Anda di halaman 1dari 22

Pengertian Warga Negara

Warga Negara adalah orang-orang yang secara resmi ikut menjadi bagian dari penduduk yang dimana
mereka menjadi salah satu unsur negara.
Warga Negara ini merupakan salah satu unsur pokok suatu negara yang dimana masing-masing warga
negara memiliki suatu hak dan kewajiban yang tentu perlu dilindungi dan dijamin pelaksanaannya. Setiap
warga negara memiliki hak dan kewajiban terhadap negaranya. Sebaliknya, negara juga memiliki
kewajiban untuk memberikan perlindungan kepada setiap warga negaranya.

Ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 26 mengatur mengenai Warga Negara :

1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Yang dimaksud "orang-orang
bangsa Indonesia asli adalah orang Indonesia yang menjadi Warga Negara Indonesia sejak
kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas kehendak sendiri."
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara

Warga negara adalah rakyat yg menetap disuatu wilayah dan rakyat tertentu dlm hubungannya dgn negara.
Dlm hubungan antara warga negara dan negara, warga negara mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap
negara dan sebaliknya warga negara juga mempunyai hak yg harus diberikan dan dilindungi oleh negara.

Hak warga negara adalah segala sesuatu yg hrs didptkan warga negara dari negara (pemerintah)
Kewajiban adalah segala sesuatu yg hrs dilaksanakan oleh warga negara terhadap negara.

Hak dan Kewajiban Warga Negara Menurut UUD1945


Hak-Hak Warga Negara Pasal 27 (1,2,3) Pasal 28(A,B,C,D,E,F,G,H,I,J) Pasal 29(2) (kebebasan memeluk
agama) Pasal 30 (Pertahanan dan keamanan negara) Pasal 31 (Mendapatkan Pendidikan)
Hak dan Kewajiban Warga Negara Pasal 27 (1) Menetapkan hak warga negara yang sama dalam hukum dan
pemerintahan, serta kewajiban untuk menjunjung hukum dan pemerintahan. Pasal 27 (2) Menetapkan hak
warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal 27 (3) Menetapkan hak
dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

Pengertian warga negara dan Kewarganegaraan Republik Indonesia.

1. Pengertian warga negara.


2. Kewarganegaraan Republik Indonesia

Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai warga negara Republik
Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau (khusus DKI
Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor
identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri
di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas yang
bersangkutan dalam tata hukum internasional. (oleh wikipedia Indonesia).
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi
Warga Negara Indonesia (WNI) adalah ( dari uu kewarganegaraan 2006.html)
1. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI
2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu
warga negara asing (WNA), atau sebaliknya

4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak memiliki
kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak
tersebut
5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal
dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI
6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI

7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai
anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir
tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah megara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui
10. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya
tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya

11. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang karena ketentuan dari
negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan

12. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah
atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

3
Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi
1. anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun dan
belum kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing
2. anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah sebagai
anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan

3. anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah RI, yang ayah
atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia
4. anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah
menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.
Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk
dalam situasi sebagai berikut:
1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah Republik
Indonesia, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia
2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak
secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara
Indonesia

Di samping perolehan status kewarganegaraan seperti tersebut di atas,


dimungkinkan pula perolehan kewarganegaraan Republik Indonesia melalui proses
pewarganegaraan. Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara
Indonesia dan telah tinggal di wilayah negara Republik Indonesia sedikitnya lima
tahun berturut-turut atau sepuluh tahun tidak berturut-turut dapat menyampaikan
pernyataan menjadi warga negara di hadapan pejabat yang berwenang, asalkan tidak
mengakibatkan kewarganegaraan ganda.

Berbeda dari UU Kewarganegaraan terdahulu, UU Kewarganegaraan tahun


2006 ini memperbolehkan dwikewarganegaraan secara terbatas, yaitu untuk anak
yang berusia sampai 18 tahun dan belum kawin sampai usia tersebut. Pengaturan
lebih lanjut mengenai hal ini dicantumkan pada Peraturan Pemerintah no. 2 tahun
2007.
2.1.2. Hak dan kewajiban dalam UUD 1945
Hak dan kewajiban warganegara dalam Bab X psl 26, 27, 28, & 30 tentang
warga Negara :

Pasal 26 ayat 1 yang menjadi warga Negara adalah orang-orang bangsa


Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang sebagai warga Negara pada ayat 2, syarat syarat mengenai
kewarganegaraan ditetapkan dgn undang-undang.

Pasal 27 ayat 1 bahwa segala warga Negara bersamaan kedudukan nya


didalam hukum dan pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya. Pada ayat 2 disebutkan bahwa tiap-tiap warga
Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan

Pasal 28 disebutkan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul,


mengeluarkan pikiran dgn lisan dan sebagainya ditetapkan dgn undang-
undang.

Pasal 30 ayat 1 bahwa hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam
pembelaan negara dan ayat 2 mengatakan pengaturan lebih lanjut diatur
dengan UU.
2.2. Asas Ius Soli dan Ius Sangunis

Salah satu persyaratan diterimanya status sebuah negara adalah adanya unsur warganegara yang diatur
menurut ketentuan hukum tertentu, sehingga warga negara yang bersangkutan dapat dibedakan dari warga
dari negara lain. Pengaturan mengenai kewarganegaraan ini biasanya ditentukan berdasarkan salah satu dari
dua prinsip, yaitu prinsip ius soli atau prinsip ius sanguinis. (oleh Jimly Asshiddiqie)
a. Ius Soli (Menurut Tempat Kelahiran) yaitu; Penentuan status
kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat dimana ia dilahirkan. Seseorang yang dilahirkan di negara A
maka ia menjadi warga negara A, walaupun orang tuanya adalah warga negara B. asas ini dianut oleh negara
Inggris, Mesir, Amerika dll

b. Ius Sanguinis (Menurut Keturunan/Pertalian Darah) yaitu; Penentuan status kewarganegaraan seseorang
berdasarkan keturunan dari negara mana seseorang berasal Seseorang yg dilahirkan di negara A, tetapi orang
tuanya warga negara B, maka orang tersebut menjadi warga negara B. asas ini dianut oleh negara RRC

Negara Amerika Serikat dan kebanyakan negara di Eropa termasuk menganut prinsip kewarganegaraan
berdasarkan kelahiran ini, sehingga siapa saja yang dilahirkan di negara-negara tersebut, secara otomatis
diakui sebagai warga negara. Oleh karena itu, sering terjadi warganegara Indonesia yang sedang bermukim di
negara-negara di luar negeri, misalnya karena sedang mengikuti pendidikan dan sebagainya, melahirkan anak,
maka status anaknya diakui oleh Pemerintah Amerika Serikat sebagai warga negara Amerika Serikat. Padahal
kedua orangtuanya berkewarganegaraan Indonesia.

Dalam zaman keterbukaan seperti sekarang ini, kita menyaksikan banyak sekali penduduk suatu negara yang
berpergian keluar negeri, baik karena direncanakan dengan sengaja ataupun tidak, dapat saja melahirkan
anak-anak di luar negeri. Bahkan dapat pula terjadi, karena alasan pelayanan medis yang lebih baik, orang
sengaja melahirkan anak di rumah sakit di luar negeri yang dapat lebih menjamin kesehatan dalam proses
persalinan.

Dalam hal, negara tempat asal sesorang dengan negara tempat ia melahirkan atau dilahirkan menganut sistem
kewarganegaraan yang sama, tentu tidak akan menimbulkan persoalan. Akan tetapi, apabila kedua negara
yang bersangkutan memiliki sistem yang berbeda, maka dapat terjadi keadaan yang menyebabkan seseorang
menyandang status dwi-kewarganegaraan (double citizenship) atau sebaliknya malah menjadi tidak
berkewarganegaraan sama sekali (stateless).
5

Berbeda dengan prinsip kelahiran itu, di beberapa negara, dianut prinsip ius sanguinis yang mendasarkan
diri pada faktor pertalian seseorang dengan status orangtua yang berhubungan darah dengannya.

