Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kas merupakan hal yang penting bagi auditor terutama karena besarnya potensi
kecurangan, tetapi klien juga dapat melakukan kesalahan yang tidak disengaja . Hal itu
terjadi karena banyaknya transaksi yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas.
Selain itu, kas menjadi objek potensi kecurangan dan pencurian dibandingkan dengan jenis aset
lainnya karena kebanyakan aset harus dikonversikan terlebih dahulu ke kas agar dapat
diuangkan. Oleh karena itu sangatlah perlu dilakukan audit terhadap saldo kas. Tujuan utama
audit saldo kas adalah untuk memastikan saldo kas telah diidentifikasi dan diklasifikasikan
dengan tepat dalam neraca, sehingga kas tersebut dapat memenuhi kebutuhan entitas. Dengan
audit atas saldo kas maka akan memudahkan perusahaan dalam mengembangkan anggaran kas.
Dengan pengelolaan anggaran kas yang baik perusahaan dapat mempr oyeksikan peramalan
yang baik atas penerimaan dan pengeluaran kas. Dengan teknik peramalan kas, manajemen dapat
merencanakan untuk menginvestasikan kelebihan kas, dan bila terdapat kebutuhan akan kas
mendapatkan pinjaman dengan tingkat bunga yang menguntungkan.

BAB II

PENDAHULUAN

A. DEFINISI AUDIT INVESTASI


Aktivitas investasi sebuah entitas merupakan aktivitas yag berkaitan dengan kepemilikan
sekuritas yang diterbitkan oleh entitas lainnya. Sekuritas ini mencakup sertifikat deposito/CD,
saham preferen dan saham biasa, serta obligasi korporasi dan pemerintah. Investasi dalam
sekuritas yang mudah dipasarkan berkaitan dengan siklus lainnya. Deviden dan bunga yang
diterima dari investasi itu merupakan transaksi penerimaan kas, transaksi-transaksi ini harus
mendapat pengendalian yang sama seperti pada transaksi penerimaan dan pengeluaran lainnya.

 Tujuan Audit
Meliputi beberapa hal, yaitu :
a. Keberadaan atau keterjadian
b. Kelengkapan
c. Hak dan kewajiban
d. Penilaian atau alokasi
e. Penyajian dan pengungkapan

1
 Pertimbangan Perencanaan Audit
a. Materialitas
Sekuritas yang ditahan sebagai investasi jangka pendek dapat bersifat material bagi solvensi
jangka pendek suatu entitas, tetapi laba dari sekuritas semacam itu jarang bersifat signifikan
bagi hasil operasi entitas di luar sektor jasa keuangan. Sekuritas yang ditahan sebagai
investasi jangka penjang dapat bersifat material baik bagi neraca maupun laporan laba rugi,
tergantung entitas.
b. Risiko Inheren
Risiko inheren pada asersi siklus investasi dipengaruhi oleh banyak faktor dan volume
transaksi investasi umumnya cukup rendah. Akan tetapi sekuritas merupakan aktiva yang
mudah untuk dicuri, dan akuntansi untuk investasi tersebut dapat menjadi rumit. Di samping
itu, risiko inheren tertentu juga lebih menantang untuk dikendalikan, dan memberi
manajemen peluang untuk memanipulasi pelaporan investasi. Secara spesifik, klasifikasi
yang tepat atas suatu investasi bisa mengundang kontroversi, yang selanjutnya akan
mempengaruhi metode penilaian, upaya mendapatkan laba, dan persyaratan pengungkapan
yang berlaku untuk investasi itu. Dengan menyajikan secara salah klasifikasi yang tepat dari
suatu investasi, manajemen dapat menunda atau mempercepat pengakuan keuntungan atau
kerugian yang belum direalisasi dalam laba.
c. Risiko Prosedur Analitis
Prosedur analitis dapat membandingkan saldo tahun berjalan dengan tahun sebelumnya, atau
dapat membandingkan hasil-hasil aktual atas jumlah investasi dan laba investasi dengan yang
dianggarkan atau dokumentasi lain dari rencana manajemen. Perbedaan yang tidak
diharapkan, dapat menunjukkan salah saji berkenaan dengan asersi keberadaan atau
keterjadian, kelengkapan, penilaian atau alokasi, dan penyajian serta pengungkapan.
d. Risiko Pengendalian
Pemahaman atas beberapa faktor lingkungan pengendalian adalah relevan bagi audit atas
siklus transaksi.

B. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS INVESTASI


Merupakan hal yang biasa dalam melakukan pengujian substantif atas siklus investasi untuk
menguji saldo investasi di neraca dan laporan laba rugi pada saat yang sama. Tahapannya yaitu :

a. Menentukan Risiko Deteksi


Dalam menerapkan model risiko audit untuk menentukan risiko deteksi bagi asersi siklus
investasi, auditor perlu menggabungkan penilaian risiko inheren dan pengendaliannya atas
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dengan pertimbangan tambahan yang unik bagi
transaksi investasi. Apabila entitas menghasilkan arus kas bebas yang mencukupi untuk
mempunyai volume aktifitas investasi yang signifika, auditor akan perlu mempertimbangkan
pengendalian spesifik atas aktifitas-aktifitas itu. Karena penilaian risiko inheren dan

