasal 5 ayat 1).
Penanaman Modal Swasta Asing Secara Langsung (FDI), 1970-1997
Penanaman FDI Penerima Utama FDI, 1997
Tahun Total FDI netto Negara FDI yang diterima (persentase
(dalam US$ miliar) Penerima total)
1970 3,1 Cina 31
1980 10,9 Brasil 13
1990 23,7 Meksiko 7
1991 35,1 Indonesia 5
1992 42,5 Polandia 4
1993 53,2 Malaysia 3
1994 78,1 Argentina 3
1995 96,3 India 3
1996 118,9 Venezuela 2
1997 119,4 Negara 29
berkembang
lainnya

Selanjutnya dibawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang


Yudhoyono, pemerintah Indonesia mengadakan International Infrastructure
Summit pada tanggal 17 Januari 2005 dan BUMN summit pada tanggal 25-26
Januari 2005. Infrastructure summit menghasilkan keputusan eksplisit bahwa
seluruh proyek infrastruktur dibuka bagi investor asing untuk mendapatkan
keuntungan, tanpa perkecualian. Pembatasan hanya akan tercipta dari kompetisi
antarperusahaan. Pemerintah juga menyatakan dengan jelas bahwa tidak akan ada
perbedaan perlakuan terhadap bisnis Indonesia ataupun bisnis asing yang
beroperasi di Indonesia.

BUMN summit menyatakan jelas bahwa seluruh BUMN akan dijual pada
sektor privat. Dengan kata lain, artinya tak akan ada lagi barang dan jasa yang
disediakan oleh pemerintah dengan biaya murah yang disubsidi dari pajak. Di
masa depan seluruh barang dan jasa bagi publik akan menjadi barang dan jasa
yang bersifat komersial yang penyediaannya murni karena motif untuk
mendapatkan laba. Kebijakan-kebijakan ini menunjukkan proses liberalisasi yang
saat ini sedang berlangsung di semua sektor di Indonesia dan menunjukkan
pentingnya FDI bagi pemerintah Indonesia.

C. Perusahaan-Perusahaan Multinasional

Perusahaan Multinasional telah memainkan peranan yang sangat penting


dalam menjalankan kebijakan dan aturan baik di tingkat national maupun
internasional. Di negara-negara berkembang, hampir setiap aspek dari kehidupan
komunitas telah terkena dampak dari operasi Perusahaan
Multinasional. Perusahaan multinasional atau PMN adalah perusahaan yang
berusaha di banyak negara; perusahaan ini biasanya sangat besar. Perusahaan
seperti ini memiliki kantor-kantor, pabrik atau kantor cabang di banyak negara.
Mereka biasanya memiliki sebuah kantor pusat di mana mereka mengkoordinasi
manajemen global. Perusahaan multinasional yang sangat besar memiliki dana
yang melewati dana banyak negara. Mereka dapat memiliki pengaruh kuat dalam
politik global, karena pengaruh ekonomi mereka yang sangat besar bagai para
politisi, dan juga sumber finansial yang sangat berkecukupan untuk relasi
masyarakat dan melobi politik. Karena jangkauan internasional dan mobilitas
PMN, wilayah dalam negara, dan Negara sendiri, harus berkompetisi agar
perusahaan ini dapat menempatkan fasilitas mereka (dengan begitu juga pajak
pendapatan, lapangan kerja, dan aktivitas ekonomi lainnya) di wilayah tersebut.
Untuk dapat berkompetisi, negara-negara dan distrik politik regional seringkali
menawarkan insentif kepada PMN, seperti potongan pajak, bantuan pemerintah
atau infrastruktur yang lebih baik atau standar pekerja dan lingkungan yang
memadai.

Perusahaan multinasional pada dasarnya adalah sebuah perusahaan raksasa


yang menjalankan, memiliki serta mengendalikan operasi bisnis atau kegiatan-
kegiatan usahanya di lebih dari satu Negara. Perusahaan multinasional ini
umumnya berupa perusahaan yang dikelola oleh lebih dari sebuah negara, dan
oleh karena kekuatan ekonominya yang besar, ia mampu mempengaruhi
kebijakan-kebijakan perekonomian suatu negara dengan sangat luas.
Dari sudut pandang sejarah, model perusahaan seperti ini mulai
bermunculan sejak dekade 50. perusahaan-perusahaan multinasional, terutama di
AS, semakin aktif di beberapa bidang, setelah terpengaruh oleh kondisi
perekonomian di zaman itu. Dengan memanfaatkan sistem transportasi dan
komunikasi internasional yang semakin modern, demikian pula karena adanya
“celah” antara hubungan Eropa dan Jepang, perusahaan-perusahaan ini
menemukan peluang untuk menjual produk-produk mereka ke luar batas-batas
AS. Tak lama kemudian, perusahaan-perusahaan Eropa mengikuti jejak langkah
mereka ini, sehingga menjadi semakin luaslah keberadaan perusahaan-
perusahaan multinasional ini.

Perusahaan multinasional atau PMN adalah perusahaan yang berusaha


di banyak negara; perusahaan ini biasanya sangat besar. Perusahaan seperti ini
memiliki kantor-kantor, pabrik atau kantor cabang di banyak negara. Mereka
biasanya memiliki sebuah kantor pusat di mana mereka mengkoordinasi
manajemen global. Perusahaan multinasional yang sangat besar memiliki dana
yang melewati dana banyak negara. Mereka dapat memiliki pengaruh kuat dalam
politik global, karena pengaruh ekonomi mereka yang sangat besar bagai para
politisi, dan juga sumber finansial yang sangat berkecukupan untuk relasi
masyarakat dan melobi politik. Karena jangkauan internasional dan mobilitas
PMN, wilayah dalam negara, dan Negara sendiri, harus berkompetisi agar
perusahaan ini dapat menempatkan fasilitas mereka (dengan begitu juga pajak
pendapatan, lapangan kerja, dan aktivitas ekonomi lainnya) di wilayah tersebut.
Untuk dapat berkompetisi, negara-negara dan distrik politik regional seringkali
menawarkan insentif kepada PMN, seperti potongan pajak, bantuan pemerintah
atau infrastruktur yang lebih baik atau standar pekerja dan lingkungan yang
memadai.

Terdapat dua karakteristik pokok dari perusahaan multinasional, yakni


ukuran mereka yang sangat besar dan kenyataan bahwa operasi bisnis mereka
yang tersebar ke seluruh dunia itu cenderung dikelola secara terpusat oleh para
pemimpinnya di kantor pusatnya yang berkedudukan di Negara asal. Ukuran
mereka yang sedemikian besar tentu memberikan kekuatan ekonomi (dan
terkadang juga kekuatan politik) yang sangat besar, sehingga mereka merupakan
kekuatan utama (sekitar 40%) yang menyebabkan berlangsungnya globalisasi
perdagangan duniua secara pesat. Dengan kekuatan yang begitu besar, merekalah
yang sebenarnya seringkali mendominasi aneka komoditi dagang di Negara-
negara berkembang (tembakau, mie, bubur gandum instant, dsb).

Dari gambaran ini, maka bisa dibayangkan betapa dahsyatnya kekuatan


ekonomi (dan terkadang politik) yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaa
multinasional tersebut, apalagi jika dibandingkan dengan pemerintahan di
Negara-negara berkembang di mana mereka menjalankan bisnisnya. Kekuatan
mereka ini juga ditunjang lagi oleh posisi oligopolitik yang mereka genggam
dalam perekonomian domestic atau bahkan internasional pada sektor atau jenis-
jenis produk yang mereka jalankan.
D. Dampak perusahaan multinasional

Dewasa ini kehadiran perusahaan-perusahaan multinasional di bidang


ekonomi dan politik dunia, terasa sangat mencolok. Perusahaan-perusahaan
multinasional yang “menancapkan kukunya” juga tentu saja memberikan
implikasi kepada, saya sebut sebagai, Negara yang di’ekspansi’nya, baik dampak
positif maupun dampak negatifnya. Dampak positif pertama yang paling sering
disebut-sebut sebagai sumbangan positif penanaman modal asing ini adalah,
peranannya dalam mengisi kekosongan atau kekurangan sumber daya antara
tingkat investasi yang ditargetkan dengan jumlah actual “tabungan domestik”
yang dapat dimobilisasikan. Dampak positif kedua adalah, dengan memungut
pajak atas keuntungan perusahaan multinasional dan ikut serta secara financial
dalam kegiatan-kegiatan mereka di dalam negeri, pemerintah Negara-negara
berkembang berharap bahwa mereka akan dapat turut memobilisasikan sumber-
sumber financial dalam rangka membiayai proyek-proyek pembangunan secara
lebih baik.
Dampak positif ketiga adalah, perusahaan multinasional tersebut tidak
hanya akan menyediakan sumber-sumber financial dan pabrik-pabrik baru saja
kepada Negara-negara miskin yang bertindak sebagai tuan rumah, akan tetapi
mereka juga menyediakan suatu “paket” sumber daya yang dibutuhkan bagi
proses pembangunan secara keseluruhan, termasuk juga pengalaman dan
kecakapan manajerial, kemampuan kewirausahaan, yang pada akhirnya nanti
dapat dimanifestasikan dan diajarkan kepada pengusaha-pengusaha domestic.

Dampak positif keempat adalah, perusahaan multinasional juga berguna


untuk mendidik para manajer local agar mengetahui strategi dalam rangka
membuat relasi dengan bank-bank luar negeri, mencari alternative pasokan
sumber daya, serta memperluas jaringan-jaringan pemasaran sampai ke tingkat
internasional. Dampak positif kelima adalah, perusahaan multinasional akan
membawa pengetahuan dan teknologi yang tentu saja dinilai sangat maju dan
maju oleh Negara berkembang mengenai proses produksi sekaligus
memperkenalkan mesin-mesin dan peralatan modern kepada Negara-negara dun
ia ketiga.

Selain dampak positif yang telah dikatakan diatas, tentu saja dalam
pelaksanaan kegiatan ekonominya, perusahaan multinasional juga mempunyai
dampak negatif yang terjadi pada Negara tamu. Pada umumnya pasar yang
menjadi sasaran pemasaran perusahaan multinasional ini memang adalah Negara-
negara yang notabenenya adalah Negara-negara yang sedang berkembang atau
Negara-negara dunia ketiga. Hal ini mereka lakukan karena Negara-negara dunia
ketiga ini dinilai belum mempunyai perlindungan yang baik atau belum
mempunyai “kekuatan” yang cukup untuk menolak “kekuatan” daripada
perusahaan-perusahaan raksasa multinasional ini sehingga bukan tidak mungkin
mereka bisa melakukan intervensi terhadap pemerintahan yang dilangsungkan
oleh Negara yang bersangkutan, atau dengan kata lain Negara-negara ini
menghadapi dilema di mana sebagian besar negara terlalu lemah untuk
menerapkan prinsip aturan hukum, dan juga perusahaan-perusahaan raksasa
ini sangat kuat menjalankan kepentingan ekonomi untuk keuntungan mereka
sendiri.