Apabila orangtuanya berkewarganegaraan suatu negara, maka otomatis kewarganegaraan anak-anaknya


dianggap sama dengan kewarganegaraan orangtuanya itu. Akan tetapi, sekali lagi, dalam dinamika pergaulan
antar bangsa yang makin terbuka dewasa ini, kita tidak dapat lagi membatasi pergaulan antar penduduk yang
berbeda status kewarganegaraannya.

Sering terjadi perkawinan campuran yang melibatkan status kewarganegaraan yang berbeda-beda antara
pasangan suami dan isteri. Terlepas dari perbedaan sistem kewarganegaraan yang dianut oleh masing-masing
negara asal pasangan suami-isteri itu, hubungan hukum antara suami-isteri yang melangsungkan perkawinan
campuran seperti itu selalu menimbulkan persoalan berkenaan dengan status kewarganegaraan dari putera-
puteri mereka.

Oleh karena itulah diadakan pengaturan bahwa status kewarganegaraan itu ditentukan atas dasar kelahiran
atau melalui proses naturalisasi atau pewarganegaraan. Dengan cara pertama, status kewarganegaraan
seseorang ditentukan karena kelahirannya. Siapa saja yang lahir dalam wilayah hukum suatu negara, terutama
yang menganut prinsip ius soli sebagaimana dikemukakan di atas, maka yang bersangkutan secara
langsung mendapatkan status kewarganegaraan, kecuali apabila yang bersangkutan ternyata menolak atau
mengajukan permohonan sebaliknya.
Cara kedua untuk memperoleh status kewarganegaraan itu ditentukan melalui proses
pewarganegaraan (naturalisasi). Melalui proses pewarganegaraan itu, seseorang dapat mengajukan
permohonan kepada instansi yang berwenang, dan kemudian pejabat yang bersangkutan dapat mengabulkan
permohonan tersebut dan selanjutnya menetapkan status yang bersangkutan menjadi warganegara yang sah.

Selain kedua cara tersebut, dalam berbagai literature mengenai kewarganegaraan, juga dikenal adanya cara
ketiga, yaitu melalui registrasi.Cara ketiga ini dapat disebut tersendiri, karena dalam pengalaman seperti yang
terjadi di Perancis yang pernah menjadi bangsa penjajah di berbagai penjuru dunia, banyak warganya yang
bermukim di daerah-daerah koloni dan melahirkan anak dengan status kewarganegaraan yang cukup
ditentukan dengan cara registrasi saja.

Dari segi tempat kelahiran, anak-anak mereka itu jelas lahir di luar wilayah hukum negara mereka secara
resmi. Akan tetapi, karena Perancis, misalnya, menganut prinsip ius soli, maka menurut ketentuan yang
normal, status kewarganegaraan anak-anak warga Perancis di daerah jajahan ataupun daerah pendudukan
tersebut tidak sepenuhnya dapat langsung begitu saja diperlakukan sebagai warga negara Perancis. Akan
tetapi, untuk menentukan status kewarganegaraan mereka itu melalui proses naturalisasi atau
pewarganegaraan juga tidak dapat diterima. Karena itu, status kewarganegaraan mereka ditentukan melalui
proses registrasi biasa. Misalnya, keluarga Indonesia yang berada di Amerika Serikat yang menganut prinsi
ius soli, melahirkan anak, maka menurut hukum Amerika Serikat anak tersebut memperoleh status sebagai
warga negara AS. Akan tetapi, jika orangtuanya menghendaki anaknya tetap berkewarganegaraan Indonesia,
maka prosesnya cukup melalui registrasi saja.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses kewarganegaraan itu dapat diperoleh
melalui tiga cara, yaitu:
(i) kewarganegaraan karena kelahiran atau citizenship by birth,
(ii)kewarganegaraan melalui pewarganegaraan atau citizenship by naturalization,
(iii) kewarganegaraan melalui registrasi biasa atau citizenship by registration

Di ambil dari ( www.scribd.com School Work )

A. Pengertian Warga Negara


Yang mengatur tentang keberadaan warga negara Indonesia diatur dalam Pasal 26 UUD 1945. Penduduk
Indonesia dibedakan menjadi 2 golongan :
a. Golongan WNI
b. Golongan WNA
Dasar hukum yang mengatur warga negara adalah UU yang mengatur kewarganegaraan :
1. UU No.3 Th 1946 tentang kewarganegaraan Indonesia
2. UU No. 2 Th 1958 tentang penyelesaian dwi kewarganegaraan antara Indonesia dengan RRC
3. UU No. 62 Th 1958 tentang kewarganegaraan Indonesia sebagai penyempurnaan UU No. 3 Th 1946
4. UU No. 4 Th 1969 tentang pencabutan UU No. 2 Th 1958 dan dinyatakan tidak berlaku
5. UU No. 3 Th 1976 tentang perubahan pasal 18 UU No.62 Th 1958
6. UU No. 12 Th 2006 tentang kewarganegaraan Indonesia
Isi pasal 26 UUD 1945 yang diamandemen yaitu:
1. ayat (1)
yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan UU sebagai warga negara
2. ayat (2)
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang-orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia
3. ayat (3)
Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan UU

Isi UU No. 3 Tahun 1946


WNI menurut UU No. 3 Tahun 1946 diantaranya:
1. Penduduk asli dalam wilayah RI termasuk anak-anak dari penduduk asli.
2. Istri dari seorang warga negara Indonesia
3. Keturunan dari seorang WNI yang kawin dengan WNA
4. Anak-anak yang dilahirkan di wilayah RI dan tidak diketahui siapa orang tuanya
5. Anak-anak yang lahir di wilayah RI yang oleh orang tuanya tak diakui secara sah
6. Anak-anak yang lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya yang mempunyai kewarganegaraam
Indonesia meninggal dunia
7. Orang yang bukan penduduk asli Indonesia terakhir telah berdomisili di Indonesia selama 5 tahun
berturut-turut dan telah berusia 21 tahun atau telah kawin. Jika keberatan menjadi WNI, ia boleh menolak
dengan keterangan, bahwa ia adalah warga negara orang lain.
8. Masih menjadi warga negara Indonesia dengan jalan pewarganegaraan / naturalisasi.

