Anda di halaman 1dari 32

RANGKUMAN MATA KULIAH

AUDIT KECURANGAN (FRAUD)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi I

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Ria Yusrina ( 1613010287 )


2. Shabrina Salsabila (17013010081)
3. Damantya Cahyanindhita (17013010082)
4. Finola Rinindya Putri (17013010083)
5. Mayrizza Ega Delvanty (17013010095)
6. Moch. Yusuf Multazam A. (17013010089)
7. Fitri Tina Kharisma (170130100102)
8. Fiki Hendy Ismawan (17013010103)
9. Febry Miftakhul Huda (17013010110)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
JENIS – JENIS KECURANGAN

Kecurangan merupakan setiapketidakjujuran yang disengaja untuk merampas haka tau


kepemilikan orang atau pihak lain. Dalam konteks audit atas laporan keuangan, kecurangan
didefinisikan sebagai salah saji dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja. Dua
kategori utama kecurangan adalah kecurigaan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan
aset.

1. Kecurangan dalam Laporan Keuangan

Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penhapusan terhadap
jumlah atau pun pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui para
penggunaannya. Sebagian besar kasus melibatkan salah saji terhadap jumlah yang dilaporkan
dibandingkan terhadap pengungkapan. Sebagai contoh, WordCom yang dilaporkan telah
mengapitalisasi jutaan dolar pengeluaran sebagai aset tetap, yang semestinya harus
dibebankan. Penghapusan terhadap jumlah yang dilaporkan merupakan kasus yang kurang
umum ditemukan, namun sebuah perusahaan dapat melebihsajikan pendapatan dengan
menghapus utang dagang dan liabilitas lainnya.

Sementara dalam sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan keuangan


melibatkan sebuah usaha untuk melebihsajikan pendapatan –- apakah dengan cara
melebihsajikan aset dan pendapatan atau pun denan menghapus liabilitas dan beban – beban,
perusahaan – perusahaan juga dengan sengaja mengurangsajikan laba. Pada perusahaan –
perusahaan nonpublic, hal tersebut mungkin dolakukan dengan tujuan untuk mengurangi
pajak penghasilan. Perusahaan – perusahaan juga dapat dengan sengaja mengurangsajikan
pendapatan ketika labanya tinggi untuk menciptakan cadangan laba atau sebagai “celengan”,
yang dapat digunakan untuk menaikkan laba di kemudian hari. Praktik semacam itu dikenal
dengan “peralatan laba” dan manajemen laba. Manajemen laba (earning management)
melibatkan tindakan – tindakan manajemen yang disengaja dilakukan unuk memenuhi target
laba. Perataan laba (income smoothing) merupaka salah satu bentuk manajemen laba di
mana pendapatan – pendapatan dan beban – beban dipindahkan di antara beberapa periode
untuk mengurangi fluktuasi laba. Salah satu teknik untuk memuluskan laba adalah dengan
mengurangi nilai persediaan aset lainnya yang diperoleh perusahaan pada saat akuisisinyam
yang mengakibatkan laba yang lebih tinggi ketika aset tersebut dijual di kemudian hari.
Perusahaan – perusahaan juga dapat dengan sengaja melebihsajikan cadangan keusangan
persediaan dan penyisihan piutang tak tertagih untuk mengurangi laba yang lebih tinggi.

Meskipun jarang ditemukan, beberapa kasus penting terkait kecurangan dala, laporan
keuangan melibatkan pengungkapan uang tidak memadai. Contoh, masalah utama dalam
kasus Enron adalah apakah perusahaan telah mengakui kewajiban terhadap perusahaan
afiliasi yang dikenal dengan entitas bertujuan khusus (special purpose entities) secara
memadai. E.F. Hutton, perusahaan pialang yang saat ini udah tidak ada lagi, telah dihukum
karena dengan sengaja telah melakukan kelebihan penarikan uang di beberapa rekening bank
dengan tujuan untuk menaikkan pembayaran bunga. Kelebihan penarikan tersebut
dimasukkan sebagai liabilitas dalam neraca, namun dekripsi di neraca mengenai kewajiban
tersebut tidak jelas.

2. Penyalahgunaan Aset

Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian atas milik


suatu entitas. Dalam banyak kasus, namun tidak semuanya, jumlah nominal yang terlibat
tidak material terhadap laporan keuangan. Namun demikian, pencurian aset perusahaan
sering kali menjadi perhatian penting manajemen, tanpa melihat tingkat materialitasnya
karena pencurian – pencurian kecil dapat dengan mudah meningkatkan ukurannya setiap saat.

Istilah penyalahgunaan aset sering kali digunakan untuk mengacu pada pencurian
yang dilakukan oleh pegawai dan pihak – pihak internal lainnya di dalam suatu organisasi.
Menurut perkiraan Association of Certified Fraud Examiners, rata – rata perusahaan merugi 6
persen dari pendapatannya disebabkan oleh kecurangan, meskipun sebagian besar dari
pencurian tersebut melibatkan pihak – pihak eksternal, seperti pengutilan yang dilakukan oleh
pelanggan dan penipuan yang dilakukan oleh pemasok.

Biasanya pelaku penyalahgunaan aset berada di tingkat hierarki organiasi yang lebih
rendah. Namun demikian, dalam beberapa kasus penting, manajemen puncak terkadang
terlibat dalam pencurian aset perusahaan. Karena otoritas manajemen yang lebih besar serta
kendali terhadap aset – aset perusahaan, penggelapan yang melibatkan manajemen puncak
dapat melibatkan jumlah yan siginifikan. Suatu survey mengenai kecurangan yang
diselenggarakan oleh Association of Certified Fraud Examiners,menemukan bahwa rata –
rata jumlah kerugian yang disebabkan oleh kasus – kasus kecurangan yang melibatkan
manajemen puncak tiga kali lebih besar daripada kecurangan yang melibatkan pegawai
lainnya.

Kasus di Amerika Serikat – Statistik Kecurangan Dalam Laporan Keuangan

Dua jenis teknik yang paling umum digunakan oleh manajemen untuk melebihsajikan
informasi laporan keuangan adalah dengan mengakui pendapatan dengan tidak tepat dan
melebihsajikan aset. Berdasarkan suatu studi yang dilakukan oleh Committee of Sponsoring
Organization of the Treadway Commission (COSO), 50% dari perusahaan – perusahaan di
AS yang melakukan kecurangan dalam laporan keuangan antara tahun 1987 dan 1997 dengan
cara mencatat pendapatan yang prematur atau dengan menciptakan transaksi pendapatan
fiktif.

Selain lebih saji dalam pendapatan dan piutang tersebut, setengah dari perusahaan
yang teridentifikasi melakukan kecurangan juga melebihsajikan aset dengan cara
melebihsajikan penilaian – penilaian aset yang ada, mencacatkan aset fiktif atau aset yang
tidak dimiliki, atau pun mengapitalisasi unsur – unsur yang seharusnya dibebankan. Hanya
18% dari perusahaan yang kedapatan melakukan kecurangan dalam laporan keuangan
melibatkan penyalahsajian informasi keuangan yang dilakukan dengan sengaja; hanya 12%
dari kasus – kasus kecurangan yang melibatkan penyalahgunaan aset – aset perusahaan.

