Anda di halaman 1dari 8

International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG)

Vol. 1, No. 1, April 2015, pages 34-41

KEWENANGAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL TERHADAP PENINGKATAN


PROFESIONALISME KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (POLRI)
Dahlil Marjon

Fakultas Hukum Universitas Andalas


Email: marjon_dahlil@yahoo.co.id

Abstrak
Komisi Kepolisian Nasional dianggap banyak orang Indonesia sebagai komisi pengawas eksternal Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Namun komisi ini bukanlah komisi pengawas eksternal kepolisian karena tidak
dilengkapi dengan kewenangan memeriksa dan melakukan investigasi terhadap pelaku pelanggaran kode etik
dan pelanggaran kewenangan pelaksanaan tugas lainnya. Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah pertama,
untuk mengkaji dan menganalisis bagaimana eksistensi Komisi Kepolisian Nasional ditinjau dari konstruksi
hukum sebagai sebuah lembaga pengawas eksternal Kepolisian Negara Republik Indonesia, kedua, untuk
mengkaji dan menganalisis mengapa kewenangan Komisi Kepolisian Nasional tidak mencerminkan sebagai
lembaga pengawasan eksternal Kepolisian Negara Republik Indonesia, ketiga, untuk mengkaji dan menganalisis
bagaimana bentuk kewenangan dan tugas yang seharusnya dimiliki oleh Komisi Kepolisian Nasional sebagai
lembaga pengawas eksternal Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kontribusi yang diharapkan dari penelitian
ini adalah untuk memperkaya wawasan dan pemahaman dalam memberdayakan suatu organisasi, terutama
Komisi Kepolisian Nasional, yang terkait dengan fungsi, tugas dan wewenang Komisi Kepolisian Nasional,
khususnya dalam hal kewenangan melakukan pemeriksaan dan investigasi terhadap aparat Polri pelaku
pelanggaran kode etik dan pelanggaran kewenangan pelaksanaan tugas lainnya. Hasil penelitian menjelaskan
bahwa ketiadaan pemberian kewenangan untuk memeriksa dan melakukan investigasi terhadap aparat Polri
pelaku pelanggaran kode etik dan pelanggaran kewenangan pelaksanaan tugas lainnya berpengaruh terhadap
keefektifitasan pelaksanaan tugas sebagai lembaga pengawas fungsional.
Kata kunci: profesionalisme, pengawas, eksternal, kewenangan, komisi

AUTHORITY OF NATIONAL POLICE COMMISSION TO ENHANCE THE


PROFESSIONALISM OF NATIONAL POLICE OF INDONESIA
Abstract
National Police Commission of Indonesia is regarded by most of Indonesian people as an external oversight of
committee Indonesian National Police, although in reality this assumption is wrong. National Police
Commission is not an external police oversight commission. It is said not by the external oversight committee
since it is not equipped with the authority to examine and investigate the perpetrators of code violations and
authority for other duties. The purpose of the research in this paper is first, to examine and analyze on how the
existence of the National Police Commission in terms of construction law as an external watchdog Indonesian
National Police, second, to examine and analyze why the authority of the National Police Commission did not
reflect the external oversight bodies of Indonesian National Police, the third, to examine and analyze the form of
authority and duties that should be owned by the National Police Commission as an external watchdog
Indonesian National Police. Contributions expected from this research are to enrich the knowledge and
understanding to empower an organization, particularly the National Police Commission, related to the
functions, duties and authority of the National Police Commission, especially in terms of authority to do
inspections and investigations against police officers and the perpetrators of code violations and authority for
other duties. The study concluded that the absence of authority to inspect and conduct an investigation of police
officers and the perpetrators of ethic code violations and authority for other duties affect the effectiveness of duty
performance as a watchdog function.
Keywords: professionalism, oversightor, external, authority, commission

