Anda di halaman 1dari 15

USULAN PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA


DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MAKE A MATCH
PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SD INPRES 2
TONDO

Oleh :

MOHAMAD HIJROH

A40120371

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PALU

2022
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Agar tujuan pendidikan dan pengajaran berjalan sesuai dengan benar,semua maka
perlu dilakukan kegiatan-kegiatan belajar mengajar atau yang disebut juga dengan proses
belajar mengajar. Bidang belajar mengajar merupakan pusat dari semua kegiatan di sekolah.
Masalah belajar yang selalu aktual dan dihadapi oleh setiap orang.

Dalam kegiatan belajar mengajar ada dua faktor keberhasilan siswa dalam belajar, yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internal siswa mencakup motivasi dengan cara belajar
siswa untuk menggali suatu informasi terhadap materi pelajaran, serta bagaiman kemampuan
siswa untuk memahami suatu materi. Aktivitas siswa tidak selama berlangsung dengan sesuai
yang diharapkan, sebagai siswa dapat dengan cepat memahami suatu materi pelajaran tetapi
besar kemungkinan juga siswa lambat dalam menanggapi suatu materi pembelajaran.
Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar siswa adalah bagaimana cara
guru mengajar, serta bagaimana metode dan strategi pemeblajaran yang digunakan guru
dalam menyampaikan materi terhadap siswa.

Seorang guru sangat dituntut untuk memmemiliki pengetahuan dan wawasan yang luas,
serta guru dituntut untuk berfikir bagaimana cara memberikan pemahaman kepada siswa agar
siswa mampu memahami suatu materi yang disampaikan oleh guru. Untuk menghindari
semua itu maka guru dapat menyususn strategi pembelajaran dengan menfaatkan berbagai
media dari sumber belajar. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan
belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola proses belajar mengajar, sehingga hasil
belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.

Salah satu unsur penting dalam kesuksesan proses pembelajaran adalah penggunaan model
pembelajaran yang efektif. Penerapan model pembelajaran tentu akan mempengaruhi
keberhasilan dalam meningkatkan prestasi belajar suatu pembelajaran, hal ini juga sesuai
dengan kurikulum yang diterapkan oleh Depdiknas yaitu kurikulum 2013. Dalam kurikulum
2013, pembelajaran dikelas menuntut siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai
kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan
pada pengembangan karakter dan kemampuan melakukan kompetensi tugas-tugas dengan
standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan
terhadap seperangkat kompetensi tertentu.

Kurikulum 2013 ini merupakan kurikulum yang menekankan siswa pada kompetensi dan
karkter berdasarkan pengalaman belajarnya yang telah diatur dalam standar kompetensi
kelulusan, serta kurikulum ini diarahkan agar mengembangkan pengetahuan, sikap,
kemampuan, pemahaman, nilai, minat siswa dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memberikan pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dari sikap ilmiah.
Tujuan dasar dari pengembangan model pembelajaran yang tepat dan efektif pada dasarnya
bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman, sehinga dapat ikut berperan aktif
dalam berproses belajar mengajar. Guru dalam proses belajar mengajar harus memilih dan
menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi diajarkan. Dengan
menggunakan model pembelajaran akan sangat membantu meningkatkan hasil belajar siswa,
salah satu model yang dapat digunakan di dalam proses belajar mengajar adalah model Make
A Match ( membuat pasangan).

Make A Match merupakan salah satu jenis metode pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran Make A Match dapat melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran secara merata, serta menuntut siswa bekerjasama dengan anggota kelompok
agar tanggung jawab dapat tercapai, sehingga semua siswa aktif dalam proses pembelajaran.
Salah satu keunggulan dari model ini yaitu siswa akan mencari pasangan yang sesuai untuk
memecahkan suatu konsep dan topik sambil belajar dengan suasana yang menyenangkan.

Berdasarkan hasil observasi awal di SD Inpres 2 Tondo diperoleh, bahwa hasil belajar
siswa khususnya pada mata pelajaran IPA di kelas V masih rendah, ada bebarapa siswa yang
belum memahami materi pembelajaran ketika guru memberikan pertanyaan tentang materi
yang telah di ajarkan. Akibatnya masih banyak siswa yang tidak tuntas dengan nilai rata-rata
60. Nilai tersebut belum memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang diharapkan
disekolah yaitu dengan KKM 70. Banyaknya nilai siswa yang tidak tuntas dikarenakan siswa
yang bosan terhadap pembelajaran IPA di kelas yang diajarkan guru.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran adalah dengan menerapkan suatu model pembelajaran ke dalam kegiatan
belajar mengajar, salah satunya adalah model Make A Match di gunakan di dalam kegiatan
pembelajaran, maka pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan menyenangkan, sehingga
pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan para peneliti terdahulu, pembelajaran dengan
menggunakan Make A Match ternyata dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa pada
pembelajaran yang diberikan di sekolah. Hasil penelitian Elyzabet Sulistyowati, ddk
menunjukan bahwa, dengan menerapkan model cooperative learning tipe Make A Match
memiliki dampak positif terhadap aktivitas belajar siswa. Selanjutnya penelitian yang
dilakukan oleh Shanti Eka Rahmawati menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terhadap hasil belajar IPA siswa
Kelas IV.

Dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya di atas menunjukan bahwa penelitian
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Make A
Match ke dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, penulis juga ingin melakukan
penelitian yang sama, namun pada tempat yang berbeda dan dengan materi yang berbeda
pula. Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin melakukan penelitan yang berjudul “ Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Make A Match Pada
Pembeljaran IPA Di Kelas V SD Inpres 2 Tondo”
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai


berikut :

1. Bagaimana aktivitas guru dalam menerapkan model Make A Match pada


Pembelajaran IPA di kelas V SD Inpres 2 Tondo

2. Bagaimanakah aktivitas siswa dengan menerapkan model Make A Match pada


Pembelajaran IPA di kelas V SD Inpres 2 Tondo.

3. Bagaimana hasil belajar siswa setelah menerapkan model Make A Match pada
Pembelajaran IPA di kelas V SD Inpres 2 Tondo.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam
penelitan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui aktivitas guru dalam menerapkan model Make A Match pada
Pembelajaran IPA di kelas V SD Inpres 2 Tondo

2. Untuk mengetahui aktivitas siswa dengan menerapkan model Make A Match pada
Pembelajaran IPA di kelas V SD Inpres 2 Tondo

3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menerapkan model Make A Match pada
Pembelajaran IPA di kelas V SD Inpres 2 Tondo

1.4 Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian hendaknya mempunyai manfaat tertentui sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai, sehingga kegiatan penelitian ini bermanfaat bagi peneliti, serta pihak lain yang
berkaitan dengan penelitian ini.

a. Bagi Siswa

Mampu menumbuhkan minat belajar siswa ketika menggunakan model Make A Match
pada pelajaran khususnya saat mata pelajaran IPA.

b. Bagi Guru

Penelitian ini kan memberikan informasi tentang penerapan model Make A Match,
khususnya pada model pembelajaran Make A Match pada Pembelajaran IPA di kelas V
SD Inpres 2 Tondo. Guru juga bisa menerapkan pada siswa dan dapat menerapkan
model Make A Match pada tema di dalam pembelajaran lain sesuai dengan materinya.

c. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk mengatasi permasalahan pada saat
meningkatkan hasil belajar siswa, serta dapat memperbaiki mutu pendidikan di sekolah.
Dengan menggunakan model Make A Match

d. Bagi Peneliti

Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat menambah wawasan dan menguasai bagai mana
penerapan model Make A Match yang akan bermanfaat bagi peneliti sendiri pada saat
mengajar di Sekolah Dasar.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup ini fokus pada cara belajar siswa dengan meningkatakn hasil belajar
siswa dengan menggunkan model Make A Match Di Kelas V SD Inpres 2 Tondo.

1.6 Batasan Istilah

Adapun Batasan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran kooperatif tipe Make A Match adalah suatu teknik pemebalajaran


Make A Match adalah teknik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik dalam semua mata pelajaran dan tingkatan kelas

2. Media kreatif yaitu :

a. Guru Menyiapkan beberapa kartu, satu bagian kartu soal lainnya


b. Setiap siswa mendapat kartu
c. Setiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang diipegang
d. Setiap siswa yang mencari pasangan mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya (soal jawaban)
e. Setiap siswa yang mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya

3. Model pembelajaran Make A Match mampu menambah pemahaman, mampu


menjadikan suasana belajar menyenangkan, dan aktif pada saat mengikuti
pembelajaran. Sehingga model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan
hasil belajar siswa
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Relevan

a. Nurul Fitria (2019, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan
Model Make A Match Pada Pembelajaran IPA di Kelas V SD Inpres 2 Tondo” bahwa
hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA dikelas V masih rendah,
banyak nilai siswa yang tidak tuntas dengan nilai rata-rata siswa 60. Nilai tersebut
belum memenuhi kriteria ketuntasan minumum (KKM) yang ditentukan di sekolah
yaitu dengan KKM 70 . Banyaknya nilai siswa yang tidak tuntas tersebut dikerenakan
siswa yang bosan terhadap kegiatan pembelajaran IPA de kelas, sehingga siswa tidak
memperhataikan materi yang di ajarkan oleh guru. Model dan strategi yang diterapkan
pembelajaran juga kurang bervariasi dan inovatif, penggunaan media pada materi
yang merupakan model pembelajaran dimana siswa secara aktif membentuk
kelompok dengan mencari pasangan yang cocok.

