Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PELAKSANAAN

PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PKP)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN DENGAN


MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA
KELAS 2 SD

Disusun oleh:

Nama : Nurul Faiqoh

NIM : 858750275

Program Studi : S1 PGSD BI

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UPBJJ-UT SURABAYA
POKJAR PITALOKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Belajar merupakan sebuah proses yang mempunyai hasil relatif permanen
dalam perubahan perilaku seseorang sebagai hasil dari pengalaman atau latihan.
Belajar merupakan buah dari korelasi stimulus dan respon. Di dalam lingkungan
sekolah, apa saja yang diberikan oleh guru saat proses belajar mengajar adalah
stimulus. Sedangkan respon adalah tanggapan atau reaksi yang ditunjukkan oleh
peserta didik setelah diberikan stimulus oleh guru. Pada dewasa ini, dunia pendidikan
mempunyai tantangan yang cukup besar. Seorang guru dituntut untuk mengikuti
perkembangan zaman supaya pembelajaran di kelas dapat diterima dengan oleh murid
dengan baik. Dalam hal ini seorang guru tidak hanya dituntut untuk dapat menguasai
IPTEK namun guru juga dituntut untuk dapat menggunakan metode pembelajaran
yang menarik, menyenangkan, dan bermakna.
Model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang sengaja
didesain atau dirancang dengan tujuan agar kegiatan belajar mengajar dapat dilalui
dan diterima dengan mudah oleh peserta didik (Ahyar, dkk: 2021). Dari pendapat
tersebut secara tidak langsung disebutkan bahwa metode pembelajaran merupakan
suatu alat untuk menciptakan suatu pembelajaran yang kondusif. Di dalam dunia
pendidikan terdapat berbagai ragam metode pembelajaran yang dapat diterapkan saat
kegiatan belajar mengajar. Salah satunya adalah metode pembelajaran kooperatif
model STAD (Student Teams Achievement Division).
Metode pembelajaran STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif
dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap
kelompok 4-5 orang peserta didik secara heterogen (Oktafiani, 2019). Dengan metode
tersebut peneliti bertujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran mata pelajaran
matematika dengan materi perkalian dan pembagian di kelas 2 SD. Tidak hanya itu,
menurut Rahma (2020), pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan atas dasar
agar lebih melibatkan siswa lebih berpartisipasi dalam proses belajar, dan diharapkan
dengan metode ini dapat membantu siswa mencari himpunan penyelesaian pada
materi matematika yang lain.
Berdasarkan pemaparan diatas peneliti berasumsi bahwa keberhasilan suatu
capain belajar tergantung pada proses dan metode belajar yang digunakan. Dengan
menggunakan metode pembelajaran yang tepat, maka murid akan merasakan proses
pembelajaran yang menyenangkan. Dengan demikian, hasil belajar murid dan
keaktifan dalam pembelajaran akan meningkat dan juga target pembelajaran yang
ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
1. Identifikasi Masalah
Materi matematik pada pembelajaran kelas II terintegrasi dengan materi lain
dalam satu tema. Kompetensi dasar materi matematika kelas II semester I pada tema
3 dan 4 adalah menjelaskan perkalian dan pembagian yang melibatkan bilangan
cacah dengan hasil kali sampai dengan 100 dalam kehidupan sehari-hari serta
mengaitkan perkalian dan pembagian. Adapun beberapa tujuan pembelajarannya
adalah siswa dapat menyatakan perkalian sebagai penjumlahan berulang, pembagian
sebagai pembagian berulang dan menjelaskan hubungan antara perkalian dan
pembagian.
Pembelajaran matematika membutuhkan ketekunan berpikir, konsentrasi
tinggi dan pemikiran logis yang kuat, karena konsep pelajaran matematika sangat
padat (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, geometri, dll). Oleh karena
itu, sangat perlu dibangun cara pembelajaran matematika yang sistematis dan
terprogram agar tujuan pembelajaran dapat diserap oleh siswa.
Dalam pembelajaran matematika materi perkalian dan pembagian, peneliti
menemukan capaian pembelajaran yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Selain
itu, saat pembelajaran materi tersebut terdapat beberapa siswa yang cenderung pasif
dan terdapat kebingungan saat diminta untuk menjabarkan konsep perkalian sebagai
bentuk penjumlahan berulang dan pembagian sebagai pengurangan berulang.

