FACULTY OF LAW
2016
abstrack :
Perusahaan mempunyai peran penting dalam mempekerjakan karyawan/pegawainya, tidak bisa lepas
dari pertanggungjawaban ganti rugi atas kesalahan yang dilakukan atau perbuatan mealwan hukum
pegawainya jika pegawai tersebut melakukan kesalahan baik dalam rangka menjalankan tugas
ataupun hal-hal lainya. Disatu sisi pengaruh perkembangan dunia usaha nasional yang semakin
berkembang pesat dimana orang-orang dapat bertindak sebagai atau mewakili kepentingan badan
hukum dan menjadikan badan hukum sebagai kendaraan untuk melakukan kejahatan dan pencucian
uang hasil kejahatan, maka dalam aturan hukum dan peraturan perundang-undangan kita telah
menempatkan badan hukum sebagai subyek hukum yang dapat diminta pertanggungjawaban dalam
hukum pidana.
1. PENDAHULUAN
2. PEMBAHASAN
Dalam suatu tuntutan ganti rugi klien atas kecelakaan pekerja, dimana pemilik
kendaraan adalah suatu perusahaan, menolak untuk bertanggung jawab atas kelalaian
yang mngakibatkan kerugian materiil dan imateriil yang dilakukan pekerjanya.
Alasan yang disampaikan pada praktiknya dilapangan adalah bahwa perusahaan
tersebut juga sebagai “Korban” atas kesalahan/ kecelakaan tersebut.
“Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian pada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, dan mengganti
kerugian tersebut”.
Selain manusia, badan hukum juga merupakan bagian subyek hukum, yang
memiliki hak dan kewajiban seperti manusia. Dalam hal badan hukum itu sendiri
dapat melakukan perbuatan melawan hukum yang menimbulkan hubungan
pertanggung jawaban secara langsung berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata yang
telah disebutkan diatas. Apabila perbuatan melawan hukum dilakukan oleh seorang
bawahan maka badan hukum harus bertanggung jawab berdasarkan pasal 1367
KUHPerdata, yang mana ditegaskan lebih lanjut dalam pasal 1865 KUHPerdata yang
berbunyi sebagai berikut :
“Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau guna
meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk
pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau periswtiwa tsb”.
1
Sutedi adrian, Buku Pintar Hukum Perseroan Terbatas (Cet I, raih asa sukses, Jakarta, 2015), h.3
Mengenai tanggung jawab dalam ikatan kerja, termasuk kepada seorang yang
di luar ikatan kerja yang diperintahkan untuk melakukan sesuatu pekerjaan tertentu,
hal ini diatur dalam pasal 1367 ayat (3) KUHPerdata. Pertangung jawaban dalam
pasal tersebut sangat luas, tidak mengatur dalam hubungan kerja namun kepada
seseorang yang berada dalam hubungan kerja diluar dari badan hukum yang
dimaksud.
2
Ridwan H.R., “Hukum Administrasi Negara”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006 (hlm. 335-337).
3
Masyhur Effendi, Dinamika HAM dalam Hukum Nasional & Internasional, Ghalia Indonesia,
Jakarta; 1994 (hlm. 121).
4
“Pertanggung-jawaban Pidana Individu Dalam Perusahaan”, Prof. Dr. Albi Syahrin, SH. MS, (Guru
Besar Hukum Pidana/Lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara).
pengembangan penyidikan, ternyata terdapat bukti-bukti kuat bahwa kendaraan yang
digunakan tersebut sebenarnya dalam keadaan tidak berfungsi dengan baik karena
perawatan yang tidak memadai dan/atau si karyawan tidak memiliki SIM dan/atau si
karyawan sebenarnya bukan bertugas sebagai seorang sopir di kantor.5
5
Lenny Rachmat, (praktisi hukum), dalam artikelnya yang berjudul “TANGGUNG JAWAB
PENGUSAHA/MAJIKAN ATAS PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PEKERJAAN”,
Law Firm JAMES PURBA & PARTNERS, Oktober’ 2009.
6
Ibid hlm. 63
7
Prof. Jimly Asshiddiqie, Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen tentang Hukum, Jakarta; Konstitusi Press;
2006 (hlm. 61).
Apabila timbul perbuatan melawan hukum yang disebabkan oleh seseorang
yang mewakili badan hukum, dapat dilakukan atau terhindar dari pertanggung-
jawaban pidana dengan menunjukan bukti-bukti adanya kelalaian/kealpaan dari
pelaku tersebut. Namun dilain hal, pertanggung-jawaban berdasaarkan hukum perdata
sulit dihindari, hal ini dikarenakan pertanggung-jawaban perdata justru yang menjadi
target utama adalah badan hukumnya/ majikanya atau disebut dengan istilah “Deep
Pocket Defendant (Tergugat Berkantong Tebal)”. Pertanggung-jawaban perdata pada
dasarnya bersifat tanggung-renteng (Joint Liability) karena sebagian besar berkaitan
dengan pertangung-jawaban finansial lialbilities yang dapat dinilai dengan uang.
3. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam hal ini penulis menyampaikan untuk selalu bertindak hati-hati terkait
dengan kelalaian yang dapat ditimbulkan dalam diri sendiri. Namun apabila hal buruk
tersebut terjadi, dapat dilakukan dengan pertangung-jawaban untuk menanggung
segala resiko yang timbul dari perbuatanya. Kelalaian dalam melaksanakan profesi
menimbulkan dampak yang membahayakan juga merupakan perbuatan yang dibenci
oleh Tuhan YME, yang mana dapat menyebabkan perilaku yang merugikan baik bagi
diri sendiri ataupun kepada orang lain.