2
pengendalian yang relevan dapat sangat bervariasi disebabkan oleh berbagai jenis investasi
serta situasi yang ada di antara entitas maka, tingkat risiko deteksi yang dapat diterima juga
akan bervariasi secara signifikan di antara entitas dan di antara kategori asersi bagi entitas
yang sama. Kesulitan dalam merancang pengendalian untuk menilai risiko secara memadai
berkaitan dengan (1) Penggunaan nilai wajar, bila diperlukan, dan (2) Klarifikasi yang tepat
atas investasi yang seringkali berarti bahwa tingkat risiko deteksi yang rendah yang dapat
diterima untuk pengujian rincian biasanya ditetapkan untuk asersi penilaian atau alokasi
serta penyajian dan pengungkapan. Bagi banyak entitas dimana volume transaksi investasi
rendah, auditor akan mengikuti pendekatan substantive yang terutama menekankan pada
pengujian rincian.
b. Merancang Pengujian Substantif
Kategori pengujian rincian saldo memuat jumlah kemungkinan pengujian yang terbesar,
dan bahwa berbagai pengujian dapat mempermudah pencapaian tingkat risiko deteksi yang
rendah akan dapat diterima yang mungkin diperlukan untuk asersi penilaian atau alokasi dan
penyajian serta pengungkapan. Masing-masing pengujian ini akan dijelaskan dalam bagian
berikut.
1. Prosedur Awal
Serangkaian prosedur tersebut sebagai berikut :
(1). Auditor mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industry klien. Merupakan hal
yang penting bagi auditor untuk memahami pendorong ekonomi yang memungkinkan
suatu entitas melakukan aktivitas investasi, seperti kebijakan entitas untuk
menginvestasikan kelebihan kas, aktivitas pembiayaannya dan kemampuannya untuk
menghasilkan arus kas bebas.
(2). Kecocokan antara saldo investasi awal dengan jumlah yang di audit dalam kertas
kerja tahun sebelumnya diverifikasi.
(3). Aktifitas yang melibatkan akun-akun yang berkaitan dengan investasi ditelaah
untuk menentukan setiap ayat jurnal yang tidak biasa dari segi sifat atau jumlah yang
harus diselidiki.
(4). Skedul semua investasi yang disiapkan klien, atau penambahan dan pelapasan yang
terjadi selama periode berjalan, dicek ketetapan matematis dan kesesuaiannya dengan
catatan akuntansi yang mendasari.
(5). Penentuan bahwa skedul dan buku tambahan investasi telah sesuai dengan saldo
akun pengendali buku besar yang berkaitan. Skedul tersebut dapat berfungsi sebagai
dasar untuk melakukan pengujian substantive tambahan.
2. Prosedur Analitis
Mencakup keterkaitan di antara akun-akun spesifik selama periode berjalan dan
perbandingannya dengan data tahun sebelumnya, jumlah yang di anggarkan, dan
ekspektasi lainnya. Sebagai contoh, persentase saldo investasi jangka pendek dan jangka
panjang terhadap masing-masing aktiva lancer dan total aktiva, serta tingkat
pengembalian atas berbagai kelas investasi dapat dibandingkan dengan ekspektasi atau
pengharapan. Ketika melaksanakan prosedur analitis atas laba investasi adalah penting
3
untuk memahami kebijakan investasi entitas berkenaan dengan proporsi investasi dalam
sekuritas pemerintah, obligasi korposi dan sekuritas ekuitas. Auditor harus mengevaluasi
kelayakan laba investasi atas masing-masing kelas investasi secara terpisah, berdasarkan
kinerja pasar terakhir. Efektivitas dari prosedur analitis yang telah dibahas sebelumnya
dalam mengurangi jumlah bukti yang diperlukan dari pengujian substantive lainnya.
3. Pengujian Rincian Transaksi
Pengujian substantive ini terdiri dari vouching ke masing-masing ayat debet dan kredit
dalam berbagai akun investasi.
4. Pengujian Rincian Saldo
(1) Memeriksa dan menghitung sekuritas yang ada di tangan. Pengujian ini biasanya
dilaksanakan secara serentak dengan perhitungan auditor atas kas dan instrument
lainnya yang dapat dinegosiasi. Dalam melaksanakan pengujian ini petugas yang
menyimpan sekuritas harus hadir sepanjang perhitungan. Suatu tanda terima harus
diperoleh dari petugas tersebut ketika sekuritas dikembalikan, dan semua sekuritas
harus berada di bawah kendali auditor sampai perhitungan selesai. Dalam memeriksa
sekuritas, auditor harus mengamati hal-hal seperti nomor sertifikat pada dokumen,
nama pemilik ( yang harus nama klien, baik secara langsung maupun melalui
endorsemen), uraian tentang sekuritas itu, jumlah saham (atau obligasi), dan nama
penerbitnya. Data ini harus dicatat sebagai bagian dari analisis auditor atas akun
investasi.
(2) Mengkonfirmasi sekuritas yang disimpan oleh pihak lain. Konfirmasi ini harus
diminta pada tanggal sekuritas yang ditahan oleh klien itu sedang dihitung. Proses
konfirmasi sekuritas ini sama dengan lengkah-langkah yang diperlukan dalam
mengkonfirmasi piutang. Jadi, auditor harus mengendalikan pengiriman melalui pos
dan menerima langsung jawaban dari petugas penyimpanan sekuritas. Data yang di
konfirmasikan sama dengan data yang harus dicatat apabila auditor mampu
memeriksa sekuritas tersebut.
(3) Menghitung kembali Pendapatan Investasi yang dihasilkan. Laba dari investasi dapat
di verifikasi dengan bukti documenter dan dihitung ulang. Dividen atas semua saham
yang terdaftar pada bursa saham dan banyak lainnya termasuk dalam buku catatan
deviden yang diterbitkan oleh jasa investasi. Auditor dapat secara independen
memverifikasi pendapatan deviden yang merujuk pada tanggal pengumuman, jumlah,
dan tanggal pembayaran yang diperlihatkan dalam buku catatan itu.verifikasi
pendapatan dividen biasanya digabungkan dalam buku skedul investasi. Bunga yang
dihasilkan dan bunga yang dipungut atas investasi dalam obligasi dapat di verifikasi
dengan menelaah surat berharga dan tanggal pembayaran yang di tunjukan pada
sertifikat obligasi. Di samping itu auditor juga menelaah skedul-skedul amortisasi
klien untuk premi dan diskonto obligasi serta mebhitung kembali jumlah yang di
amortisasi, jika ada.
5. Pengujian Rincian Saldo ; Estimasi Akuntansi