Syarat untuk menjadi WNI menurut UU No. 62 Tahun 1958 antara lain :
1. Pada waktu lahirnya mempunyai hubungan kekeluargaan dengan seseorang WNI (misalnya ayahnya
WNI)
2. Lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia adalah WNI
3. Lahir di wilayah RI selama orang tuanya tidak diketahui
4. Memperoleh kewarganegaraan Indonesia menurut UU No.62 Tahun 1958, diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Anak orang asing yang berumur 5 tahun yang diambil oleh seorang WNI, jika pengangkatan tersebut
disahkan oleh Pengadilan Negeri
b. Anak di luar perkawinan dengan seorang ibu WNI
c. Menjadi warga negara karena naturalisasi dan sebagainya.
Menurut UU No. 3 Tahun 1976 menegaskan bahwa:
1. Seorang yang kehilangan kewarganegaraan RI dapat memperoleh kewarganegaraan RI kembali, jika ia
berdomisili di Indonesia berdasarkan kartu izin masuk dan menyatakan keterangan untuk masuk menjadi
warga negara Indonesia. Keterangan itu harus dinyatakan kepada Pengadilan Negeri dari tempat tinggalnya
dalam 1 tahun setelah orang tersebut berdomisili di Indonesia
2. Seseorang yang berdomisili di luar negeri yang telah kehilangan kewarganegaraan RI karena sebab-
sebab diluar kesalahannya, sebagai akibat dari keadaan di negara tempat tinggalnya yang menyebabkan
tidak dapat dilaksanakannya kewajibannya sebagaimana diatur oleh ketentuan tersebut dapat memperoleh
kembali kewarganegaraan RI :
a. Jika ia melaporkan diri dan mengatakan keterangan itu kepada perwakilan RI di negara tempat tinggalnya
dalam jangka waktu 1 tahun terhitung sejak tanggal diundangkannya UU ini.
b. Jika ia melaporkan diri dan menyatakan keterangan untuk itu kepada perwakilan RI di negara terdekat
dari tempat tinggalnya dalam jangka waktu 2 tahun setelah berlakunya UU ini
c. Selain menyatakan keterangan untuk memperoleh kembali kewarganegaraan RI, maka orang yang
bersangkutan menunjukkan hal berikut:
o Keinginan sungguh-sungguh menjadi WNI
o Kesetiaannya terhadap negara RI
d. Seseorang yang telah menyatakan keterangan dan memperoleh kembali kewarganegaraan RI dalam
waktu 1 tahun setelah melaporkan diri dan menyatakan keterangan serta ternyata memenuhi syarat-syarat
tersebut dan mendapat keputusan dari menteri kehakiman. Keputusan menteri kehakiman yang mulai
berlaku pada hari-hari pemohon menyatakan sumpah atau janji serta di hadapan perwakilan RI.

Yang dimaksud dengan WNI menurut UU No. 12 Tahun 2006 (UU Kewarganegaraan) adalah :
1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan perjanjian
pemerintah RI dengan negara lain sebelum UU ini berlaku sudah menjadi WNI
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu WNI
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu WNA
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan ibu WNI
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI tetapi ayahnya tidak mempunyai
kewarganegaraan kepada anak tersebut.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia , dari perkawinan yang
sah dan ayahnya WNI
7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNA yang diakui oleh seorang ayahnya WNI
sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
9. Anak yang lahir diwilayah negara RI yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan
ibunya.
10. Anak yang baru lahir yang ditemukan diwilayah negara RI selama ayah dan ibunya tidak diketahui
11. Anak yang lahir diwilayah negara RI apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau
tidak diketahui keberadaannya.
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah negara RI dari seorang ayah dan ibu WNI yang karena ketentuan
dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang
bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah dan ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian
ayah dan ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau mengatakan janji setia.
Ada 2 asas untuk menentukan kewarganegaraan:
1. Asas ius soli
Adalah persatuan kewarganegaraan yang didasarkan pada tempat kelahiran.
2. Asas ius sanguinis
Adalah penentuan kewarganegaraan berdasarkan keturunan / pertalian darah.
3. Dwi kewarganegaraan / non kewarganegaraan
b. Bipatride
Yaitu kewarganegaraan rankap / ganda.
c. Apatride
Yaitu seseorang tanpa memiliki kewarganegaraan

Untuk menentukan pewarganegaraan seseorang terdapat dua macam stelsel yaitu:


a. stelsel aktif
Untuk menjadi warga negara, seseorang harus menggunakan hak opsi atau hak untuk memilih menjadi
warga negara
b. stelsel pasif
semua penduduk diakui sebagai warga negara kecuali ia menyatakan menolak menjadi warga negara / hak
repudiasi

Syarat-syarat menjadi warga negara RI :


1. Naturalisasi biasa
Persyaratan menjadi kewarganegaraan RI menurut UU kewarganegaraan adalah sebagai berikut:
a. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin
b. Pada waktu pengajuan permohonan sudah bertempat tinggal diwilayah negara sedikitnya 5 tahun
berturut-turut atau 10 tahun tidak berturut-turut.
c. Sehat jasmani dan rohani
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD 1945
e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena tindak pidana yang diancam sanksi penjara 1 tahun atau lebih.
f. Tidak menjadi berkewarganegaraan ganda
g. Mempunyai pekerjaan dan / atau berpenghasilan tetap.
h. Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara sebesar ketentuan peraturan pemerintah.

2. Naturalisasi Istimewa (luar biasa)


Naturalisasi istimewa di negara RI dapat diberikan kepada warga negara asing yang status
kewarganegaraannya dalam kondisi sebagai berikut:
a. anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun atau belum kawin diakui
secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing.
b. Anak WNI yang belum berusia 5 tahun meskipun telah secara sah sebagai anak oleh WNA berdasarkan
penetapan pengadilan, tetap sebagai WNI
c. Perkawinan WNI dengan WNA, baik sah maupun tidak sah dan diakui orang tuanya yang WNI, atau
perkawinan yang melahirkan anak di wilayah RI meskipun status kewarganegaraan orang tuanya tidak jelas
berakibat anak berkewarganegaraan ganda hingga usia 18 tahun atau sudah kawin.
d. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada pejabat
dengan melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam perundang-undangan.
e. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan disampaikan dalam waktu paling lambat 3 tahun setelah
anak berusia 18 tahun atau sudah kawin.
f. Warga asing yang telah berjasa kepada negara RI dengan pernyataan sendiri (permohonan) untuk
menjadi warga negara RI, atau dapat di minta oleh negara RI, kemudian mereka mengucapkan janji setia
dan sumpah (tidak perlu memenuhi semua syarat sebagaimana dalam naturalisasi biasa). Cara ini diberikan
oleh Presiden dengan persetujuan DPR.

Tata Cara Memperoleh Kewarganegaraan:


a. Memenuhi persyaratan perwarganegaraan RI
b. Pemohon mengajukan permohonan pewarganegaraan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
materai secukupnya kepada presiden melalui menteri disampaikan kepada pejabat.
c. Jika dikabulkan maka pemohon akan memperoleh keppres (keputusan Presiden) kemudian paling lambat
3 bulan setelah dikeluarkan keppres, pemohon mengucapkan sumpah dan janji setia.
d. Jika pemohon tidak mengucapkan sumpah dan janji setia pada waktu yang ditentukan, keppres batal
demi hukum.
e. Pemohon wajib menyerahkan dokumen atau surat-surat keimigrasian atas namanya pada kantor imigrasi
dalam waktu 14 hari kerja.

Kehilangan Kewarganegaraan :
1. Memilih kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri
2. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang bersangkutan
mendapat kesempatan untuk itu.
3. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh presiden atas permohonannya sendiri dan yang
bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal di luar negeri, tidak
menghilangkan kewarganegaraan lainnya.
4. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin Presiden.
5. Masuk dinas negara asing.
6. Mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia pada negara asing
7. Turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing.
8. Bertempat tinggal diluar wilayah RI selama 5 tahun berturut-turut bukan dalam rangka dinas negara, dan
setiap 5 tahun berikutnya tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi warga negara RI pada
perwakilan yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan.
9. Punya paspor atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari
negara lain atas namanya.
D. Persamaan Kedudukan Warga Negara dalam kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara

Persamaan kedudukan warga negara Indonesia ditegaskan dalam UUD 1945 yang telah mengalami empat
kali perubahan, yaitu pasal 27 yang isinya berikut:
1. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban warga negara Indonesia dan pelaksanaan hak asasi
manusia secara garis besar telah diatur dalam pasal-pasal UUD 1945 antara lain sebagai berikut:
a. Hak Warga Negara
1. Menyatakan diri sebagai penduduk dan warga negara Indonesia atau ingin menjadi warga negara suatu
negara (Pasal 26)
2. Bersamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat 1)
3. Memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27 ayat 2)
4. Upaya pembelaan negara (Pasal 27 ayat 3)
5. Kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran lisan dan tulisan sesuai dengan undang-
undang (Pasal 28)
6. Memperoleh jaminan dan perlindungan dalam pelaksanaan berbagai bidang hak asasi manusia (Pasal 28A
s.d 28J)
7. Jaminan memeluk salah satu agama dan pelaksanaan ajaran agamanya masing-masing (Pasal 29 ayat 2)
8. Ikut serta dalam pertahanan dan keamanan negara (Pasal 30 ayat 1)
9. Mendapat pengajaran (Pasal 31)
10. Mengembangkan kebudayaan nasional (Pasal 32)
11. Mengembangkan usaha-usaha dalam bidang ekonomi (Pasal 33)
12. Memperoleh jaminan pemeliharaan sebagai fakir miskin, fasilitas kesehatan, fasilitas umum serta dari
pemerintah.
b. Kewajiban Warga Negara
1. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan (Alinea I, pembukaan UUD 1945).
2. Menghargai nilai-nilai persatuan, kemerdekaan dan kedaulatan bangsa.
3. Menjunjung tinggi dan setia kepada konstitusi negara dan dasar negara (Alinia IV. Pembukaan UUD
1945)
4. Setia membayar pajak untuk negara (Pasal 23 ayat 2)
5. Wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya (Pasal 27 ayat 1)
6. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara asal (Pasal 27 ayat 3)
7. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 28J ayat 2), dan
8. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara (Pasal 30 ayat 1)
9. Ikut dalam pendidikan dasar dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
10. Pelaksanaan perekonomian berdasarkan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian serta menjaga keseimbangan, kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.

Contoh perilaku tentang persamaan kedudukan warga negara dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara:
1) memiliki hak yang sama dalam memilih agama.
2) memiliki hak yang sama untuk ikut bela negara.
3) memiliki hak yang sama untuk ikut dalam pemilihan umum
4) memiliki hak yang sama untuk menentukan pilihan kewarganegaraan.
Penerapan Prinsip persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang telah ditegaskan dalam UUD 1945, terutama mengajarkan antara lain bahwa:
1. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
2. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
3. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa membeda-
bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
4. Mengembangkan sikap tidak semena-mena kepada orang lain.
5. Sebagai warga negara dan masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama.
6. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
7. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.

ERATURAN KEWARGANEGARAAN
REPUBLIK INDONSEISA
MAY 10, 2013 | DWI

A.
Kewarganegaraan RI sebelum berlakunya UU No. 12 tahun 2006Untuk melaksanakan ketentuan pasal 26 UUD
1945, dibuatlah undang-undang pelaksanaan, yakni undang-undang yang mengatur tentang kewarganegaraan
Indonesia. Sejak merdeka tanggal 17 Agustus 1945 sampai sekarang undang-undang mengenai kewarganegaraan
Indonesia, adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang No. 3 tahun 1946 tentang Warganegara dan penduduk IndonesiaUndang-undang No. 3 tahun
1946 disetujui bersama oleh pemerintahdengan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) dan
diundangkan pada tanggal 10 April 1946. Namun pada tanggal 27 Februari 1947,Pemerintah RI dengan persetujuan
KNIP mengeluarkan Undang-Undang No. 6tahun 1947 tentang Perubahan dalam Undang-Undang No. 3 tahun 1946
tentangWarganegara dan Penduduk Indonesia. Undang-undang No. 3 tahun 1946 jo UUNo. 6 tahun 1947.Menurut
pasal 1 UU No. 3 tahun 1946, penjelasan tentang siapakah WargaNegara Indonesia (Winarno, hal.108- 114).
2. Undang-Undang No. 2 tahun 1958 tentang Persetujuan antara RI-RRT mengenaiDwikewarganegaraanDiwajibkan
kepada setiap orang yang mempunyai dwi-kewarganegaraanuntuk menentukan pilihannya, apakah ia akan
melepaskan kewarganegaraanRRC dan menjadi warganegara Indonesia, atau tetap menjadi warganegara
RRCdengan kehilangan kewarganegaraan Indonesia. Kewajiban memilih itu hanya dibebankan kepada orang
dewasa (telah berumur 18 tahun atau pernah kawin).Pemilihan kewarganegaraan itu dilakukan dengan menyatakan
kepada petugas-petugas negara, kewarganegaraan mana yang hendak dipilihnya, secara tertulisatau secara lisan ,
dengan disertai surat-surat keteranagan diri serta keluarganya.Anak-anak yang belum dewasa menyatakan
pilihannya dalam waktu satu tahunsetelah mereka dewasa.Bagi dwi-kewarganegaraan yang dewasa tidak
menyatakan pilihannya dalamwaktu 2 tahun berlaku ketentuan yang berikut:
Ia dianggap tekah memilih kewarganegaraan RRC, kalau ayahnya keturunan Cina,
Ia dianggap telah memilih kewarganegaraan Indonesia,kalau ayahnya keturunan Indonesia.
Sedangkan yang belum dewasa berlaku ketentuan, bahwa ia memilih kewarganegaraan yang diikutinya selama ia
belum dewasa. Pada tahun 1969 UU No. 2tahun 1958 dicabut kembali oleh UU No. 4 tahun 1969. Ditetapkan dalam
UUNo. 4 tahun 1969 ini, bahwa mereka yang telah mempunyai kewarganegaraan RI berdasarkan UU No. 2 tahun
1958, tetap kewarganegaraan Indonesia, sedangorang-orang yang di bawah umur secara otomatis mengikuti garis
kewarganegaraan orang tuanya.
Hal ini berarti, bahwa semasa UU No. 2 tahun 1958 tentang dwi-kewarganegaraan Indonesia masih berlaku. Orang
tua memilih warganegara Indonesia, secara otomatis anaknya sesudah dewasa menjadi warganegara Indonesiadan
sebaliknya bila orang tuanya memilih warganegara RRC, maka anaknya sesudah dewasa akan menjadi warganegara
RRC. Satu-satunya jalan yang dapatuntuk mengubah kewarganegaraannya menjadi warganegara Indonesia
denganjalan naturalisasi.

3. Undang-Undang No. 62 tahun 1958 tentang Kewarganegaraan IndonesiaUndang-Undang N0. 62 tahun 1958
tentang Kewarganegaraan Indonesia(Lembaran Negara tahun 1958 Nomor 113) mulai berlaku sejak diundangkan
pada tanggal 1 Agustus 1958. Beberapa bagian dari undang-undang ini, yaitumengenai ketentuan-ketentuan siapa
yang menjadi warganegara Indonesia,status anak dan cara-cara kehilnagan kewarganegaraan, ditetapkan berlaku
surut tanggal 27 Desember 1949. Dasar hukum dari undang-undang ini adalahUUD S tahun 1950, khususnya 5 pasal
dan 144 UUDS 1950(Winarno, hal. 116-123).

