Anda di halaman 1dari 22

TUJUAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDIT

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Auditing


Dosen Pengampu: Meyta Pritandari, M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

Dimas Rais Utomo 13102644


Ina Setiasari 13103114
Ngain Naini Nangimah 13103644

Kelas C
Program Study Ekonomi Islam
Jurusan Syariah

S E K O L A H T I NG G I AG AM A I S L A M NE G E RI
( S T AI N ) J U R AI S I W O ME T RO
T.A 2015/2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu.
Dan berkat Rahmat dan Hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan makalah
Auditing yang insyaallah tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari bentuk penyusunannya maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Amiin.

Metro, 28 Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 1
C. Tujuan Pembelajaran .......................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Tujuan dan Tanggung Jawab Audit
1. Tujuan Pelaksanaan Audit atas Laporan Keuangan ..... 3
2. Tanggungjawab Manajemen dalam Penyajian Laporan
Keuangan ...................................................................... 4
3. Pendekatan Siklus Laporan Keuangan untuk Segmentasi
Audit ............................................................................. 4
4. Kategori Asersi Manajemen Tentang Laporan
Keuangan ...................................................................... 5
a. Asersi Manajemen .................................................. 5
b. Asersi tentang Transaksi dan Peristiwa .................. 5
c. Asersi tentang Saldo Akun ..................................... 6
d. Asersi tentang Penyajian dan Pengungkapan ......... 7
5. Tujuan Umum dan Khusus Audit Asersi Menajemen.. 8
a. Tujuan Audit atas Transaksi ................................... 8
b. Tujuan Audit atas Saldo ......................................... 10
c. Tujuan Audit atas Penyajian dan Pengungkapan ... 12
6. Bagaimana Tujuan Audit Dicapai ................................ 13
a. Merencanakan dan Merancang Pendekatan Audit . 14
b. Melaksanakan Pengujian Pengendalian
dan Pengujian Substansif atas Transaksi ................ 15

iii
c. Melaksanakan Prosedur Analitis dan Pengujian
atas Rincian Saldo .................................................. 16
d. Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan
Laporan Audit......................................................... 16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan audit untuk membuat kerangka kerja dalam membantu


auditor mengumpulkan bukti yang kompeten, untuk memutuskan bukti
mana yang perlu dikumpulkan sesuai dengan kondisi. Dalam
melaksanakan audit laporan keuangan, para auditor perlu mengetahui
standar yang digunakan serta tanggung jawabnya sebagai auditor dalam
mengaudit laporan keuangan.
Hasil audit laporan keuangan harus memiliki manfaat baik bagi
pihak internal maupun eksternal perusahaan. Selain itu, laporan audit juga
memiliki keterbatasan tertentu dan beberapa penyimpangan dari standar
laporan audit dan auditor harus mengetahui semuanya.
Banyaknya perusahaan yang membutuhkan audit, yang mana audit
memberikan banyak manfaat terhadap perusahaan dan membantu
penilaian terhadap laporan keuangan perusahaan. Untuk itu kita perlu
mengetahui lebih banyak mengenai audit laporan keuangan dan tanggung
jawab auditor.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Tujuan Pelaksanaan Audit atas Laporan Keuangan?


2. Bagaimana Tanggungjawab Manajemen dalam Penyajian Laporan
Keuangan?
3. Bagaimana Pendekatan Siklus Laporan Keuangan untuk Segmentasi
Audit?
4. Apa saja Kategori Asersi Manajemen Tentang Laporan Keuangan?
5. Apa saja Tujuan Umum dan Khusus Audit Asersi Menajemen?
6. Bagaimana Tujuan Audit Dicapai?

1
C. Tujuan Pembelajaran

Dengan dibuatnya tugas makalah ini kita dapat mengetahuai


beberapa diantaranya ialah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan pelaksanaan audit atas
laporan keuangan
2. Dapat mengetahui tanggung jawab manajemen dalam
penyajian laporan keuangan
3. Dapat mengetahui pendekatan siklus laporan keuangan untuk
segmentasi audit
4. Dapat mengetahui kategori asersi manajemen tentang laporan
keuangan
5. Dapat mengetahui tujuan umum dan khusus audit asersi
manajemen
6. Serta dapat mengetahui bagaimana tujuan audit dicapai