Dalam pembelajaran pada siklus 1 didapatkan nilai awal pra siklus dalam
pembelajaran di kelas 2 Madinah adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1 Daftar nilai awal materi perkalian pra - siklus

No Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)

1 <60 4 18,1 %

2 60 - 68 5 22,7 %

3 68 - 78 7 31,8 %

4 78 - 88 3 13,6 %

5 88 - 100 3 13,6 %

Berdasarkan tabel 1.1 diatas didapatkan bahwa kurang lebih 16 siswa atau
sekitar 72,6% mendapatkan nilai dibawah KKM dengan KKM mata pelajaran
matematika adalah 78. Sementara sebanyak 6 siswa atau sekitar 27,4% telah
melampaui nilai KKM yang telah ditetapkan

Tabel 1.2 Daftar nilai awal materi pembagian pra - siklus

No Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)

1 <60 1 4,5 %

2 60 - 68 4 18,1 %

3 68 - 78 7 31,8 %

4 78 - 88 8 36,3 %

5 88 - 100 2 9,0 %

Berdasarkan tabel 1.2 diatas didapatkan bahwa kurang lebih 12 siswa atau
sekitar 55,3 % mendapatkan nilai dibawah KKM dengan KKM mata pelajaran
matematika adalah 78. Sementara sebanyak 10 siswa atau sekitar 45,3% telah
melampaui nilai KKM yang telah ditetapkan.

2. Analisis Masalah
Dari kedua data yang telah didapat, peneliti merasa memerlukan perbaikan
terhadap kemampuan murid dalam memahami konsep perkalian dan pembagian.
Oleh karena itu peneliti melakukan sebuah penelitian untuk meningkatkan
kemampuan dan keaktifan siswa dalam materi perkalian dan pembagian dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD.
Kemampuan murid dalam memahami konsep perkalian sebagai penjumlahan
berulang dan pembagian sebagai pengurangan berulang yang masih kurang
kebanyakan disebabkan oleh kurangnya pemahaman terhadap materi dan rendahnya
rasa antusiasme dalam mempelajari materi tersebut. Sedangkan banyak juga dari
mereka sudah menghafal angka perkalian dan pembagian. Selain penyebab yang ada
pada diri murid, terdapat penyebab lain yang menjadi kendala kurang masuknya
pemahaman materi kepada murid. Seperti media pembelajaran dan metode
pembelajaran yang digunakan.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan tindakan yang dapat
memperbaiki hasil ketercapaian pemahaman materi perkalian dan pembagian yang
sebelumnya masih rendah. Peneliti akan menggunakan metode yang dapat
mengakomodasi setiap siswa dengan memperhatikan sisi sosial dan kesulitan murid
dalam memahami konsep perkalian dan pembagian. Melalui penerapan metode
STAD, murid diharapkan mampu memahami konsep pada materi dan lebih aktif
dalam berkontribusi di dalam kelompoknya.
B. Rumusan Masalah

Beralaskan latar belakang tersebut, maka ditemukan rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran model STAD untuk


meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas 2 Madinah semester II SD Islam Al
Azhar 35 Surabaya tahun ajaran 2022/2023?

2. Bagaimana dampak metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam


memotivasi belajar peserta didik kelas 2 Madinah semester II SD Islam Al Azhar 35
Surabaya tahun ajaran 2022/2023?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan tersebut, penelitian ini dimaksudkan:

1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan


metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada murid kelas 2 Madinah
semester II SD Islam Al Azhar 35 Surabaya tahun ajaran 2022/2023.
2. Untuk mengetahui dampak metode pembelajaran kooperatif tipe stad dalam
memotivasi belajar murid kelas 2 Madinah semester II SD Islam Al Azhar 35
Surabaya tahun ajaran 2022/2023.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan kemampuan belajar siswa terkait materi perkalian dan


pembagian.

b. Meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran tentang materi perkalian


dan pembagian.