Rata – rata nilai kecurangan adalah $4 juta, yang merupakan sebuah jumlah yang
relatif besar jika dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan yang ukurannya sedang yang
memiliki total aset $15,7 juta. 83% dari kasus – kasus kecurangan dilakukan oleh Direktur
Utama (CEO) dan/atau Direktur Keuangan (CFO). Orang – orang tersebut diduga terlibat
dalam kecurangan untuk mengindari pelaporan kerugian sebelum pajak. Motivasi untuk
melakukan kecurangan tinggi karena, secara rata – rata, pegawai perusahaan dan anggota
dewan direksi memiliki 32% saham perusahaan.

Akibat dari kecurangan – lecurangan tersebut lebih dari separuh perusahaan yang
teridentifikasi melakukan tindak kecurangan harus mengalami kebangkrutan atau dihukum
dengan tidak memliki saham setelah periode kecurangan. Banyak dari individu – individu
tersebut yang akhirnya terpaksa harus mengundurkan diri, dipecat perusahaan karena
ketahuan melakukan kecurangan, dan dalam beberapa kasus, bahkan dipenjara. Selain itu,
baik perusahaan maupun individu yang melakukan kecurangan harus menghadapi tuntutan
hukum yang diajukan oleh para pemegang saham dan SEC.
KONDISI YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KECURANGAN

Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan


keuangan dan penyalagunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 360). Tiga
kondisi yang menyebabkan kecurangan tersebut dinamakan dengan segitiga kecurangan (
Fraud triangel )

1. Insentif/ Tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif atau tekanan
untuk melakukan kecurangan
2. Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai
untuk melakukan kecurangan.
3. Sikap atau Rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai – nilai
etika yang memungkinkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang
tidak jujur, atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka
tekanan yang cukup besar sehingga menyebabkan mereka membenarkan melakukan
prilaku yang tidak jujur tersebut.

Faktor- faktor Risiko Untuk Kecurangan Dalam Laporan Keuangan

Sebuah pertimbangan penting bagi auditor dalam membongkar kecurangan adalah


mengidentifikasi faktor- faktor yang dapat meningkatkan risiko kecurangan.

1. Insentif / Tekanan

Sebuah insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi laporan


keuangannya adalah adanya penurunan dalam prospek keuangan perusahaan. Sebagai contoh,
mpenurunan dalam laba dapat mengancam kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
pendanaan. Perusahaan mungkin juga mlakukan manipulasi laba untuk memenuhi proyeksi
para analisis pasar, atau untuk menggelembungkan harga saham. Dalam beberapa kasus
manajemen dapat memanipulasi laba hanya untuk menjaga reputasi mereka.

2. Kesempatan

Meskipun laporan keuangan dari semua perusahaan potensial dapat terjadi manipulasi, risiko
menjadi lebih besar untuk perusahaan yang bergerak dalam industri yang melibatkan
penilaian subjektif dan estimasi yang signifikan. Sebagai contoh terdapat kemungkinan salah
saji dalam persediaan bagi perusahaan- perusahaan yang memiliki persediaan yang terletak
dibeberapa tempat yang berbeda. Risiko salah saji persediaan lebih meningkat jika terdapat
kemungkinan keuasangan persediaan.

Pergantian pegawai dibagian akuntansi atau kelemahan lainnya dalam proses


akuntansi dan informasi dapat menyebabkan munculnya kesempatan terjadinya salah saji.
Banyak kasus kecurangan dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh komite audit dan
dewan direksi yang tidak efektif dalam melakukan pengawasan terhadap pelaporan keuangan.

3. Sikap / Rasionalisasi

Sikap manajemen puncak terhadap laporan keuangan merupakan faktor risiko penting dalam
menilai kemungkinan adanya kecurangan dalam laporan keuangan, Jika CEO atau Manajer
puncak lainnya menunjukan dominasi terhadap proses penyusunan laporan keuangan, seperti
terus menerus mengeluarkan [proyeksi yang terlalu optimis, atau mereka terlalu khawatir
untuk memenuhi proyeksi laba para analis pasar, kemungkinan terjadi kecurangan dalam
laporan keuangan menjadi lebih besar. Karakter manajemen atau seperangkat nilai etika juga
dapat membuat manajemen lebih muda dalam membenarkan prilaku kecurangan.

Faktor – Faktor Risiko Untuk Penyalagunaan Aset

Tiga kondisi yang sama juga berlaku untuk penyalagunaan aset. Namun demikian,
dalam melakukan penilaian risiko, penekanan yang lebih besar diberikan insentif dan
kesempatan pribadi untuk melakukan pencurian.

1. Insentif / Tekanan

Tekanan keuangan merupakan insentif umum bagi pegawai yang menyalagunakan


aset. Pegawai yang memiliki utang yang sangat besar, atau mereka yang terlibat dalam
masalah kecanduan narkotika dan perjudian, dapat mencuri untuk memenuhi kebutuhan
pribadi mereka dalam kasus lain, pegawai yang tidak puas dapat melakukan pencurian hanya
untuk menunjukan kehebatan mereka atau untuk menyerang perusahaan.

2. Kesempatan

Kesempatan untuk melakukan pencurian ada pada semua perusahaan. Namun


kesempatan tersebut lebihg besar pada perusahaan yang akses terhadap kas nya sangat
mudah, atau pada perusahaan yang memiliki persediaan atau aset berharga lainnya,
khususnya jika ukuran aset tersebut kecil dan mudah dipindah – pindahkan. Sebagai contoh,
kasino – kasino yang menangani sejumlah besar uang kas dengan pencatatan formal yang
sangat kecil atas penerimaan kas. Demikian pula, pencurian komputer laptop lebih sering
terjadi dibandingkan dengan pencurian terhadap komputer meja.

Kelemahan dalam pengendalian internal menciptakan kesempatan terjadinya


pencurian. Pemisahan tugas yang tidak memadahi hampir dipastikan menjadi lisensi bagi
para pegawai untuk melakukan pencurian. Jika para karyawan menangani atau bahkan
memiliki akses sementara terhadap aset dan juga melakukan pembukuan untuk aset tersebut,
maka muncul potensi terjadinya pencurian. Sikap pegawai dibagian gudang persediaan juga
bertugas untuk melakukan pencatatan persediaan, mereka akan dengan mudah mengambil
persediaan dan menutupi pencurian tersebut dengan menyesuaikan catatn akuntansinya.

Kecurangan menjadi lebih besar diperusahaan yang lebih kecil dan organisasi nirlaba
karena lebih sulit bagi entitas tersebut untuk melakukan pemisahan tugas. Namun demikian
bahkan perusahaan yang lebih besar pun dapat tidak melakukan pemisahan tugas yang
memadai dibagian – bagian penting. Barings bank yang bangkrut ditahun 1995 setelah
mengalami kerugian lebih dari $ 1 M dari aktivitas salah satu Trader nya disebabkan oleh
pemisahan tugas yang tidak memadahi.