b. Nurul Fitria (2029),“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan


Model Make A Match Pada Pembelajaran IPA di Kelas V SD Inpres 2 Tondo”
rancangan dalam penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang
terdiri dari II siklus, dan setiap siklusnya meliputi 4 tahapan yaitu : perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data dikumpulkan melalui lembar observasi dan
soal tes, berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat dismipulkan bahwa
presentase aktivitas guru selama proses pembelajaran dengan menerapkan model
Make A Match pada siklus I yaitu 64,70%, dan pada siklus II meningkat menjadi
77,64%. Hasil presentase aktivitas siswa saat menerapkan model Make A Matckh ke
dalam pembelajaran pada siklus I yaitu 62,35%, dan pada siklus II mengalami
peningkatan 77,64%. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model Make A
Match di Kelas V SD Inpres 2 Tondo dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa,
serta hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

2.2 Kajian Teori

1. Hasil Belajar

a.) Pengertiaan Hasil Belajar

Menurut R. Gagne (dalam Ahmad Susanto) Menyatakan bahwa belajar dapat


didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman. Kata hasil dalam bahasa indonesia mengandung
makna perolehan dari suatu usaha yang telah dilakaukan sebelumnya. Sehingga
hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah melalui
kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan nilai-nilai,
pengertian-pengertian,sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Hasil belajar peserta didik dapat dinyatakan dengan nilai raport sesuai dengan
pendaapat Suryadibrata. Yang menyatakan bahwa nilai raport merupakan
rumusan terakhir dari pendidik mengenai kemajuan atau hasil belajar dari peserta
didik dalam masa tertentu. Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan
belajar, karena belajar merupakan suatu proses, dan hasil belajar adalah hasil dari
proses pembelajaran tersebut.

Makna dari hasil belajar, yaitu perubahan- perubahan yang terjadi pada diri
peserta didik,baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, psikomotor sebagai
hasil dari kegiatan belajar. Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi
pelajaran tertentu. Untuk mengetahui apakah hasili belajar yang dicapai telah
sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi.
Evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan
seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan peserta didik. Hasil
belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dai seorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

b. Macam-Macam Hasil Belajar

1) Pemahaman Konsep (Aspek Kognitif)

Pemahaman menurut Bloom diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap


arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini
adalah seberapa besar peserta didik mampu menerima, menyerap, dan
memahami pelajaran yang di berikan oleh pendidik kepada peserta didik, atau
sejauh mana peserta didik dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca,
yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau
observasi langsung yang ia lakukan.

2) Ketrampilan Proses (Aspek Psikomotor)

Usman dan Setiawati (dalam Ahmad Susanto) mengemukakan bahwa


ketrampilan proses merupakan ketrampilan yang mengarah kepada
pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu peserta didik.
Ketrampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan
secara efektif mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitasnya.

3) Sikap (Aspek Afektif)


Menurut Lange (dalam Ahmad Susanto), sikap tidak hanya merupakan aspek
mental semata, melainkan mencakup pula aspek respons fisik. Jadi, sikap ini
harus ada kekompakan antara mental dan fisik secara serempak.

2. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Hasil Belajar

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut


dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu faktor dalam diri peserta didik sendiri dan
faktor dari luar diri peserta didik:

a. Faktor Dari Dalam diri Peserta Didik

Faktor dari dalam diri peserta didik yang berpengaruh terhadap hasil belajar
diantaranya kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan
kesehatan, serta kebiasaan peserta didik. Salah satu hal penting dalam kegiatan
belajar yang harus ditanamkan dalam diri peserta didik bahwa belajar yang
dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya. Minat belajar berkaitan dengan
seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka terhadap suatu materi yang
dipelajari peserta didik. Minat inilah yang harus dimunculkan lebih awal dalam diri
peserta didik. Minat, motivasi, dan perhatian peserta didik dapat dikondisikan oleh
pendidik. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda.

b. Faktor Dari Luar Diri Peserta Didik

Faktor dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya
adalah lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti
riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosialbudaya, lingkungan keluarga,
program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), pendidik, pelaksanaan
pembelajaran, dan teman sekolah. Pendidik merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab pendidik merupakan
manajer atau sutradara dalam kelas. Dalam hal ini, pendidik harus memiliki
kompetensi dasar yang disyaratkan dalam profesi pendidik. Untuk memahami
faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik pendidik dapat
melakukan berbagai pendekatan, diantaranya dengan wawancara, observasi,
kunjungan rumah, atau isian berupa angket(kuesioner).