2. Bagi Guru

a. Sebagai bahan rujukan metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam


pembelajaran matematika pada materi perkalian dan pembagian.
3. Bagi Sekolah
a. Menambah referensi media pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran untuk guru.
II. KAJIAN PUSTAKA
a. Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan materi pelajaran yang terdapat pada jenjang
pendidikan dari SD hingga perguruan tinggi. Mata pelajaran matematika adalah
salah satu jenis pelajaran yang harus dikuasai oleh guru SD. Penalaran deduktif atau
pernyataan yang diperoleh akibat logis dari sebuah kebenaran merupakan ciri dari
matematika (Yayuk, 2019). Pembelajaran matematika adalah proses pemberian
pengalaman peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga
peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.
Tidak hanya itu, pembelajaran matematika merupakan suatu pembelajaran yang
berisi tentang konsep dan prinsip yang penyajiannya menggunakan simbol
(lambang) yang dapat melatih kemampuan dalam bernalar sehingga murid dapat
berpikir kritis, logis, analitis, dan sistematis dalam menyelesaikan sebuah masalah
(Yayuk, dkk, 2018).
b. Hasil Belajar
Hasil belajar sering dijadikan ukuran penguasaan seseorang terhadap mata
pelajaran. Secara sederhana, hasil belajar siswa mengacu pada keterampilan yang
diperoleh anak setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Menurut Nurdin (2020) hasil
belajar merupakan keterampilan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar. Sejalan
dengan Nurdin, menurut Wulandari (2021), Hasil belajar adalah keterampilan atau
kemampuan tertentu yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar
mengajar, yang meliputi keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

c. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang sengaja


didesain atau dirancang dengan tujuan agar kegiatan belajar mengajar dapat dilalui
dan diterima dengan mudah oleh peserta didik. Menurut Johnson, di dalam Ali (2021)
Cooperative Learning adalah kegiatan kelompok dimana siswa belajar secara
kooperatif dan bekerja sama untuk mencapai pengalaman belajar yang optimal, baik
pengalaman individu maupun kelompok.

Sementara itu, Nurhadi, di dalam Ali (2021) mendefinisikan pembelajaran


kolaboratif sebagai pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan
interaksi yang cermat untuk menghindari hinaan dan kesalahpahaman yang
menimbulkan masalah. Di samping itu, Pembelajaran kooperatif dipraktikkan untuk
mengarahkan persaingan dan individualisme menuju visi dan misi sukses bersama di
masa depan. Dengan demikian, individualisme dan keegoisan setiap siswa
berkembang menjadi altruisme yang berdimensi sosial (Asmani, 2016).

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk


bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. (Felder,
1994:2). Peranan guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1. Menentukan objek pembelajaran


2. Membuat keputusan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
sebelum pembelajaran dimulai.
3. Menerangkan tugas dan tujuan akhir pada siswa.
4. Menguasai kelompok belajar dan menyediakan keperluan tugas.
5. Mengevaluasi hasil belajar siswa dan membantu siswa dengan cara
mendiskusikan cara kerjasama.

d. METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD


(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION)

Model Student Teams Achievement Division (STAD) ini dikembangkan


oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins.
Model ini merupakan salah satu model yang banyak digunakan dalam
pembelajaran kooperatif, karena model ini merupakan model yang praktis dana
memudahkan dalam pelaksanaannya. Sejalan dengan itu,

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement


Division), yaitu pembelajaran kooperatif tipe yang menggunakan kelompok kecil
dengan 4-5 siswa yang berbeda dalam setiap kelompok. (Oktafiani, 2019). Sejalan
dengan itu, STAD adalah salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang paling
umum secara sederhana. Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk mendorong
siswa bekerja sama, saling membantu untuk menyelesaikan tugas dan menerapkan
keterampilan yang diajarkan. Dalam pembelajaran kooperatif siswa STAD dibagi
ke dalam kelompok belajar yang beranggotakan dari empat hingga enam orang,
yang merupakan campuran sesuai levelnya, seperti prestasi, gender dan etnisitas.
Inti dari STAD adalah guru memberikan keterampilan dan indikator yang ingin
dicapai, setelah itu siswa membentuk kelompok untuk berbagi dan menyelesaikan
tugas yang telah ditetapkan oleh guru. Model ini memungkinkan siswa untuk
belajar bersama kelompok kecil saling membantu. Kelas disusun dalam kelompok
yang terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen (Nugroho,
2009).
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN
PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas II Madinah SD Islam Al Azhar 35