3. Sikap / rasionalisasi

Sikap manajemen terhadap pengendalian dan kode etik dapat menyebabkan para
karyawan dan manajer membenarkan pencurian terhadap aset. Jika manajemen mencuri para
pelanggannya dengan menetapkan harga yang sangat tinggi untuk barang- barang atau
terlibat dalam taktik penjualan bertekanan tinggi, para pegawai dapat merasa bahwa mereka
juga dibenarkan untuk berbuat yang serupa dengan memalsukan pengeluaran atau
memalsukan laporan waktu kerja.

MENGUKUR RISIKO KECURANGAN

Skeptisme Profesional — adalah kemampuan untuk melakukan evalusasi secara


kritis atas bukti dan informasi yang diperoleh. PSA 04 (SA 230) menyatakan bahwa dalam
melaksanakan skeptisme professional, seorang auditor “tidak menganggap bahwa manajemen
tidak jujur maupun tidak menganggap kejujuran manjemen dipertanyakan.” Menjaga sikap
skeptisme professional sangat sulit dilakukan karena meskipun ada beberapa contoh kasus
kecurangan dalam laporan keuangan tingkat tinggi, namun kecurangan material jarang terjadi
dibanding dengan jumlah audit atas laporan keuangan yang dilakukan setiap tahun.

Berpikir kritis — PSA 07 menekankan pertimbangan atas kecenderungan klien


untuk melakukan kecurangan, tanpa mempertimbangkan keyakinan auditor mengenai
kemungkinan terjadinya kecurangan serta kejujuran dan integritas manajemen. Selama
merencanakan audit dalam setiap pengauditan, tim kerja harus membahas kebutuhan untuk
menjaga pikiran kritis untuk mengidentifikasi risiko kecurangan dan secara kritis
mengevaluasi bukti-bukti audit.

Evaluasi Kritis atas Bukti Audit—Terhadap informasi yang ditemukan atau


kondisi-kondisi lainnya yang mengindikasikan adanya salah saji material yang disebabkan
oleh kecurangan mungkin telah terjadi, auditor harus menginvestigasi masalah-masalah yang
ada secara menyeluruh, mendapatkan bukti tambahan jika diperlukan, dan berkonsultasi
dengan anggota tim lainnya. Auditor harus berhati-hati untuk tidak membenarkan atau
mengasumsikan suatu salah saji merupakan suatu insiden yang terpisah. Contohnya, jika
auditor menemukan adanya penjualan di tahun berjalan yang seharusnya tepat diakui sebagai
penjualan pada tahun berikutnya. Auditor harus mengevaluasi alasan dari salah saji tersebut
dan mempertimbangkan apakah salah saji lainnya mungkin juga telah terjadi.

Sumber-sumber Informasi untuk Mengukur Risiko Kecurangan

Komunikasi Antara Sesama Tim Audit—PSA 70 mengharuskan tim audit untuk


melakukan diskusi untuk berbagi pemahaman dari anggota tim audit yang lebih
berpengalaman untuk memberikan ide-ide yang menyangkut hal berikut:

1. Bagaimana dan kapan mereka yakin bahwa laporan keuangan entitas tidak dicurigai
terdapat salah saji yang disebabkan oleh kecurangan.
2. Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi kecurangan dalam laporan
keuangan.
3. Bagaimana setiap orang dapat menyalahsajikan asset entitas tersebut.
4. Bagaimana auditor dapat menghadapi kemungkinan adanya salah saji dalam laporan
keuangan yang disebabkan oleh kecurangan.

Tanya Jawab dengan Manajemen—PSA 70 mengharuskan auditor untuk membuat


tanya jawab spesifik seputar kecurangan dalam setiap pengauditan. Tanya jawab dengan
manajemen dengan pihak lainnya dalam perusahaan memberikan kesempatan bagi para
pegawai untuk memberitahukan informasi yang mungkin tidak dapat dikomunikasikan
dengan pihak lain. Tanya jawab dengan auditor terhadap manajemen harus menanyakan
apakah manajemen mengetahui setiap kecurangan atau kecurigaan terhadap terjadinya
kecurangan di dalam perusahaan, pula tentang proses manajemen dalam mengukur risiko
kecurangan, sifat risiko kecurangan yang diidentifikasikan oleh manajemen atau setiap
pengendalian internal yang diterapkan untuk mengatasi risiko-risiko tersebut, dan setiap
informasi mengenai risiko kecurangan dan pengendalian terkait yang harus dilaporkan oleh
manajemen kepada mereka yang bertanggung jawab terhadap tata kelola perusahaan.

PSA 70 juga mengharuskan auditor untuk melakukan tanya jawab dengan pihak
lainnya di dalam entitas yang bertugas di luar jalur tanggung jawab pelaporan gudang
persediaan atau agen-agen pembelian, auditor dapat menanyakan mengenai keberadaan atau
kecurigaan terjadinya kecurangan. Sepanjang pengauditan, tanya jawab dengan eksekutif dan
beragam pegawai lainnya memberikan kesempatan bagi auditor untuk mempelajari risiko
kecurngan. Ketika jawaban yang didapatkan tidak konsisten, auditor harus mendapatkan
bukti audit tambahan untuk menyelesaikan ketidakkonsistenan dan unutk mendukung atau
menolak pengukuran risiko awal.

Faktor-faktor Risiko—PSA 70 mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah


faktor-faktor risiko kecurangan mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk
melakukan kecurangan, kesempatan untuk melakukan kecurangan, atau sikap atau
rasionalitas digunakan untuk membenarkan tindakan kecurangan. Keberadaan faktor-faktor
risiko tidak berarti telah terjadi kecurangan, melainkan bahwa kemungkinan terjadinya
kecurangan lebih tinggi. Auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut beserta
informasi lainnya yang digunakan untuk mengukur risiko.

Prosedur Analitis—Auditor harus melakukan prosedur analitis sepanjang proses


perencanaan dan penyelesaian audit untuk membantu mengidentifikasi transaksi-transaksi
atau kejadian-kejadian yang tidak biasa yang dapat mengidentifikasikan adanya salah saji
material dalam laporan keuangan. Ketika hasil prosedur analitis berbeda dengan ekspektasi
auditor, auditor harus mengevaluasi hasil tersebut beserta informasi lain yang didapatkan
terkait dengan kemungkinan adanya kecurangan untuk menentukan apakah risiko kecurangan
meningkat.
Karena terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan sering kali melibatkan
manipulasi pada pendapatan, PSA 70 mengharuskan audito untuk melakukan prosedur
analitis pada akun-akun pendapatan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi hubungan-
hubungan yang tidak biasa atau tidak sesuai dengan ekspektasi dalam akun-akun pendapatan
yang dapat mengindikasikan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan. Dengan
membandingkan volume penjualan berdasarkan pendapatan yang telah dicatat dengan
kapasitas produksi aktual, misalnya, auditor dapat menemukan pendapatan di luar kapasitas
produksi perusahaan.