4. Undang-Undang No. 3 tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 UU No. 62tahun 1958 tentang Kewarganegaraan
Repulblik IndonesiaPasal 17 huruf k UU No. 62 tahun 1958 memberikan kewajiban bagi warganegara RI yang
bertempat tinggal di luar negeri lain daripada untuk menjalankan dinas negara, guna menyatakan keingiunan untuk
tetap menjadi warga negara RI dalam jangka waktu 5 (lima) tahun yang pertama dan selanjutnyauntuk siap 2 (dua
) tahun.Dalam masa itu tidak semua warganegara RI yang tinggal di luar negeri dapatmemenuhi kewajiban tersebut,
bukan karena kelalain melainkan akibat darikeadaan di luar kesalahannya, sehingga ia terpaksa tidak dapat
menyatakankeinginannya tersebut tepat pada waktunya. Karena Pasal 18 tidak menampung orang-orang tersebut,
maka perlu diadakan perubahan bertahap Pasal 18UU No. 62 Tahun 1958.Adapun mengenai orang yang berhak
menggunakan kesempatan Pasal 18 ayat(2) adalah orang-orang yang pada waktunya mulai berlakunya UU No.
62Tahun 1958 adalah warganegara R I dan selama ini menunjukkan kesetiannya kepada Negara RI.
Dengan demikian mereka yang berkewarganegaraan asing, mereka yangtanpa kewarganegaraan karena kehilangan
kewarganegaraan RI atau merekayang telah memilih menjadi warganegara dari negara lain, tidak dapat
menggunakan kesempatan ini.
Demikian pula orang-orang Cina Perantauan (Hoa Kiau) juga tidak dapatmenggunakan kesempatan yang diberikan
oleh UU ini. Ketentuan berlakunyaUU ini terbatas pula, yaitu: hanya berlaku 1 (satu) tahun, sehingga
merupakanketentuan yang berlaku satu kali saja, Jangka waktu 2 (dua) tahun diberikanbagi mereka yang di tempat
tinggalnya tidak ada Perwakilan RI.Sedangkan isi Pasal 18 UU No. 62 Tahun 1958 dapat di lihat Winarnod, hal.124-
125.
B.
Kewarganegaraan Republik Indonesia menurut Undang-Undang No. 12 Tahun2006 tentang Kewarganegaraan
Republik IndonesiaUndang-Undang No. 12 Tahun 2006 berlaku sejak diundangkan tanggal1 Agustus 2006. UU ini
untuk menggantikan undang-undang kewarganegaraanyang lama, yakni UU No. 62 Tahun 1958 tentang
Kewarganegaraan RI. Dasarpertimbangan (konsideran) UU ini adalah, sebagaimana telah diubah denganUU No. 3
Tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 UU No. 62 Tahun 1958tentang Kewarganegaran R I sudah tidak sesuai lagi
dengan perkemabanganketatanegaraan RI, sehingga harus dicabut dan diganti dengan yang baru.Undang-Undang
No. 62 tahun 1958 secara filosofis, yuridis dan sosiologis sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat
dan ketatanegaran RI. Secara filosofis, undang-undang masih mengandung ketentuan-ketentuan yang tidak sejalan
dengan falsafah Pancasila, antara lain, karenamasih adanya sifat diskriminatif, kurang menjamin pemenuhan hak
asasimanusia dan persamaan antar warganegara, serta kurang memberikan perlindungan terhadap perempuan dan
anak-anak. Secara yuridis, landasan konstitusional pembentukan undang-undang tersebut adalah UUDS tahun 1950
sudahtidak berlaku lagi sejak diberlakukan Dekrit Presiden tanggal 5 juli 1959 yangmenyatakan kembali ke UUD
1945. Dlam perkembangannya UUD 1945 telahmengalami perubahan yang lebih menjamin perlindungan terhadap
hak-hakasasi manusia dan hak warganegara. Secara sosiologis, Undang-undang ini sudah tak sesuai lagi dengan
perkembangan dan tuntutan masyarakat Indonesiasebagai bagian dari masyarakat internasional dalam pergaulan
global, yangmenghendaki adanya persamaan perlakuan dan kedudukan waranegara dihadapan hukum serta adanya
kestaraan gender.
Istilah kewarganegaraan menurut ketentuan UU No. 12 Tahun 2006 adalahsegala ikhwal yang berhubungan dengan
warga negara (pasal 1). Oleh karenakewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan
kewarganegaraan, maka kewarganegaraan mencakup hal-hal, antara lain
penentuan tentang siapa saja yang termasuk warga negara,
cara menjadi warga negara atau pewarganegaraan
tentang kehilnagan kewarganegaraan
tentang cara memperoleh kembali kewarganegaraan yang hilang.
Adapun ketentuan pokok yang diatur dalam UU No. 12 Tahun 2006, adalahsebagai berikut:
Tentang siapa yang menjadi warga negara Indonesia
Tentang syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan RI
Tantang kehilangan Kewarganegaraan RI
Tentang syarat dan tata cara memperoleh kembalai Kewarganegaraan RI
Tentang ketentuan pidana.
Secara umum dalam undang-undang dinyatakan bahwa menjadi WNI adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warganegara (pasal 2). Yang dimaksud dengan
orang-orang bangsa Indonesia asli, adalah orang Indonesia yang menjadi warganegara Negara Indonesia sejak
kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain tas kehendaknya sendiri. Rumusan tentang bangsa
Indonesia asli sebagaimana di atas merupakan pengertian yuridis. Dengan demikian istilah bangsa Indonesia asli
bukan diartikan dalam pengertian sosiologis antropologis. Sedang warganegara Indonesia yang merupakan orang-
orang bangsa lain adalah mereka yang memperolehkewarganegaraan Indonesia melalui pewarganegaraan
berdasarkan peraturanperundangan yang berlaku.

Sedangkan isi dari UU No. 12 Tahun 2006, adalah sebagai berikut:


Tentang siapa warga negara Indonesia, dinyatakan bahwa yang menjadi warga negara Indonesia termaktub
didalam pasal 4 atau Winarno, hal. 128-130.
Tentang cara memperoleh Kewarganegaraan RI, menuryt undang-undang ini dapat dlakukan dengan:
Melalui permohonan (pasal 8-9)
Melalui pernyataan (pasal 19)
Melalui pemberian kewarganegaraan (pasal 20)
Melaui pernystssn untuk memilih kewarganegaraan (wqinarno, hal. 131-132).
Tentang kehilangan kewarganegaraan, dinyatakan bahwa kewarganegaan RI hilang, jika bersangkutan: (pasal 23)
atau Winarno, hal. 132-136.
4. Mengenai ketentuan pidana diatur dalam pasal 36-38.
Untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan melaksanakan amanat UUD 45sebagaimana tersebut di atas, undang-
undang ini memperhatikan asas-asas kewarganegaraan umum (universal), yaitu asas ius sanguinis, ius soli
dancampuran.
Asas-asas yang digunakan dalam UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia, adalah sebagai
berikut:
asas ius sanguinis (law of the blood)
asas ius soli (law of the soil)
Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang mentukan satu kewarganegaraam bagi setiap orangasas
kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menetukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.
Selain itu masih ada, beberapa asas kewarganegaraan yang bersifat khusus,yang juga menjadi dasar penyusunan
undang-undang KewarganegaraanIndonesia, yaitu:
Asas kepentingan nasional, adalah asas yang menentukan bahwa peraturan kewarganegaraan mengutamakan
kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad mempertahankan kedaulatan sebagai negara kesatuan yang memiliki
cita-cita dan tujuannya sendiri.
Asas perlindungan maksimum, adalah asas yang menentukan bahwaPemerintahwajib memberikan perlindungan
penuh kepada setiap WNI dalam kedaan apapun, baik di dalam maupun diluar negeri.
Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan, adalah asas yangmenentukan bahwa setiap WNI mendapatkan
perlakuan yang sama didalam hukum dan pemerintahan.
Asas kebebasan substantif, adalah prosedur pewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat administratif, tetapi
juga disertai subsatnsidan syarat-syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkankebenarannya.
Asas nondiskriminstif,adalah asas yang tidak membedakan perlakuanperlakuan dalam segala hal ikwal yang
berhubungan dengan wargawarganegara atas dasar suku, agama, ras, golongan, jenis kelamindan gender.
Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, adalah asas yang dalam segala ikhwal yang
berhubungan dengan warga negara harus menjamin, melindungi, dan memuliakan hak asasimanusia pada umumnya
dan warganegara pada khususnya.
Asas keterbukaan, adalah asas yang menentukan bahwa dalam segalahal ikhwal yang berhubungan dengan warga
negara harus dilakukansecara terbuka.
Asas publisitas, adalah asas yang menentukan bahwa seseorangyang memperoleh atau kehilangan
Kewarganegaraan RI diumumkandalam Berita Negara RI agar masyarakat mengetahuinya.

