DR.FITHRIATUS SHALIHAH,MH.,MH.
FH UAD - 2019
Asas-Asas HPI Tentang Hukum Orang
dan Keluarga
Perkawinan
Berbicara mengenai bidang hukum keluarga, maka pada dasarnya orang berbicara
tentang perkawinan dalam arti yang luas dan mencakup persyaratan material maupun
formal perkawinan, keabsahan perkawinan, akibat-akibat perkawinan, harta
perkawinan dan berakhirnya perkawinan.
Ikatan perkawinan yang berlangsung antara seorang pria dengan seorang wanita
yang masing-masing tunduk pada sistem hukum nasional yang berbeda (baik
karena perbedaan domisili maupun kewarganegaraan nya) akan memunculkan
persoalan persoalan HPI dalam bidang hukum keluarga.
Permasalahan HPI juga akan timbul jika terjadi perkawinan antara mempelai
yang mempunyai kewarganegaraan yang sama, tetapi melangsungkan
perkawinannya di luar negeri. Di dalam HPI permasalahan pokoknya adalah
sistem hukum manakah yang harus diberlakukan terhadap permasalahan-
permasalahan yang ada.
Di Indonesia, ketentuan yang mengatur
perkawinan yang mengandung elemen asing
ini terdapat dalam Undang-undang nomor 1
tahun 1974 tentang perkawinan. Menurut
pasal 57 Undang-undang no. 1 tahun 1974,
perkawinan campuran adalah perkawinan
antara dua orang yang di Indonesia tunduk
pada hukum yang berlainan, karena
perbedaan kewarganegaraan, dan salah satu
pihak berkewarganegaraan Indonesia.
Asas-asas utama yang berkembang dalam HPI tentang hukum yang harus digunakan untuk
mengatur validitas material suatu perkawinan adalah :
• Asas lex loci celebrationis yang bermakna bahwa validitas material perkawinan harus
ditetapkan berdasarkan kaidah hukum dari tempat di mana perkawinan
diresmikan/dilangsungkan;
• Asas yang menyatakan bahwa validitas material suatu perkawinan ditentukan
berdasarkan sistem hukum dari tempat masing-masing pihak menjadi warga negara
sebelum perkawinan dilangsungkan;
• Asas yang menyatakan bahwa validitas material perkawinan harus ditentukan
berdasarkan sistem hukum dari tempat masing-masing pihak ber-domicilie sebelum
perkawinan dilangsungkan;
• Asas yang menyatakan bahwa validitas material perkawinan harus ditentukan
berdasarkan sistem hukum dari tempat dilangsungkannya perkawinan (locus
celebrationis), tanpa mengabaikan persyaratan perkawinan yang berlaku di dalam
sistem hukum para pihak sebelum perkawinan dilangsungkan.
Beberapa asas yang berkembang di dalam HPI tentang akibat-akibat
perkawinan (seperti masalah hak dan kewajiban suami istri, hubungan
orang tua dan anak, kekuasaan orang tua, harta kekayaan perkawinan, dan
sebagainya) adalah bahwa akibat-akibat perkawinan tunduk pada :
a. Sistem hukum tempat perkawinan diresmikan (lex loci celebrationis);
b. Sistem hukum dari tempat suami istri bersama-sama menjadi warga
negara setelah perkawinan (joint nationality);
c. Sistem hukum dari tempat suami istri berkediaman tetap bersama
setelah perkawinan (joint residence), atau tempat suami istri ber-
domicile tetap setelah perkawinan.
Perceraian dan Akibat Hukumnya;