4
Ketika mengaudit investasi, auditor harus menerapkan pertimbangan audit yang
signifikan berkenaan dengan evaluasi atas (1) klarifikasi investasi yang tepat, dan (2)
nilai wajar investasi. Pedoman professional yang diberikan oleh SAS No. 81 (AU
332), Auditing Investments, tentang bagaimana audit harus menghadapi tantangan itu.
6. Perbandingan Penyajian Laporan dengan GAAP
Pengujian substantive yang dilakukan terdahulu harus memberikan banyak bukti yang
diperlukan auditor untuk menentukan apakah saldo investasi telah diidentifikasi dan
diklarifikasikan dengan tepat dalam laporan keuangan. Namun, berkaitan dengan
klarifikasi lancer dan tidak lancer, atau perdagangan lawan tersedia untuk dijual,
auditor juga harus mengadakan Tanya-jawab dengan manajemen manyangkut
maksudnya dalam hal periode penahanan, dan sebagainya. Dalam kasus sekuritas
hutang diklarifikasikan sebagai ditahan sampai sampai jatuh tempo, auditor juga
harus menilai kemampuan manajemen untuk menahan investasi sampai jatuh tempo.
Sebagian besar auditor menggunakan daftar periksa sebagai alat bantu dalam
menentukan bahwa semua pengungkapan yang siisyaratkan telah dilakukan
berkenaan dengan dasar penilaian investasi, berbagai komponen dari keuntungan dan
kerugian yang direalisasi serta belum direalisasi, investasi dengan pihak yang
memilik hubungan istimewa, dan sekuritas yang telah digadaikan sebagai agunan.

C. SALDO KAS
Saldo kas meliputi penerimaan ditangan yang belum disetor, kas di bank, pada rekening
giro umum dan rekening tabungan, serta akun impres seperti kas kecil dan rekening di bank
untuk gaji. Ini merupakan kas yang diperlukan untuk melunasi kewajiban serta membayar gaji,
dan kebanyakan entitas akan memindahkan kelebihan kas ke beberapa bentuk investasi yang
menghasilkan bunga. Saldo-saldo tertentu, seperti sertifikat deposito, dana pelunasan obligasi,
saldo mata uang luar negeri tertentu, dan akun-akun lain yang mempunyai pembatasan dalam
penggunaannya yang lazimnya harus diklasifikasikan sebagai investasi.
 Hubungan saldo kas dengan siklus Transaksi
Lima siklus transaksi berkaitan langsung dengan saldo kas umum, kelima siklus tersebut
adalah siklus pendapatan, pengeluaran, pembiayaan, investasi dan jasa personalia. Siklus
produksi tidak mempunyai transaksi yang berkaitan langsung dengan kas. Perhatikan bahwa
siklus pembiayaan dan siklus investasi keduanya dapat menaikan dan menurunkan kas,
sementara siklus pendapatan akan menaikan kas dan siklus pengeluaran serta jasa personalia
akan menurunkan kas. Bagi banyak entitas volume transaksi siklus pendapatan dan pengeluaran
dapat berjumlah besar, demikian juga dengan siklus jasa personalia. Volume serta ukuran
masing-masing transaksi kas dalam siklus pembiayaan dan investasi sangat bervariasi dari satu
entitas ke yang lainnya dan dapat juga sangat berbeda dari tahun ke tahun untuk satu entitas.

 Tujuan Audit

5
Kategori Asersi Tujuan Audit saldo akun
Keberadaan atau keterjadian Saldo kas yang dicatat ada pada tanggal neraca.
Kelengkapan Saldo yang dicatat mencakup pengaruh dari semua transaksi
kas yang telah terjadi;
Transfer kas akhir tahun diantara bank telah dicatat pada
periode yang tepat.
Hak dan Kewajiban Entitas mempunyai hak legal atas semua saldo kas yang
diperlihatkan pada tanggal neraca.
Penilaian atau Alokasi Saldo kas yang dicatat telah direalisasi pada jumlah yang
dinyatakan di neraca dan sesuai dengan skedul pendukung.

Penyajian dan Pengungkapan Saldo kas telah diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan
tepat dalam neraca;
Lini kredit, jaminan pinjaman, perjanjian saldo kompensasi,
dan pembatasan lain padanya atas kas telah diungkapkan
dengan tepat.

 Pertimbangan Perencanaan Audit


a. Materialitas
Jika dikaitkan dengan transaksi dalam lima siklus transaksi yang mempengaruhi kas,
jumlah kas yang mengalir melalui akun-akun dalam satu periode waktu benar-benar dapat
sangan material.
b. Risiko inheren
Volume transaksi yang tinggi dapat menimbulkan  tingkat risiko inheren yang signifikan
untuk asersi saldo kas tertentu, terutama keberadaan dan keterjadian serta kelengkapan.
c. Risiko prosedur analitis
Prosedur analitis yang efektif mencakup pembandingan saldo kas dengan peramalan atau
anggaran, atau dengan kebijakan perusahaan mengenai saldo kas minimum dan investasi atas
kelebihan kas.
d. Risiko pengendalian
Karena rawannya saldo kas terhadap pencurian, maka banyak auditor akan mengevaluasi
secara cermat pengendalian internal atas kas, dan memastikan bahwa setiap kondisi yang dapat
dilaporkan telah dikomunikasikan dengan jelas kepada manajemen.

D. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO KAS

6
Istilah saldo kas hanya mengacu pada kas yang ditahan dan di bank, bukan termasuk kas
kecil dan dana imprest lainnya. Tahapannya yaitu :
a. Menentukan Risiko Deteksi
Beberapa pemilik perusahaan kecil menginginkan agar auditor secara cermat mengaudit
kas guna memberikannya kepastian tentang keabsahan saldo kas. Akibatnya, auditor akan
melakukan pendekatan substantive yang terutama menekankan pada pengujian rincian, sekalipun
model resiko audit dapat menyatakan bahwa pendekatan semacam itu tidak diperlukan karena
prosedur analitis atau pengendalian internal sudah efektif.
b. Merancang Pengujian Substantif
Merancang dan melaksanakan program audit untuk mencapai tujuan audit atas saldo kas
akan di jelaskan pada Prosedur awal berikut.
1. Prosedur awal
Sebelum membahas pengujian yang terinci atas saldo kas, auditor harus memastikan bahwa telah
memperoleh pemahaman tentang bisnis.
(a). Prosedur awal
 Mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan industry serta menentukan signifikansi dari
saldo & transaksi kas bagi entitas serta kebijakan entitas dalam meramalkan saldo kas
dan menginvestasikan kelebihan saldo kas.
 Melaksanakan prosedur awal atas saldo dan catatan kas yang akan mendapat pengujian
lebih lanjut. Dengan cara menelusuri saldo awal kas di tangan dan di bank ke kertas kerja
tahun sebelumnya, menelaah aktifitas dalam akun buku besar kas dan menyelidiki ayat
jurnal yang tampak tidak biasa dari segi jumlah atau sumbernya, mendapatkan ikhtisar
kas di tangan dan di bank yang disiapkan klien, memverifikasi ketetapan matematis dan
menentukan kesesuaiannya dengan buku besar.
(b). Prosedur analitis
 Melaksanakan prosedur analitis dengan cara mengembangkan saldo kas dengan jumlah
yang di anggarkan, saldo tahun sebelumnya, atau jumlah yang di harapkan lainnya dan
Menghitung kas sebagai persentase dari aktiva lancer dan membandingkannya dengan
pengharapan.
(c). Pengujian rincian transaksi
 Melaksanakan pengujian pisah-batas kas (catatan pengujian ini mungkin telah
dilaksanakan sebagai bagian dari program audit atas piutang usaha dan hutang usaha :
Mengamati bahwa semua kas yang diterima menjelang penutupan usaha pada hari
terakhir tahun fiscal termasuk dalam kas yang ada ditangan atau setoran dalam perjalanan
dan tidak ada penerimaan dari periode berikutnya yang telah dimasukan, atau mereview
dokumentasi seperti ikhtisar kas harian, slip deposito duplikat dan laporan bank yang
mencakup beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal akhir tahun untuk menentukan
pisah-batas yang tepat, atau Mengamati cek terakhir yang diterbitkan dan dikirimkan

7
pada hari bisnis terakhir dari tahun fiscal dan menelusuri ke catatan akuntansi untuk
menentukan ketepatan pisah-batas pengeluaran kas, atau Membandingkan tanggal-
tanggal pada cek yang diterbitkan beberapa hari sebelum dan sesudah akhir tahun ke
tanggal pencatatan cek untuk menentukan pisah-batas yang tepat.
 Menelusuri transfer bank selama beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal akhir tahun
untuk menentukan bahwa setiap transfer telah dicatat dengan benar sebagai pengeluaran
serta penerimaan dalam periode akuntansi yang sama dan secara tepat dicerminkan dalam
rekonsiliasi bank apabila dapat dilakukan.
 Menyiapkan bukti atau proof kas untuk setiap akun bank dimana entitas itu tidak mampu
merekonsiliasi atau memikul risiko yang tinggi bahwa transaksi yang tidak jujur telah
terjadi.
(d). Pengujian rincian saldo
 Menghitung kas ditangan yang belum disetorkan dan menentukan bahwa jumlah tersebut
telah dimasukkan dalam saldo kas.
 Mengkonfirmasikan saldo setoran dan pinjaman bank dengan bank.
 Mengkonfirmasikan perjanjian lain dengan bank seperti lini kredit, perjanjian saldo
kompensasi dan jaminan pinjaman atau pihak lainnya.
 Menscan, menelaah atau menyiapkan rekonsiliasi bank sebagaimana mestinya.
 Mendapatkan dan menggunakan laporan pisah-batas bank untuk memverifikasi pos-pos
rekonsiliasi bank, mendeteksi semua cek yang belum dicatat yang telah dikliring oleh
bank dan mencari bukti tentang window dreasing.
(e). Membandingkan penyajian laopran dengan GAAP
 Menentukan apakah saldo kas telah diidentifikasi dan diklarifikasikan dengan tepat,
menentukan bahwa overdraft bank telah direklasifikasi sebagai kewajiban lancer,
melakukan Tanya-jawab dengan manajemen, menelaah korespondensi dengan bank dan
menelaah notulen rapat dewan direksi untuk menentukan hal-hal yang memerlukan
pengungkapan seperti lini kredit, jaminan pinjaman, perjanjian saldo kompensasi atau
pembatasan lainnya atas saldo kas.
2. Prosedur Analitis
Seperti telah dibahas sebelumnya, efektifitas prosedur analitis secara signifikan bervariasi
dari satu klien lainnya. Efektifitas prosedur analitis yang telah dibahas sebelumnya dalam bab ini
dapat mengurangi jumlah bukti yang diperlukan dari pengujian substantif lainnya yang
dibandingkan dengan yang dibutuhkan apabila datanya tidak sesuai dengan pengharapan yang
dikembangkan dari anggaran atau peramalan kas, atau kebijakan perusahaan mengenai investasi
kelebihan kas.

3. Pengujian Rincian Transaksi

8
Beberapa pengujian substantif atas rincian transaksi melibatkan penelusuran dan
vouching transaksi penerimaan kas serta pengeluaran kas yang biasanya dilakukan bersamaan
dengan pengujian pengendalian sebagai pengujian bertujuan ganda. Bukti yang diperoleh dari
pengujian tersebut harus digabungkan dengan bukti dari prosedur yang telah dibahas di sini
dalam menarik kesimpulan mengenai kewajaran penyajian saldo kas. Dalam dua sub bagian
berikut, pertimbagan akan diberikan pada dua pengujian atas transaksi yang umumnya
dilaksanakan mendekati tanggal neraca.
(a). Melaksanakan Pengujian Pisah-Batas Kas

Pisah-batas yang tepat atas penerimaan dan pengeluaran kas pada akhir tahun sangat
penting bagi kelayakan laporan kas pada tanggal neraca. Dua pengujian pisah-batas kas
(cash cuttof tests) telah dilaksanakan :

 Pengujian pisah-batas penerimaan kas, yang telah dijelaskan dalam Bab 14,dan
 Pengujian pisah-batas pengeluaran kas, seperti yang telah dijelaskan pada bab 15.
Penggunaan laporan pisah-batas bank, yang diuraikan berikut ini, juga berguna dalam
menentukan apakah pisah-batas kas yang tepat telah dilakukan.

Pengujian pisah-batas kas terutama ditujukan pada asersi laporan keuangan, yaitu
eksistensi atau kejadian dan kelengkapan.

(b). Menelusuri Transfer Bank

Para penggelap uang biasanya menutupi pencurian kas dengan praktik yang dikenal
sebagai kiting: mentransfer uang dari satu bank ke bank lainnya dan mencatat transaksi
tersebut dengan tidak benar. Sebuah peusahaan yang memiliki banyak akun bank dapat
melakukan transfer uang yang diotorisasi di antara akun-akun bank itu. Sebagai contoh,
uang dapat ditransfer dari akun bank umum ke akun bank untuk penggajian atas cek gaji
yang akan dibagikan pada hari pembayaran. Apabila terjadi transfer bank, maka beberapa
hari (dikenal dengan periode mengambang) umumnya akan berlalu sebelum cek itu dikliring
di bank pada waktu ditarik. Jadi setoran kas per catatan bank akan lebih saji selama periode
ini, karena cek itu akan termasuk dalam saldo bank yang menerima setoran dan belum akan
dikurangkan dari bank yang ceknya ditarik. Transfer bank juga dapat menimbulkan salah
saji saldo bank per pembukuan jika pengeluaran dan penerimaan tidak dicatat pada periode
akuntansi yang sama.

Secara sengaja mencatat transfer bank sebagai setoran di bank penerima dan tidak
menunjukan pengurangan dari akun bank tempat transfer cek ditarik merupakan suatu
penyimpangan yang dikenal sebagai kiting. Kiting juga dapat digunakan untuk
menyembunyikan kekurangan kas atau kelebihan kas di bank pada tanggal laporan.
Seorang auditor memerlukan bukti tentang keabsahan transfer bank atau,
sebaliknya, dapat terjadi salh saji. Bukti ini diperoleh dengan menyiapkan skedul transfer

9
bank (bank transfer schedule) data yang akan dicantumkan pada skedul itu diperoleh dari
analisis atas ayat jurnal kas per pembukuan dan laporan bank serta pisah-batas bank yang
berlaku. Skedul itu mencantumkan semua transfer cek yang diterbitkan pada atau mendekati
akhir tahun fiskal klien, dan menunjukan tanggal cek itu dicatat oleh klien serta bank, seperti
yang diilustrasikan dalam gambar 18-7
Jika kita mengasumsikan bahwa semua cek tertanggal dan diterbitkan pada
tanggal 31 desember, maka cek no. 4100 pada gambar 18-7 telah ditangani dengan benar
karena kedua ayat jurnal pembukuan perusahaan telah dibuat pada bulan desember dan
kedua ayat jurnal pembukuan bank terjadi dalam bulan januari. Cek ini akan tercantum
sebagai cek yang beredar ketika merekonsiliasi akun bank umum per 31 desember dan
sebagai setoran dalam perjalanan ketika merekonsiliasi akun bank gaji. Cek no. 4275
menggambarkan transfer cek dalam perjalanan pada tanggal penutupan. Kas per pembukuan
kurang saji sebesar $10.000 kare cek itu telah dikurangkan dari saldo per pembukuan oleh
penerbitnya pada bulan desember, tetapi belum ditambahkan ke akun cabang #1 per
pembukuan oleh penyetor sampai bulan januari. Jadi, suatu ayat jurnal penyesuaian akan
diperlukan pada tanggal 31 desember untuk menaikkan saldo cabang per pembukuan.
Cek no. 4280 dan B403menggambarkan kemungkinan kiting karena cek-cek
bulan desember ini belum dicatat sebagai pengeluaran per pembukuan sampai bulan januari,
sekalipun telah disetorkan ke bank penerima pada bulan desember. Cek no. 4280
menimbulkan lebih saji kas di bank sebesar $20.000 karena penerimaan per pembukuan
terjadi dalam bulan desember, dan pengurangan yang sepadan belum dilakukan sampai
bulan januari. Cek no. B403 dapat menggambarkan suatu upaya untuk menyembunyikan
kekurangan kas karena setoran bank yang terjadi pada bulan desember dianggap
memungkinkan untuk merekonsiliasi saldo bank serta pembukuan, sementarasemua ayat
jurnal lainnya dibuat pada bulan januari.
Kiting bisa terjadi apabila kelemahan dalam pengendalian internal memungkinkan
seseorang untuk menerbitkan dan mencatat cek-cek (misalnya pemisahan tugas yang kurang
tepat), atau ada kolusi di antara orang-orang yang bertanggung jawab atas kedua fungsi
itu,selain menelusuri transfer bank, kiting juga dapat dideteksi dengan
a) Mendapatkan dan menggunakan laporan pisah-batas bank (seperti yang dibahas pada
bagian terakhir) karena cek yang dikiting dan dikliring pada bulan januari akan tidak
tampak pada daftar cek yang beredar untuk bulan desember dan
b) Melaksanakan pengujian pisah-batas kas karena cek terakhir yang diterbitkan pada bulan
desember tidak akan dicatat dalam register cek.
Penelusuran transfer bank akan memberikan bukti yang dapat diandalkan
mengenai asersi eksistensi atau kejadian dan kelengkapan.

4.  Pengujian Rincian Saldo


Ada lima pengujian substantif yang biasa digunakan untuk saldo kas dalam kategori ini.
Setiap pengujian ini akan diuraikan dalam bagian berikut.
 Menghitung kas di tangan

10
Penerimaan kas yang belum disetor dan uang kembalian biasanya dipandang sebagai kas
di tangan. Untuk melaksanakan perhitungan kas secara tepat, auditor harus Mengendalikan
semua instrumen kas dan yang dapat dinegosiasikan yang ditahan oleh klien sampai semua
uang telah dihitung, Meminta agar petugas kas hadir sepanjang perhitungan itu, Mendapatkan
tanda terima yang ditandatangani dari petugas pada waktu mengembalikan uang kepada klien,
dan Memastikan bahwa semua cek yang belum disetor dapat dibayarkan kepada klien baik
secara langsung atau melalui endorsemen.
Pengendalian atas semua dana uang dirancang untuk mencegah transfer uang yang telah
dihitung ke uang yang belum dihitung oleh klien. Penyegelan uang dan penggunaan staf
auditor tambahan seringkali diperlukan apabila kas disimpan pada banyak lokasi.
Pengamanan yang menyangkut pengawasan kas dilakukan untuk meminimalkan
kemungkinan, dalam hal terjadinya kekurangan, klien mengklaim bahwa semua kas adalah
utuh pada saat diserahkan kepada auditor untuk dihitung. Pengujian ini memberikan bukti
tentang masing-masing asersi laporan keuangan kecuali penyajian dan pengungkapan. Di sini
perlu diperhatikan bahwa bukti tentang hak bersifat lemah karena pengawas dana, seperti
dana kas kecil, mungkin telah menambah uang dari kantung sendiri untuk menutup
kekurangan.