https://dwiyongjung.wordpress.com/2013/05/10/peraturan-kewarganegaraan-republik-indonseisa/

WARGA NEGARA INDONESIA

A. Siapa Warga Negara Indonesia itu ?


Aristoteles manyatakan different constitutions require different types of good citizen.
Pernyataan ini memberikan indikasi bahwa untuk mengetahui pengertian warga negara serta
siapa yang menjadi warga negara suatu negara tergantung pada konstitusi yang berlaku di negara
tersebut.
Konstitusi adalah hukum dasar bagi suatu negara. Ada konstitusi tertulis (written constitution)
dan ada konstitusi yang tidak tertulis (unwritten constitution). Undang-Undang Dasar (UUD)
sebagai dasar hukum tertulis. Ada beberapa UUD yang pernah berlaku di Indonesia dan
mengatur tentag kewarganegaraan. UUD 1945 pasal 26, yaitu:
1. Yang menjadi warga negara Indonesia adalah ialah orang-orang Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga negara.
2. Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-Undang.
Ada beberapa peraturan perundangan tentang kewarganegaraan Indonesia sejak proklamasi
Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945, yakni : UU No. 3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan
penduduk Warga Negara Republik Indonesia, UU No. 6 Tahun 1947 tentang perubahan UU No.
3 Tahun 1946, dan UU No. 8 1947 tentang memperpanjang waktu untuk mangajukan pernyataan
yang berhubungan dengan kewarganegaraan Negara Indonesia. Ketentuan pasal 5 ayat 1 yang
dimaksud adalah ketentuan dalam UU No. 3 Tahun 1946 yang berbunyi : Kewargaan Negara
Indonesia dengan cara naturalisasi diperoleh dengan berlakunya undang-undang yang
memberikan naturalisasi itu.
Dari ketentuan pasal 144 UUDS ini dapat diidentifikasi bahwa ada tiga kelompok orang yang
menjadi warga negara Indonesia:
Pertama, orang yang menurut Persetujuan Perihal Pembagian Warga Negara (PPPWN) KMB
(Lembaran Negara No.2 Tahun 1950) memperoleh kewarganegaraan Indonesia. Mereka yang
termasuk kedalam kelompok ini adalah kawula negara Belanda bukan orang Belanda yang tidak
menolak kewarganegaraan Indonesia. Mereka adalah orang-orang keturunan Tionghoa yang lahir
di Indonesia dari orang tua yang bermukim di Indonesia dan tidak pernah menggunakan
kesempatan menolak kewarganegaraan Indonesia dalam jangka waktu dua tahun terhitung sejak
penyerahan kedaulatan Republik Indonesia tanggal 27 Desember 1949. Kelompok warga negara
ini disebut pula stelsel passief .
Kedua, oarng yang berdasarkan atas PPPWN KMB memperoleh kewarganegaraan Indonesia.
Mereka adalah orang Belanda yang telah memperoleh kewarganegaraan Indonesia dengan jalan
memilih (opsi) dalam jangka waktu dua tahun. Kesempatan ini diberikan kepada mereka karena
mereka dilahirkan di wilayah Indonesia atau pada saat penyerahan kedaulatan tanggal 27
Desember 1949 bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia sekurang-kurangnya 6 bulan
(pasal 3 PPPWN). Kelompok warga negara ini disebut pula stelsel actife).
Ketiga, orang yang kewarganegaraannya tidak ditetapkan oleh PPPWN KMB sudah menjadi
warga negara Indonesia menurut undang-undang Republik Indonesia-Yogyakarta. Mereka yang
termasuk warga negara kelompok ketiga ini adalah orang yang bukan kawula negara Belanda
melainkan telah melakukan naturalisasi (pewarganegaraan) berdasarkan UU No.3 Tahun 1946.
Mereka ini tetap diakui sebagai warga negara Indonesia. Contohnya naturalisasi Prans Matheas
Hesse, seorang kelahiran jerman yang dinaturalisasi dengan UU No. 9 Tahun 1947. Menurut
Gautama (1970), setelah terbitnya pasal 144 UUDS maka ketentuan yang dimaksud dalam UU
No. 3 Tahun 1946 tentang status kawula negara Belanda tidak berlaku lagi.
Meskipun demikian, UU No. 3 Tahun 1946 merupakan peraturan perundangan pertama
setelah berdirinya Negara Republik Indonesia yang sesuai dengan pasal 26 UUD 1945. UU No.3
Tahun 1946 mengatur tentang kewarganegaraan dan kependudukan Republik Indonesia yang
melalui UU No.6 Tahun 1947 dinyatakan berlaku surut sejak tanggal 17 Agustus 1945. Pasal 1
menetapkan bahwa Warga Negara Indonesia ialah :
1. Orang yang asli dalam daerah Negara Indonesia,
2. Orang yang tidak masuk dalam golongan tersebut di atas akan tetapi turunan dari seseorang dari
golongan itu yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman di dalam daerah Negara
Indonesia, dan orang bukan turunan seorang dari golongan termaksud, yang lahir dan bertempat
kedudukan dan kediaman selama sedikitnya 5 tahun berturut-turut yang paling akhir di dalam
daerah Negara Indonesia, yang telah berumur 21 tahun, atau telah kawin, kecuali jika ia
menyatakan keberatan menjadi warga negara Indonesia karena ia adalah warga negara Negara
lain.
3. Orang yang mendapat kewargaan Negara Indonesia dengan cara naturalisasi.
4. Anak yang sah, disahkan atau diakui dengan cara yang sah oleh bapaknya yang pada waktu
lahirnya bapaknya mempunyai kewargaan Negara Indonesia.
5. Anak yang lahir dalam 300 hari setelah bapaknya yang mempunyai kewargaan Negara Indonesia
meninggal dunia.
6. Anak yang hanya oleh ibunya diakui dengan cara yang sah yang pada waktu lahirnya
mempunyai kewargaan Negara Indonesia.
7. Anak yang diangkat dengan cara yang sah oleh seorang Warga Negara Indonesia.
8. Anak yang lahir di dalam daerah Negara Indonesia, yang oleh bapaknya ataupun oleh ibunya
tidak diakui dengan cara yang sah.
9. Anak yang lahir di dalam daerah Negara Indonesia yang tidak diketahui siapa orang tuanya atau
kewargaan negara orang tuanya. Apabila kita kaji dan hubungkan dengan asas kewarganegaraan,
maka UU No. 3 Tahun 1946 ini menganut asas ius soli atau tempat kelahiran.
10. Badan hukum yang didirikan menurut hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia dan
bertempat kedudukan di dalam wilayah Negara Indonesia.
Warga Negara Indonesia asli adalah mereka yang memperoleh status warga negara
Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan keturunannya. Sedangkan warga
negara Indonesia keturunan asing adalah mereka yang memperoleh status warga negara
Indonesia melalui proses pewarganegaraan setelah tanggal 17 Agustus 1948, berlaku hingga saat
ini. Meskipun demikian, pada tahun 1958 diterbitkan lagi undang-undang tentang
kewarganegaraan yang berdasarkan ketentuan pasal 5 UUDS 1950, yakni UU No. 62 Tahun
1958. Menurut Soetoprawiro (1996) UU No. 62 Tahun 1958 ini masih berlaku dengan
penyesuaian yang diperlukan dan merupakan inti dari hukum positif Indonesia yang mengatur
masalah kewarganegaraan hingga saat ini. Dalam UU ini dikemukakan tentang siapa warga
negara Indonesia sebagai berikut :
a. Mereka yang termasuk golongan penduduk asli Indonesia
b. Mereka yang termasuk golongan sub a lahir di luar wilayah kerajaan Belanda dan Republik
Indonesia, dewasa, dalam waktu dua tahun sesudah 27 Desember 1949 tidak memilih
kebangsaan Belanda.
c. Mereka yang lahir di luar wilayah kerajaan Belanda, bertempat tinggal di suriname atau Antillen
Belanda, dewasa, dalam waktu dua tahun sesudah 27 Desember 1949 tidak memilih kebangsaan
Belanda.
d. Mereka yang lahir di wilayah kerajaan Belanda, bertempat tinggal di suriname atau Antillen
Belanda, dewasa, dalam waktu dua tahun sesudah 27 Desember 1949 tidak memilih kebangsaan
Belanda.
e. Orang-orang dewasa keturunan Belanda, yang lahir di Indonesia atau bertempat tinggal di
Indonesia sekurang-kurangnya enam bulan sebelum 27 Desember 1949, dalam waktu dua tahun
sesudah 27 Desember 1949 menyatakan memilih kebangsaan Indonesia.
f. Orang-orang asing yang bukan termasuk kawula negara Belanda, yang sebelum 27 Desember
1949 telah dewasa, menjadi warga negara Indonesia berdasarkan UU No. 3/1946.
g. Orang-orang asing kawula negara Belanda bukan orang Belanda, yang pada tanggal 27
Desember 1949 telah dewasa, lahir di Indonesia, dan dua tahun sesudah 27 Desember 1949 tidak
menyatakan menolak kebangsaan Indonesia.
h. Mereka yang termasuk sub g, pada 27 Desember 1949 telah dewasa, lahir di luar wilayah
Indonesia, bertempat tinggal di kerajaan Belanda, dalam waktu dua tahun sesudah 27 Desember
1949 menolak kebangsaan Belanda dan menyatakan memilih kebangsaan Indonesia.
i. Mereka yang termasuk sub g, pada 27 Desember 1949 telah dewasa, bertempat tinggal di luar
wilayah kerajaan Belanda dan Republik Indonesia, lahir di negara Belanda, Suriname, Antillen
Belanda, tetapi orang tua mereka kawula negara Belanda karena lahir di Indonesia, dalam waktu
dua tahun sesudah 27 Desember 1949 memilih kebangsaan Indonesia dengan menolak
kebangsaan Belanda.
j. Mereka yang termasuk sub g jika mereka lahir di luar wilayah kerajaan Belanda dan republik
Indonesia, pada 27 Desember 1949 telah dewasa, orang tuanya lahir di Indonesia, dalam waktu
dua tahun sesudah 27 Desember 1949 memilih kebangsaan Indonesia atau tidak menyatakan
menolak kebangsaan Indonesia.
Atas persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden
Republik Indonesia, Sosilu Bambang Yudhoyono pada tanggal 1 Agustus 2006, mengesahkan
Undang-undang tentang kewarganegaraan Republik Indonesia yang baru. Pada pasal 2
dinyatakan bahwa yang menjadi warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia
asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-undang sebagai warga negara.
Secara lebih rinci, tentang warga negara Indonesia dinyatakan dalam Bab II pasal 4 sebagai
berikut :
Warga Negara Indonesia adalah :
a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undang dan atau berdasarkan perjanjian
pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-undang ini berlaku sudah
menjadi Warga Negara Indonesia.
b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga Negara Indonesia.
c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara Indonesia dan ibu
warga negara Asing.
d. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara Asing dan ibu warga
negara Indonesia.
e. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia, tetapi
ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan
kepada anak tersebut.
f. Anak yag lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia.
g. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia.
h. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui
oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan
sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin.
i. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status
kewarganegaraan ayah dan ibunya.
j. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayahnya dan
ibunya tidak diketahui.
k. Anak yang lahir di wilayah Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai
kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
l. Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu
Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anka yang bersangkutan.
m. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikebulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah dan ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan
janji setia.
B. Cara-cara Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia
1. Kelahiran
Berdasarkan penjelasan UU No. 62/1958 bahwa kewarganegaraan Republik Indonesia dapat
diperoleh karena kelahiran. Ada dua sebab kelahiran yang dimaksud, ialah kelahiran berdasarkan
keturunan dan kelahiran berdasarkan tempat kelahiran yakni di wilayah Republik Indonesia.
Perolehan karena kelahiran ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya status orang tanpa
kewarganegaraan (apatride). Namun perlu dicegah pula jangan sampai status warganegara
tersebut menjadi dwi kewarganegaraan (bipatride).
2. Pengangkatan
Cara perolehan kewarganegaraan Indonesia dengan pengangkatan merujuk pada ketentuan pasal
2 UU No. 62/1958 yang menyatakan :
a) Anak asing yang belum berumur 5 tahun yang diangkat oleh seorang warga negara Republik
Indonesia, memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia apabila pengangkatan itu
dinyatakan syah oleh Pengadilan Negeri dari tempat tinggal orang yang mengangkat anak itu.
b) Pengangkatan sah oleh Pengadilan Negeri termaksud harus dimintakan oleh orang yang
mengangkat anak tersebut dalam 1 tahun setelah Undang-undang ini mulai berlaku.
3. Dikebulkan permohonannya
Ada kemungkinan seorang anak karena berlakunya suatu aturan turut kewarganegaraan ayahnya,
sedangkan sesungguhnya ia merasa lebih berdekatan dengan ibunya yang berkewarganegaraan
Republik Indonesia. Hendaknya kepada anak itu diberi kesempatan untuk memperoleh
kewarganegaraan Republik Indonesia apabila ia dianggap sudah bisa menentukan
kewarganegaraannya sendiri.
4. Pewarganegaraan
Cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia melalui pewarganegaraan atau
neturalisasi terdiri atas dua jenis, yakni :
a) Naturalisasi yang dipermudah, ialah pewarganegaraan ketika seseorang berusia 18 tahun
sebagaimana yang diatur dalam pasal 4.
b) Naturalisasi ketika seseorang berusia 21 tahun.
5. Akibat dari perkawinan
Perolihan kewarganegaraan akibat dari perkawinan dapat diidentifikasi dari ketentuan pasal 7
UU Nomor 62 tahun 1958 yang berbunyi :
(1) Seorang perempuan asing yang kawin dengan seorang warga negara Republik Indonesia,
memperoleh kewarganegaraan Rpublik Indonesia, apabila dan pada waktu ia dalam 1 tahun
setelah perkawinannya berlangsung menyatakan keterangan untuk itu, kecuali jika ia apabila
memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia masih mempunyai kewarganegaraan lain,
dalam hal mana keterangan itu tidak boleh dinyatakan. Ketentuan ini dapat terjadi apabila suami
yang berkewarganegaraan Indonesia tersebut tidak menyatakan keterangan untuk melepaskan
kewarganegaraan Republik Indonesia selama dalam 1 tahun. Dengan demikian, hukum di
Indonesia memberikan peluang pula kepada warga negara Indonesia untuk melepaskan
kewarganegaraan Republik Indonesia apabila dengan kehilangan itu tidak mengakibatkan
kehilangan kewarganegaraan. Dalam hal ini, seorang suami warga negara Indonesia
dimungkinkan untuk menjadi warga negara dari negara asal istrinya. Menurut Soetoprawiro
(1996) peluang atau kesempatan yang diberiakan oleh UU No. 62/ 1958 ini dimaksudkan untuk
tercapainya kesatuan hukum bagi keluarga mereka.
6. Turut ayah/ibunya
Seorang anak yang belum dewasa dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
akibat dari adanya hubungan kekeluargaan dengan ayah dan atau ibunya. Ketentuan ini dapat
dilihat pada pasal 13 UU Nomor 62/1958 yang berbunyi :
1) Anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin yang mempunyai hubungan kekeluargaan
dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia setelah ia
bertempat tinggal dan berada di Indonesia.
2) Kewarganegaraan Republik Indonesia yang diperoleh seorang ibu berlaku juga terhadap anak-
anaknya yang tidak mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya, yang belum
berumur 18 tahun dan belum kawin setelah mereka bertempat tinggal dan berada di Indonesia.
Apabila kewarganegaraan Republik Indonesia itu diperoleh dengan pewarganegaraan oleh
seorang ibu yang telah menjadi janda karena suaminya meninggal maka anak-anak yang
mempunyai hubungan kekeluargaan dengan suami itu, yang belum berumur 18 tahun dan belum
kawin turut memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia juga, setelah mereka bertempat
tinggal dan berada di Indonesia.
7. Pernyataan
Perolehan kewarganegaraan dengan pernyataan sebenarnya dapat dilakukan secara simultan
ketika seseorang memperoleh kewarganegaraan akibat perkawinan atau kerena turut ayah atau
ibunya. Memperoleh status kewarganegaraan melalui pernyataan adalah mendapat
kewarganegaraan dengan cara menyatakan diri menjadi warga negara Indonesia dengan mengisi
Formulir I yang contohnya ada dalam lampiran surat Edaran Menteri Kehakiman tanggal 30
September 1958 No. JB.3/166/22. Ada tiga jenis formulir yang dapat diisi untuk menyatakan
kewarganegaraan Indonesia menurut Surat Edaran Menteri Kehakiman, yaitu :
1) Formulir I yang disediakan untuk seorang istri yang warga negara asing, apabila ia dalam jangka
waktu satu tahun sejak perkawinannya menyatakan keterangan untuk menjadi warga negara
Indonesia dengan mengisi formulir I.
2) Formulir II disediakan untuk warga negara asing yang sebelumnya adalah warga negara
Indonesia. Mereka dapat kembali menjadi warga negara Indonesia setelah putusnya perkawinan
dengan mengisi formulir II.
3) Formulir III disediakan untuk anak-anak yang turut kehilangan kewarganegaraan bersama ayah
atau ibunya. Anak-anak ini akan memperoleh kewarganegaraan Indonesia kembali, bila mereka
menyatakan keterangan untuk itu, dengan cara mengisi formulir III.
C. Cara-cara kehilangan Kewarganegaraan Indonesia
1. Memperoleh kewarganegaraan lain karena kemauannya sendiri.
2. Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang bersangkutan
mendapat kesempatan untuk itu.
3. Diakui oleh orang asing sebagai anaknya, jika orang yang bersangkutan belum berumur 18 tahun
dan belum kawin dan dengan kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi
tanpa kewarganegaraan.
4. Akan yang diangkat sah oleh orang asing sebagai anaknya, jika anak yang bersangkutan belum
berumur 5 tahun dan dengan kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi
tanpa kewarganegaraan.
5. Dinyatakan hilang oleh Menteri kehakiman denga persetujuan dewan menteri atas permohonan
orang yang bersangkutan jika ia telah berumur 21 tahun, bertempat tingal di luar negeri dan
dengan dinyatakan hilang kewarganegaraan Republik Indonesianya tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan.
6. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlabih dahulu dari menteri kehakiman.
7. Tanpa izin terlebih dahulu dari menteri kehakiman masuk dalam dinas negara asing atau dinas
suatu organisasi antar negara yang tidak dimasuki oleh Republik Indonesia sebagai anggota, jika
jabaan dinas negarayang dipangkunya menurut peraturan Republik Indonesia hanya dapat
dipangku oleh warga negara atau jabatan dalam dinas organisasi antarnegara tersebut
memerlukan sumpah atau janji jabatan.
8. Mangangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian dari padanya.
9. Dengan tidak diwajibkan, turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk
suatu negara asing.
10. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor darinegara asing atas namanya yang masih
berlaku.
11. Lain dari untuk dinas negara selama 5 tahun berturut-turut bertempat tinggal di luar negeri
dengan tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi warga negara sebelum waktu itu
lampau dan seterusnya tiap-tiap dua tahun.
Menurut UU No.12 Tahun 2006, Bab IV pasal 23, warga negara Indonesia kehilangan
kewarganegaraannya jika yang bersangkutan :
a) Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri.
b) Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang bersangkutan
mendapat kesempatan untuk itu.
c) Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh presiden atas permohonnya sendiri, yang
bersangkutan sudah berumur 18 tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal di luar negeri, dan
dengan dinyatakan hilang kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan.
d) Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari presiden
e) Secara sukarela masuk dalam dinas negara lain, yang dalam jabatan dinas semacam itu di
Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan hanya dapat dijabat oleh warga negara
Indonesia.
f) Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian
dari negara asing tersebut.
g) Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk
suatu negara asing.
h) Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat
diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas namanya, atau
i) Bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia selama lima tahun terus-menerus bukan
dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan
keinginannya untuk tetap menjadi warga negara Indonesiasebelum jangka lima tahun tersebut
berakhir, dan setiap lima tahun selanjutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan
ingin tetap menjadi warga negara Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang
bersangkutan padahal perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara
tertulis kepada yang bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan.
http://hairinarina.blogspot.co.id/2014/09/materi-pkn-tentang-warga-negara.html

2.1 WARGA NEGARA


a. Pengertian
Warga negara merupakan terjemahan kata citizens (bahasa Inggris) yang mempunyai arti
; warga negara, petunjuk dari sebuah kota, sesama warga negara , sesama penduduk, orang
setanah air; bawahan atau kaula
Warga mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu organisasi atau
perkumpulan. Warga negara artinya warga atau anggota dari organisasi yg bernama negara.

b. Kriteria Menjadi Warga Negara Indonesia (WNI)


Berdasar UU Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
dijelaskan bahwa orang asing dapat menjadi warga negara Indonesia (WNI) setelah memenuhi
syarat dan tatacara yang diatur dalam peraturan dan undang-undang. Pada pasal 8, disebutkan
Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui pewarganegaraan.
Sedangkan pengertian pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh
Kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan.

c. Syarat Menjadi WNI


Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan seperti disebut
dalam pasal 9, yakni:
1. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah menikah;
2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling
singkat 5 (lima ) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut;
3. Sehat jasmani dan rohani;
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 1 (satu)
tahun atau lebih;
6. Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi berkewarganegaraan ganda;
7. Mempunyai pekerjaan atau berpenghasilan tetap; dan
8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
Prosedur berikutnya antara lain permohonan harus ditulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas bermeterai.
Keputusan akhir atas permohonan adalah pada Presiden. Bila dikabulkan oleh Presiden maka status WNI
dinyatakan berlaku efektif sejak pemohon mengucapkan sumpah atau janji setia kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

d. Sifat Warga Negara


Sebagai warga negara yang menjadi bagian dari suatu penduduk bisa menjadi unsur negara. warga negara
lebih sesuai dengan kedudukannya sebagai orang merdeka dibandingkan dengan kawula negara karena warga
negara mengandung arti peserta, anggota, atau warga dari suatu negara, yakni peserta dari suatu persekutuan yang
didirikan dengan kekuatan bersama. Untuk itu, setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan
hukum. Semua warga negara memiliki kepastian hak, privasi, dan tanggung jawab.

e. Hak dan Kewajiban Warga Negara dan Negara


Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya merupakan kewajiban dan hak warga
terhadap negara.Beberapa contoh kewajiban negara adalah kewajiban negara untuk menjamin sistem hukum
yang adil, kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara, kewajiban negara untuk mengembangkan
sistem pendidikan nasional untuk rakyat, kewajiban negara memberi jaminan sosial, kewajiban negara memberi
kebebasan beribadah.
http://tam-sky.blogspot.co.id/2015/01/ilmu-sosial-dasar-warga-negara-dan.html

Anda mungkin juga menyukai