3. Indikator Hasil Belajar

Banyak pendidik yang merasa sukar untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
kepadanya mengenai apakah pengajaran yang telah dilakukan berhasil, mengingat pengajaran
merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, maka disini dapat
ditentukan dua kriteria yang bersifat umum. Meurut Sudjana, kedua kriteria tersebut adalah:

a. Kriteria Ditinjau Dari Sudut Prosesnya

Untuk mengukur keberhasilan mengajar dari sudut prosesnya dapat dikaji


melalui beberapa persoalan dibawah ini:
1) Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh
pendidik dengan melibatkan peserta didik secara sistematik?
2) Apakah kegiatan peserta didik belajar dimotivasi pendidik sehingga peserta
didik melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran, kesungguhan dan
tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan, pengetahuan,
kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari pengajaran itu
3) Apakah pendidik memakai multimedia?
4) Apakah peserta didik mempunyai kesempatan untuk mengotrol dan menilai
sendiri hasil belajar yang dicapainya?
5) Apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar cukup
menyenangkan dan merangsang peserta didik belajar?
6) Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya, sehingga
menjadilaboraturium belajar?

b. Kriteria Ditinjau Dari Hailnya

Keberhasilan belajar dapat dilihat dari segi hasil. Berikut ini adalah beberapa
persoalan yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan pengajaran
ditinjau dari segi hasil atau produk yang dicapai peserta didik:

1) Apakah hasil belajar yang diperoleh peserta didik dari proses pengajaran
nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh?
2) Apakah hasil belajar yang dicapai peserta didik dari proses pengajaran dapat
diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik?
3) Apakah hasil belajar yang diperoleh peserta didik tahan lama diingat dan
mengendap dalam pikirannya, serta cukup mempengaruhi perilaku dirinya?
4) Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukan oleh peserta didik merupakan
akibat dari proses pengajaran

3. Pembelajaran IPA

a. Pengertian Pembelajaran IPA

IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu
yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan yang benar, yaitu bersifat
rasional dan obyektif. Pengetahuan alam adalah pengetahuan yang berisi tentang
alam semesta dan segala isinya. Jadi, menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E.
Kaligis (1992: 3) IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam
semesta dan segala isinya.

IPA biasanya disebut dengan kata “sains” yang berasal dari kata “natural
science”. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan
science artinya ilmu pengetahuan. Penggunaan kata “sains” sebagai IPA berbeda
dengan pengertian sosial science, educational science, political science, dan
penggunaan kata science yang lainnya. Patta Bundu (2006: 9) menjelaskan secara
tegas bahwa yang dimaksud kata sains dalam kurikulum pendidikan di Indonesia
adalah IPA itu sendiri. Ruang lingkup sains tersebut adalah sains (tingkat SD).

IPA memiliki arti yang sempit jika diidentifikasi hanya dari segi istilah saja,
seperti halnya pengertian IPA yang telah diuraikan di atas. Dari segi istilah, IPA
hanya diartikan sebagai kumpulan pengetahuan tentang alam saja. Padahal menurut
beberapa pendapat dari tokoh IPA (Sains), pengertian IPA jauh lebih besar dari
sekedar kumpulan pengetahuan

Menurut Nash dalam Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1992: 3) IPA
adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Cara atau metode tersebut
harus bersifat analitis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara fenomena
dengan fenomena yang lain. Metode tersebut dapat membentuk suatu perspektif
yang baru tentang objek yang diamatinya itu. Metode tersebut adalah metode
berpikir ilmiah

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA menurut hakikatnya


adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan baru yang berupa produk ilmiah
dan sikap ilmiah melalui suatu kegiatan yang disebut proses ilmiah. Siapapun yang
akan mempelajari IPA haruslah melakukan suatu kegiatan yang disebut sebagai
proses ilmiah. Seseorang dapat menemukan pengetahuan baru dan menanamkan
sikap yang ada dalam dirinya melalui proses ilmiah tersebut.

b. Tujuan Pembelajaran IPA

Mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kempapuan


sebagai berikut :

1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains,
teknologi dan masyarakat.
2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang
akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam
kehidupan sehari-hari.
5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang
pengajaran lain.
6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk
dipelajari (Sri Sulistiyorini, 2007: 40)

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran IPA di SD di


samping untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, juga
mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.