Kemudian kita juga harus menyadari bahwa perusahaan-perusahaan


mutinasional ini tidak tertarik untuk menunjang usaha pembangunan suatu
Negara. Perhatian mereka hanya tertuju kepada upaya maksimalisasi keuntungan
atau tingkat hasil financial atas setiap sen modal yang mereka tanamkan.
Perusahaan-perusahaan multi nasional ini senantiasa mencari peluang ekonomi
yang paling menguntungkan, dan mereka tidak bisa diharapkan untuk memberi
perhatiam kepada soal-soal kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan lonjakan
pengangguran. Pada umumnya, perusahaan-perusahaan multinasional hanya
sedikit memperkerjakan tenaga-tenaga setempat. Operasi mereka cenderung
terpusat di sector modern yang mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal
yaitu di daerah perkotaan.

Selain tidak bisa diharapkan untuk ikut membantu mengatasi masalah


ketenagakerjaan di Negara tuan rumah, mereka bahkan seringkali memberi
pengaruh negative terhadap tingkat upah rata-rata, karena mereka
biasanya memberikan gaji dan aneka tunjangan kesejahteraan yang jauh
lebih tinggi ketimbang gaji gaji rata-rata kepada para karyawannya, baik
itu yang berasal dari Negara setempat atau yang didatangkan dari Negara-
negara lain. Di atas telah dikatakan bahwa keuatan mereka juga ditunjang oleh
posisi oligopolitik yang mereka genggam dalam perekonomian domestik atau
bahkan internasional pada sektor atau jenis-jenis produk yang mereka geluti. Hal
ini bertolak berlakang dari keyataan bahwa mereka cenderung beroperasi di
pasar-pasar yang dikuasai oleh beberapa penjual dan pembeli saja. Situasi seperti
ini memberi mereka kemampuan serta kesempatan yang sangat besar untuk
secara sepihak menentukan harga-harga dan laba yang mereka kehendaki,
bersekongkol dengan perusahaan lainnya dalam membagi daerah operasinya
serta sekaligus untuk mencegah atau membatasi masuknya perusahaan-
perusahaan baru yang nantinya dikhawatirkan akan menjadi saingan mereka.

Hal-hal tersebut mereka upayakan dengan menggunakan kekuatan yang


mereka miliki dalam penguasaan teknologi-teknologi baru yang paling canggih
dan efisien, keahlian-keahlian khusus, diferensiasi produk, serta berbagai
kegiatan periklanan secara gencar dan besar-besaran untuk mempengaruhi, kalau
perlu mengubah, selera dan minat konsumen. Kemudian walaupun dampak-
dampak awal (berjangka awal) dari penanaman modal perusahaan multinasional
memang dapat memperbaiki posisi devisa Negara yang menerima mereka
(Negara tuan rumah), tetapi dalam jangka panjang dampak-dampaknya justru
negatif, yakni dapat mengurangi penghasilan devisa itu, baik dari sisi neraca
transaksi berjalan maupun neraca modal. Neraca transaksi berjalan bisa
memburuk karena adanya impor besar-besaran atas barang-barang setengah jadi
dan barang modal oleh perusahaan multinasional itu, dan hal tersebut masih
diperburuk lagi oleh adanya pengiriman kembali keuntungan hasil bunga, royalty,
dan biaya-biaya jasa manajemen ke Negara asalnya. Jadi praktis pihak Negara
tuan rumah tidak memperoleh bagian keuntungan yang adil dan wajar.

Selain itu perusahaan-perusahaan multinasional berpotensi besar untuk


merusak perekonomian tuan rumah dengan cara menekan timbulnya
semangat bisnis para usahawan local, dan menggunakan tingkat penguasaan
pengetahuan teknologi mereka yang superior, jaringan hubungan luar negeri yang
luas dan tertata baik, keahlian dan agresivitas di bidang periklanan, serta
penguasaan atas berbagai berbagai jenis jasa pelengkap lainnya untuk mendorong
keluar setiap perusahaan local yang cukup potensial yang dianggap mengganggu
atau mengancam dalam kancah persaingan, dan sekaligus untuk menghalangi
munculnya perusahaan-perusahaan baru yang berpotensi untuk menjadi saingan
mereka. Perusahaan-perusahaan multinasional juga sering menggunakan
kekuatan ekonomi mereka untuk mempengaruhi, menyuap, dan memanipulasi
berbagai kebijakan pemerintah di Negara tuan rumah ke arah yang tidak
menguntungkan bagi pembangunannya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhir dekade 1990-an ini merupakan periode yang menarik bagi kita untuk
menilai kembali segala dampak kualitatif maupun kuantitatif yang ditimbulkan
oleh investasi yang dilakukan perusahaan-perusahaan raksasa multinasional
terhadap kondisi social-ekonomi Negara-negara berkembang yang bertindak
sebagai tuan rumahnya. Tetapi perusahaan multinasional atau transnasional bisa
menjadi bencana nasional karena rawan pelanggaran hak asasi manusia (HAM)
dan bisa menjadi kekuatan penghambat proses demokratisasi di negara-negara
sedang berkembang.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Emmy


Hafild mengemukakan hal itu dalam diskusi bertema, “Tanggung Jawab
Transnational Corporations dalam HAM” yang diselenggarakan Komisi Nasional
HAM, Rabu (21 November 2006) di Jakarta. Emmy berpendapat, ada
kecenderungan kuat, para pemimpin pemerintahan atau negara di negara-negara
berkembang tunduk pada kekuatan modal perusahaan-perusahaan transnasional.
“Jadi, jangan heran bila banyak kebijakan pemerintah soal perburuhan misalnya,
lebih memihak kepentingan perusahaan transnasional,” tegasnya. Menurut
Emmy, dimana pun, perusahaan-perusahaan multinasional selalu berusaha
menggunakan setiap celah untuk mendikte norma internasional. “Dan nyatanya
berhasil,” tuturnya. Emmy mengatakan, perusahaan multinasional di Tanah Air
lebih banyak menimbulkan berbagai kerusakan daripada keuntungan. Berbagai
kerusakan itu antara lain, perampasan tanah, penghancuran tradisi, perampasan
hak penduduk atas lingkungan hidup yang sehat, penghancuran sumber daya
alam, serta pelecehan seksual.
Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar mengatakan,
keterlibatan masyarakat sangat esensial dalam pembangunan berkelanjutan,
tetapi saat ini masih terbatas dan masih belum menjadi suatu gerakan. Untuk
mendorong partisipasi masyarakat, dibutuhkan suatu wahan untuk menyebarkan
suatu informasi mengenai pembangunan berkelanjutan dan isu lingkungan
global. Selain itu, kata Rachmat, diperlukan penguatan jejaring masyarakat untuk
dapat berperan dalam pembangunan masyarakat yang berkelanjutan. Terkait
dengan kasus yang terjadi di Papua, mungkin solusi yang perlu dimanifestasikan
di dalam masyarakat itu sendiri adalah berupa pola alokasi dana ke titik tertentu
mungkin perlu dikembangkan ke kelompok-kelompok yang lebih kecil,
mengingat suku-suku yang mendiami kawasan pegunungan itu hidup dalam
kelompok-kelompok kecil di daerah-daerah terisolasi sehingga dampak yang
terjadi lebih dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar.

Barang kali satu-satunya kesimpulan yang cukup sahih untuk dikemukakan


di sini adalah bahwasannya penanaman modal swasta asing bisa merupakan
pendorong pembangunan ekonomi dan social yang penting selama kepentingan-
kepentingan perusahaan multinasional tersebut memang sejalan dengan
kepentingan pemerintah dan masyarakat di Negara tuan rumah (tentu saja yang
dimaksudkan dengan kepentingan di sini bukanlah kepentingan yang pada
akhirnya menyebabkan berlarut-larutnya pembangunan yang dualistis serta
memburuknya ketimpangan distribusi pendapatan). Namun, selama perusahaan-
perusahaan multinasional tersebut hanya melihat kepentingan mereka dari segi
output secara global atau maksimalisasi keuntungan saja tanpa memperdulikan
dampak-dampak jangka panjang yang ditimbulkan oleh segenap aktivitas
bisnisnya terhadap kondisi-kondisi ekonomi dan social di wilayah-wilayah
operasinya, maka selama itu pula tuduhan-tuduhan dari pihak yang menentang
penanaman modal asing akan semakin mendapatkan dukungan di kalangan
pemerintah maupun masyarakat di Negara-negara dunia ketiga.
Daftar Pustaka
PERUSAHAAN MULTINASIONAL

PENDAHULUAN
Karena begitu banyaknya karakteristik Multinasional Company (MNC) maka sangat sukar
untuk memberi definisi yang dapat mencakup semua karakteristik sehingga suatu perusahaan
dapat dengan pasti disebut MNC. Beberapa definisi menyebutkan kriteria kualitatif yang harus
dipenuhi sehingga perusahaan tersebut digolongkan sebagai MNC, seperti misalnya apakah
perusahaan itu beroperasi dan mengendalikan semua aktivitas yang mendatangkan pendapatan
dibeberapa Negara. Sedang yang lain memberi definisi lebih pragmatic seperti misalmya
jumlah Negara dimana perusahaan itu beroperasi atau total assets atau penjualan yang
dilakukan oleh cabangnya di Negara lain. Untuk lebih sederhananya baiklah MNC kita beri
definisi saja sebagai perusahaan yang kegiatan bisnisnya bersifat internasional dan lokasi
produksinya terletak dibeberapa Negara. Cabang di luar negeri tidak hanya dimiliki oleh
perusahaan induk, tetapi juga operasi/kegiatan cabang tersebut dikontrol dan diawasi oleh
perusahaan induk.