Informasi Lainnya—Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang telah


mereka dapatkan dalam setiap fase atau bagian pengauditan ketika mereka mengukur risiko
kecurangan. Banyak prosedur pengukuran risiko yang dilakukan auditor sepanjang fase
perencanaan untuk mengukur salah saji material yang dapat mengindikasikan adanya
peningkatan risiko kecurangan. Contohnya, informasi mengenai integritas dan kejujuran
manajemen yang didapatkan selama melakukan prosedur penerimaan klien, tanya jawab dan
prosedur analitis yang dilakukan sehubungan dengan penelaahan auditor terhadap laporan
keuangan kuartalan klien, dan informasi yang dipertimbangkan dalam mengukur risiko
bawaan dan risiko pengendalian dapat mengarahkan perhatian auditor terhadap kemungkinan
salah saji dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan.

Mendokumentasikan Hasil Pengujian Kecurangan

PSA 70 mengharuskan auditor mendokumentasikan hal berikut yang terkait dengan


pertimbangan auditor terhadap salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan.

 Diskusi dengan tim kerja dalam perencanaan audit mengenai kecurigaan terhadap
adanya salah saji material dalam laporan keuangan entitas.
 Prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk
mengidentifikasi dan mengukur risiko kecurangan material.
 Risiko spesifik kecurangan material yang diidentifikasi , dan deskripsi respons auditor
terhadap risiko tersebut.
 Alasan yang mendukung suatu kesimpulan bahwa hal tersebut bukan risiko yang
signifikan pengakuan pendapatan material yang tidak tepat.
 Hasil dari prosedur yang dijalankan untuk mengatasi resiko dominasi pengendalian
manajemen.
 Kondisi lain dan hubungan analitis yang mengindikasi prosedur audit tambahan atau
penanganan lain diperlukan, dan tindakan tersebut telah dijalankan auditor.
 Sifat komunikasi mengenai kecurangan yang dilakukan manajemen,dll.

Setelah resiko kecurangan diidentifikasi dan didokumentasi , auditor harus


mengevaluasi factor yang dapat mengurangi resiko kecurangan sebelum mengembangkan
respons yang tepat terhadap risiko kecurangan tersebut.

PENGAWASAN TATA KELOLA PERUSAHAAN UNTUK MENGURANGI RISIKO


KECURANGAN

Risiko kecurangan dapat dikurangi dengan tindakan pencegahan, antisipasi, dan


pendeteksian. Untuk membantu manajemen dan dewan direksi dalam menjalankan usaha anti
kecurangan, AICPA, bekerja sama dengan beberapa organisasi profesi terkait , menerbitkan
Program dan Pengendalian Antikecurangan bagi Manajemen : Panduan untuk Membantu
Mencegah, Mengantisipasi, dan Mendeteksi Kecurangan. Yang mengidentifikasi 3 elemen
berikut ini :

I. Budaya kejujuran dan etika yang bernilai tinggi.

Cara yang paling efektif untuk mencegah kecurangan dan mengantisipasinya


adalah menerapkan program dan pengendalian antikecurangan yang berdasarkan nilai
utama yang dianut perusahaan. Nilai tersebut membantu menciptakan suatu budaya
kejujuran dan etika yang menjadi tanggung jawab kerja pegawai.(6 elemen
menciptakan budaya kejujuran dan etika ).

a. Teladan dari pimpinan

Kejujuran dan integritas dari manajemen mendorong kejujuran dan


integritas pegawai, melalui tindakan dan komunikasinya , manajemen dapat
menunjukkan perilaku tidak jujur dan tidak etis tidak dapat diterima.

b. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif

Lingkungan kerja yang positif dapat menciptakan moral pegawai yang


lebih baik , yang mengurangi kemungkinan pegawai melakukan kecurangan
terhadap perusahaan.
c. Mempekerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat

Untuk mereka yang memegang posisi penting dalam perusahaan


diperlukan kebijakan mengenai pengecekan terhadap latar belakang kandidat
yang akan dipekerjakan atau yang akan dipromosikan , pengecekan termasuk
pendidikan kandidat, riwayat pekerjaan, dan referensi pribadi(referensi
terhadap kode etik dan nilai perusahaan).

d. Pelatihan

Pegawai harus diajarkan untuk mengkomunikasikan adanya tindak


kecurangan yang terjadi atau dicurigai telah terjadi, dan cara yang tepat untuk
mengkomunikasikannya. Pelatihan berbeda diberikan bagi agen pembelian
dan penjualan.

e. Konfirmasi

Para pegawai diminta untuk membuat pernyataan bahwa mereka


memahami ekspektasi perusahaan dan telah mematuhi kode etik, serta
mewaspadai setiap pelanggaran. Konfirmasi membantu penegakan kode etik
dan pencegahan pegawai melakukan kecurangan.

f. Disiplin

Pemberian hukuman atas pelanggaran kode etik, tanpa


mempertimbangkan jenjang pegawai yang melakukan tindakan tersebut,
memberikan pesan yang jelas pada semua pegawai bahwa kepatuhan terhadap
kode etik dan standar etika lainnya sangat penting dan diharapkan .
penyelidikan yang menyeluruh atas semua pelangaran serta penanganan yang
tepat dan konsisten menjadi alat pencegah kecurangan yang efektif.

II. Tanggung Jawab Manajemen Untuk Mengevaluasi Risiko – Risiko Kecurangan

Sebelum membahas tentang Tanggung Jawab Manajemen Untuk


Mengevaluasi Resiko – Resiko Kecurangan, mari kita bahas apasih manajemen itu?
Manajemen adalah sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang dilakukan oleh
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam proses tersebut tentunya terdapat
berbagai ancaman dan resiko yang dihadapi oleh perusahaan.

Manajemen memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah manajemne resiko.


Manajemen resiko digunakan untuk mengatur dan meminimalisir adanya resiko salah
saji. Resiko tersebut tentunya berawal dari kecurangan yang dilakukan oleh pihak –
pihak terkait. Kecurangan tidak dapat terjadi tanpa adanya kesempatan yang terbuka
untuk melakukan dan menutupi tindakan tersebut. Manajemen bertanggung jawab
untuk mengidentifikasi dan mengatur resiko kecurangan, menjalankan langkah –
langkah untuk menangani resiko – resiko yang teridentifikasi, dan mengawasi
pengendalian internal yang dapat mencegah dan mendeteksi kecurangan.
 Mengidentifikasi dan Mengukur Resiko Kecurangan

Pengawasan terhadap kecurangan yang efektif dimulai dengan kesadaran manajemen


bahwa kecurangan mungkin terjadi dan hampir setiap pegawai mampu melakukan
tindakan yang tidak jujur pada kondisi lingkungan yang normal. Kesadaran ini
meningkatkan kemungkinan bahwa program – program dan pengendalian –
pengendalian untuk mencegah, mengantisipasi dan mendeteksi kecurangan yang
efektif telah diterapkan.

 Menangani Resiko Kecurangan

Manajemen bertanggung jawab dalam merancang dan menerapkan program –


program dan pengendalian –pengendalian untuk menangani resiko – resiko
kecurangan, dan hal tersebut dapat mengubah aktivitas dan proses bisnis yang rentan
terhadap kejadian kecurangan, untuk mengurangi insentif dan terjadinya kecurangan.

 Pengawasan dalam program – program dan Pengendalian – Pengendalian Pencegahan


Kecurangan

Untuk bagian – bagian yang memiliki resiko kecurangan yang tinggi, manajemen
secara berkala harus mengevaluasi apakah program – program dan pengendalian –
pengendalian antikecurangan telah diterapkan dan berjalan secara efektif.