Surabaya yang berjumlah 22 murid. Penelitian ini dilakukan secara offline di kelas.
Waktu penelitian perbaikan pembelajaran dilakukan pada tanggal 7 Desember
2022 yakni pada tahap pra siklus, kemudian siklus I dilakukan pada tanggal 16 Mei
2023 dan siklus II dilakukan pada tanggal 22 Mei 2023.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


yang terdiri atas empat fase yaitu perencanaan, pelaksanaan atau tindakan,
pengamatan dan refleksi. Fase dalam penelitian tersebut diterapkan dalam dua
siklus yakni siklus 1 dan siklus II.

C. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan adalah menggunakan Teknik data


kuantitatif yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Dalam hal ini penulis
menggunakan analisis statistik deskriptif yang berupa nilai rerata kelas dan
ketuntasan belajar. Teknik analisis data untuk keterampilan membaca dalam
penelitian ini adalah statistik deskriptif dengan mencari rerata. Menurut rumus
Anas Sudijono (2011: 81) nilai dianalisis menggunakan statistik deskriptif yaitu
dengan mencari rerata dengan rumus sebagai berikut. Rumus Penskoran :

Ketuntasan belajar siswa dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

Σ jumla h siswa yang tuntas


x 100 %
Σ jumla h siswa
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Pra siklus

Kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti adalah kegiatan pra siklus
yang dilakukan pada tanggal 7 Desember 2022. Kegiatan tersebut adalah
pemberian soal matematika dengan materi perkalian dan pembagian yang
masing - masing terdiri dari 8 soal yang diberikan kepada 22 siswa kelas 2.
Hasil yang didapatkan dari pemberian soal perkalian adalah 27,4 % siswa
dinyatakan tuntas dan 72,6% siswa belum tuntas yang artinya dari 22 siswa
hanya 6 siswa yang mendapatkan nilai yang mencapai atau melebihi KKM,
sedangkan pada materi pembagian adalah sekitar 55,3 % mendapatkan nilai di
bawah KKM. Sementara sebanyak 10 siswa atau sekitar 45,3% telah melampaui
nilai KKM yang telah ditetapkan dengan KKM yang ditetapkan adalah sebesar
78.

2. Siklus 1

Dari hasil kegiatan pra siklus yang didapatkan bahwa hasil belajar siswa
masih rendah sehingga dilakukan kegiatan perbaikan yakni siklus I. Sebelum
melakukan kegiatan perbaikan pada siklus I peneliti menyusun rencana
perbaikan pembelajaran (RPP) yang didalamnya terdapat beberapa fase dalam
pembelajaran yakni :
a) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan waktu yang
dicantumkan dalam RPP siklus I
b) Guru memberikan stimulus kepada siswa tentang materi perkalian dan
pembagian.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
d) Guru menjelaskan cara mengerjakan soal
e) Guru membagi murid menjadi 5 kelompok yang berisi 3 anak
f) Guru memberikan lembar kerja untuk murid
g) Guru mengamati dan memeriksa tiap kelompok
h) Guru membahas soal yang telah diberi dan meminta perwakilan
kelompok untuk maju
i) Guru melakukan kegiatan refleksi bersama murid
j) Guru menutup pembelajaran dengan do’a

3. Siklus 2

Pada tahap perencanaan siklus II yang dilakukan pada tanggal 22 Mei


2023 peneliti melakukan perbaikan dari siklus I yang bertujuan untuk
memperbaiki pembelajaran supaya dapat mencapai kritetria ketuntasan yang
ditentukan. Perencanaannya hampir sama dengan siklus I. Begitu pula dengan
tahap pelaksanaan pada siklus II. Pelaksanaannya juga hampir sama dengan
siklus I karena pelaksanaan siklus II dilakukan untuk memaksimalkan tujuan
pembelajaran yang belum tercapai pada siklus I. Namun pelaksanan pada
siklus I dan siklus II memiliki perbedaan pada saat proses pembelajaran yakni
pada siklus I siswa dibagi menjadi beberpa kelompok setelah diberikan materi,
sedangkan pada siklus II siswa dibagi menjadi kelompok terlebih dahalu
sebelum mtaeri dan soal diberikan. Hal tersebut dilakukan karena pada siklus I
siswa masih kurang aktif dan presentasi ketercapaian masih dibawah 80%.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