SIFAT MNC
Karakter MNC sangat bervariasi, tergantung dari cara pendirian cabang di luar negeri, pola
pemilikan dan tujuan operasi di luar negeri.
Pendirian cabang di luar negeri biasanya dilakukan dengan investasi langsung yakni dengan
cara mendirikan perusahaan baru, ekspansi atau membeli perusahaan di luar negeri.
Pengaturan pemilikan dan cabang luar negeri bervariasi antara MNC yang satu dengan yang
lain. Dengan beberapa pertimbangan perusahaan induk mungkin menghendaki pemilikan
kurang dari 100% modalnya. Namun yang banyak dilakukan adalah melalui patungan (joint
ventures).
Tijuan dan motif MNC melakukan investasi langsung di luar negeri juga berbeda. Ada MNC
yang brmaksud untuk melakukan ekspansi secara vertikal. Perusahaan induk (yang memproses
lebih lanjut) mendirikan cabang di luar negeri untuk menghasilkan input untuk diproses lebih
lanjut oleh perusahaan induk. Contoh untuk ekspansi vertiakal ini misalnya perusahaan minyak
dengan mendirikan cabang di luar negeri dimana terdapat sumber minyak yang kemudian dapat
di proses lebih lanjut oleh perusahaan induk. MNC dapat melakukan ekspansi horizontal
dengan cara mendirikan cabang di luar negeri dengan melakukan kegiatan yang hamper sama
dengan perusahaan induk.
Sebelum produsen itu mempertimbangkan untuk menghasilkan barang di luar negeri
seyogyanya telah mempunyai pengalaman dibidang bisnis internasional seperti misalnya
ekspor barang hasil produksinya ke pasar internasional yang selalu menunjukkan peningkatan.
Dengan berkembangnya ekspor ini perusahaan kemudian dapat menempatkan staf pemasaran
di pasar luar negeri. Pada waktu yang bersamaan dapat melakukan penelitian pasar dan bahkan
perusahaan dapat membuka kantor pemasaran.
Perusahaan dapat pula melakukan penetrasi pasar dengan cara mengadakan perjanjian lisensi
dengan perusahaan luar negeri, misalnya untuk pemasaran produk menggunakan teknologi
atau memakai nama perusahaannya.
Akhirnya perusahaan mempertimbangkan dapat tidaknya mendirikan cabang produksi di luar
negeri. Langkah ini perlu dengan perhitungan yang cermat menyangkut karakteristik dan
tingkah laku konsumen serta pemerintah Negara dimana cabang itu akan didirikan.
Pertimbangan tersebut hanya merupakan sebagian kecil saja dari faktor social, budaya, dan
politik yang dapat menyebabkan investasi di luar negeri lebih riskan daripada di dalam negeri.
Oleh karena itu keuntungan ekonomis investasi di luar negeri ini harus cukup besar sehingga
dapat mengimbangi risiko yang tinggi.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MNC

Untuk mudahnya, kita anggap saja tujuan investasi langsung di luar negeri adalah mencari
keuntungan maksimum, penjualan maksimum atau kedua-duanya.
Dalam kaitannya dengan tujuan penjualan maksimum, mendirikan cabang di luar negeri dapat
memperoleh beberapa manfaat, antara lain :
a. Apabila perusahaan tersebut telah melayani pasar luar negeri melalui ekspor, mungkin
diperlukan hubungan yang lebih dekat dengan langganan untuk mengetahui kebutuhan dan
selera konsumen. Di samping itucabang di luar negeri dapat merupakan basis untuk
memberikan pelayanan purna jual sangat penting. Pelayanan purna jual ini akan lebih efisien
apabila dilakukan oleh cabang luar negeri
b. Ekspor ke luar negeri sering dihambat oleh kebijaksanaan tariff Negara lain. Dengan
mendirikan cabang di luar negeri yang dapat menghasilkan produk di Negara tersebut maka
masalah hambatan tarif dapat teratasi. Masalah lain yang berkaitan dengan ini adalah pengaruh
perubahan kurs mata uang. Apabila mata uang Negara asal perusahaan induk mengalami
apresiasi maka harga barang ekspornya akan naik sehingga dapat menurunkan volume ekspor.
Masalah ini dapat teratasi apabila perusahaan tersebut mendirikan cabang di luar negeri.
Apabila tujuan pendirian cabang di luar negeri itu untuk mencapai keuntungan maksimum
maka pertimbangan efesiensi biaya di berbagai Negara menjadi pertimbangan utama. Banyak
MNC tertarik untuk melakukan ekspansi di Negara yang upah buruhnya rendah (biasanya
Negara berkembang), terutama apakah produk yang dihasilkan itu sifatnya padat tenaga kerja.
Aspek tenaga kerja lain yang sering menjadi daya tarik MNC adalah kerajinan serta tidak sering
terjadinya pemogokan.
Faktor biaya lain yang kerapkali dipertimbangkan adalah biaya transport. Dengan membuka
cabang, biaya transport dapat ditekan di samping biaya transport, pajak yang relatif lebih
rendah dapat merupakan daya tarik bagi MNC.

FAKTOR NONEKONOMI

Di samping faktor ekonomi yang mempengaruhi keputusan MNC untuk ekspansi, faktor sosial
dan politik di Negara hendak dituju perlu diperhatikan. Sikap pemerintah terhadap perusahaan
asing perlu dipelajari. Negara penerima MNC sering mengadakan pengaturan terhadap
perusahaan asing. Aturan ini biasanya berupa pembatasan keuntungan yang dapat dikirim ke
perusahaan induk atau pengaturan mengenai keharusan menggunakan sebagian tenaga kerja
dan bahan yang berasal dari Negara penerima MNC. Jelas bahwa pengaturan ini dapat
menghambat perkembangan MNC. Oleh karena itu MNC terlebih dahulu mempelajari
pengalaman (sejarah) kebijaksanaan Negara penerima terhadap perusahaan asing sebelum
MNC tersebut melakukan ekspansi ke sana. Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah
kestabilan politik Negara penerima. Keadaan politik yang tidak stabil akan sangat mengganggu
kegiatan MNC di Negara itu.

KEKUATAN BERSAING MNC

Sumber kekuatan bersaing MNC dapat dijelaskan sebagai berikut :


a. MNC dipandang sebagai perusahaan yang superior sifat transaksi internasional yang dilakukan
adalah barangnya relative sophisticated, sangat berariasi, kompleks, penggunaan teknologi
canggih dan dilakukan oleh beberapa perusahaan besar saja dala keadaan demikian ini transaksi
antar perusahaan dalam satu MNC (intrafirm) mungkin lebih efisien dibanding kontrak antar
pembeli dan penjual yang independent. Keuntungan inilah yang sering dikenal dengan nama
“institutional comparative advantage” dari MNC.
b. MNC dipandang memiliki kekuatan monopoli yang diperoleh karena penggunaan teknologi
melalui riset dan pengebangan ( R & D). MNC dapat menyerap pengetahuan/informasi baik
dari dalam maupun luar negeri tentang produk, proses produksi, marketing maupun manajemen
c. MNC kadang disebut sebagai “perusahaan informasi’’, yakni mengorganisir dan secara
sistematis mengumpulkan informasi tentang perkebangan pasar biaya dan teknologi melalui
cabang-cabangnya di luar negeri informasi ini secara terus menerus disebarkan ke semua
cabang untuk dievaluasi dan diimpleentasikan.
d. MNC biasanya dapat menikmati adanya skala yang ekonomis dengan cara misalnya, melalui
pemusatan seluruh mesin produksi pada satu bagian tertentu dari proses produksi.
e. MNC juga memperoleh manfaat dari besarnya/luasnya jaringan keuangan internasional.
Ukuran serta tersebarnya letak geografis perusahaan memudahkan MNC mencari sumber dana
internasional.
f. MNC sering mempunyai monopoli pemasaran baik melalui integrasi horizontal maupun
vertical dan tidak jarang mereka melakukan perang harga atau subsidi untuk merebut pasar.
g. MNC sering dapat menghindar dari kebijaksanaan tarif atau quota yang diambil oleh Negara
lain. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memindahkan produksi ke Negara yang mengenakan
proteksi tersebut atau dengan melakukan transfer pricing dengan cabang di luar negeri, yakni
dengan membuat teknik pembuatan faktur (invoice) sehingga keuntungan dapat ditransfer
tanpa bias dideteksi.

EFEK GLOBAL MNC

Apakah kehadiran MNC itu menaikkan atau bahkan menurunkan kesejahtaraan dunia,
merupakan pertanyaan yang jawabannya belum pasti. MNC dapat mepunyai efek positif
maupun negatif terhadap perekonomian dunia secara keseluruhan.
MNC akan mempengaruhi alokasi investasi antarnegara. Jumlah total investor dunia mungkin
dapat naik dengan munculnya MNC apabila naiknya investasi di cabang luar negeri tidak
mengakibatkan turunnya investasi di Negara asal. MNC juga mempunyai eksek sumber dana
internasional yang lebih luas dan kemudian menanamkan di Negara yang menjanjikan
pendapatan tinggi serta risiko yang rendah. Banyak studi empiris dilakukan untuk meneliti
apakah investasi luar negeri yang dilakukan oleh MNC itu menambah atau justru malah
menggeser/mengganti investasi di Negara yang didatangi. Umumnya menyimpulkan bahwa
investasi luar negeri ini sebagai suplemen (menambah) investasi di negara itu. Sebaliknya ada
pula yang berkesimpulan bahwa investasi MNC tersebut menggeser pembentukan modal di
Negara yang didatangi. Oleh karena itu efek netonya terhadap investasi global masih
dipertanyakan.
MNC dapat menimbulkan alokasi efisiensi produksi antarnegara. Dalam kaitannya dengan ini
ada dua macam efisiensi yakni efesiensi alokasi dan efisiensi operasi. Yang pertama,efisiensi
alokasi,dapat dijelaskan sebagai berikut: proses produksi MNC dipecah-pecah menjadi proses
yang relatif kecil diletakkan dibeberapa Negara dengan dasar harga faktor produksi,perbedaan
biaya angkut,dan kebijaksanaan proteksi. Dengan dukungan informasi yang komplit,dan proses
pengambilan keputusan yang tepat maka proses produksi yang dijalankan akan lebih baik dan
efisien sehingga dapat mendorong adanya spesialisasi antaranegara. Spesialisasi ini apakah
timbul karena perbedaan faktor produksi yang dimiliki, kualitas input, fungsi produksi atau
aspek comparative advantage yang lain tidak menjadi soal, kekuatan ekonomi ini akan
mendorong spesialisasi internasional dibidang produksi dan dengan demikian menaikkan
keuntungan perdagangan internasional.
Sebagai tambahan, MNC mungkin dapat menaikkan efisiensi. Pertama, hal ini dapat timbul
karena adanya persaingan. Dengan masuknya cabang MNC disatu Negara akan mendorong
persaingan dengan perusahaan lokal sehingga efisiensi cenderung meningkat dan mengurangi
monopoli. Namun tidak jarang MNC melakukan kebijakasanaan harga rendah untuk
mematikan saingan sehingga dapat mengaraah pada monopoli. Lagipula MNC mungkin dapat
memperngaruhi pemerintah sehingga mendapatkan perlakuan khusus dalam pemasaran
produknya. Aspek kedua dalaam kaitannya dengan persaingaan adalah skala perusahaan yang
ekonomis yang timbul karena semakin besarnya perusahaan atau karena sentralisasi satu
kegiatan untuk seluruh cabang, misalnya riset dan penghembangan (R & D ), penelolaan valuta
asing atau perencanaan perusahaan apakah MNC ini dapat mencapai skala perusahaan yang
ekonomis sehingga secara global efisiensi ekonomi akan meningkat.
Meskipuin MNC dapat mendorong efisiensi namun kegiatan mereka dpaat menimbukan
dampak negatif. Pertama, seperti ialah dijelaskan diatas MNC juara dapat menimbulkan
monopoli sehingga alokasi sumber daya kurang optimal. Kedua, kekuatan pasar MNC
mungkin dapat merupakan alat untuk menghambat pesaingnya yang tidak memiliki
keunggulan dalam pasar input, produk ataupun keuangan. Kekuatan ini selanjutnya dapat
mendorong kearah pemusatan atau monolopi pasar. Ketiga, MNC kadangkala dapat
mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah negara induknya ataupun negara tempat lokasi baru.
Kalau berhasil tentu akan mengurangi persaingan sehingga efesiensi dan outout potensial
menurun. Keempat, dari aspek global, karena MNC itu lebih fleksibel maka mereka sering
dapat menimbulkan adanya biaya eksternal (external costs) bagi perekonomian dunia misalnya,
MNC dapat dengan mudah memindahkan pabrik ynag mengakibatkan polusi dari negara asal
(yang aturan tentang polusi ketat) ke negara lain ynag kurang ketat aturan tentang polusi.
Apabila dampak lingkungan ini merembet ke negara lain maka dunia secara keseluruhan akan
menderita kenaikan biaya sosial (social cost).
Akhirnya, dapat dikatakan bahwa MNC dapat mempunyai dampak positif maupun negatif
terhadap kesejahteraan secara global. Dengan kapasitasnya untuk dapat memobilisasi
sumberdaya dan fleksibilitas yang dimiliki maka MNC tidak hanya dapat menaikan efesiensi
alokasi dan operasi saja tetapi juga dapat mendorong investasi dan perubahan teknologi.
Namun demikian MNC dapat berdampak negatif. Apakah dampak positif itu sama atau tidak
dengan dampak negatif masih belim pasti. Dampak neto terhadap kesejahteraan secara global
masih merupakan isyu yang sampai kini belum terpecahkan.