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan dan Tanggung Jawab Audit

1. Tujuan Pelaksanaan Audit atas Laporan Keuangan

Berdasarkan PSA 02 (SA 110) menyatakan: tujuan audit umum


atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan
pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.1
Uraian tersebet menekankan pemberian pendapat atas laporan
keuangan. Alasan satu-satunya dari auditor untuk mengumpulkan bahan
bukti adalah agar dia dapat menarik kesimpulan mengenai apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar dan agar dapat mengeluarkan
laporan audit yang tepat.
Apabila berdasarkan bahan bukti yang cukup, auditor
menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak akan menyesatkan pemakai
yang membaca secara seksama, dia akan memberikan pendapat audit
mengenai kewajaran penyajian dan pengaitan namanya dengan laoran. Jika
kenyataan yang terjadi setelah pernyataan itu diterbitkan ternyata
menunjukkan laporan tidak disajikan secara wajar, auditor harus
membuktikan kepada pengadilan atau badan lain yang berwenang bahwa
dia telah melaksanakan audit dengan cara yang seharusnya dia lakukan
dan mengambil kesimpulan yang pantas. Sekalipun auditor bukanlah
penjamin dari kewajaran laporan, dia wajib menyampaikan kepada
pemakai apakah laporan telah disajikan secara tepat atau tidak. Jika auditor
berpendapat bahwa laporan itu tidak disajikan secara wajar atau jika dia
tidak dapat mengambil kesimpulan karena tidak cukup bahan bukti atau

1
Alvin A. Arens, James K. Loebbecke, Auditing Arens & Loebbecke, (Jakarta: Salemba Empat,
1993), h. 114

3
adanya situasi tertentu yang menghambatnya, auditor wajib
memberitahukan kepada para pemakai melalui laporan audit.

2. Tanggung Jawab Manajemen dalam Penyajian Laporan Keuangan

Tanggung jawab untuk memilih dan mengadopsi kebijakan


akuntansi yang tepat, menyelenggarakan pengendalian internal yang
memadai, serta menyajikan laporan keuangan yang wajar berada dipihak
manajemen, bukan auditor. Tanggung jawab ini timbul mengingat bahwa
pihak manajemen selaku pelaksana harian perusahaan memiliki
pengetahuan yang lebih terperinci dan mendalam atas setiap transaksi
perusahaan yang terjadi dibanding dengan pihak auditor. Pengetahuan
auditor akan transaksi yang terjadi dan pengendalian internal klien hanya
terbatas pada informasi (pengetahuan) yang diperolehnya selama
menjalankan kegiatan audit.
Untuk perusahaan publik, berikut adalah hal-hal yang pada
umumnya dinyatakan dalam laporan tahunan manajemen mengenai
tanggung jawabnya:
a. Laporan keuangan disiapkan oleh manajemen.
b. Manajmen bertanggung jawab atas integritas dan objektivitas laporan
keuangan yang telah disiapkannya.
c. Laporan keuangan yang disiapkan didasarkan pada estimasi serta
pertimbangan terbaik manajemen.
d. Manajemen telah menetapkan dan menyelenggarakan sistem
pengendalian internal yang dirancang untuk memberikan kepastian
yang layak mengenai keandalan laporan keuangan.

3. Pendekatan Siklus Laporan Keuangan untuk Segmentasi Audit

Pendekatan siklus dapat dibagi menjadi siklus penjualan dan


penagihan, siklus perolehan dan pembayaran, siklus penggajian dan
personalia, siklus persediaan dan pergudangan, serta siklus perolehan

4
modal dan pembayaran kembali. Akun kas merupakan akun yang paling
penting, yang dimana terlibat dalam sebagian besar siklus.2
Pada perusahaan manufaktur, siklus persediaan dan pergudangan
berkaitan erat dengan semua siklus lainnya. Biaya persediaan mencakup
bahan baku (siklus perolehan dan pembayaran), tenaga kerja langsung
(siklus penggajian dan personalia), dan biaya over head manufaktur/biaya
produksi tidak langsung (siklus perolehan dan pembayaran serta siklus
penggajian dan personalia). Penjualan barang jadi melibatkan siklus
penjualan dan penagihan. Dalam kasus penjaminan persediaan untuk
kepentingan peminjaman uang, siklus perolehan modal, dan pembayaran
kembalian juga berkaitan dengan siklus persediaan dan pergudangan.

4. Kategori Asersi Manajemen Tentang Laporan Keuangan

a. Asersi Manajemen

Asersi manajemen merupakan pernyataan manajemen (secara


tersirat) tentang transaksi atau peristiwa, saldo akun, serta penyajian
dan pengungkapan yang terkait dengan laporan keuangan.3

b. Asersi tentang Transaksi dan Peristiwa

Keterjadian
Asersi keterjadian berkaitan dengan apakah transaksi dan
peristiwa yang dicatat dalam laporan keuangan benar-benar terjadi
selama periode akuntansi. Contoh, manajemen menegaskan bahwa
transaksi pembelian barang dagang yang dicatat merupakan perolehan
barang dagang dari pemasok yang benar-benar terjadi.

2
Heri, Auditing 1: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 34
3
Ibid., h. 36

5
Kelengkapan
Asersi ini menyatakan apakah semua transaksi dan peristiwa
yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan sudah dimasukkan
seluruhnya. Contoh, manajemen menegaskan bahwa seluruh
pembelian barang dagang dari pemasok telah dicatat dan dimasukkan
dalam laporan keuangan.
Keakuratan
Asersi keakuratan menyatakan apakah transaksi dan peristiwa
telah dicatat pada jumlah yang benar. Penggunaan harga (acquisition
cost) yang salah untuk mencatat transaksi perolehan aktiva tetap dan
kekeliruan atau kesalahan dalam menghitung besarnya beban
penyusutan periodik merupakan contoh pelanggaran atas asersi
keakuratan.
Klasifikasi
Asersi ini menyatakan apakah transaksi dan peristiwa telah
dicatat pada akun yang tepat. Contoh, pembelian perlengkapan dicatat
dicatat sebagai pembelian peralatan.
Pisah Batas (cut-off)
Asersi pisah batas menyatakan apakah transaksi dan peristiwa
telah dicatat pada periode akuntansi yang benar. Mencatat transaksi
penjualan pada bulan Desember sementara barang belum dikirim
sampai dengan bulan Januari tahun berikutnya merupakan contoh
pelanggaran atas asersi pisah batas.

c. Asersi tentang Saldo Akun

Eksistensi
Asersi ini berkaitan dengan apakah aktiva, kewajiban, dan
modal yang tercantum dalam neraca benar-benar ada pada tanggal
neraca. Contoh, manajemen menegaskan bahwa saldo akun persediaan
barang dagang yang tertera dalam neraca benar-benar ada digudang

6
pada tanggal neraca sebesar jumlah yang disajikan tersebut dan
tersedia untuk dijual.
Kelengkapan
Asersi ini menyatakan apakah seluruh jumlah yang harus
tercatat pada suatu akun benar-benar sudah dicantumkan. Dengan kata
lain, asersi kelengkapan berkaitan dengan kemungkinan penghilangan
jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan.
Penilaian dan Alokasi
Asersi ini berkaitan dengan apakah aktiva, kewajiban dan
modal telah dimasukkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang
tepat atau dengan angka-angka yang wajar.
Hak dan Kewajiban
Asersi ini berkaitan dengan apakah aktiva memang menjadi
hak perusahaan dan apakah utang memang merupakan kewajiban
perusahaan pada tanggal neraca.

d. Asersi tentang Penyajian dan Pengungkapan

Keterjadian serta Hak dan Kewajiban


Asersi ini menyatakan apakah transaksi dan peristiwa yang
diungkapkan telah terjadi dan merupakan hak atau kewajiban
perusahaan.4
Kelengkapan
Asersi ini berkaitan dengan apakah semua pengungkapan yang
diperlukan telah dicantumkan dalam laporan keuangan.
Keakuratan serta Penilaian dan Alokasi
Asersi ini berkaitan dengan apakah informasi keuangan telah
diungkapkan secara tepat dan dalam jumlah yang tepat.
Klasifikasi dan Dapat Dipahami
Asersi ini berkaitan dengan apakah jumlah-jumlah telah
diklasifikasi secara tepat dalam laporan keuangan dan catatan laporan

4
Ibid., h. 40

7
keuangan, serta apakah uraian saldo dan pengungkapannya dapat
dipahami.

5. Tujuan Umum dan Khusus Audit Asersi Menajemen

a. Tujuan Audit atas Transaksi

Tujuan audit atas transaksi mengikuti dan terkait dengan asersi


manajemen tentang transaksi. Hal ini dikarenakan bahwa tanggung
jawab utama auditor adalah menentukan apakah asersi manajemen
tentang laporan keuangan dapat dibenarkan. Tujuan audit berguna
sebagai kerangka kerja yang akan membantu auditor dalam
mengumpulkan bahan bukti audit yang cukup kompeten dan tepat
sesuai dengan jenis transaksi yang diaudit.

Berikut adalah keenam tujuan audit umum yang berkaitan


dengan transaksi:
Keterjadian
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi yang
telah dicatat memang benar-benar terjadi. Tujuan ini merupakan
padanan atas asersi manajemen tentang keterjadian transaksi.
Kelengkapan
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi yang
harus dimasukkan dalam jurnal benar-benar telah dicatat. Tujuan ini
merupakan padanan atas asersi manajemen tentang kelengkapan
transaksi.
Keakuratan
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi telah
dicatat pada jumlah yang benar. Tujuan ini merupakan padanan atas
asersi manajemen tentang keakuratan transaksi.

8
Pemindah-Bukuan dan Pengikhtisaran
Tujuan ini berkaitan dengan keakuratan pemindahan informasi
dari jurnal ke buku besar dan neraca saldo, serta keakuratan
pengikhtisaran transaksi dalam laporan keuangan. Tujuan ini
merupakan padanan atas asersi manajemen tentang keakuratan
transaksi.
Klasifikasi
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi telah
dicatat dalam periode akuntansi yang tepat. Tujuan ini merupakan
padanan atas asersi manajemen tentang klasifikasi transaksi.
Penetapan Waktu
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi telah
dicatat dalam periode akuntansi yang tepat. Tujuan ini merupakan
padanan atas asersi manajemen tentang pisah batas transaksi.

Berikut adalah contoh asersi manajemen dan tujuan audit yang


berkaitan dengan transaksi pembelian:

Asersi Tujuan Audit


Tujuan Audit Khusus
Manajemen Umum
Pembelian yang dicatat adalah untuk
Keterjadian Keterjadian perolehan barang dari pemasok non-
fiktif.
Seluruh transaksi pembelian yang
Kelengkapan Kelengkapan
terjadi telah dicatat.
Pembelian yang dicatat adalah untuk
seluruh jumlah barang yang telah
diperoleh dari pemasok non-fiktif dan
Keakuratan Keakuratan telah dicatat dengan benar.

Jurnal untuk mencatat transaksi


pembelian telah dipindah-bukukan

9
secara akurat ke masing-masing
catatan pemasok (buku besar
pembantu) dan buku besar umum,
serta diikhtisarkan ke dalam laporan
keuangan secara tepat.
Transaksi pembelian telah di
Klasifikasi Klasifikasi klasifikasi dengan benar pada akun
yang tepat.
Transaksi pembelian telah dicatat
Pisah Batas Penetapan Waktu
pada tanggal yang benar.

b. Tujuan Audit atas Saldo

Tujuan audit ini berguna sebagai kerangka kerja yang akan


membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti audit yang cukup
kompeten dan tepat sesuai dan saldo akun yang diaudit.5
Berikut adalah kedelapan tujuan audit umum yang berkaitan
dengan saldo:

Eksistensi
Tujuan ini berkaitan dengan apakah semua jumlah yang
tercantum dalam laporan keuangan memang benar-benar ada pada
tanggal neraca.
Kelengkapan
Tujuan ini berkaitan apakah semua jumlah yang harus tercatat
pada suatu akun benar-benar sudah dicantumkan.
Keakuratan
Tujuan ini berkaitan dengan apakah perhitungan atas seluruh
jumlah yang tercantum sudah benar.

5
Ibid., h. 42

10
Klasifikasi
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh jumlah telah
diklasifikasikan dalam akun secara tepat.
Pisah Batas
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh jumlah telah
dicatat dalam akun pada periode akuntansi yang tepat.
Rincian Hubungan
Tujuan ini berkaitan dengan apakah total saldo akun sesuai
dengan rincian yang tertera dalam buku besar maupun catatan
pendukung lainnya.
Nilai yang Dapat Direalisasi
Tujuan ini berkaitan dengan apakah saldo akun aktiva tertentu,
seperti piutang usaha, telah dikurangi untuk mencerminkan nilai
bersihnya yang dapat direalisasi.
Hak dan Kewajiban
Tujuan ini berkaitan dengan apakah aktiva memang menjadi
hak perusahaan dan apakah utang merupakan kewajiban perusahaan
pada tanggal neraca.
Sesudah tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo
ditentukan, tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo untuk
setiap saldo akun dalam laporan keuangan dapat dikembangkan.
Setidaknya satu tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo
harus disertakan pada setiap tujuan audit umum yang berkaitan
dengan saldo.

Berikut adalah contoh asersi manajemen dan tujuan audit yang


berkaitan dengan saldo piutang:

Asersi Tujuan Audit


Tujuan Audit Khusus
Manajemen Umum
Semua piutang yang dicatat memang
Eksistensi Eksistensi
benar-benar ada pada tanggal neraca.

11
Kelengkapan Kelengkapan Seluruh piutang yang ada sudah dicatat.
Keakuratan Seluruh piutang yang ada telah dicatat
dalam jumlah yang benar.

Klasifikasi Piutang telah diklasifikasi secara tepat


sebagai piutang usaha, piutang wesel,
dan piutang lain-lain.

Pisah batas atas salso piutang pada


Penilaian & Pisah Batas akhir tahun sudah tepat.
Alokasi
Total saldo piutang sesuai dengan
Rincian rincian yang tertera dalam buku besar
Hubungan maupun catatan pendukung lainnya
(buku besar pembantu).

Piutang usaha telah disajikan sebesar


Nilai yang Dapat nilai realisasi bersih.
Direalisasi
Perusahaan memiliki hak atas semua
piutang yang tercantum dalam neraca
Hak &
Hak & Kewajiban akhir tahun.
Kewajiban
Tidak ada piutang usaha yang
dijaminkan.

c. Tujuan Audit atas Penyajian dan Pengungkapan

Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan


pengungkapan juga mengikuti dan terkait dengan asersi manajemen
untuk penyajian dan pengungkapan.6

6
Ibid., h. 45

12
Berikut adalah contoh asersi manajemen dan tujuan audit yang
berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan atas piutang wesel:

Asersi
Tujuan Audit Umum Tujuan Audit Khusus
Manajemen
Piutang wesel sebagaimana yang
Keterjadian
Keterjadian serta Hak diuraikan dalam catatan atas laporan
serta Hak &
& Kewajiban keuangan memang benar-benar ada dan
Kewajiban
merupakan hak perusahaan.
Semua pengungkapan yang diperlukan
yang terkait dengan piutang wesel telah
Kelengkapan Kelengkapan
dicatat dalam catatan atas laporan
keuangan.
Pengungkapan catatan atas laporan
Penilaian &
Penilaian & Alokasi keuangan yang terkait dengan piutang
Alokasi
wesel sudah akurat.
Piutang wesel secara tepat telah
Klasifikasi diklasifikasi sebagai aktiva lancar dan
Klasifikasi & dapat
& dapat tidak lancar, serta pengungkapannya
Dipahami
Dipahami dalam catatan atas laporan keuangan
dapat dipahami.

6. Bagaimana Tujuan Audit Dicapai

Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup guna


mendukung semua asersi manajemen yang terkait dengan laporang
keuangan. Dalam hal ini, auditor perlu memutuskan tujuan audit secara
tepat dan mengumpulkan bukti untuk memenuhi tujuan audit tersebut.
Auditor biasanya akan mengikuti suatu proses audit untuk memastikan
bahwa bukti yang diperoleh sudah mencukupi dan tepat, serta bahwa

13
semua tujuan audit sudah ditetapkan dan dipenuhi. Proses audit ini terdiri
dari empat fase, yaitu:7

a. Merencanakan dan Merancang Pendekatan Audit

Pada umumnya, ada dua pertimbangan utama yang akan


memengaruhi pendekatan audit, yaitu perolehan bukti audit yang
cukup dan biaya perolehan bukti audit yang sekecil mungkin.
Perolehan bukti audit yang cukup dan pengendalian atas biaya audit
memerlukan suatu perencanaan yang matang. Dalam merencanakan
dan merancang pendekatan audit, auditor perlu:8

Memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungan klien.


Agar dapat menilai dengan layak risiko salah saji dalam laporan
keuangan, auditor harus mempunyai pemahaman yang menyeluruh
atas bisnis klien dan lingkungan terkait, termasuk pemahaman atas
perlakuan akuntansi yang unik dari industri klien.
Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
Risiko salah saji dalam laporan keuangan akan dapat diminimalisir
apabila klien memiliki pengendalian yang efektif. Penting bagi
auditor untuk dapat memahami pengendalian internal yang
diterapkan oleh klien dan mengevaluasi keefektifannya.
Pengumpulan bahan bukti audit lebih ditekankan atau difokuskan
pada area di mana pengendalian internal tidak secara efektif
diterapkan. Jika pengendalian internal dianggap efektif, risiko
pengendalian yang diterapkan dapat dikurangi dan jumlah bukti
audit yang harus dikumpulkan secara signifikan dapat menjadi
lebih sedikit dibanding dengan pengendalian internal yang tidak
memadai.

