HAK DAN KEWAJIBAN DALAM BELA NEGARA Hak secara umum adalah sesuatu yang sepatutnya diterima seseorang setelah ia memenuhi kewajiban. Sedangkan kewjiban adalah sesuatu yang seharusnya dan wajib dilakukan seseorang dengan legitimasi yang berlaku dalam masyarakat ataupun dalam hukum. Hak dan kewajiban warga negara terhadap negara diatur dalam UUD 1945 dan aturan hukum lainnya yang merupakan tindak lanjut dari UUD 1945. Hak warga negara adalah sesuatu yang dapat dimiliki oleh warga negara dari negaranya, seperti hak untuk hidup secara layak dan aman, pelayana dan hak lain yang diatur dalam UU. Kewajiban warga negaraterhadap negaranya adalah kewajiban untuk membela negara dan mentaati UU. Prinsip utama dalam penentuan hak dan kewajiban warga negara adalah terlibatnya warga negara, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui perwakilan dalam setiap perumusan hak dan kewajiban tersebut, sehingga warga negara sadar dan memperlakukan hak dan kewajiban sebagai bagian dari kehidupannya. (Supriatnoko, 2008 : 170) Hak warga NegaraHak warga negara dari negaranya diatur dalam UUD 1945, yaitu : 1.Pasal 27 ayat 2 pekerjaan yang layak 2.Pasal 27 ayat 3 membela negara 3.Pasal 28 hak berpendapat 4.Pasal 29 kemerdekaan memeluk agama 5.Pasal 30 ayat 1 hak dalam pertahanan keamanan negara 6.Pasal 31 ayat 1 hak mendapat pengajaran 7.Pasal 32 ayat 1 hak mengembangkan dan memajuka kebudayaan 8.Pasal 33 hak ekonomi atau untuk mendapatkan kesejahteraan sosial 9.Pasal 34 fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara Kewajiban warga NegaraaKewajiban warga negara tehadap negaranya diatur pula dalam UUD 1945 yaitu : 1.Pasal 27 ayat 1 wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 2.Pasal 27 ayat 3 kewajiban membela negara 3.Pasal 30 ayat 1 kewajiban ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Status Kewarganegaraan Kedudukan warganegara dalam Negara Hubungan warga negara dengan Negara terwujud dalam bentuk hak dan kewajiban antara keduanya. Warga negara punya hak dan kewajiban terhadap negara. Sebaliknya negara punya hak dan kewajiban terhadap warganya.Jadi warga negara dengan negara punya hubungan timbal balik yang sederajat.Hubungan warga negara dengan negara ini bersifat khusus, sebab mereka yang menjadi warga negaralahyang memiliki hubungan timbal balik. (Winarno, 2009 : 50) Penentuan warga Negara Penentuan kewaRganegaraan didasarkan atas kelahiran yaitu Ius Soli dan Ius Sanguinis. Ius Soli artinya kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat mana orang tersebut dilahirkan. Sedangkan Ius Sanguinis adalah kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan keturunan dari orang tersebut.Selain dari ketentuan diatas, dapat juga kewarganegaraan seseorang ditentukan persamaan derajat. A. Asas persamaan hukum didasarkanpandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan yang tidak terpecah sebagai inti dari masyarakat. Dalam hidup bersama suami istri perlu mencerminkan suatu kesatuan yang bulat termasuk dalam masalah kewarganegaraan. Berdasarkan asas ini diusahakan status kewarganegaraan suami dan istri adalah sama an satu. B. Asas persamaan derajatberasumsi bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan status kewarganegaraan suami atau istri. Keduanya memiliki hak yang sama untuk menentukan sendiri kewarganegaraan. Jadi mereka dapat berbeda kewarganegaraan seperti hak ketika belum berkeluarga. (Winarno, 2009 : 51) Jadi suami-istri yang berbeda kewarganegaraan melakukan ikatan perkawinan yang syah menurut hukum negara, tidak serta merta kehilangan warga negara masng- masing. Jadi mereka kebebasan apakah mau disatukan kewarganegaraannya atau tetap masing -masing kewarganegaraan asal. Jadi jelas disini masalah kewarganegaraan merupakan hak asasi, sehingga undang- undang tidak bisa memaksakan peralihan kewarganegaraan salah satu pihak dalam ikatan suami-istri tersebut. Yang menjadi masalah kewarganegaraan adalah munculnya apatride dan bipatride. Apatride adalah orang kehilangan kewarganegaraan.Bipatride adalah orang yang mempunyai dua kewarganegaraan. Bahkan dapat muncul multipatrideyaitu orang yang punya kewarganegaraan lebih dari dua negara. Hal ini semuanya dapat terjadi karena penentuan warganegara berdasarkan Ius Soli dan Ius Sanguinis, tiap-tiap negara tidak sama ada yang Ius Solidan ada Ius Sanguinis. Mungkin ada negara yang Warga Negara Indonesia Indonesia telah menentukan siapa yang menjadi WNI, yaitu (pasal 26 UUD 1945) Yakni : a. Orang-orang Indonesia asli dan orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang menjadi Warga Negara Indonesia. b. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan warga negara asing.Ketentuan lebih lanjut diatur dalam UU No. 12 tahun 2006 dan UU lainnya asalkan tidak bertentangan ( atau belum diganti) dengan UU 12/2006. Seperti peraturan pelaksanaan UU No. 62/1958 jo UU No./1976 Kehilangan Kewarganegaraan IndonesiaYang dimaksud kewarganegaraan Indonesia menurut UU No. 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan RI adalah : Pasal 4 a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan atau berdasarkan perjanjian pemerintah Indonesiadan negara lain sebelum UU 12 Tahun 2006 berlaku sudah menjadi WNI. b. .........dst ( silahkan baca UU No. 12 / 2006 ) Sebaliknya WNI yang dimaksud pasal 4 UU No.2 Tahun 2006 bisa kehilangan status WNI-nya disebabkan pasal 23 yaitu : c. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauan sendiri. d. ........dst. ( silahkan baca pasal 23 UU No.2 / 2006 ).Orang asing (WNA) dapat menjadi WNI berdasarkan Pasal 8 yaitu Kewarganegaraan Repulik Indonesia dapat juga diperoleh melaluipewarganegaraan (tata cara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia dengan cara ajukan permohonan pewarganegaraan sesuai ketentuan yang diatur dalam pasal 9. (silahkan baca UU No.12 / 2006 tentang Kewarganegaraan). Dari sudut pandang hak, hak selalu menuntut dari kewajiban. Akan tetapi perlu ada pembedaan. Ada dua kategori untuk penentuan hak berdasar dari sebuah kewajiban, yaitu hak-hak yang negatif dan yang positif. Hak- hak yang negatif adalah bahwa seseorang dalam mendapatkan hak-haknya, sudah menjadi kewajiban orang lain untuk tidak ikut campur. Hak-hak positif menyangkut kewajiban sosisal untuk keadilan sosial, contohnya: merupakan kewajiban Negara untuk memenuhi hak-hak warga negaranya demi keadilan sosial dan tatanan sosial yang baik. Seperti yang tercantum di dalam UUD’ 45 Pasal 34, yang berisi “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara” berarti pemiliharan atas fakir miskin dan anak-anak terlantar termasuk pemenuhan atas hak-hak mereka adalah kewwajiban Negara.