III. Pengawasan dari Komite Audit

Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dan
bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris pula. Komite audit memiliki tanggung
jawab untuk mengawasi proses penyusunan laporan keuangan dan pengendalian
internal organisasi.

Dalam menjalankan tanggung jawabnya, komite audit mempertimbangkan


kemungkinan manajemen mengabaikan pengendalian internal dan mengawasi proses
pengukuran resiko kecurangan, demikian juga dengan program dan pengendalian anti
kecurangan. Komite audit juga membantu dalam menciptakan suatu “contoh teladan”
yang efektif mengenai pentingnya kejujuran dan perilaku beretika dengan tidak
memberikan toleransi sama sekali terhadap setiap tindakan kecurangan.

Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh komite audit juga bertindak sbagai
pencegah kecurangan oleh manajemen senior. Untuk meningkatkan kemungkinan
bahwa setiap usaha yang dilakukan oleh manajemen senior untuk melibatkan para
pegawainya dalam melakukan atau menutupi kecurangan dapat segera terungkap,
pengawasan dapat mencakup hal hal berikut:
 Pelaporan langsung atas temuan kunci oleh internal audit kepada komite audit.
 Laporan berkas oleh petugas etika mengenai pengaduan yang ada.
 Laporan lainnya mengenai perilaku yang tidak etis atau kecurangan yang dicurigai
telah terjadi.

Sebagai bagian dari evaluasi, auditor dapat mempertimbangkan independensi


komite audit terhadap manajemen dan tingkat pemahaman antara manajemen dan
komite audit mengenai tanggung jawab yang terakhir. Auditor eksternal dapat
memperoleh pemahaman yang mendalam dengan mengamati interaksi diantara
sesama tim audit, komite audit, dan auditor internal terkait dengan tingkat komitmen
komite audit dalam mengawasi proses penyusunan laporan keuangan.

MENGHADAPI RESIKO KECURANGAN

Ketika resiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan telah
teridentifikasi, maka auditor pertama kali harus membahas temuannya mengenai resiko salah
saji material tersebut dengan manajemen, sehingga mendapatakan pandangan manajemen
atas potensi kecurangan dan pengendalian yang ada, yang dirancang untuk mencegah atau
mendeteksi salah saji. Manajemen mungkin memiliki program yang dirancang untuk
mencegah, mengantisipasi dan mendeteksi kecurangan.

Pengendalian – pengendalian lain yang digunakan untuk mengatasi resiko kecurangan


spesifik. Kemudian, auditor harus mempertimbangkan apakah program dan pengendalian
antikecurangan tersebut dapat mengatasi resiko salah saji material yang teridentifikasi yang
disebabkan oleh kecurangan atau kelemahan dalam pengendalian telah meningkatkan resiko
kecurangan. Dengan adanya resiko kecurangan audit tersebut, maka respons auditor dapat
dilihat sbb :

Mengubah Keseluruhan Perencanaan Audit

Auditor dapat memilih dari beberapa respons secara keseluruhan atas meningkatnya
resiko kecurangan. Jika resiko salah saji yang disebabkan oleh kecurangan meningkat, maka
personel yang ditugaskan dalam pengauditan juga harus ditambah. Dalam beberapa kasus,
seorang ahli dibidang kecurangan dapat ditugaskan dalam tim audit.
Pelaku kecurangan sering kali memiliki pengetahuan yang baik dalam prosedur audit.
Untuk alasan itu, PSA-70 mengharuskan auditor untuk menerapkan rencana audit yang tidak
dapat di prediksi.

Merancang dan Melakukan Prosedur Audit untuk Menghadapi Resiko Kecurangan

Prosedur audit yang tepat digunakan untuk mengatasi resiko audit spesifik bergantung
pada akun yang sedang diaudit dan jenis resiko kecurangan yang teridentifikasi. Auditor juga
harus mempertimbangkan pilihan manajemen atas prinsip – prinsip akuntansi. Perhatian
seksama harus diberikan pada prinsip – prinsip akuntansi yang melibatkan pengukuran –
pengukuran subyektif atau transaksi – transaksi yang rumit. Karena auditor meyakini adanya
resiko kecurangan dalam pengungkapan pendapatan, mereka juga harus mengevaluasi
kebijakan pengakuan pendapatan perusahaan.

Merancang dan Melakukan Prosedur – Prosedur untuk Mengatasi Dominasi


Manajemen Terhadap Pengendalian

Resiko dominasi manajemen terhadap pengendalian muncul pada hampir semua


pengauditan. Karena manajemen merupakan suatu posisi yang unik untuk melakukan
kecurangan dengan mengabaikan pengendalian yang seharusnya berjalan efektif, auditor
harus menjalankan prosedur – prosedur dalam setiap pengauditan untuk mengatasi resiko
dominasi oleh manajemen.

Dalam setiap pengauditan, terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan oleh
auditor, prosedur tersebut antara lain :

1. Memeriksa Ayat – Ayat Jurnal dan Penyesuaian – Penyesuaian Lainnya sebagai


Bukti Adanya Kemungkinan Salah Saji yang Disebabkan oleh Kecurangan.

Kecurangan sering kali diakibatkan oleh penyesuaian – penyesuaian terhadap


jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan, meskipun terdapat pengendalian
internal yang efektif di sepanjang proses pencatatan. Auditor pertama kali harus
mendapatkan pemahaman atas proses pelaporan keuangan entitas, demikian pula halnya
dengan pengendalian terhadap ayat – ayat jurnal dan penyesuaian – penyesuaian lainnya,
serta menanyakan pada pegawai yang terlibat dalam proses penyusunan laporan
keuangan bilamana terdapat ketidaktepatan atau aktivitas yang tidak biasa dalam
pemrosesan ayat jurnal dan penyesuaian yang lain.

2. Menelaah Estimasi Akuntansi untuk Setiap Hal yang Tidak Wajar.

Kecurangan dalam laporan keuangan seringkali dicapai melalui salah saji yang
disengaja dalam estimasi akuntansi. PSA-70 mengharuskan auditor untuk
mempertimbangkan potensi ketidakwajaran manajemen ketika menelaan estimasi –
estimasi tahun berjalan, auditor diharuskan untuk melihat kembali estimasi – estimasi
signifikan pada periode sebelumnya untuk mengidentifikasi setiap perubahan dalam
proses perusahaan atau penilaian manajemen dan asumsi – asumsi yang dapat menandai
adanya kemungkinan sesuatu yang biasa.

3. Mengevaluasi Rasionalitas Bisnis untuk Transaksi – Transaksi yang Tidak Biasa.

PSA-70 menempatkan fokus yang lebih besar dibandingkan yang sebelumnya


diharuskan untuk pemahaman atas daar rasionalitas bisnis untuk transaksi – transaksi
tidak biasa yang signifikan yang mungkin diluar kebiasaan bisnis perusahaan. Auditor
harus mendapatkan pemahaman atas tujuan – tujuan dari setiap transaksi yang signifikan
untuk menilai apakah transaksi – transaksi tersebut terkait dengan kecurangan dalam
laporan keuangan.