7
Ibid., h. 46
8
Alvin A. Arens, James K. Loebbecke, Auditing Arens & Loebbecke, (Jakarta: Salemba Empat,
1993), h. 132

14
Menilai risiko salah saji yang material
Penilaian ini tentu saja akan memengaruhi rencana dan sifat audit,
penetapan waktu audit, serta luas prosedur audit. Risiko salah saji
yang material dalam laporan keuangan, yang disebabkan oleh
kecurangan, juga merupakan bagian dari risiko audit dan
memerlukan penilaian oleh auditor secara khusus atas risiko
tersebut.

b. Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif


atas Transaksi

Pengujian pengendalian adalah suatu prosedur audit yang


dilakukan auditor untuk menentukan efektifitas rancangan (desain) dan
penerapan (operasi) pengendalian internal oleh klien. Pengujian
pengendalian ini dapat memberikan bukti tentang apakah kebijakan
dan prosedur pengendalian telah diterapkan secara konsisten.
Keputusan yang diambil oleh auditor berkaitan dengan jenis, lingkup,
dan saat pengujian pengendalian harus didokumentasikan dalam suatu
program audit dan kertas kerja yang bersangkutan.
Auditor juga mengevaluasi pencatatan transaksi dengan
menverifikasi jumlah moneter transaksi. Prosedur audit ini disebut
sebagai pengujian substantif atas transaksi. Pengujian ini bertujuan
untuk mengungkapkan kekeliruan atau salah saji moneter dalam
pencatatan dan pelaporan transaksi. Di samping itu, pengujian
substantif atas transaksi juga bertujuan untuk menentukan apakah
keenam tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi telah
dipenuhi bagi setiap jenis transaksi.

15
c. Melaksanakan Prosedur Analitis dan Pengujian atas Rincian
Saldo

Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan


untuk menilai apakah saldo akun atau data lainnya tampak wajar atau
rasional.
Pengujian atas rincian saldo merupakan prosedur audit yang
dilakukan auditor untuk menguji salah saji moneter atas saldo akhir
akun dalam laporan keuangan. Di samping itu, pengujian atas rincian
saldo juga bertujuan untuk menentukan apakah kedelapan tujuan audit
umum yang berkaitan dengan saldo telah dipenuhi bagi setiap saldo
akun yang signifikan.

d. Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Laporan Audit

Setelah menyelesaikan semua prosedur, auditor harus


menggabungkan informasi yang diperoleh guna mencapai kesimpulan
menyeluruh tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara
wajar. Proses yang subjektif ini sangat mengandalakan pada
pertimbangan profesional auditor. Apabila audit telah selesai
dilakukan, akuntan publik harus menerbitkan laporan audit untuk
melengkapi laporan keuangan yang dipublikasikan oleh klien.9

9
Ibid., h. 134

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan PSA 02 (SA 110) menyatakan: tujuan audit umum atas


laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat
atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha,
dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Dimana dalam mencapai tujuan audit, auditor harus memperoleh bukti
audit yang cukup guna mendukung semua asersi manajemen yang terkait
dengan laporang keuangan. Dalam hal ini, auditor perlu memutuskan tujuan
audit secara tepat dan mengumpulkan bukti untuk memenuhi tujuan audit
tersebut. Auditor biasanya akan mengikuti suatu proses audit untuk
memastikan bahwa bukti yang diperoleh sudah mencukupi dan tepat, serta
bahwa semua tujuan audit sudah ditetapkan dan dipenuhi.
Kemudian hal-hal yang pada umumnya dinyatakan dalam laporan
tahunan manajemen mengenai tanggung jawabnya:
- Laporan keuangan disiapkan oleh manajemen.
- Manajmen bertanggung jawab atas integritas dan objektivitas laporan
keuangan yang telah disiapkannya.
- Laporan keuangan yang disiapkan didasarkan pada estimasi serta
pertimbangan terbaik manajemen.
- Manajemen telah menetapkan dan menyelenggarakan sistem
pengendalian internal yang dirancang untuk memberikan kepastian
yang layak mengenai keandalan laporan keuangan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alvin A. Arens, James K. Loebbecke. 1993. Auditing Arens & Loebbecke,


(Jakarta: Salemba Empat).

Heri. 2011. Auditing 1: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi. (Jakarta: Kencana).

18

Anda mungkin juga menyukai