a. Pra Siklus
Kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti adalah kegiatan pra siklus
yang dilakukan pada tanggal 7 Desember 2022. Kegiatan tersebut adalah
pemberian soal matematika dengan materi perkalian dan pembagian yang
masing - masing terdiri dari 8 soal yang diberikan kepada 22 siswa kelas 2.
Hasil yang didapatkan dari pemberian soal perkalian adalah 27,4 % siswa
dinyatakan tuntas dan 72,6% siswa belum tuntas yang artinya dari 22 siswa
hanya 6 siswa yang mendapatkan nilai yang mencapai atau melebihi KKM,
sedangkan pada materi pembagian adalah sekitar 55,3 % mendapatkan nilai di
bawah KKM. Sementara sebanyak 10 siswa atau sekitar 45,3% telah
melampaui nilai KKM yang telah ditetapkan dengan KKM yang ditetapkan
adalah sebesar 78.
b. Siklus 1
Setelah mengtahui kekurangan dalam kegiatan sikslus, peneliti
melakukan kegiatan perbaikan pada siklus I. Dalam siklus ini peneliti
menyusun rencana perbaikan dengan harapan peneliti dapat memperbaiki hasil
dengan menerapkan metode STAD. Pada siklus I siswa diberikan review
terkait materi perkalian dan pembagian. Setelah itu, siswa dibagi menjadi 6
kelompok yang setiap kelompoknya berisi 3 anak. Setelah diberikan review
siswa diberikan soal yang berupa pembagian dan perkalian. Dalam waktu 30
menit siswa diminta mengerjakan 15 soal dengan bekerjasama. Setelah waktu
habis siswa diminta untuk mengumpulkan jawabannya. Dari 6 kelompok yang
mengerjakan, terdapat 3 kelompok yang dapat menyelesaikan soal sebelum
waktu habis dan 3 kelompok yang membutuhkan waktu lebih untuk
menyelesaikan soalnya. Pada pelaksanaan siklus I mengacu pada hasil
observasi pada pelaksanaan pra siklus bahwa ditemukan banyak kekurangan
yang terjadi pada saat pelaksanaan pembelajaran yakni masih banyak siswa
yang kurang aktif dalam berpartisipasi dalam mengerjakan soal. Kemudian,
terdapat 50% dari jumlah siswa masih membutuhkan waktu untuk
menyelesaikan soal yang diberikan. Sedangkan 50% lainnya telah
mengumupilkan soal sebelum waktu yang ditentukan. Dari hasil evaluasi dan
pengamatan dapat digambarkan melalui grafik berikut:

Grafik 4.1 (siklus I)


Berdasarkan grafik 4.1 digambarkan bahwa terjadi peningkatan yang
signifikan pada siklus I dibandingkan dengan prasiklus. Murid yang tuntas hasilnya
sudah mencapai batas KKM sebanyak 15 siswa dengan prosentase 68%, sedangkan
yang masih di bawah KKM terdapat 7 siswa dengan prosentse 32%. Pada siklus ini
diperlukan refleksi yang digunakan sebagai bahan evaluasi pembelajaran. Refleksi
dari siklus I ini adalah masih terdapat siswa yang belum begitu memahami materi
perkalian dan pembagian dengan baik. Tidak hanya itu, beberapa murid juga masih
ada yang terlihat pasif dan kurang berpartisipasi dalam kelompoknya.
c. Siklus II