34
International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG)
Vol. 1, No. 1, April 2015, pages 34-41

Pengawasan eksternal terhadap Polri selama ini


1. PENDAHULUAN dilakukan oleh berbagai lembaga baik eksekutif,
legislatif, yudikatif. Selain itu, terdapat juga
Indonesia dikenal juga sebagai negara komisi. lembaga-lembaga lain seperti Komisi Ombudsman
Ada belasan komisi yang muncul dalam pelaksanaan
Nasional, Komnas HAM, dan lain sebagainya yang
ketatanegaraan Indonesia. Komisi-komisi tersebut
turut mengawasi Polri. Dengan terbentuknya Komisi
antara lain Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
Kepolisian Nasional, maka pengawasan eksternal
(Komnas HAM), Komisi Pemberantasan Tindak
terhadap Polri seharusnya dilakukan terutama oleh
Pidana Korupsi (KPK), Komisi Penyiaran Indonesia Komisi Kepolisian Nasional tanpa mengurangi
(KPI), Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), wewenang lembaga pengawasan internal. Namun,
Komisi Nasional untuk Anak, Komisi Nasional Anti
peranan Komisi Kepolisian Nasional yang diberikan
Kekerasan terhadap Perempuan, Komisi
Undang-Undang, sangat terbatas sehingga tidak
Ombudsman Nasional (KON), Komisi Hukum
efektif dalam melakukan pengawasan.
Nasional (KHN), Komisi Yudisial, Komisi Selama ini Komisi Kepolisian Nasional
Kejaksaan, Komisi Kepolisian Nasional dan dipersepsikan sebagai lembaga pengawas eksternal
sebagainya. Namun dari banyaknya komisi itu boleh
kepolisian. Persepsi yang demikian tidak saja
dikatakan tidak ada yang betul-betul berfungsi
dilontarkan oleh masyarakat kebanyakan akan tetapi
sebagaimana yang diharapkan. Ada-ada saja
juga oleh kaum intelektual yang berkeinginan untuk
kekurangannya. Paling banyak kekurangannya pada
terlaksananya tugas yang diemban kepolisian sesuai
aspek kewenangan untuk melakukan pemeriksaan dengan norma-norma yang telah ditentukan untuk
dan pelaksanaan investigasi. Padahal kedua aspek ini itu. Sebagian dari anggota DPR pun juga
paling tidak harus ada dalam pembuatan sebuah
mempersepsikan bahwa Komisi Kepolisian Nasional
komisi pengawas.
adalah lembaga pengawas eksternal kepolisian.
Komisi Kepolisian Nasional disebut-sebut
Harapan ini sebetulnya sesuatu yang wajar
sebagai komisi pengawas fungsional kepolisian.
dilontarkan. Hanya saja kenyataan berbicara lain.
Komisi yang diharapkan mampu untuk melakukan Sejak semula pembicaraan pembentukannya di DPR
pemeriksaan dan melakukan investigasi terhadap dan ketika meminta masukan-masukan dan saran-
aparat Polri pelaku pelanggaran kode etik dan
saran dari semua pihak serta pemerintah pada waktu
pelanggaran kewenangan pelaksanaan tugas lainnya.
merancang Undang-Undang nomor 2 tahun 2002
Suatu harapan yang sebetulnya layak dibebankan
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,
kepada Komisi Kepolisian Nasional. Di lapangan,
pembentukan Komisi Kepolisian Nasional tidak
kenyataan yang ditemukan berkata lain. Komisi dimaksudkan sebagai pengawas eksternal kepolisian.
Kepolisian Nasional tidak mampu berperan sebagai Risalah rapat anggota DPR dengan Pemerintah pada
komisi pengawas fungsional kepolisian. Kenapa
waktu membicarakan tentang pembentukan Undang-
demikian? Pertanyaan ini menggelitik untuk dicari
Undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
jawabannya.
Negara Republik Indonesia membuktikan hal itu.
Tambahan lagi tidak ada satu pasalpun yang
2. HASIL DAN PEMBAHASAN mengatakan bahwa Komisi Kepolisian Nasional
adalah pengawas eksternal Kepolisian. Jadi selama
2.1. Pemahaman Keliru ini masyarakat telah keliru memandang peranan dan
Harapan masyarakat adanya suatu komisi tugas Komisi Kepolisian Nasional yang dibentuk
pengawas eksternal Polri sangat besar sekali. Hal ini oleh Peraturan Presiden ini.
disebabkan oleh karena kekuasaan yang besar pada Kekeliruan pandang masyarakat ini sebetulnya
institusi kepolisian tidak diimbangi dengan tidak salah karena begitu besarnya harapan
pengawasan yang memadai untuk kekuasaan masyarakat untuk adanya suatu lembaga pengawas
tersebut. Jauh-jauh hari keadaan ini sudah disinyalir eksternal untuk kepolisian ini. Kekuasaan polisi
oleh Ronny Lihawa, seorang pakar kepolisian yang besar terhadap seorang manusia, sangat rentan
dengan mengatakan pengawasan internal Polri untuk disalahgunakan oleh oknum-oknum yang
terhadap berbagai penyimpangan perilaku anggota tidak bertanggung jawab dan yang hanya
(misconduct) dan keluhan masyarakat selama ini menginginkan keuntungan bagi dirinya atau bagi
dirasakan sangat lemah. Bambang Widodo Umar, orang lain atas perbuatannya.
seorang Dosen Pascasarjana Kajian Ilmu Kepolisian Besarnya harapan masyarakat itu terungkap
Universitas Indonesia juga menerangkan bahwa dari fungsi Komisi Kepolisian Nasional yang
tidak adanya kontrol dari pihak luar Polri merupakan melebihi apa yang ditugaskan padanya oleh
salah satu faktor yang menyebabkan Polri dapat peraturan perundang-undangan. Hal ini tercermin
bersikap tidak netral. Bambang Widodo Umar dalam tindakan Komisi Kepolisian Nasional yang
mengatakan, “Kontrol eksternal polisi dari luar meminta klarifikasi dari Bareskrim Polri pada
struktur pemerintahan tidak ada. Kalau pun ada tanggal 7 Mei 2009 mengenai penanganan laporan
Komisi Kepolisian Nasional, (lembaga) itu diisi tindak pidana Pemilu Legislatif yang dilakukan oleh
pejabat negara yang juga inherent pada Polisi.” ketua dan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU)