 Mengkofirmasi Saldo Kas dan Pinjaman di Bank

Merupakan hal yang biasa bagi auditor untuk mendapatkan konfirmasi bank mengenai
saldo kas dan pinjaman di bank pada tanggal neraca.Mengilustrasikan Formulir Standar dari
Konfirmasi Informasi saldo akun dengan Lembaga Keuangan.Formulir ini dikembangkan
dan disetujui bersama oleh American Bankers Association, AICPA, dan Bank Administration
Institute. Perhatikan bahwa formulir itu meminta informasi tentang tiga hal berikut :

(1). Slado setoran


(2). Saldo pinjaman
(3). Akun (rekening) setoran atau pinjaman lainnya yang mungkin menarik perhatian
pejabat bank yang berwenang.
Permintaan konfirmasi disiapkan rangkap duan dan ditandatangani oleh
penandatangan cek yang berwenang dari klien. Kedua salinan itu lalu dikirim ke bank,
dan aslinya dikembalikan ke auditor. Untuk memastikan kompetensi bukti dari prosedur
ini, auditor secara pribadi harus mengirimkan permintaan ini dalam amplop dengan
alamat pengembalian sendiri dan jawabanya harus dikembalikan langsung ke auditor oleh
bank. Permintaan konfirmasi bank harus dikirimkan ke semua bank dimana klien
mempunyai suatu akun, termasuk yang saldonya nol pada akhir tahun.
Konfirmasi setoran kas terutama memberikan bukti mengenai dua asersi berikut
berkenaan dengan kas di bank :
(1). Keberadaan atau keterjadian karena ada pemberitahuan tertulis bahwa saldo itu ada,
serta

11
(2). Hak dan kewajiban karena saldo itu adalah atas nama klien. Jawaban dari bank juga
memberikan sejumlah bukti untuk untuk dua asersi lainnya. Jawaban ini menyumbang
pada asersi penilaian atau alokasi untuk kas di bank dimana saldo yang dikonfirmasi
digunakan untuk memperoleh saldo kas yang benar pada tanggal neraca. Lebih lanjut, hal
itu juga menyumbang pada asersi kelengkapan, tetapi secara keseluruhan tidak dapat
diandalkan karena para responden tidak diharuskan untuk mencari catatan bank mengenai
saldo setoran dan pinjaman yang tidak tercantum dalam formulir permintaan konfirmasi.
Konfirmasi saldo pinjaman terutama memberikan bukti untuk tiga asersi berikut :
(1). Keberadaan atau keterjadian karena ada pemberitahuan tertulis bahwa terdapat saldo
pinjaman
(2). Hak dan kewajiban karena pinjaman merupakan hutang bagi klien, dan
(3). Penilaian atau alokasi karena jawabannya menunjukkan jumlah saldo pinjaman.
Pengujian ini menyumbang pada asersi kelengkapan dengan cara yang sama seperti pada
konfirmasi saldo setoran.

 Mengkonfirmasi Perjanjian Lainnya dengan Bank


Perjanjian lainnya dengan bank meliputi hal-hal seperti lini kredit, saldo
kompensasi, dan kewajiban kontinjen. Perjanjian untuk menetapkan lini kredit dengan
bank mungkin mengharuskan peminjam mempertahankan saldo kas di bank. Jumlahnya
dapat berupa persentase-yang-disetujui dari jumlah yang dipinjam, atau dapat berupa
jumlah dolar yang ditetapkan. Jumlah minimum yang disyaratkan dikenal sebagai saldo
kompensasi (kompensating balance). Suatu kewajiban kontinjen mungkin ada apabila
klien menjadi penjamin atas pinjaman yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga.
Jika, sesudah menilai resiko inheren dan pengendalian, auditor merasa yakin
bahwa perjanjian tersebut ada, maka ia harus mengirimkan surat konfirmasi kepada bank.
Surat itu secara spesifik harus mengidentifikasi informasi yang diminta dan
ditandatangani oleh klien. AICPA telah mengembangkan surat konfirmasi standar untuk
tiga perjanjian yang diidentifikasikan di atas. Lebih lanjut, surat itu harus dikirim ke
pejabat bank yang bertanggung jawab atas hubungan klien dengan bank. Mengirimkan
surat itu ke orang yang tepat akan mempercepat proses konfirmasi dan mempertinggi
kualitas bukti yang diperoleh auditor. Permintaan auditor akan informasi tentang lini
kredit dan kewajiban kontijen tidak mengharuskan responden untuk melakukan pencarian
yang terinci atas catatan bank. Konfirmasi atas perjanjian lainnya dengan bank khususnya
berguna dalam memenuhi asersi penyajian dan pengungkapan. Hal itu juga memberikan
bukti untuk setiap asersi lainnya. Akan tetapi, bukti untuk asersi kelengkapan terbatas
pada informasi yang diketahui oleh responden.

 Melakukan scan, Mereview atau Menyiapkan Rekonsiliasi Bank.


Apabila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima tinggi, auditor dapat menscan
rekonsiliasi bank yang disiapkan klien dan memverifikasi ketepatan matematis dari

12
rekonsiliasi itu. Jika risiko detksi sedang, maka auditor dapat menelaah rekonsiliasi bank
klien. Penelaahan itu lazimnya akan mencakup:
 Membandingkan saldo akhir bank dengan saldo yang dikonfirmasi pada formulir
knfirmasi bank.
 Memverifikasi keabsahan setoran dalam perjalanan dan cek-cek yang beredar
 Menetapkan ketetapan matematis dari rekonsiliasi itu
 Memvouching pos-pos yang direkonsiliasi seperti beban, kredit dan kesalahan bank ke
dokumentasi pendukung
 Menyelidiki pos-pos lama seperti cek yang beredar untuk periode waktu yang lama
dan pos-pos tidak biasa.
Kertas kerja untuk penelaahan auditor atas rekonsiliasi bank yang disiapkan klien
diilustrasikan 18-9.
Jika risiko deteksi rendah, maka auditor dapat menyiapkan rekonsiliasi bank
dengan menggunakan data bank di tempat klien. Jika risiko deteksi sangat rendah atau
auditor mencurigai kemungkinan adanya salah saji yang material, maka auditor dapat
memperoleh laporan bank akhir tahun langsung dari bank dan menyiapkan rekonsiliasi
bank. Untuk melakukan hal itu, auditor harus meminta klien untuk memberitahu bank
agar mengirimkan laporan bank dan dat yang menyertainya (cek yang dibayar, memo
debet, dan lain-lain) langsung ke auditor. Prosedur ini akan mencegah klien melakukan
perubahan data untuk menutupi setiap salah saji yang ada.
Bukti yang diberikan oleh rekonsiliasi bank umumnya belum mencukupi untuk
memverifikasi saldo kas di bank karena adanya ketidakpastian berkenaan dengan dua
pos rekonsiliasi yang paling penting:
(1). Setoran dalam perjalanan dan
(2). Cek yang beredar.
Bukti tersebut hanya dapat diperoleh dengan menelusuri pos-pos ini ke laporan
bank dalam periode akuntansi berikutnya. Prosedur untuk mendapatkan laporan pisah-
batas bank dirancang, sebagian, untuk tujuan ini. Apabila laporan pisah-batas
mengesahkan pos-pos ini dan pos rekonsiliasi lainnya, maka rekonsiliasii bank yang
diandalkan auditor dapat dipertinggi secara signifikan.
Scanning, pengujian atau penyiapan rekonsiliasi bank menetapkan saldo kas di
bank yang benar pada tanggal neraca. Jadi, hal itu merupakan sumber bukti utama
untuk asersi penilaian atau alokasi. Pengujian ini juga memberikan bukti untuk asersi
keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan hak serta kewajiban.

 Mendapatkan dan Menggunakan Laporan Pisah-Batas Bank


Laporan pisah-batas bank (bank cutoff statement) adalah suatu laporanbank pada
tanggal sesudah tanggal neraca. Tanggal ini harus berada pada titik waktu yang akan
memungkinkan sebagian besar cek yang beredar pada akhir tahun sudah dikliring di

13
bank. Biasanya, tanggal ini adalah tujuh sampai sepuluh hari bisnis sesudah akhir tahun
fiskal klien.
Klien harus meminta laporan pisah-batas dari bank dan memberitahukan agar hal
itu dikirim langsung kepada auditor. Setelah menerima laporan pisah-batas, beserta cek-
cek yang dibatalkan dan memo bank terlampir, auditor harus :
(1). Menelusuri semua cek tertanggal tahun lalu ke cek-cek yang beredar yang tercantum
pada rekonsiliasi bank.
(2). Menelusuri setoran dalam perjalanan pada rekonsiliasi bank ke setoran pada laporan
pisah-batas.
(3). Melakukan scan atas laporan pisah-batas dan data terlampir untuk hal-hal yang tidak
biasa.
(4). Mendapatkan dan menggunakan Laporan pisah-batas Bank

5. Perbandingan Penyajian Laporan dengan GAAP


Kas harus diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan benar di neraca. Misalnya, kas yang
disetor merupakan suatu aktiva lancar. Akan tetapi, kas dana pelunasan obligasi dianggap
sebagai investasi jangka panjang. Selain itu, harus ada pengungkapan yang tepat mengenai
perjanjian dengan bank seperti lini kredit, saldo kompensasi, dan kewajiban kontinjen. Suatu
overdraft bank (cerukan) biasanya dilaporkan sebagai kewajiban lancar.
Auditor menentukan kelayakan penyajian laporan dari penelaahan atas naskah laporan
klien dan bukti yang diperoleh dari pengujian substantif sebelumnya. Disamping itu, auditor juga
harus menelaah notulen rapat dewan direksi dan melakukan tanya jawab dengan manajemen
menyangkut bukti pembatasan terhadap penggunaan saldo kas.

E. PERTIMBANGAN LAINNYA
 Pengujian untuk Mendeteksi Lapping
Lapping adalah penyimpangan yang disebabkan oleh misapropriasi secara sengaja atas
penerimaan kas. Lapping dapat melibatkan penggelapan penerimaan kas secara sementara
atatu permanen untuk kepentingan pribadi dari seseorang yang melakukan tindakan yang
bukan wewenangnya. Lapping biasanya tidak hanya bersangkutan dengan penagihan dari
pelanggan, tetapi juga dapat melibatkan jenis penerimaan kas lainnya. Kondisi-kondisi yang
kondusif untuk lapping tersedia apabila seseorang yang menangani penerimaan kas juga
memegang buku beasar piutang usaha. Auditor harus menilai kemungkinan lapping guna
mendapatkan pemahaman tentang pembagian tugas seperti penerimaan dan pencatatan
penagihan dari pelanggan. Lapping adalah suatu penyimpangan yang disebabkan oleh
misapropiasi secara sengaja atas penerimaan kas. Lapping dapat melibatkan penggelapan
penerimaan kas secara sementara atau permanen untuk kepentingan pribadi dari seseorang
yang melakukan tindakan yang bukan wewenangnya. Lapping biasanya tidak hanya
bersangkutan dengan penagihan dari pelanggan, tetapi juga dapat melibatkan jenis
penerimaan kas lainnya. Kondisi-kondisi yang kondusif untuk lapping tersedia apabila
seseorang yang menangani penerimaan kas juga memegang buku besar piutang usaha.

14
Auditor harus menilai kemungkinan lapping guna mendapatkan pemahaman tentang
pembagian tugas seperti penerimaan dan pencatatan penagihan dari pelanggan.