Memutakhirkan Proses Penilaian Resiko

Penilaian auditor terhadap resiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan
harus terus berjalan disepanjang pengauditan dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian
resiko lainnya. Auditor harus mewaspadai kondisi – kondisi berikut ketika melakukan
pengauditan.

 Tidak konsisten dalam pencatatn akuntansi


 Bukti audit yang bermasalah atau hilang
 Hubungan yang problematik atau tidak biasa antara auditor dengan manajemen
 Hasil dari pengujian subtantif atau penelahaan akhir dari prosedur analitis yang
mengindikasikan adanya resiko kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui
 Jawaban atas pertanyaan yang diajukan sepanjang pengauditan yang tidak jelas atau
tidak masuk akal atau yang menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan bukti
lainnya.

BAGIAN – BAGIAN RISIKO KECURANGAN AUDIT

Resiko Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang dagang

Pendapatan dan piutang dagang ini biasanya sangat rentan terhadap pencurian dan
manipulasi. Menurut penelitian (COSO) menemukan bahwa lebih dari separuh kasus
kecurangan dalam laporan keuangan melibatkan akun pendapatan dan piutang. Karena,
penjualan sering dilakukan secara tunai dan cepat dikonversi ke dalam kas, kas juga sangat
rentan terhadap pencurian.

Resiko Kecurangan dalam Laporan Keungan untuk Akun Pendapatan

Pendapatan merupakan akun terbesar dalam laba rugi , sehingga suatu salah saji yang
hanya berupa presentase penjualan yang kecil tetap dapat berpengaruh besar terhadap laba.
Yang menyebabkan pendapatan rentan terhadap manipulasi adalah kesulitan dalam
menentukan waktu yang tepat untuk mengakui pendapatan yang penting .

3 jenis manipulasi pendapatan yang penting :

1. Pendapatan Fiktif

Ini merupakan bentuk kecurangan pendapatan yang paling fatal melibatkan


penciptaan pendapatan- pendapatan fiktif . Pelaku melakukan dalam jangka waktu
lama untuk mendukung pendapatan fiktif dan melibatkan pegawai perusahaan .

2. Pengakuan Pendapatan yang Prematur

Perusahaan seringkali mempercepat waktu pengakuan pendapatan untuk


memenuhi proyeksi laba atau penjualan . Pengakuan pendapatan yang premature ,
pengakuan pendapatan sebelum ketentuan dalam PABU untuk mencatat pendapatan
telah terpenuhi , harus dibedakan dari kesalahan karena pisah batas , dimana transaksi
– transaksi tanpa disengaja dicatat dalam periode yang salah . Dalam bentuk yang
paling sederhanaa dari percepatan pengakuan pendapatan , penjualan yang seharusnya
dicatat pada periode berikutnya malah dicatat sebagai penjualan diperiode berjalan .
Metode kecurangan dalam mempercepat pengakuan pendapatan adalah
dengan “ menagih dan menahan “ penjualan . Penjualan biasanya diakui pada saat
barang dikirimkan , namun dalam menagih dan menahan penjualan , barang – barang
tersebut ditagih sebelum dikirimkan .

3. Manipulasi Penyesuaian – penyesuaian Pendapatan

Penyesuaian terhadap penjualan yang paling umum melibatkan retur penjualan


dan pengurangan harga . Sebuah perusahaan dapat menyembunyikan retur penjualan
dari auditornya untuk melebih sajikan penjualan bersih dan laba . Jika , barang
dikembalikan dihitung sebagai bagian dari persediaan fisik , maka retur barang
tersebut dapat meningkatkan laba yang dilaporkan .

Perusahaan juga dapat melebihsajikan beban piutang tak tertagih , sebagian


disebabkan karena pertimbangan yang signifikan diperlukan untuk menentukan
jumlah yang tepat . Perusahaan dapat berusaha untuk mengurangii beban piutang tak
tertagih dengan melebihsajikan penyisihan piutang tak tertagih . Karena penyisihan
yng diperlukan bergantung pada umur dan kualitas piutang dagang , beberapa
perusahaan dapat mengubah daftar umur piutang untuk membuat piutang –
piutangnya tampak lebih baru.

4. Tanda – tanda Peringatan Kecurangan dalam Pendapatan

Prosedur Analitis

Prosedur ini dapat menandai kecurangan dalam pendapatan , dari presentase


margin kotor dan perputaran piutang dagang . Pendapatan fiktif akan melebihsajikan
presentase margin laba , dan pengakuan pendapatan yang premature juga
melebihsajikan margin laba kotor jika biaya penjualan yang terkait tidak diakui .
Penjualan fiktif juga menurunkan perputaran piutang karena penjualan fiktif juga
dimasukkan kedalam piutang tak tertagih

Ketidakcocokan dokumen

Para auditor harus mewaspadai penandaan dan perubahan yang tidak biasa
dalam dokumen – dokumen dan mereka harus mengandalkan dokumen asli daripada
Salinan dokumen atau duplikatnya .
5. Penyalahgunaan Bukti Penerimaan yang Melibatkan Pendapatan

Kecurangan semacam ini sangat mahal bagi organisasi karena menyebabkan


kerugian langsung terhadap asset-aset organisasi . Jenis penyalahgunaan yang paling
umum terhadap kas dengan tidak dicatatnya suatu penjualan yang diikuiti dengan
penyesuaian terhadap akun piutang pelanggan untuk menutuppi pencurian tersbut.

6. Tidak dicatatnya Sebuah Penjualan

Ini merupakan suatu kecurangan yang sulit dideteksi , kecurangan semacam


ini mudah dideteksi ketika barang dikirim untuk pelanggan yang membeli secara
kredit .

7. Pencurian Penerimaan Kas Setelah Sebuah Penjualan di Catat

Akan lebih sulit untuk menyembuyikan pencurian atas penerimaan kas setelah
penjualan dicatat . Jika pembayaran pelanggan dicuri , penagihan regular atas akun –
akun yang belum dibayar akan segera membongkar kecurangan . Untuk
menyembuyikan pencurian , pelaku harus mengurangi akun pelanggan dengan cara :

a. Mencatat retur penjualan atau pengurangan harga


b. Menghapus akun piutang pelanggan
c. Memasukkan pembayaran dari pelanggan lain kea kun pelanggan yang
uangnya dicuri , atau lapping
8. Tanda – tanda Peringatan Penyalahgunaan Pendapatan dan Penerimaan Kas

Ini dapat dideteksi atau dicegah dengan pengendalian internal yang dirancang
untuk meminimalisasi kesempatan untuk melakukan kecurangan . Untuk mendeteksi
kecurangan yang lebih besar, prosedur analitis dan perbandingan – perbandingan
lainya dapat berguna untuk mendeteksi kecurangan

Risiko Kecurangan dalam Persediaan

Persediaan sering kali merupakan akun terbesar pada neraca sebagian besar
perusahaan dan auditor sering kali kesulitan untuk memverifikasi keberadaan dan penilaian
persediaan.
 Risiko kecurangan laporan keungan untuk persediaan.