Tujuan tersebut dicapai dengan cara mengajarkan IPA yang mengacu pada
hakikat IPA dan menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi siswa. Pembelajaran IPA harus berpusat pada siswa
serta memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan ide atau gagasan,
mendiskusikan ide atau gagasan dengan siswa lain serta membandingkan ide
mereka dengan konsep ilmiah dan hasil pengamatan atau percobaan untuk
merekontruksi ide atau gagasan yang akhirnya siswa menemukan sendiri apa yang
dipelajari.

Selain melakukan kegiatan reflektif kepada siswa, guru juga bisa memilah-milah
metode yang tepat yang kiranya dapat diterapkan pada siswa

c. Media Kartu Soal Dan Jawaban

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan langkah-langkah


penerapan model pembelajaran Make A Match dengan Media kartu soal yang dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SD Inpres 2 Tondo pada
pembelajaran matematika. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Inpres 2 Tondo yang terdiri dari 15
peserta didik yaitu, 6peserta didik perempuan dan 9 peserta didik laki-laki. Kriteria
keberhasilan penelitian ini, peserta didik dikatakan aktif apabila nilai rata-rata
keaktifan peserta didik yaitu ≥70%. Hasil penelitian menunjukan bahwa Persentase
nilai rata-rata keaktifan peserta didik meningkat dari 64,70% pada siklus I menjadi
77,64% pada siklus II dan pelaksanaan pembelajaran berlangsung sangat baik.
Deskripsi langkah-langkah pembelajaran model Make A Match dengan media kartu
soal dan jawaban adalah :

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
sesuai dengan materi, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang berjumlah 4-5 anggota.
3) Tiap kelompok mendapatkan kartu soal dan kartu jawaban yang berjumlah
sesuai dengan anggota kelompok.
4) Tiap kelompok bekerja sama memikirkan jawaban dari kartu soal yang
dipegang kemudian dicocokkan dengan kartu jawaban tersebut.
5) Setiap kelompok yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin.
6) setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
7) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dinyatakan bahwa
pembelajaran matematika dengan menggunakan model Make A Match dengan
media kartu soal dan jawaban dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta
didik kelas V SD Inpres 2 Tondo Disarankan kepada guru mata pelajaran
matematika untuk menerapkan model pembelajaran yang lebih bervariasi
khususnya model pembelajaran Make A Match.

2.3 Kerangka Konsepual

Pada tema membudayakan selalu berhemat energi pada kelas IV semester


ganjil, peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran IPA
peserta didik juga cenderung pasif, dalam pelaksanaannya. Pembelajaran hanya
terpusat pada pendidik sehingga peserta didik merasa jenuh saat menerima
pembelajaran dan peserta didik kurang menyerap apa yang telah diajarkan oleh
pendidik. Diperlukan metode pembelajaran yang bervariasi agar suasana belajar
menyenangkan dan peserta didik menjadi aktif, sehingga peneliti memilih metode
make a match sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Hasil Belajar Peserta


Kondisi Pendidikan belum
didik masih rendah
Awal menerapkan
metode make a
match

Metode make a Siklus I peserta didik


Tindakan
match mencari pasangan
sesuai kartu yang
diperoleh.

Siklus II peserta didik


mencari pasangan
sesuai kartu yang
diperoleh
Kondisi Akhir

Hasil belajar peserta didik meningkat

Gambar 1 . Kerangka Berpikir dalam penerapan Metode Make a Match

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditemukan pada bab sebelumnya, maka
hipotesis penelitian adalah sebagai berikut “ Melalui penerapan Make a Match
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPA Kelas V
SD 2 Inpres Tondo.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Menurut wina
sanjaya penelitian tindakan kelas ini yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara
(1) merencanakan (2) melaksanakan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan
partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehigga hasil belajar siswa
dapat meningkat.

3.2 setting penelitian

1. waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun 2022. Penentuan waktu lemengacu pada
kalender akademik sekolah, karena penelitian tindakan kelas memerlukan beberapa siklus
yang membutukan proses belajar yang efektif dikelas. Adapun waktu penelitian akan
dijelaskan sebagai berikut.

No Tanggal Kegiatan
1. 21 februari 2022 Membuat surat izin permohonan penelitian
2. 22 februari 2022 Menyerahkan surat izin penelitian kepada
kepsek SD INPRES 2 TONDO
3. 23 februari 2022 Pelaksanaan siklus 1 tahap 1 dan 2
4. 10 maret 2022 Penyusunan laporan penelitian

Anda mungkin juga menyukai