MANFAAT MNC BAGI NEGARA INDUK

Dalam kerangka analisa general equilibrium, manfaat kegiatan MNC di luar negeri adalah
dalam bentuk kenaikan pendapatan ataupun resiko yang lebih kecil dari pemilik faktor
produksi. Pendapatan ini dapat berbentuk kenaikan deviden bagi pemilik saham, gaji bagi
pimpinan serta upah bagi karyawan. Menurut prediksi teori klasik tentang perdagangan
internasional, faktor produksi yang melimpah di negara induk akan memperoleh manfaat
sedang faktor produksi yang jarang akan rugi. Namun secara keseluruhan manfaatnya akan
lebih besar dari pada kerugiannya.
Manfaat lain adalah dapat diperolehnya produk dengan harga yang lebih murah yang dihasilkan
negara lain yang biaya produksinya lebih rendah. Biasanya MNC mengalihkan sebagian
kegiatannya di luar negeri untuk memperoleh biaya yang lebih murah. Untuk perusahaan yang
bergerak di bidang pertambangan manfaat ini jelas Nampak. Produksi di negara lain di mana
terdapat tambang tersebut akan jauh lebih murah.

KONFLIK YANG MUNCUL DI NEGARA INDUK

Penolakan terhadap investasi langsung dan transfer teknologi oleh MNC biasanya didasari oleh
pemikiran tentang efek jangka pendek baik secara sektoral, regional, maupun pendapatan.
Secara spesifik efek tersebut berupa penggeseran tenaga kerja, berkurangnya keunggulan
modal dan teknologi, penghindaran pajak serta dapat merongrong ekonomi dalam negeri.
a. Pergeseran tenaga kerja
Isyu mengenai efek investasi langsung (dengan mendirikan perusahaan) di luar negeri terhadap
pasar tenaga kerja di dala negeri masih diperdebatkan. Banyak bukti menunjukan bahwa
beberapa pekerjaan dapat dihilangkan oleh adanya kegiatan MNC di luar negeri. Kegiatan
produksi ynag mestinya dapat dilakukan di dalam negeri tetapi dilakukan di luar negeri
sehingga tenaga kerja di dalam negeri menjadi kelebihan. Namun demikain kegiatan MNC di
luar negeri ini dapat pula menciptakan lapangan kerja di dalam negeri. Efek netonya masih
belum pasti apakah lebih besar penggeseran tenaga kerja atau sebaliknya lebih besar penciptaan
lapangan kerja.
b. Berkurangnya keunggulan modal dan teknologi
MNC sering dituduh mengekspor modal dan teknologi dan dikombinasikan dengan tenaga
kerja yang murah di luar negeri. Hal ini akan mengakibatkan pertama keunggulan di bidang
modal teknologi di dalam negeri dapat berkurang ; kedua kegiatan industri dalam negeri dapat
menyusut digantikan di luar negeri dan sumber pendapatan nasional yang berasal dari luar
negeri (berupa keuntunagn MNC yang dikirim balik) meningkat sehingga ekonomi dalam
negeri dapat terpengaruh oleh perusahaan ekonomi dan politik yang terjadi di luar negeri.
c. Penghindaran pajak
Melalui praktek-praktek penilaian dalam faktur jual-beli (terutama dengan cabang MNC) yang
sering disebut transfer pricing serta tax holiday dan insentif yang diberikan oleh negara
peneriman MNC dapat menghindar pengenaan pajak yang wajar. Apabila ahl ini terjadi maka
negara induk akan dirugikan.
d. Merongrong kebijaksanaan ekonomi negara induk
Jaringan yang luas dari MNC sering mengakibatkan kebijaksanaan ekonomi negara asal
terganggu. Kebijaksanaan anti trust dan kebijaksanaan untuk membatasi satu jenis produk
tertentu jatuh ke negara tertentu misalnya, dapat tidak/kurang efektif dengan adanya cabang
MNC di negara lain.
Secara makro ekonomi, MNC mempunayi akses terhadap pasar modal internasional yang dapat
dipergunakan untuk menghindari kebijaksanaan moneter negra asal yang sifatnya restriktif.

MANFAAT BAGI NEGARA PENERIMA

Keuntungan potensial kehadiran MNC mencakup; pembentukan modal, menaikan pendapatan


dan kesempatan kerja, transfer teknologi serta memperbaiki posisi neraca pembayaran.
Dalam kaitannya dengan pembentukan modal, pertanyaan yang sering muncul adalah apakah
benar kehadiran MNC dapat menambah stock modal nasional. Apabila pengusaha local dapat
terdorong untuk melakukan investasi maka akan terjadi penambahan stock modal nasional, jika
tidak maka kenaikan stock modal ini semuanya berasal dari MNC.
Efek kehadiran MNC terhadap neraca pembayaran itu juga masih menjadi perdebatan.
Keuntungan atau kerugiannya sangat tergantung aliran modal masuk, impor barang modal serta
bahan baku, dan pengiriman kembali ke negara induk keuntungan yang diperoleh.
Seperti halnya efek terhadap pendapatan dan kesempatan kerja kehadiran MNC tidak hanya
menaikkan pendapatan dan menambah kesempatan kerja, tetapi juga dapat menyelenggarakan
training sehingga dengan demikian dapat mempertinggi keahlian/skill tenaga kerja.
Efek yang nyata nampak adalah adanya transfer teknologi. Paling tidak dalam jangka pendek,
teknologi yang dibawa MNC dapat menaikkan kualitas produk serta mendorong peningkatan
efesiensi di negara penerima. Di dalam jangka panjang mungkin negara penerima dapat
mempunyai kesempatan untuk merubah struktur perekonomiannya meskipun nantinya MNC
telah pergi.

KERUGIAN BAGI NEGARA PENERIMA

Konflik memang sering terjadi di negara penerima. Negara penerima umumnya menghendaki
impor barang modal dengan sesedikit mungkin penggunaan bahan impor. Tujuan ini dicapai
melalui kebijaksanaan pembatasan perdagangan, pengawasan devisa atau syarat
mengguanakan produk lokal (local content). Kebijaksanaan ini sering menimbulkan konflik
dengan tujuan MNC untuk menekan biaya, mencapai target kualitas produk tertentu atau
mengirim kembali keuntungan yang diperoleh. Tujuan-tujuan ini akan dihambat oleh
kebijaksanaan-kebijaksanaan di atas. Negara penerima sering pula mengharuskan MNC untuk
mengekspor produknya ke negara tertentu yang ini mungkin tidak sejalan dengan tujuan MNC
untuk menjual barang di pasar lokal.
Masalah lain adalah bahewa MNC dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi negara
penerima. Terutama untuk kegiatan MNC yang bersifat padat modal atau yang berorientasi
ekspor, seperti pada assembling barang elektronik, perginya MNC tersebut karena perubahan
ekonomi atau politik akan berakibat ketidakstabilan di negara penerima.

PENGATURAN MNC OLEH NEGARA PENERIMA

Ada beberapa cara untuk mengatur MNC, diantaranya adalah :


a. Pengaturan tentang masuknya MNC. Pengaturan meliputi pernilaian tentang kemungkinan
efek MNC di masa mendatang terhadap ekonomi dan politik nasional. Pendaftaran dan
screening biasanya dilakukan dan apabila efek dikemudian hari sangat buruk maka MNC
tersebut ditolak kehadirannya.
b. Penentuan sektor-sektor tertentu yang sudah tertutup untuk investasi asing atau penentuan
pemilikian, sehingga memberi peluang pada wiraswasta lokal untuk ikut melakukan kegiatan
atau mengambil keputusan.
c. Negara penerima dapat mengatur kegiatan MNC tersebut misalnya membatasi bahan yang di
impor, penentuan harga produk, pengaturan tentang kredit, pemilikan serta pengaturan tentang
efeknya terhadap lingkungan.
d. Negara penerima melakukan pengaturan tentang keuntungan yang boleh dikirim balik ke
negara induk.
e. Negara penerima dapat mengambil tindakan nasionalisasi MNC
Setiap negara caranya berbeda-beda, misalnya pilipina lebih pada pengaturan masuknya MNC,
india lebih pada pengaturan kegiatan/operasi, brazilia sedikit lebih bebas, jepang umumnya
memberi toleransi untuk patungan dan Indonesia dengan pengaturan melalui Undang-undang
PMA dan daftar negatif untuk investasi.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam era pasar bebas, akan semakin banyak perusahaan- perusahaan asing yang
beroprasi di pasar domestik. Demikian sebaliknya, perusahaan domestik akan berusaha
memasuki pasar asing untuk beroprasi. Perdagangan internasional biasanya merupakan tahap
awal dari ooperasi internasional yang lainnya seperti usaha patungan, penanaman modal asing
dan sistem lisinsi. Jenis perusahaan yang digunakan untuk melakukan transaksi internasional
tersebut adalah Perusahaan Multi Nasional (multinational corporation).
Perusahaan multinasional merupakan aktor utama dalam panggung bisnis internasional.
Jenis perusahaan ini pada saat ssekarang memegang peranan penting untuk sebagian besar
transaksi.
Oleh karna itu, berikut ini pemakalah akan membahas sedikit hal-hal yang menyangkut
perusahaan multinasional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas pemakalah mempunyai beberapa rumusan
masalah, antara lain:
1. Apa Pengertian Perusahaan Multinasional?
2. Apa Saja Karakteristik PMN?
3. Apa Saja Bentuk Badan Hukum?
4. Apa Saja Plus-Minus Hubungan PMN dengan Negara Tuan Rumah?
5. Apa Saja Jenis Tenaga Kerja?
6. Bagaima Resiko dan PMN?
7. Apa Pengertian Perusahaan Transnasional?
8. Apa Saja Keunggulan dan Kelemahan Perusahaan Beskala Besar?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perusahaan Multinasional