Dalam pelaksanaan siklus II siswa terlihat lebih siap. Teknis penyampaian


materi perkalian dan pembagian pada siklus ke II ini sedikit berbeda jika
dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II siswa dibagi kedalam beberapa
kelompok terlebih dahulu sebelum pemberian materi. Peneliti membagi 22 siswa
menjadi 7 kelompok yang didalamnya berisikan 3 – 4 siswa. Selama proses
pemberian materi siswa terlihat fokus dan memperhatikan materi dengan baik.
Setelah memberikan review siswa diminta untuk mengerjakan soal perkalian
dan pembagian yang berjumlah 10 pertanyaan.
Adapun perolehan nilai hasil belajar siswa pada siklus II adalah terdapat 19
siswa yang memperoleh nilai di atas KKM dengan prosentase 86 % dan yang
memperoleh nilai di bawah KKM sejumlah 3 siswa dengan persentase 14%.
Pemerolehan nilai pada hasil belajar siklus II dapat dilihat melalui grafik berikut:

Grafik 4.2 (Siklus II)


Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan, dari pra siklus hingga
siklus II didapatkan bahwa terjadi peningkatan pada setiap siklusnya. Peningkatan
pada setiap siklus tersebut dijabarkan dalam tabel berikut ini:

Siklus Nilai rata-rata kelas Prosentase Ketuntasan


Kelas
Pra Siklus 54 14%

Siklus I 89 68 %

Siklus II 93 86%

Grafik 4.3
Grafik tersebut menunjukkan bahwa pada setiap siklus yang dilakukan
terdapat peningkatan nilai. Pada siklus I nilai rata - rata kelas 2 Madinah
mengalami peningkatan yakni dari 34 % menjadi 68% . Namun pada siklus I nilai
yang didapat belum mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan yaitu sebesar
80%. Oleh karena itu peneliti merencanakan dan melakukan siklus ke II yang
dilaksanakan pada minggu berikutnya. Dari hasil siklus ke II dapat dilihat pada
grafik di atas bahwa terjadi peningkatan. Pada siklus ke II ketercapaian hasil
belajar dari penggunaan metode STAD adalah sebesar 86% . Dengan adanya
peningkatan hasil belajar tersebut secara otomatis kriteria ketuntasan pembelajaran
sudah tercapai. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode STAD
pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tidak
hanya itu, dengan penerapan metode pembelajaran STAD siswa dapat menjadi
lebih aktif dan mempunyai keinginan untuk berkontribusi terhadap diskusi
kelompok.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa dalam penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa pada materi perkalian dan pembagian.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata - rata hasil belajar kelas
2 Madinah pada setiap siklusnya yakni pada pra siklus sebesar 34% dan meningkat
dengan signifikan pada siklus II menjadi 86%.

Tidak hanya itu, hasil penelitian ini juga telah memenuhi kriteria ketuntasan
yang telah ditetapkan yakni dengan nilai rata - rata kelas 78 dan rata - rata ketuntasan
mencapai 80%. Kemudian, keaktifan siswa yang pada awalnya hanya sekitar 40%
siswa yang berperan aktif dalam proses pembelajaran menjadi lebih meningkat setelah
adanya tindakan hampir 85% siswa yang dapat berperan aktif dalam proses
pembelajaran dan diskusi kelompok.

B. Saran dan Tindak Lanjut

Dari hasil penelitian dan kesimpulan tersebut dapat diberikan saran sebagai
berikut:

1) Untuk Guru
a. Pembelajaran dalam materi perkalian dan pembagian dengan
menggunakan metode STAD sebaiknya sebelum memberikan materi
posisi duduk atau jumlah kelompok dapat disusun terlebih dahulu.
Sehingga dalam satu kelompok terdapat siswa yang mempunyai
kemampuan yang variatif.
b. Pembelajaran dalam materi perkalian dan pembagian dengan
menggunakan metode STAD sebaiknya durasi yang diberikan kepada
siswa saat mengerjakan soal dapat disesuaikan dengan kemampuan
siswa.
c. Dalam pembelajaran materi perkalian dan pembagian guru dapat
memberikan 1 contoh cara mengerjakan soal yang tertulis pada
worksheet yang diberikan ke siswa. Hal ini dapat mempermudah siswa
untuk mengingat dan menerapkan cara berhitung yang ditetapkan.
2) Untuk Siswa
Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa
menjadi lebih aktif dalam berdiskusi dan berkolaborasi. Tidak hanya itu, siswa
juga dapat meningkat rasa tanggung jawab dan percaya diri saat pembelajaran
berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai