INTERNASIONAL
PENGERTIAN HPI,
HUBUNGAN ANTARA HPI DAN HATAH
ARBITRASE INTERNASIONAL
HATAH
• HUKUM ANTAR WAKTU
• HUKUM ANTAR TEMPAT (SEC. NASIONAL)
• HUKUM ANTAR GOLONGAN (SEC.
NASIONAL)
• HUKUM PERDATA INTERNASIONAL
PENGERTIAN H P I
PENGERTIAN HPI:
• Menurut Ray August iinternational Private law, is the division of international
law that deals primarily with the right and duties of individuals and
nongovernmental in their international affairs” *.
• Bukan hukum antar negara melainkan Hukum perdata nasional yang ada unsur
internasionalnya (pengaruh hukum asing)
• Pemberlakuan Hukum Perdata Asing oleh hakim nasional (Lex Causae)
• Dikatakan internasional karena:
1. Perbedaan tempat objeknya
2. Perbedaan warga negara
3. Prinsip Status personal (Nationalities / Domicile)
3. Perbedaan Sistem Hukum
4. Perbedaan Bendera Kapal
TITIK TAUT / PERTALIAN
NEGARA A NEGARA B
• Kewarganegaraan
• Bendera kapal
• Tempat/Domisili
• Objek/Benda
• Berlaku Sistem Hukum Civil Law (Code Civil) dalam berbagai perjanjian di bidang
HPI (Contralk Bisnis Internasional)
NEGARA-NEGARA YANG MENGANUT
P. DOMISILI : NEGARA ANGLO SAXON
• Inggris, Jerman, Scotlandia, Afrika Selatan, Denmark, Norwegia, Icelandia,
USA, Asgentina, Brazil, Guatemala, Nicaragua, Paraguay, Peru, Montevidio,
Uruguay, Negara-negara common Wealth
• Berlaku Sistem Hukum Common Law dalam berbagai perjanjian di bidang HPI
(Contrak Bisnis Internasional)
Alasan Neg-Neg yg Pro Prinsip Nasionalitas
X Y Z
• Ada 2 pandangan mengapa penunjukan ke arah kaidah HPI dari suatu
Sist Hk Asing
1. Agar perkara dapat diputuskan sesuai dengan cara yang dilakukan oleh
pengadilan dimana perkara itu seharusnya diadili.
2. Agar dapat terciptanya keseragaman dalam penyelesaian perkara HPI,
meskipun orang menghadapi doktrin HPI yang berbeda-beda di setiap
negara.
CONTOH KASUS RENVOI (PENUNJUKAN KEMBALI) : (The Forgo
Case)
1. Forgo adalah WN Bavaria (Jerman).
2. Ia berdomisili di Prancis sejak usia 5 tahun tanpa memperoleh WN.
3. Ia sebenarnya anak luar kawin.
4. Ia meninggal dunia di Prancis sec ab intestato
5. Ia meninggalkan harta berupa barang bergerak
6. Perkara pembagian harta Forgo diajukan di Pengadilan Prancis.
• Permasalahan: Berdasarkan hukum manakah pengaturan pembagian warisan
Forgo (Prancis atau Bavaria) ?
• Kaidah HPI : Lex Fory Prancis menyatakan: persoalan warisan benda
bergerak harus diatur berdasarkan kaidah hukum tempat pewaris menjadi
WN (P. Nasionalitas)
• Sementara kaidah HPI Bavaria menyatakan bahwa persoalan warisan diatur
berdasarkan tempat pewaris berdomisili (P. Domisili)
Proses Penyelesaian Perkara:
1. Tahap pertama Hakim Prancis melakukan penunjukan ke arah Hk
Bavaria sesuai dgn kaidah HPI Prancis.
2. Sedangkan Hakim Bavaria menunjukka kembali ke arah arah Hk
intern Prancis
3. Atas penunjukan tsb, Hakim Prancis (lex fori) menerima “Renvoi.
4. Berdasarkan anggapan diatas, Hakim Prancis memberlakukan kaidah
hukum waris Prancis (Civil Law) untuk memutuskan perkara tsb.
• Menurut Hk Perdata Bavaria, saudara kadung dari anak luar kawin
berhak utuk menerima harta warisan dari anak luar kawin tsb.
• Menurut Hk. Pancis: Harta peninggalan seorang anak luar kawi jatuh
kepada negera.
• Karena hakim Prancis menerima renvoi, maka harta Forgo akhirnya
jatuh kepada negara (Pemerintah Prancis)
CATATAN
Kasus Posisi :
a. Seorang wanita Warganegara Inggeris ; berdomisili di Perancis ;
meninggal dunia di Perancis.
b. Meninggalkan Testamen yang dibuat berdasarkan kaidah-kaidah Hukum
Intern Inggeris.
c. Perkara /pokok gugatan menyangkut pembagian warisan yang
mengabaikan “Legitieme Portie”.
d. Fakta tambahan : Walaupun si pewaris (Testatrix) berdomisili di
Perancis, tetapi ia tidak pernah memperoleh status resmi sebagai penduduk
Perancis.
e. Perkara diajukan di Pengadilan Inggeris.
PENYELESAIAN PERKARA
Offer
A (X) B (Y)
Continental Anglo Saxon
Civil Law Common Law
TEMPAT KONTRAK
Nationality Domicile
KU. NASIONAL
KU
INTERNASIONAL
PENYULUDUPAN HUKUM
Penawaran
A (X) B (Y)
Penawaran
A (X) B (Y)
1. Subjek Hukum:
• Badan Hukum : Perusahaan (BUMN, BUMS).
• Individu/Perorangan
• Pemerintah / Negara (Subjek Hukum Privat)
2. Objek Hukum : barang, jasa, modal
3. Kapan dan dimana : -waktu, -tempat
4. Pilihan Hukum :
- Hukum para pihak (Lex causae)
- Hukum hakim (Lex fory)
- Jika tdk ada pilihan Hukum (gunakan teori HPI)
5. Draft Kontrak: - Bahasa yang digunakan.
- Salah satu pihak menyiapkan draft
- Tukar-menukar draft
• Jenis-Jenis Kontrak Internasional:
IC: KESEPAKATAN INTER YANG TELAH ATAU SEDANG DIRATIFIKASI OLEH NEGARA-
NEGARA ANGGOTA – MENGIKAT
KONVENSI JUAL-BELI:
Exporter Importer
Sales Contract
Borg 1792 BW
9 2
Perantara 6 4
L/C
3
Bank Devisa
7
1792 BW
Advising B / Issuing B
Corresponding B (Opening B)
JENIS-JENIS L/C
1. Revocable L/C :
L/C yang dapat dibatalkan kapan saja oleh importer tanpa
memerlukan persetujuan eksportir. L/C ini mengandung
risiko bagi eksportir, krn pelunasan atas barang yang
dikirim bisa mengalami kelambatan.
2. Irrevocable L/C :
L/C yg dibuka oleh Bank Devisa (Opening Bank) utk
eksportir, dimana opening bank mengikatkan diri utk
melunasi wesel-wesel yang ditarik dalam jangka waktu
berlakunya L/C. L/C ini tdk dpt dibatalkan selama jangka
waktu tsb, kecuali dengan persetujuan semua semua pihak
yg terlibat. Pd halaman muka L/C tercantum kata
revocable atau irrevocable. Jika tidak ada, maka L/C tsb
harus dianggap Irrevocable L/C (UCP 500 Pasal 6, c)
3. Irrevocable and Confirmed L/C :
• Tidak dapat dibatalkan atau diubah selama jangka waktu berlaku, kecuali jika
mendapat persetujuan dari semua pihak yang terlibat dgn L/C tsb.
• Mempunyai jaminan (confirmation) pelunasan berganda atas wesel-wesel dan
atau penyerahan dokumen pengapalan yang diberikan oleh Opening Bank
bersama Advising Bank.
• Merupakan cara pembayaran yang paling aman dipandang dari sudut
5. Confirmed L/C
• L/C yang pelunasannya dijamin oleh Advising Bank
bersama Opening Bank.
6. Red Clause L/C :
• Memberikan hak kpd Eksportir penerima L/C
utk mencairkan sebagian tertentu dana L/C tsb
sebagai uang panjar (misalnya 30 % dr jumlah
L/C) dengan menyerahkan kuaitansi biasa dan
surat pernyataan menehi janji.
• Mengambil sisa dana yg tersedia dengan
menyerahkan dokumen pengapalan yang
lengkap.
• Sangat menguntungkan eksportir penerima L/C,
karena memperoleh Buyer’s Credit tanpa bunga,
yg dpt dipakai untuk memulai produksi barang
yang dipesan.
7. L/C yg bersifat Partial Shipment :
• L/C ini memungkinkan eksportir mengirim barang secara bertahap
dan menerima pembayarannya secara bertahap pula.
8. L/C yg bersifat Transipmen Allowed:
• L/C yang memungkinkan eksportir alih kapal bila diperlukan.
9. Commercial Documentary L/C :
• L/C yang berdokumen niaga yang mewajibkan
Eksportir penerima L/C utk menyerahkan dokumen
pengapalan yg membuktikan pemilikan barang
serta dokumen penunjang lainnya sbg syarat utk
memperoleh pembayaran dr dana yang tersedia
pada L/C tersebut.
• Dokumen pembuktian pemilikan barang seperti
misalnya bill of lading, faktur perdagangan wesel,
surat keterangan asal negara, daftar pengepakan,
daftar kubikasi, daftar timbangan,polis asuransi dll.
10. Restricted L/C
L/C yg membatasi hak eksportir penerima L/C untuk
menegosiasikan dokumen pengapalan pada bank tertentu yg disebut
oleh Opening Bank di dalam L/C tsb, dan biasanya terbatas pada
Advising Bank saja.
11. Straight L/C
L/C yang negosiasi atau pelunasan dokumen pengapalan hanya
dilakukan di Kassa Opening Bank sendiri.
12. Revolving L/C :
Kredit yang tersedia dapat dipakai ulang tanpa perlu diadakan
perubahan lagi
13. Clean L/C:
L/C yg dapat dicairkan dananya dengan penyerahan wesel atau
hanya kuitansi biasa. L/C ini tdk membutuhkan penyerahan
dokumen pengapalan seperti bill of lading dan sebagainya
Contoh:
• PT. Berdikari kontraktor Indonesia (BKC) bekerja sama dgn
Doo Young Construction (DYC) Ltd., Korea mengerjakan
jalan layang di Jakarta. Utk keperluan ini PT Berdikari
meminjam uang sebesar Rp. 10 Milyar dr Bank Pasific
Jakarta.
• Sebagai jaminan PT.BKC minta kpd mitranya DYC Ltd, utk
membuka stanby L/C senilai 10 milyar pada Issuing Bank.
Antara PT BKC dan DYC Ltd. Dibuat suatu kontrak bantuan
dana bahwa DYC akan menyediakan dana sebesar 10 M.
apabila dana pinjaman ini belum dipenuhi oleh DYC maka
stanby L/C dapat dicairkan oleh PT MCI sebagai beneficiary
dari stanby L/C tersebut. Hasil pencairan ini dapat
dipergunakan untuk melunasi hutang PT MCI pada Bank
Fasific Jakarta.
19. Usance L/C
• L/C yang mengharuskan eksportir penerima
L/C utk menarik wesel berjangka (Long Bill of
Exchange) dan bukan wesel unjuk (sight L/C).
Artinya eksportir penerima L/C memberikann
kredit kpd importir utk jangka waktu 90 hari -
180 hari.
• L/C ini dimaksudkan utk mempertinggi daya
saing guna meningkatkan ekspor. Eksportir
tetap dapat mencairkan wesel berjangka ini
dengan mendiskontokannya pada bank, Shg tdk
mengganggu likuiditas.
20. Merchant L/C
• L/C yang dibuka oleh importir utk eksportir penerima L/C
yang memberikan hak kpd eksportir penerima L/C untuk
menarik wesel terhadap importer. Pembukaan L/C tsb utk
menjamin pelunasan wesel tsb pada saat jatuh temponya.
Pembukaan L/C dilakukan melalui Bank Devisa dimana
importer menjadi nasabahnya. Bank ybs tidak ikut
bertanggungjawab utk mengakseptir wesel-wesel yang
ditarik oleh eksporter penerima L/C. Di sinilah letak
perbedaan dengan antara Merchant L/C dengan Banker’s
L/C biasa.
• Pada Merchant L/C : dengan tegas disebutkan bahwa Bank
tidak mengikatkan diri dan dan tidak bertanggng jawab atas
perlunasan L/C tsb
• Merchant bisanya dipergunankan antara eksportir dan
importir yang telah berlangganan lama, atau antara
perusahaan induk dengan anak perusahaan sendiri.
B. PEMBAYARAN NON-L/C
• Risiko bagi importir : AP : terjadi wanprestasi, Brg tdk sesuai kwalitas; barang
terlambat; jika berupa bahan baku penghambat produksi; barang rusak; atau
barang tidak terkirim sama sekali
II. OPEN ACCOUNT (OA)
• OA : pembayaran dibelakang, artinya setelah barang yg dipesan diterima oleh
importir, baru kemudian pembayaran dikirim
• Proses pembayaran dengan OA
1. Ada kesepakatan antara para pihak yang dituangkan dalam sales contract
2. Berdasarkan kesepakatan, eksportir segera mengirim barang melalui port of
loading, sesuai dengan kwalitas, kwantitas dan waktu
3. Barang tsb diterima oleh importir do port of destination
4. Setelah barang diterima, importir menghubungi bank untuk mentranfer uang
ke bank lain di negara eksportir dan dimasukan ke rekening eksportir.
5. Setelah uang diterima oleh eksportir maka transaksi selesai.
Harus diperjanjikan dalam sales contract.
• Risiko bagi eksportir: Pembayaran terlambat, pembayaran harga brg tdk
sesuai dengan kesepakatan, atau pembayaran tidak terkirim sama sekali.
III. CONSIGMENT (KONSINYASI) : CON
• CON: pembayaran yan dilakukan oleh importir setelah barang
yang diimpor tsb laku terjual. Artinya eksportir baru menerima
pembayaran harga barang yang diekspor dari pembeli setelah
barang tersebut laku terjual pd pihak ketiga
• Proses pembayaran dengan konsinyasi:
1. Ada kesepakatan antara para pihak yang dituangkan: sales
contract
2. Eksportir mengirim barang melalui port of loading
3. Barang tsb diterima importir di port of destination
4. Setelah barang laku terjual, kemudian importir mengirim uangan
harga barang tersebut ke rekening eksportir di bank neg
eksportir. Pembayarahn tersebut diterima oleh eksportir, maka
transaksi selesai.
* Risiko : risioko pada OA: beban bagi eksportir
IV. Collection (Dokumentary Collection) : DC
• DC: pembayaran yang menggunakan dokumen yang
disebut dengan Bill of exchanges atau menggunakan
surat tagihan (BOE)
• Dalam DC, importir harus membayar harga barang
segera setelah shipping documents tiba di bank neg
importir. Setelah harga barang dibayar, maka importir
akan menerima shipping document untuk megambil
barang yang dipesan
• Risiko: baik bagi eksportir maupun importir
International Convention (IC)
• IC: kesepakatan inter yang telah atau sedang diratifikasi oleh negara-negara
anggota – mengikat
• Konvensi jual-beli:
1. The United Nations Convention on Contract for The International Sale of
Goods
2. The United Commision on International Trade Law (UNCITRAL) – 11 april
1980:
keseragaman dalam jual-beli internasional
ARBITRASE BANK DUNIA (WB)
(PERSELISIHAN INVESTASI ASING)
• Perkara PMA diajukan oleh Pihak Investor LN thd Pemerintah Republik Indonesia.
• Pada pemeriksaan tingkat keempat, perkara ini diputuskan tanggal 4 -12-1992, di
San Francisco, dengan putusan Penca-butan Lisensi PMA
• Perkara ini telah memakan waktu selama 12 tahun, baru memperoleh kekuatan
(kepastian hukum)
PROSES PENYELESAIAN PERKARA
INVESTASI ASING MELALUI ICSID