Perusahaan multinasional (PMN, mengacu pada multinational
corporation atau MNC) menurut W. F. Schoel et. al. (1993) adalah sebuah perusahaan yang
berbasis di satu negara (disebut negara induk) dan memiliki kegiatan produksi dan pemasaran
di satu atau lebih negara asing (negara tuan rumah).[1]
Menurut Kamus Ekonomi, perusahaan multinasional adalah “sebuah perusahaan
yang wilayah operasinya meliputi sejumlah negara dan memiliki fasilitas produksi dan
pelayanan diluar negaranya sendiri (winardi, 1982). Perusahaan multinasional tersebut
mengambil keputusan pokoknya dalam suatu konteks global dengan negara-negara tempat
perusahaan tersebut bekerja. Pertumbuhan perusahaan-perusahaan multinasional yang cepaat
serta memungkinkan bahwa dapat timbul konflik-konflik antara kepentingan perusahaan
dengan kepentingan negara individual tempat mereka beroprasi telah menimbulkan macam-
macam perdebatan antara para ahli ekonomi paada tahun-tahun belakangan ini.[2]
Mengambil pendapat prof. Perlmuter, perusahaan multinasional adalah “sekelompok
perusahaan yang mempunyai kendali operasi langsung di berbagai negara yang berbeda yang
mempunyai kecendrungan dan mengarah kepeda pandangan global akan penguasaan
perusahaan secara geosentris”.[3]
S.C Certo (1997) memberikan batasan PMN sebagai “sebuah perusahaan yang
memiliki operasi yang signifikan pada lebih satu negara”. Jadi, PMN adalah sebuah
organisasi yang terlibat dalam kegiatan bisnis di tingkat internasional. Ia menjalankan
kegiatannya dengan skala internasional yang tidak memandang batas negara dan dipimpin oleh
sebuah strategi bersama dari sebuahinduk (pusat) perusahaan.[4]
B. Karakteristik PMN
Walaupun PMN di seluruh dunia berbeda satu sama lain dalam hal volume penjualan,
keuntungan, pasar yang dilayani, dan jumlah anak perusahaannya, akan tetapi mereka
mengindikasikan beberapa sifat yang sama, yaitu :[5]
1. Membentuk afiliasi di luar negri.
2. Beroprasi dengan visi dan strategi mendunia (global).
3. Kecendrungan untuk memilih jenis-jenis kegiatan bisnis tertentu.
4. Kecendrungan untuk menempatkan afiliasi di negara-negara yang maju di dunia.
5. Menempuh satu dari tiga strategi dasar yang bersangkutan dengan staffing.

C. Bentuk Badan Hukum


Ada beberapa badan hukum yang dapat digunakan oleh perusahaan multinasional
dalam aktivitas operasinya, yaitu:[6]
1. Perusahaan Cabang
Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan perusahaan multinasional induknya.
2. Perusahaan Subdiary (wholly owned subdiary)
Merupakan anak perusahaan yang berbadan hukum sendiri. Saham perusahaan ini sepenuhnya
di miliki oleh perusahaan induknya.

3. Perusahaan Patungan
Merupakan perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh dua atau lebih perusahaan sebagai
partner.
4. Perusahaan Go Public atau public company
Merupakan perusahaan yang berkedudukan lokal dan sebagian sahamnya dipegang
masyarakat.
5. Perusahaan dengan bentuk lainnya
Pembentukannya yang didasarkan pada ketentuan perundangan yang ada, seperti di bidang
perbankan, pertambangan minyak dan gas bumi, perdaganngan ataupun jasa
lainnya, (sumantoro, 1987).
Sedangkan menurut Rachmat Soemiro (1988), bentuk badan hukum perusahaan
multinasional di bagi menjadi dua, yaitu:[7]
1. Perusahaan Cabang
Merupakan bagian yang secara formal tidak terpisahkan dari kantor atau usaha pusatnya (MNC
induknya). Dengan demikian bukan merupakan badan yang berdiri sendiri. Dalam hal ini,
menejemen, administrasi, keuangan, serta kebijakan yang dilaksanakan identik deengan MNC
induk dan dikendalikan dari kantor pusat tersebut.
2. Subdiary
Adalah perseroan anak yang merupakan badan hukum yang berdiri sendiri, terlepas dari
perseroan induknya dan lazimnya didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di negara tempat
pendirian. Perseroan induk biaasanya memiliki seluruh saham-saham subdiary, tetapi sering
pula terjadi bahwa sebagian dari saham-saham itu dimiliki oleh perseroan lain di negara tempat
pendirian seehingga terjadi joint-venture.

D. Plus-Minus Hubungan PMN dengan Negara Tuan Rumah


Baik PMN maupun negara-negara yang menjadi tuan rumah (host countris) seharusnya
sama-sama meraih keuntungan dari hubungan mereka. Jika sebuah PMN menjadi baik
kondisinya (lebih makmur), maka negara tuan rumah pun harus demikian. Keuntungan
potensial dari kehadiran PMN bagi pihak tuan rumah meliputi:[8]
1. Basis pajak yang lebih besar
2. Meningkatnya jumlah tempat (kesempatan) kerja.
3. Alih teknologi.
4. Ekspansi modal.
5. Diperkenalkannya jenis industri khusus.
6. Pengembngan sumber daya lokal.
Secara khusus negara tuan rumah bisah mengeluh karena PMN yang beroprasi
diwilayahnya:[9]
1. Menanggukan laba yang berlebihan.
2. Mendominasi perekonokmian setempat.
3. Mempekerjakan tenaga kerja lokal yang sangat berbakat.
4. Gagal melakukan alih teknologi yang maju.
5. Melakukan campur tangan terhadap pemerintah setempat.
6. Gagal dalam membantu pengembangan perusahaan-perusahaan domestik.
7. Gagal dalam menghormati adat istiadat, hukum, dan kebutuhan setempat.

Secara umum, keluhan yang disampaikan oleh PMN menyangkut hal-hal sebagai
berikut:[10]
1. Pembatasan keuntungan.
2. Harga sumber daya yang lebih mahal.
3. Pembatasan devisa.
4. Peraturan yang bersifat pemerasan.
5. Kegagalan untuk memenuhi kewajiban kontrak.

Selain itu PMN dapat pula mengalami kesulitan di negara asalnya sendiri, yaitu dimana
kantor pusat PMN sebagai pengendali operasi global berdomisili. Hal ini khususnya terjadi jika
PMN semakin mendunia atau berkembang menjadi perusahaan transnasional (PTN). Di negara
asalnya, PMN seringkali dikritik karena:[11]
1. Hilangnya hubungan dengan kebutuhan dan prioritas domestik.
2. Mengalihkan pekerjaan kepada pasar tenaga kerja di luar negeri yang lebih murah.
3. Mengekspor investasi modal ke luar negeri.
4. Terlibat praktik korupsi di luar negeri.

E. Jenis Tenaga Kerja


Tenaga kerja yang mendukung operasi PMN di bagi menjadi tiga kategori, yaitu: [12]
1. Eksparait (tenaga kerja asing), yaitu tenga kerja yang bertempat tinggal dan bekerja di sebuah
negara dimana mereka tidak memiliki kewarganegaraan.
2. Warga negara tuan rumah (tenaga lokal), yaitu tenaga kerja yang memiliki kewarganegaraan
di mana fasilitas perusahaan di luar negara operasi.
3. Warga negara ketiga (tenaga dari negara ketiga), yaitu tenaga kerja dari sebuah negara yang
bekerja di negara lain untuk sebuah perusahaan pusat di negara lain lagi.

F. Resiko dan PMN


Pengembangan sebuah PMN jelas membutuhkan investasi yang besar untuk operasi di
luar negeri. Pada umumnya, manajer yang melakukan investasi luar negeri mengharapkan
investasi tersebut akan berdampak sebagai berikut:[13]
1. Mengurangi atau menghilangkan biaya transportasi yang tinggi.
2. Berpartisipasi dalam ekspansi pasar pesat di luar negeri.
3. Memberikan keterampilan teknis, desain, dan pemanasan di luar negeri.
4. Meraih keuntungan yang lebih besar.
Kemungkinan untuk mencapai hasil-hasil diinginkan yang berkaitan dengan investasi
di luar negeri boleh jadi akan selalu merupakan hal yang tak pasti dan tentu saja akan berbeda
dari satu negara ke negara lainnya. Walaupun begitu, menejer yang melakukan investasi di luar
negeri harus melakukan penilaian terhadap kemungkinan ini seakurat mungkin. Jelas bahwa
keputusan yang kurang baik untuk melakukan investasi di negara lain dapat mengakibatkan
masalah keuangan bagi perusahaan.[14]

G. Perusahaan Transnasional
Perusahaan transnasional (PTN) juga di sebut perusahaan global, yaitu perusahaan yang
menjadikan seluruh dunia sebagai ajang bisnis. Menjalankan bisnis ke manapun di dunia yang
kemungkinan merupakan hal yang diutamakan. PTN memiliki kepemilikan, pengendalian dan
menejemen dari banyak negara.[15] PTN juga merupakan perusahaan dengan keterlibatan
paling tinggi (maksimal), lebih luas dibanding organisasi (perusahaan) multinasional.[16]
Melihat adanya peluang besar di pasar dunia, beberapa PMN telah mengubah organisasi
mereka dari perusahaan berbasis di negara asal (induk) dengan kepentingan berskala dunia
menjadi perusahaan-perusahaan berskala dunia yang melakukan kegiatan bisnis di seluruh
dunia dan tidak mengenal loyalitas tunggal pada satu negara tertentu.[17]
H. Keunggulan dan Kelemahan Perusahaan Beskala Besar
Apa pun bentuk kepemilikan usahanya, kebenyakan perusahaan berupaya untuk tetap
eksis dan berkembang operasinya dalam arena bisnis. Dalam upaya berkembang ini, pihak
manejemen dari perusahaan besar (termasuk PMN dan PTN) tidak bisa melepaskan diri dari
faktor-faktor yang bersifat menguntungkan maupun yang menghambat (merugikan).[18]
Yang menguntungkan (keunggulan) perusahaan besar (PMN dan PTN), antara lain:[19]
1. Semakin besar perusahaan, semakin memungkinkan untuk menerapakan spesialisasi dalam
devisi dan personalia.
2. Pada umumnya, semakin banyak jumlah produk yang di hasilkan, semakin rendah biaya untuk
setiap unit.
3. Perusahaan besar bisa menjamin dana lebih besar dan memperoleh tingkat bunga yang
menguntungkan.
4. Perusahaan besar cenderung permanen.
Yang merugikan (kelemahan) perusahaan besar (PMN dan PTN), antara lain:[20]
1. Banyak orang percaya bahwa perusahaan yang begitu besar mengarah pada berkurangnya
persaingan dan terciptannya konsentrasi ekonomi yang berlebihan. Kekuatan semacam itu bisa
disalahgunakan.
2. Perusahaan berskala besar juga dituding kurang ma
Pembuatan keputusan dapat berjalan lambat dan mengurangi kemampuan perusahaan dalam
menyesuaikan diri terhadap perubahan secara cepat.
Tahukah kamu, mayoritas Perusahaan multinasional banyak membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat, dengan gaji tinggi dan teknologi maju di
suatu Negara, yang tidak akan memakai, atau mempunyai hasil suatu produk
perusahaan tersebut. sumber.

Lalu apa itu perusahaan multinasional, bagaimana ciri-ciri nya, dan apa saja
contoh perusahaan multinasional di Indonesia?

Kita akan sangat mudah mengenali apa itu perusahaan nasional di sekitar
kita.
Isi Artikel [hide]
 Pengertian Perusahaan Multinasional
 Ciri Perusahaan Multinasional
o Kelebihan perusahaan multinasional
o Kekurangan perusahaan multinasional
 Contoh Perusahaan Multinasional di Indonesia
o Share this:
Pengertian Perusahaan Multinasional
Perusahaan multinasional (Multinational company/MNC) adalah suatu
perusahaan besar yang biasanya berada di Negara maju dan memiliki anak
perusahaan di berbagai Negara lain, biasanya di Negara berkembang.

Karena perusahaan ini menjalankan bisnisnya di berbagai Negara maka sifat


usahanya mendunia. Sehingga dapat memiliki pengaruh yang kuat terhadap
kondisi politik global.

Pada umumnya di berbagai Negara, perusahaan tersebut dikembangkan


sebagai perseroan terbatas. Akan tetapi sahamnya dikuasai oleh perusahaan
induk. Saham perusahaan tersebut tidak diperjual-belikan di pasar saham
lokal.

Sebagai akibat dari model kepemilikannya tersebut, keseluruhan operasi


kebijakan perusahaan tergantung pada kebijakan perusahaan induk dan
beberapa pengurus perusahaan harus berasal dari perusahaan induk.

Perusahaan multinasional menjadi semakin penting peranannya di


Negara semenjak berakhirnya perang dunia kedua. Pada mulanya
perusahaan multinasional berasal dari Amerika Serikat yang menjalankan
operasinya ke berbagai Negara seperti Jepang, Negara di eropa dan juga
Australia dan New Zealand.

Semenjak tahun 1960-an, perusahaan multinasional bukan saja hanya milik


Amerika Serikat tetapi juga milik Jepang,Eropa, dan beberapa Negara maju
lainnya dan mulai menjalankan operasinya ke Negara berkembang di Asia,
Afrika, dan Amerika Latin. Perkembangan ini merupakan salah satu faktor
yang mewujudkan era globalisasi dalam kegiatan perekonomian dunia.

Baca:
1. 9 Teori Perdagangan Internasional : Klasik dan Modern
2. 7 Faktor Penyebab Inflasi dan Contoh Inflasi
3. 5 Contoh Ekonomi Mikro Dalam Kehidupan Sehari Hari

Ciri Perusahaan Multinasional

Sebuah perusahaan dapat dikategorikan sebagai perusahaan Multinasional


jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Membentuk cabang-cabang di luar negeri


2. Lingkup kegiatan income generating (perolehan pendapatan)
perusahaan melampaui batas batas Negara
3. Perdagangan perusahaan multinasional kebanyakan terjadi didalam
ruang lingkup mereka sendiri, walaupun antar Negara
4. Kontrol terhadap teknologi dan modal sangat diutamakan. Karena
perusahaan ini sangat membutuhkan teknologi informasi dan modal
yang kuat untuk menjalankan bisnisnya di berbagai Negara
5. Pengembangan sistem manajemen dan distribusi yang melintasi batas
batas Negara, terutama sistem modal ventura, license, dan franchise
6. Cenderung memilih usaha tertentu, biasanya usaha manufaktur
7. Visi dan strategi yang digunakan untuk produksi biasanya bersifat
mendunia
8. Untuk menjalankan usahanya biasanya perusahaan multinasional
merekrut karyawan dari warga Negara setempat

Perusahaan multinasional juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan perusahaan multinasional


Kelebihan kelebihan yang dimilik perusahaan multinasional adalah :

1. Menambah devisa Negara melalui penanaman modal pada bidang


ekspor
2. Mengurangi kebutuhan devisa untuk kegiatan import pada sektor
industri
3. Memodernisir industri
4. Ikut mendukung pembangunan nasional, dan
5. Dapat meningkatkan penghasilan masyarakat
6. Membantu memenuhi kebutuhan masyarakat

Kekurangan perusahaan multinasional


Beberapa kekurangan perusahaan multinasional diantaranya:

1. Bisa mematikan perusahaan lokal

Perusahaan multinasional yang ada pada suatu Negara dapat mematikan


perusahaan lokal yang sedang berkembang di Negara tersebut.

Beresiko menciptakan monopoli pasar yang tidak sehat

Karena kekuatan dana atau modal yang besar dari perusahaan multinasional,
maka mereka mampu untuk memonopoli suatu industri.

2. Ekspor keuntungan

Perusahaan multinasional akan mengembalikan keuntungan kepada para


pemilik modal di Negara asal mereka. Sehingga keuntungan bagi Negara tuan
rumah yang dijadikan tempat untuk pemasaran mereka relatif kecil.

3. Dampak terhadap budaya dan sosial

Kelemahan perusahaan multinasional lain adalah banyak perusahaan asing


yang dapat merusak citra budaya dan sosial setempat. Termasuk perusahaan
multinasional yang dapat merubah gaya berpakaian dan makanan tradisional
masyarakat setempat.

4. Kualitas kesehatan dan keselamatan pekerja yang rendah

Perusahaan sering dianggap tidak begitu memikirkan keselamatan dan


kesehatan pekerjanya di Negara-Negara yang memiliki peraturan dan
undang-undang yang tidak terlalu ketat. Misalnya, keselamatan para pekerja
tambang yang rendah.

5. Dapat menyebabkan kerusakan lingkungan


Perusahaan multinasional biasanya ingin berproduksi dengan cara yang
efisien dan dengan biaya yang sekecil mungkin. Tidak jarang cara itu mereka
lakukan dengan cara yang tidak ramah lingkungan. Seperti membuang limbah
mereka tanpa mengolahnya terlebih dahulu.

6. Pekerja yang disediakan berketerampilan rendah

Pekerjaan yang disediakan oleh perusahaan multinasional bagi pekerja lokal


kebanyakan merupakan pekerjaan yang sifatnya cenderung pekerjaan kasar
dan kurang terampil, sehingga memiliki penghasilan yang rendah. Sementara
pekerja ekspatriat dari luar negeri di posisikan untuk tingkat senior dan
terampil.

Penggunaan pekerja yang kurang terampil akan sangat menguntungkan


perusahaan multinasional akan tetapi sangat merugikan pekerja dan
masyarakat setempat.

Contoh Perusahaan Multinasional di Indonesia

1. Google

Google merupakan sebuah mesin pencari yang sangat terkenal di seluruh


dunia. Google juga merupakan perusahaan multinasional asal Amerika
Serikat yang memberikan layanan internet seperti mesin pencari, periklanan
daring, komputasi web, dan perangkat lunak yang berhasil
mengoperasikannya di seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia.

2. KFC
KFC merupakan perusahaan waralaba yang berasal dari Yum! Brand,inc ini
mulai dikenal dan menjadi salah satu brand makanan favorit di Indonesia.
KFC pertama kali didirikan di Louisville, Amerika Serikat.

Kentucky asal Amerika Serikat ini sebenarnya didirikan pertama kali oleh Col.
Harland Sanders. Produksi ayam goreng merupakan salah satu produk KFC
yang paling dikenal. Di Indonesia sendiri, KFC mulai memasuki pasaran
Indonesia sejak tahun 1979.

3. Levi

Levi merupakan perusahaan yang memproduksi celana jeans. Daerah


pemasarannya telah sampai ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Perusahaan Levi telah terbentuk sejak 1880 oleh Levi Strauss, di Genoa,
Italia.

Celana Levi dulu biasa digunakan oleh angkatan laut. Celana ini juga
mendapat julukan bleu de Geunes yang merupakan arti dari biru genoa. Levi
kini juga telah memiliki ribuan pekerja di berbagai Negara.

4. Epson

Epson merupakan perusahaan multinasional dari jepang yang ada di


Indonesia. Epson mejadikan Indonesia sebagai pusat daerah operasi mereka.
Epson sebenarnya merupakan anak dari perusahaan ternama yaitu Seiko.

Perusahaan ini merupakan perusahaan multinasional yang bergerak di bidang


elektronik dimana Epson berperan sebagai produsen yang memproduksi
printer, scanner, desktop computer dan dot matrix. Epson memiliki kantor
pusat di daerah Suwa, Jepang.

5. Semen Indonesia

Semen Indonesia adalah perusahaan BUMN pertama di Indonesia yang


sudah memiliki status Multinational Corporation. BUMN ini telah berhasil
mengakuisisi perusahaan-perusahaan asing dan berhasil menjalankan
operasinya di ASEAN dan Asia Selatan.

6. Garuda Food

Garuda Food merupakan perusahaan yang memproduksi berbagai jenis


makanan dan snack. Hasil produksi dari Garuda Food telah berhasil
memasuki pasar di berbagai Negara. Garuda Food juga telah berhasil
melakukan ekspansi perusahaan mereka dengan mengakuisisi pabrik gula
Fuhua Jingjiang Yonghe.

7. Freeport Indonesia
Freeport Indonesia merupakan perusahaan yang melakukan penambangan,
pemrosesan, dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung
emas, perak, tembaga. Perusahaan ini menjalankan operasinya di dataran
tinggi Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, Indonesia.

Freeport Indonesia merupakan perusahaan multinasional karena telah


memasarkan output mereka berupa konsentrat yang mengandung tembaga,
emas, dan perak ke seluruh dunia.

8. Unilever Indonesia

Unilever Indonesia merupakan anak dari perusahaan Unilever. Unilever


Indonesia merupakan perusahaan multinasional dengan banyak kantor dan
cabang di penjuru dunia. Hampir seluruh produk rumah tangga dan produk
kecantikan diproduksi oleh Unilever sehingga perusahaan ini sangat dikenal
oleh masyarakat.A
Apa Itu Perusahaan Multinasional dan Karakteristiknya?
Posted on September 19, 2018 by W III Cargo

Perusahaan multinasional disebut juga dengan PMN atau Multinational Corporation (MNC). Perusahaan
ini berkembang di banyak negara dan biasanya sangat besar. Baik itu kantor, pabrik, maupun kantor cabangnya,
bisa ditemui di banyak negara.

Indonesia sendiri juga memiliki perusahaan berkelas multinasional dengan sistem manajemen global.
Keberadaan perusahaan ini mampu memberikan pengaruh pada banyak bidang, termasuk pada bidang politik
dan ekonomi.

Ciri-ciri Perusahaan Multinasional

Ciri-ciri perusahaan PMN berbeda dengan perusahaan lain dalam beberapa aspek. Terlebih dengan ruang
lingkupnya yang mencakup banyak benua, maka perusahaan ini memiliki karakteristiknya tersendiri. Beberapa
ciri-cirinya adalah:

 Kegiatan income generating atau pendapatan melampaui batas-batas negara


 Memiliki managemen global untuk koordinasi cabang-cabang di banyak negara
 Memiliki kontrol terhadap teknologi dan juga modal
 Memiliki sistem modal ventura, lisensi dan franchise dengan sistem manajemen yang melampaui
batas-batas negara
 Biasanya memiliki subkontraktor untuk kegiatan produksi
 Menempatkan afiliasi di negara-negara maju
 Visi dan strategi berbasis global

Perusahaan Multinasional dalam Negeri (Indonesia)

Banyak perusahaan Indonesia yang sudah bisa masuk pasar global. Dengan produk yang banyak dikonsumsi
warga dunia. Beberapa diantaranya sudah masuk ke taraf multinasional, seperti:

 Semen Indonesia : merupakan BUMN pertama yang sudah memiliki status multinational corporation.
BUMN ini sudah berhasil mengakusisi perusahaan asing dan berhasil memasuki pasar ASEAN dan
Asia Selatan.
 GarudaFood : produk makanan dan snack dari perusahaan ini sudah banyak diterima di berbagai
negara. GarudaFood berhasil mengekspansi perusahaan asing dan berhasil mengakusisisi pabrik gula
Fuhua Jingjiang Yonghe.
 Freeport Indonesia : perusahaan ini menambang dan mengeksplorasi bijih yang mengandung
tembaga, perak dan emas dengan wilayah operasi di Papua.
 Bank DBS Indonesia : perusahaan ini berkelas multinasional dalam kategori perbankan. DBS
Indonesia adalah bagian dari Grup DBS yang basisnya ada di Singapura.
 Unilever Indonesia : merupakan multinational corporation dengan banyak kantor cabang dan
manajemen di dunia. Hampir seuruh produk rumah tangga diproduksi oleh Unilever hingga sangat
dikenal oleh seluruh masyarakat.
 Rohto Laboratories Indonesia: merupakan perusahaan yang sudah berkembang di Indonesia dengan
salah satu satu produk tetes mata paling dikenal oleh masyarakat.
Itulah beberapa contoh perusahaan bekelas multinasional yang berkembang di Indonesia. Hingga kini, setiap
perusahaan selalu berusaha melakukan ekspansi dan juga mempeluas pasar mereka. Dengan begitu
perekonomian negara juga akan turut berkembang.

Perusahaan Berkelas Multinasional Luar Negeri

Dengan terbukanya pasar global saat ini, membuka pula kesempatan bagi perusahaan-perusahaan untuk turut
berkembang lebih luas lagi. Berikut ini ada beberapa multinational corporation terbaik saat ini:
 Google : merupakan perusahaan global yang saat ini berkembang pesat seiring dengan
berkembangnya dunia digital. Perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat ini khusus membuat
produk internet.
 SAS Institute : perusahaan global ini mengkhususkan diri pada program computer untuk analisis
statistika. Software dari perusahaan ini berguna untuk riset operasi hingga manajemen proyek.
 NetApp : merupakan sebuah perusahaan penyimpanan komputer dan dalam bidang manajemen data
yang berbasisi di California, Amerika.
 Microsoft : produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini terkait dengan komputer dan merupakan
perusahaan global yang berkantor di Washington, Amerika serikat.

Itulah beberapa perusahaan multinasional yang saat ini telah mendunia. Berbgai produk yang dimiliki mampu
membantu setiap orang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Mereka juga turut berkembang bersama dengan
teknologi yang ada sehingga produk dan layanan lebih inovatif.
TUGAS EKONOMI INTERNASIONAL
DOSEN PENGAMPU: SUTOYO SOH
NAMA: AGUSTINUS UROPKA NIM: 091324002

BAB IX
Multinasional Company (MNC) Adalah perusahaan yang kegiatan bisnisnya bersifat
internasional dan lokasi produksinya terletak di beberapa negara. Cabang di luar negri tidak
hanya dimiiki oleh perusahaan induk tetapi juga operasi kegiatan cabang tersebut dikontrol dan
diawasi oleh perusahaan induk.
A. Kekuatan Diri(Strengths)
Usaha kami memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan perusahaan lain yaitu selain
menjual produk yang diperoleh dari suplier yaitu perusahaan lain kami juga memproduksi
produk kami sendiri dengan pertimbangan desainnya unik dan jumlahnya terbatas jadi
menjamin eksklusifitas. Produk unggulan yang kami produksi sendiri adalah pakaian, asesoris,
dan pernak-pernik seputar film, game, anime, dan komik.
B. Kelemahan Diri(Weakness)
Keadaan tren yang berubah dengan sangat cepat memaksa perusahaan agar dapat mengikuti
perubahan tren tersebut agar perusahaan tidak kehilangan konsumennya dan mengalami
penurunan jumlah penjualan.
C. Peluang usaha,
sablon digital dan tinta semakin banyaknya bisnis usaha yang bergerak di bidang usaha, sablon
digital dan tinta. bisnis ini semakin berkembang dengan pesat, kita menyadari kebutuhan
sandang dan usaha saling berkaitan serta membutuhkan satu dengan lainnya. contoh : saat kita
membuka usaha sablon digital ada perusahaan / toko yang ingin membuat banner / spanduk
serta sablon lainnya lalu toko tersebut akan melakukan order ke perusahaan kita. Yang
ditekankan mencari peluang usaha, sablon digital dan tinta kita dituntut mengerti dahulu usaha
apa yang akan dikembangkan dan tidak akan pernah mati usaha tersebut dan semakin
dibutuhkan di kemudian hari, misal bisnis pulsa atau jual handphone merupakan salah satu
contoh bisnis usaha yang semakin dibutuhkan setiap orang untuk berkomunikasi dan tidak akan
ada habisnya, tetapi apakah peluang usaha seperti ini dapat menjanjikan keuntungan?
jawabannya bisa anda tanyakan sendiri karena usaha tersebut hampir jarak 50 meter orang
memiliki usaha tersebut dan kita bersaing sangat ketat tetapi ketika kita melihat peluang yang
sangat besar bisnis tersebut bisa menjadi pilihan. Berbeda dengan peluang usaha, sablon digital
dan tinta yang membedakan adalah masih sedikitnya orang yang bergelut di bidang sablon,
digital dan tinta serta peluang usaha seperti ini dapat menjadikan keuntungan yang besar
dengan pengelolaan dan manajemen yang baik. Modal yang diperlukan juga tidak sangat besar
dengan merintis usaha dan melihat peluangnnya bisnis ini bisa menjadi besar dan berkembang.
D. Ancamaan Usaha
Ancaman utama yang dihadapi oleh usaha ini adalah perusahaan-perusahaan besar yang telah
dikenal oleh masyarakat. Perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai pangsa pasar yang
sangat besar serta mempunyai nama dan lebih dikenal di masyarakat. Kegiatan produksi
mereka dibiayai dengan biaya yang besar dan dikelola dengan sistem manajemen yang baik,
mempergunakan peralatan modern sehingga mampu menghasilkan produk yang baik, dan
memiliki bisnis grosir dengan prosentase besar. Namun ancaman ini merupakan faktor
pendorong dalam menjalankan usaha agar lebih giat dalam berproduksi, selalu meningkatkan
dan mempertahankan mutu, kekhasan dan kualitas supaya dapat merebut segmen pasar dan
konsumen tidak berpaling pada produk lain.

BAB IX
PERUSAHAAN MULTINASIONAL
(MULTINASIONAL COMPANY) (MNC)
1. Multinasional Company (MNC)
Adalah perusahaan yang kegiatan bisnisnya bersifat internasional dan lokasi produksinya
terletak di beberapa negara. Cabang di luar negri tidak hanya dimiiki oleh perusahaan induk
tetapi juga operasi kegiatan cabang tersebut dikontrol dan diawasi oleh perusahaan induk.
a. Sifat MNC
Pendirian cabang di luar negri biasanya dilakukan dengan cara mendirikan perusahaan baru,
ekspansi atau membeli perusahaan di luar negri. Tujuan dan motif MNC melakukan investasi
langsung di luar negri juga berbeda. Ada MNC yang bermaksud untuk melakukan ekspansi
secara vertikal. Perusahaan induk yang memproses lebih lanjut, mendirikan cabang di luar
negri untuk menghasilkan input untuk diproses lebih lanjut oleh perusahaan induk. MNC dapat
melakukan ekspansi horisontal dengan car mendirikan cabang di luar negri dengan melakukan
kegiatan yang hampir sama dengan perusahaan induk. Sebelum Perusahaan itu
mempertimbangkan untuk menghasilkan barang di luar negri seyogyanya telah memiliki
pengalaman di bidang bisnis internasional seperti misalnya ekspor barang hasil produksinya ke
pasar internasional yang selalu menunjukan peningkatan.Perusahaan dapat pula melakukan
penetrasi pasar dengan cara mengadakan perjanjian lisensi dengan perusahaan luar negri,
misalnya untuk pemasaran produk menggunakan teknologi atau memakai nama
perusahaannya.
Akhirnya perusahaan mempertimbangkan dapat tidaknya mendirikan cabang produksi di luar
negri.Langkah ini perlu dengan perhitungan cermat menyangkut karakteristik dan tingkah laku
konsumen serta pemerintah negara dimana cabang itu akan didirikan. Pertimbangan tersebut
hanya sebagian kecil saja dari faktor sosial, budaya, dan politik yang dapat menyebabkan
investasi di luar negri lebih riskan daripada di dalam negri. Oleh karena itu, keuntungan
ekonomis investasi di uar negri harus cukup besar sehingga dapat mengimbangi resiko yang
cukup tinggi.
b. Faktor yang mempengaruhi keputusan MNC
Untuk mudahnya kita anggap tujuan investasi di luar negri adalah mencari keuntungan
maksimum dan penjualan maksimum. Dalam kaitanya dengan penjualan maksimum
,mendirikan cabang di luar negri dapat memperoleh eberapa manfaat, antara lain:
1. Apabila perusahaan tersebut telah melayani pasar luar negri melalui ekspor, mugkin diperlukan
hubungan yang lebih dekat dengan langganan untuk mengetahui hubungan dan selera
konsumen. Disamping itu cabang di luar negri dapat merupakan basis untuk memberikan
pelayanan kepada konsumen.
2. Ekspor ke luar negri sering dihambat oleh kebijaksanaa tarif negara lain. Dengan mendirikan
cabang di luar negri yang dapat mendirikan cabang di negara tersebut maka masalah hambatan
tersebut dapat teratasi.
Masalah lain yang terkait dengan ini adalah pengaruh perubahan kurs mata uang. Apabila nilai
mata uang negara asal perusahaan mengalami apresiasi maka harga barang ekspornya akan
naik, sehingga dapat menurunkan volume ekspornya. Masalah ini juga terseleseikn dengan
adanya pembuatan cabang di luar negri. Apabila tujuan pendirian cabang di luar negri itu untuk
mencapai keuntungan maksimum maka pertimbangan efisiensi biaya di berbagai negara
menjadi pertimbangan utama. Banyak MNC tertarik untuk melakukan ekspansi ke negara yang
upah buruhnya rendah, biasanya merupakan negara berkembang, terutama apakah produk yang
dihasilkan tersebut sifatnya padat tenaga kerja. Spek tenaga kerja lain yang sering menjadi daya
tarik MNC adalah kerajinan serta tidak seringnya terjadi pemogokan. Faktor biaya lain yang
kerapkali dipertimbangkan adalah biaya transpor. Dengan membuka cabang biaya transpor
dapat ditekan. Disamping itu pajak yang relatif rendah merupakan daya tarik bagi MNC.
2. Faktor Non-Ekonomi
Di samping faktor ekonomi yang mempengaruhi keputusan MNC untuk ekspansi, faktor sosial
dan politik di negara yang dituju perlu diperhatikan. Sikap pemerintah kepada perusahaan asing
perlu dipelajari. Negara penerima MNC sering mengadakan peraturan terhadap perusahaan
asing.
Aturan ini biasanya berupa pembatasan keuntunagn yang dapat dikirim ke perusahaan induk
atau pengaturan mengenai keharusan menggunakan sebagian tenaga kerja dan bahan yang
berasal dari negara penerima MNC. Jelas bahwa peraturan ini dapat menghambat
perkembangan MNC. Oleh karena itu MNC terlebih dahulu mempelajari pengalaman sejarah
kebijaksanaan negara penerima terhadap perusahaan asing sebelum perusahaan MNC tersebut
melakukan ekspansi kesana.
Hal yang tak kalah pentingnya adalah keadaaan politik negara penerima. Keadaan politik yang
tidak stabil akan sangat mengganggu kegiatan MNC di negara itu. Kekuatan bersaing MNC
Sumber kekuatan bersaing MNC dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kekuatan bersaing MNC
a. MNC dipandang sebagai perusahaan yang superior. Sifat transaksi internasional yang
dilakukan adalah barangnya relatif sophisticated, sangat bervariasi, kompleks, penggunaan
teknologi canggih dan dilakukan oleh beberapa perusahaan besar saja. Dalam keadaan
demikian ini transaksi antar perusahaan dalam satu MNC (intrafirm) mungkin lebih efisien
dibanding kontrak antar-pembeli dan penjual yang independent. Keuntungan inilah yang sering
dikenal dengan nama “institusional comparative advantage” dari MNC.
b. MNC dipandang memiliki kekuatan monopoli yang diperoleh karena penggunaan
teknologi melalui riset dan pengembangan. MNC dapat menyerap pengetahuan atau informasi
dari dalam maupun luar negri tentang produk, proses produksi, marketing maupun manajemen.
c. MNC kadang disebut sebagai “perusahaan informasi” , yakni mengorganisir dan secara
sistematis mengumpulkan informasi tentang perkembangan pasar, biaya dan teknologi melalui
cabang-cabangnya di luar negri. Informasi ini secara terus menerus disebarkan ke semua
cabang untuk dievaluasi dan diimplementasikan.
d. MNC biasanya dapat menikmati adanya skala yang ekonomis misalnya dengan cara
melalui pemusatan seluruh mesin produksi pada suatu bagian tertentu dari proses produksi.
e. MNC juga memperoleh manfaat dari besarnya jaringan keuangan internasional. Ukuran
serta tersebarnya letak geografis perusahaan memudahkan MNC mencari sumber dana
internasional.
f. MNC sering mempunyai monopoli pemasaran baik melaluiintegrasi horisontal maupun
vertikal dan tidak jarang mereka melakukan perang hargaatau subsidi untuk merebut pasar.
g. MNC sering dapat menghindar dari kebijaksanaan tarif atau quota yang diambil oleh
negara lain. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memindahkan produksi ke negara yang
menggunakan proteksi tersebut atau dengan melakukan transfer pricing dengan cabang di luar
negri, yakni dengan menggunakan teknik pembuatan faktur sehingga keuntungan dapat
ditransfer tanpa bisa terdeteksi.
3. Efek Global MNC
MNC akan mempengaruhi alokasi investasi antarnegara. Jumlah total investor dunia mungkin
dapat naik dengan munculnya MNC apabila naiknya investasi di cabang luar negri tidak
mengakibatkan turunnya investasi di negara asal. Umumnya menyimpulkan bahwa investasi
di luar negri ini sebagai suplemen investasi di negara itu. Sebaliknya ada pula yang
berkesimpulan bahwa investasi MNC tersebut menggeser pembentukan modal di negara yang
didatangi. Oleh karena itu efek neto-nya terhadap investasi global masih dipertanyakan. MNC
dapat menimbulkan alokasi efisiensi produksi antar negara.
Dalam kaitanya dengan ini ada dua macam efisiensi yakni efisiensi alokasi dan efisiensi
operasi. Yang Pertama, efisiensi alokasi dapat dijelaskan sebagai berikut: proses produksi
MNC dipecah-pecah menjadi proses yang relatif kecil diletakan di beberapa negara dengan
dasar haraga faktor produksi, perbedaan biaya angkut dan kebijaksanaan proteksi. Dengan
dukungan informasi yang komplit, dan proses pengambilan keputusan yang tepat maka proses
produksi yang dijalankan akan lebih baik dan efisien sehingga dapat mendorong adanya
spesialisasi antarnegara.
Sebagai tambahan, MNC mungkin dapat menaikan efisiensi. Pertama, hal ini dapat timbul
karena adanya persaingan. Dengan masuknya cabang MNC di suatu negara akan mendorong
persaingan dengan perusahaan lokal sehingga efisiensi cenderung meningkat dan mengurangi
monopoli. Namun tidak jarang MNc melakukan kebijaksanaan harga yang rendah untuk
mematikan saingan sehingga dapat mengarah ke monopoli. Lagi pula MNC mungkin dapat
mempengaruhi pemerintah sehingga mendapatkan perlakuan khusus dalam pemasaran
produknya. Aspek kedua dalam kaitanya dengan persaingn adalah skala perusahaan ekonomis
yang timbul karena semakin besarnya perusahaan atau karena sentralisasi satu kegiatan untuk
seluruh cabang, misal riset dan pengembangan, pengelolaan valuta asing atau perencanaan
perusahaan.
Meskipun MNC dapat mendorong efisiensi, namun kegiatan mereka dapat menimbulkan
dampak negatif. Pertama, seperti telah dijelaskan diatas bahwa MNC justru dapat menimbulkan
monopoli sehingga alokasi sumber daya kurang optimal. Kekuatan pasar MNC mungkin dapat
merupakan alat menghambat pesaingnya yang tidak memiliki keunggulan dalam pasar input,
produk ataupun keuangan. Ketiga, MNC kadangkala dapat mempengaruhi kebijaksanaan
pemerintah negara induknya ataupun negara tempat lokasi baru. Keempat, dari aspek global,
karena MNC itu lebih fleksibel maka mereka sering dapat menimbulkan adanya biaya eksternal
bagi perekonomian dunia misalnya, MNC dapat dengan mudah memindahkan pabrik yang
menimbiulkan polusi dari negara asal ke negara yang kurang ketat aturan tentang polusi.
Apabila dampak lingkungan ini merembet ke negara lain maka dunia secara keseluruhan akan
menderita kenaikan biaya sosial.
Akhirnya, dapat dikatakan bahwa MNC dapat mempunyai dampak positif maupun dampak
negatif terhadap kesejahteraan secara global. Dengan kapasitasnya untuk dapat memobilisasi
sumber daya dan fleksibilitas yang dimiliki maka MNC tidak hany dapat menaikan efisiensi
alokasi dan operasi saja tetapi dapat juga mendorong investasi dan perubahan teknologi.
Namun demikian MNC dapat berdampak negatif. Apakah dampak positif itu sama besarnya
dengan dampak negatif masih belum pasti.
Multinational Corporation, perusahaan yang kegiatan operasi bisnisnya bersifat multinasional
atau internasional, ada perusahaan yang beroperasi pada negara induk yakni sebagai
kantor pusat dan memiliki lokasi perusahaan cabang di tiga negara atau lebih. Memiliki lokasi
kegiatan atau operasi perusahaan cabang senantiasa dikendalikan dan di awasi baik
secara langsung oleh perusahaan induknya.
3. Tujuan MNC
Ekspansi secara vertical, perusahaan induk (yang memproses lebih lanjut), mendirikan cabang
di luar negeri dalam upaya menghasilkan input untuk selanjutnya diproses lebih lanjut oleh
perusahaan induk ekspansi secara horizontal, mendirikan cabang baru di luar negeri dengan
melakukan kegiatan yang hampir sama dengan perusahaan induk atau sebagaian operasinya
sama dengan perusahaan induknya.
Keuntungan mendirikan MNC, meningkatkan pelayanan terhadap konsumen dengan
mendirikan MNC di negara-negara lain ekspor luar negeri yang sering dihambat oleh kebijakan
atau deregulasi tarif negara, sehingga dengan MNC masalah hambatan tarif dapat di atasi. Atau
masalah perubahan kurs mata uang atau nilai valuta asing efisiensi biaya-biaya di berbagai
negara menjadi pertimbangan utama efisiensi tarif transportasi
The power of MNC, mempunyai institusional comparative advantage yaitu nilai produksinya
yang relatif lebih canggih, sangat bervariatif, kompleks, pemanfaatan teknologi modern dan
canggih dan umumnya dilakukan oleh beberapa perusahaan yang sudah besar dan manajemen
yang baik memiliki sistem, proses, pemasaran dan manajemen produk yang lebih unggul
“perusahaan informasi” suatu perusahaan yang dapat mengorganisir dan secara sistematis
dapat menghimpun informasi tentang perkembangan dan trend pasar, biaya dan teknologi
melalui perusahaan-perusahaan cabangnya di luar negeri.
Dampak positif MNC, MNC dapat mempengaruhi alokasi dana investasi bagi anatr Negara
Efisiensi alokasi, Efisiensi operasi Dampak negatif MNC, Menimbulkan monopoli, sehingga
alokasi sumber daya atau faktor-faktor produksi kurang optimal, MNC dapat
mematikan/menghambat para pesaing yang tidak memiliki keunggulan dalam pasar, input,
produk, keuangan ataupun keunggulan lainnya, MNC dapat mempengaruhi kebijakan
pemerintah negara induknya, ataupun negara tempat cabang MNC baru didirikan. Dampak
yang ditimbulkan MNC terhadap lingkungan/social cost Manfaat MNC bagi Negara induk
Kenaikan pendapatan ataupun resiko yang lebih kecil dari pemilik faktor produklsi Diperoleh
produksi dengan harga yang lebih murah yang dihasilkan di negara lain yang biaya produksinya
lebih rendah Manfaat MNC bagi negara penerima Pembentukan atau penambahan modal,
Bertambahnya pendapatan Bertambahnya kesempatan kerja Transfer teknologi, Perbaikan
posisi neraca pembayaran.

Anda mungkin juga menyukai