Persdiaan fiktif telah menjadi inti masalah dari beberapa kasus kecurangan laporan
keuangan penting. Banyak perusahaan besar yang memiliki persediaan yang beragam
dan dalam jumlah sangat bnayak terletak dibeberapa lokasiyang berbeda, yang
membuat perusahaan relative lebih mudah untuk menambah persediaan fiktif dalam
pencatatan akuntansi.

 Tanda-tanda peringatan untuk kecurangan dalam persediaan.

Sama seperti kecurangan akun yang melibatkan akun piutang dagang, banyak
kemungkinan tanda-tanda peringatan atau indikator kecurangan dalam persediaan.

Prosedur analitis. Prosedur analitis khususnya presentasi margin laba kotor dan
perputaran persediaan, sering kali membantu dalam mengungkap kecurangan dalam
persediaan. Persediaan fiktif akan mengurangsajikan beban pokok penjualan dan
melebihsajikan presentasi margin kotor. Persediaan fiktif juga akan menurunkan
perputaran persediaan.

Risiko Kecurangan pada Akun Pembelian dan Utang Dagang

Kasus-kasus kecurangan dalam laporan keuangan yang melibatkan utang dagan


relative umum meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan dengan kecurangan yang
melibatkan persediaan atau piutang dagang. Pengurangansajian utang dagang yang disengaja
umumnya mengakibatkan kurang saji dalam pembelian dan beban pokok penjualan serta
lebih saji dalam laba bersih.

 Risiko kecurangan laporan keungan untuk akun piutang dagang.

Perusahaan-perusahaan dapat terlibat dalam usaha-usaha yang disengaja untuk


menguraisajikan utang dagang dan melebihsajikan laba. Hal tersebut dapat dicapai
dengan tidak mencatat utang dagang hingga periode berikutnya atau dengan mencatat
pengurangan fiktif dalam utang dagang.

Semua pembelian yang diterima sebelum akhir tahun harus dicatat sebagai
kewajiban. Hal itu relative lebih mudah untuk dibuktikan jika perusahaan
mempertanggungjawabkan laporan penerimaan barang yang telah diberi nomor
terlebih dahulu. Namun, jika laporan penerimaan barang tidak diberi nomor terdahulu
atau perusahaan sengaja menghilangkan laporan penerimaan barang dari catatan
akuntansi, akan menjadi sulit bagi auditor untuk membuktikan apakah semua
kewajiban telah dicatat. Dalam kasus semacam itu, bukti analitis, seperti perubahan
yang tidak biasa dalam rasio-rasio, dapat menandai adanya kurang saji dalam utang
dagang.

 Penyalahgunaan dalam siklus pelaporan dan pembayaran.

Kecurangan yang paling umum dalam bagian perolehan adalah bagi sang
pelaku untuk mengeluarkan pembayaran-pembayaran kepada pemasok fiktif dan
menyimpan kas di rekening fiktif. kecurangan semacam itu dapat dicegah dengan
membuat pembayaran hanya dilakukan pada pemasok resmi dan memeriksa
dokumentasi-dokumentasi yang mendukung pembelian tersebut dengan saksama oleh
personel yang memiliki otoritas sebelum pembayaran dilakukan. Dalam kasus
penyalahgunaan yang lain, petugas utang dagang atau pegawai lainnya mencuri
sebuah cek untuk suatu pemasok resmi. Informasi dari pembeli kemudian dilampirkan
kembali agar dapat dilakukan pembayaran pada pemasok tersebut.

Bagian-bagian risiko kecurangan lainnya.

Meskipun beberapa akun lebih rentan dibandingkan dengan lainya, hampir dapat
terjadi manipulasi pada setiap akun. Sekarang mari kita menguji beberapa akun yang
memiliki risiko kecurangan dalam laporan keuangan

 Asset Tetap.

Asset Tetap, sebuah akun neraca yang besar bagi banyak perusahaan, sering
kali berdasarkan pada penilaian yang ditentukan secara subjektif. Akibatnya, asset
tetap dapat menjadi target manipulasi, khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang
tidak memiliki persediaan atau piutang yang material.

 Beban Gaji.

Gaji biasanya bagian dari risiko yang signifikan pada kecurangan


dalamlaporan keuangan. Meski demikian, perusahaan dapat mengurangsajikan
persediaan dan laba bersih dengan mencatat biaya upah karyawan yang berlebihan
dalam persediaan. Perusahaan terkadang melibatkan pegawainya untuk membuat ast
tetap. Biaya tenaga kerja yang berlebihan dapat dikapitalisasi sebagai asset tetap
dalam kondisi tersebut. Tunjangan tambahan yang material, seperti tunjangan
pension, juga dapat dimanipulasi

TANGGUNG JAWAB KETIKA KECURANGAN DICURIGAI TELAH TERJADI

 Merespons salah saji yang mungkin disebabkan oleh kecurangan

Semua salah saji yang ditemukan auditor selama melakukan audit harus
diidentifikasi ada tidak ny indikasi kecurangan ,bila terjadi kecurangan auditor
biasanya memulainya dengan membuat Tanya jawab berikut merupakan jenis jenis
teknik wawancara

 Jenis jenis teknik wawancara


 Tanya jawab informal

Yaitu Tanya jawab yang tujuanya untuk mendapat informasi mengenai


fakta fakta dan rincian yang tidak didapatkan auditor.

1. Teknisnya dengan auditor memberikan pertanyaan terbuka yang


memungkinkan responden memberikan perincian kejadian
2. Mempertanyakan tentang tentang proses /kondisi yang ditanyakan guna
menemukan penyebab salah saji atau kecurangan
 Tanya jawab evaluasi

Yaitu Tanya jawab yang tujuanya untuk mengevaluasi apakah informasi


yang telah ia dapatkan sudah tepat,akurat atau benar / untuk mendukung atau tidak
mendukung informasi sebelumnya

1. Teknisnya dengan auditor memulai pertanyaan pertanyaan yang luas dan


terbuka yang artinya terperinci dan ditindak lanjuti dengan pertaanyaan yang
lebih spesifik
2. Contoh nya dengan mengkonfirmasi jawaban manajemen dalam Tanya jawb
sebelumnya dengan bertanya pada pegawai lainya
 Tanya jawab interogratif
Yaitu Tanya jawab dengan tujuan auditor ingin mencari tanggapan dari
subjek yang ia wawancarai menegenai pengetahuanya atas suatu kejadia atau
kondisi

1. Menentukan apakah individu tersebut tidak jujur atau dengan sengaja


menghapus fakta fakta pengetahuan kunci,kejadian,atau kondisi yang penting
2. Contonya auditor langsung menanyakan pertanyaan langsung memerlukan
jawaban “ya” atau “tidak” , biasanya dilakukan oleh anggota senior audit yang
berpengalamahan
 Mengevaluasi respons Tanya jawab

Seorang auditor harus memiliki keterampilan dalam mendengarkan dan


mengevaluasi jawaban dari pertayaan pertanyaan , yaitu dengan beberapa teknik
mendengarkan dan pengamatan sikap tubuh