 Prosedur Auditing
Pengujian untuk mendeteksi lapping hanya dapat dilaksanakan apabila risiko
pengendalian untuk transaksi penerimaan kas adalah sedang atau tinggi. Ada tiga prosedur yang
dapat mendeteksi lapping.
 Mengkonfirmasi Piutang Usaha. Pengujian ini akan menjadi lebih efektif jika dilaksanakan
secara mendadak pada tanggal interim. Melakukan konfirmasi pada saat ini akan mencegah
orang yang terlibat dalam lapping membuat akun yang di “lapped” menjadi mutakhir.
Konfirmasi yang pada tanggal neraca mungkin tidak efektif karena pelaku lapping dapat
mengantisipasi prosedur ini dan menyesuaikan akun yang di “lapped” dengan saldo yang
benar pada tanggal bersangkutan.
 Melakukan Perhitungan Kas Secara Mendadak. Perhitungan kas akan mencakup uang logam
atau koin, uang kertas, dan cek pelanggan yang ada di tangan. Auditor harus mengawasi
setoran dari dana-dana tersebut. Berikutnya, rincian setoran yang ditunjukkan pada slip
setoran duplikat harus dibandingkan dengan ayat jurnal penerimaan kas dan posting ke akun
pelanggan.

Membandingkan Rincian Ayat Jurnal Penerimaan Kas dengan Rincian Slip Setoran
Harian yang Berkaitan. Prosedur ini akan mengungkapkan perbedaan rincian seperti yang
ditunjukkan dalam dua contoh di atas.Apabila pembagian tugas yang tepat dalam penanganan
penerimaan pos sudah ditetapkan, beberapa auditor lebih memilih untuk menggunakan daftar
pendahuluan dari prosedur ini. Dalam kasus tersebut, tanggal penagihan aktual dibandingkan
dengan tanggal posting penagihan itu ke buku besar piutang usaha.

F. JASA BERNILAI TAMBAH YANG BERKAITAN DENGAN SEKURITAS YANG


MUDAH DIPASARKAN DAN SALDO KAS
Tidak semua perusahaan mengikuti praktik yang diterapkan oleh kebanyakan perusahaan
yang dikelola dengan baik dalam meramalkan saldo kas dan mengembangkan kebijakan
investasi kelebihan kas. Akuntan publik memahami peluang yang tersedia bagi perusahaan untuk
mengivestasikan kelebihan kas selama periode waktu yang pendek apabila tidak diperlukan
untuk membayar kewajiban lancar, yang adakalanya dilakukan atas dasar tiba-tiba atau semalam.
Selanjutnya, lembar kerja elektronik akan mempermudah akuntan publik untuk mengembangkan
model-model peramalan saldo kas atas dasar bulanan. Berikut ini adalah beberapa peluang
bernilai tambah yang penting, yang dapat diberikan akuntan publik dengan menggunakan
pengetahuan yang diperoleh selama audit atas sekuritas yang mudah dipasarkan dan saldo kas.
 Menentukan asumsi-asumsipenting berkenaan dengan penerimaan kas dan pembayaran
beban operasi yang mempengaruhi peramalan saldo kas.

15
 Membantu manajemen dalam mengembangkan model-model peramalan saldo kas,
pinjaman yang diperlukan, atau potensi kelebihan saldo kas yang tersedia untuk
investasi..
 Mengidentifikasi peluang untuk mengubah praktik bisnis, seperti perubahan kebijakan
kredit atau perubahan manajemen persediaan, yang akan meningkatkan arus kas.
 Membantu manajemen dalam mengembangkan kebijakan untuk investasi jangka pendek
kelebihan kas.
 Mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan tingkat pengembalian atas investasi
jangka pendek atas kelebihan kas.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Investasi dan saldo kas bervariasi secara signifikan dari satu klien ke klien lain,
sekalipun bergerak dalam industry yang sama. Kemanapun suatu entitas untuk
menginvestasikan kelebihan kas tergantung pada praktik manajemen kasnya dan
kemampuannya untuk menganggarkan serta meramalkan kebutuhan kas. Apabila suatu
entitas mempunyai volume aktivitas investasi yang relative rendah, maka sangatlah
efisien untuk mengikuti pendekatan substantive yang terutama menekankan pada
pengujian rincian untuk transaksi dan saldo investasi. Jika saldo kas dianggap tidak
material, maka volume kas yang mengalir melalui akuntansi selama periode audit akan
menjadi sangat material. Di samping itu, kas rentan terhadap penyalahgunaan serta
terlibat dalam banyak tindakan kecurangan termasuk kiting dan lapping. Jadi, beberapa
jenis pengujian substantive atas saldo kas telah dilaksanakan pada kebanyakan audit,
termasuk di antara yang lain, pengujian pisah-batas kas, penelusuran transfer bank,
perhitungan kas ditangan, konfirmasi saldo tertentu dan perjanjian lainnya dengan bank,
scaning, penelaahan atau penyiapan rekonsiliasi bank, mendapatkan dan menggunakan
laporan pisah-batas bank, dan menentukan kelayakan dari penyajian dan pengungkapan
manajemen berkenaan dengan saldo kas.

17
DAFTAR PUSTAKA

AICPA Professional Standards:

SAS 1 (AU332), Long-Terrm Investments

IAU 8 (AU8008B), Additional Guidance on Long-Trem Investments and segment


Information

Braid, Michael. “Counting the cash,” The CPA Journal (September 1979), hal. 82-84.

Carleton, Camryn O, and Compton, John C. “Bank Confirmations: A New Look,”

The CPA Journal Of Accountancy (Januari 1988), hal. 93-96.

Carmichael, Douglas R. “ Audit Reporting Considerations for the New Statement

of Cash Flows, “The CPA Journal (Juni 1988), hal. 72-73.

Compton, John C, and Van Son, W. Peter. “Check Trunction: The Auditor’s Dilemma.

” Journal of Accountancy (Januari 1983), hal. 36-38.

Doppelt, Andrew B. “The Telltale Signs of Money Laundering,” Journal of Accountancy

(Maret 1990), hal. 31-33.

Lamb, David. “ Auditing Investments Accounted for by the Equity Method,” The CPA Journal

(Maret 1987), hal. 70-71.

Morris, David M., and Fisher, Donna J. “Investement vs. Trading-A Misnomer,”

The CPA Jourbal (Mei 1990), hal. 28-37.

Sauld, Walter S. “Developing a Kite-Detection System,” The Internal Auditor

(Desember 1984), hal. 39-42.

Stewart, John E, and Nuehousen, Benjamin S. “Financial Instruments and Transactions:

0The CPA’s Newest Challenge,” Journal of Accountancy (Agustus 1986), hal. 102-112.

18

Anda mungkin juga menyukai