 Teknik mendengarkan
1. Auditor harus memperhatikan dengan menjaga kontak mata,anggukan
persetujuan,menunjukan kepahaman lainya
2. Menhindari pemikiran pemikiran yang kaku terhadap informasi yag diberikan
3. Memanfaatkan kehiningan untuk memikirkan mengenai infomasi yang
diberikan dan melakukan prioritas serta penelaan atas infomasi yang didengar
 Mengamati tanda tanda perilaku
1. Mengavaluasi ‘respons verbal ( kegugupan,ketidaktahuan,ketidakjujuran) dan
non verbal (tidak nyaman dalam memberikan jawaban ,perilaku berubah dari
biasanya saat pertanyaan sudah di tanyakan) dari orang yang diwawancarai
 Tanggung jawab lainya ketika dicurigai adanya kecurangan
1. Auditor sering kali menggunakan perangkat lunak audit seperti ACL atau IDEA untuk
menentukan apakah kecurangan telah terjadi. Sebagai contoh, perangkat lunak dapat
digunakan untuk mencari transaksi-transaksi penjualan fiktif dengan mencari nomor
duplikat faktur penjualan atau dengan merekonsiliasikan basis faktur penjualan pada
basis data dokumen pengiriman, untuk meyakinkan bahwa semua penjualan telah
didukung dengan dokumen bukti pengiriman. Demikian pula, perangkat lunak
tersebut memberian pencarian yang efektif untuk semua pelanggaran dalam dokumen-
dokumen berikutnya, yang dapat mengindikasikan adanya salah saji terkait dengan
tujuan kelengkapan untuk akun-akun liabilitas dan beban. Auditor menggunakan
perangkat lunak audit, termasuk alat kertas kerja dasar seperti Excel, untuk
memisahkan transaksi atau saldo-saldo akun ke dalam beberapa subkategori untuk
pengujian audit lebih lanjut. Sebagai contoh, seorang auditor dapat menggunakan
pilihan yang ada di program kertas kerja Excel untuk memisahkan transaksi-transaksi
yang melebihi suatu ukuran biasa lainnya seperti nomor akun yang tidak standar atau
saldo rupiah yang tidak biasa
2. Auditor juga menggunakan program kertas kerja dasar seperti Excel untuk melakukan
prosedur analitis pada beberapa tingkatan. Sebagai contoh, penjualan dapat
dipisahkan ke dalam beberapa data terpisah berdasarkan lokasi, jenis produk atau
periode waktu (bulanan) untuk prosedur analitis lanjutan. Tren yang tidak biasa yang
tidak dapat tergambarkan dalam gabungan data dapat dideteksi ketika data dianalisis
dalam rincian yang lebih besar tertentu atau berisi karekteristik tidak
3. Auditor juga memperluas prosedur substantif lain nya untuk menangani tingginya
risiko kecurangan. Sebagai contoh, ketika terdapat risiko bahwa syarat penjualan
mungkin telah diubah agar dapat mengakui penjualan sebelum waktunya,
4. auditor dapat memodifikasi permintaan konfirmasi piutang dagang untuk
mendapatkan tanggapan yang lebih rinci dari para pelanggan mengenai syarat-syarat
tertentu dalam transaksi seperti pembayaran, pengiriman barang dan kebijakan
pengembalian barang. Dalam beberapa situasi tertentu, auditor dapat mengkonfirmasi
setiap transaksi dibandingkan dengan keseluruhan saldo akun, khususnya untuk
transaksi-transaksi besar yang dicatat mendekati akhir tahun.
5. auditor dapat mengandalkan ahli persediaan untuk menilai keusangan persediaan suku
cadang elektronik dan ahli penilaian bisnis untuk menilai keandalan asumsi nilai pasar
yang digunakan untuk beberapa investasi tertentu.
TABEL 9-6

Contoh Respons Verbal Implikasinya

Penggunaan kata-kata seperti Auditor harus mencoba lebih lanjut untuk


"umumnya", "biasanya", "sering kali", menentukan apakah penggunaan kata-
dan "normalnya", dll secara berlebihan. kata tersebut mengindikasikan adanya
pengecualian terhadap proses atau situasi
yang sedang diuji.

Orang yang diwawancara sering kali Auditoryang terampil harus mengenali


mengulang kembali pertanyaan auditor. bahwa pengulangan isi pertanyaan sering
kali menandai bahwa orang yang
diwawancarai tidak yakin dengan
jawabannya atau mencoba menghabis-
habiskan waktu.

Penggunaan kata-kata yang tidak penting Auditor harus waspadai kata-kata yang
seperti, "hm", "baiklah", "sebenarnya", tidak penting tersebut, karena biasanya
dl yang berlebihan hal itu menandai bahwa orang yang
diwawancarai tidak yakin atau tidak bisa
menjawab pertanyaan yang diberikan.

Kelupaan dan kegugupan, seperti "Saya Ketika hal itu terus menerus terjadi,
sedikit gugup" atau Saya tidak ingat" auditor harus memperhatikan

kemungkinan adanya ketidakjujuran

Sikap yang sangat toleran seperti "Itu Orang-orang yang tidak jujur sering kali
tergantung situasinya ya" dan jawaban sangat toleran terhadap seseorang yang
yang berlebihan seperti, "berdasarkan mungkin telah melakukan kecurangan.
ingatan

saya yang sangat kuat"


Enggan untuk mengakhiri wawancara. Seseorang yang jujur biasanya siap untuk
mengakhiri wawancara. Mereka yang
mencoba untuk berbohong biasanya
mencoba untuk meneruskan proses
wawancara untuk meyakinkan auditor
bahwa mereka mengatakan yang
sebenarnya. Sumber: Dicetak ulang
dengan seizin dari The Association of
Fraud Examiners.
TABEL 9-7

Contoh Respons Non Verbal Implikasinya

Halangan Fisik-orang yang diwawancarai Ketika orang yang diwawancarai merasa


mungkin akan Melindungi mulut mereka tak nyaman dengan sebuah pertanyaan
dengan tangan, pulpen, pensil, kertas, dl. yang spesifik, ia mungkin akan melakukan
Menyilangkan lengan atau kaki mereka. penghalangan nonverbal untuk berusaha
Membuat bunyi-bunyi yang menganggu, membuat auditor tetap dalam jarak yang
seperti menekuk jari atau mengetukkan nyaman
jari ke meja. Berpaling dari auditor,
biasanya melihat ke arah pintu atau
jendela, dalam upaya menciptakan jarak.

Tanda-tanda dalam Tekanan-orang yang Pada kebanyakan orang, berbohong akan


diwawancarai dalam tekanan menimbulkan tekanan dan ketegangan
yang bisa termanifestasikan dalam bahasa
 tanda-tanda mengalami mulut yang
tubuh.
kering.
 Menjilat bibir, menelan, atau berdeham
berulang kali
 Gelisah, mengetukkan kaki, atau
menggoyangkan kaki.
 Berkeringat atau wajah memerah
 Menghindari kontak mata.

Sumber: Hak Cipta tahun 2004, Conducting Internal Auditing Interviews oleh the
Institute of Internal Auditing Research Foundation, 247 Maitland Avenue Altamonte
Springs, FL 32701-4201. USA. Dicetak u lang dengan izin.

Anda mungkin juga menyukai