35
36 International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG), Vol. 1, No. 1, April 2015, pages 34-41

periode 2007-2012, sebagaimana yang telah melakukan investigasi terhadap aparat Polri pelaku
dilaporkan oleh Bawaslu kepada Mabes Polri, serta pelanggaran kode etik dan pelanggaran kewenangan
banyak kasus lain yang akhir-akhir ini timbul. pelaksanaan tugas lainnya. Pemeriksaan dan
Peraturan tentang tugas dan wewenang Komisi investigasi yang dilakukan tersebut dapat
Kepolisian Nasional tidak mengatur bahwa Komisi terlaksanakan jika Komisi Kepolisian Nasional
Kepolisian Nasional berwenang untuk meminta mempunyai kewenangan untuk itu. Kewenangan
klarifikasi kepada Bareskrim (Polri) terhadap kasus- untuk melakukan investigasi dan pemeriksaan itu
kasus yang ditangani oleh Polri (Bareskrim). Hal ini hanya dapat dimiliki jika Komisi Kepolisian
dilakukan semata-mata untuk memposisikan bahwa Nasional diatur oleh Undang-Undang.
Komisi Kepolisian Nasional adalah sebuah lembaga Sebab kalau tidak demikian maka ketika
pengawas eksternal Polri yang seharusnya tindakan investigasi dan pemeriksaan itu akan
mempunyai kewenangan untuk meminta klarifikasi dilakukan terhadap anggota kepolisian, maka ada
yang demikian kepada Bareskrim Polri. Tugas dan kemungkinan yang bersangkutan menolak.
kewenangan inilah yang diinginkan oleh masyarakat Penolakan didasarkan atas aturan yang mengatur hal
dengan dibentuknya Komisi Kepolisian Nasional. tersebut. Anggota polisi dalam bertindak diatur oleh
Padahal dalam kenyataannya fungsi yang diatur oleh Undang-Undang, maka harus berupa Undang-
Peraturan Presiden ini tidak satupun kata-kata yang Undang pula yang membuat mereka dapat diperiksa.
menyatakan bahwa Komisi Kepolisian Nasional Dengan kondisi yang ada sekarang, maka terjadi
sebagai lembaga pengawas eksternal kepolisian, ketimpangan. Komisi Kepolisian Nasional hanya
sehingga di lapangan Komisi Kepolisian Nasional diatur oleh Peraturan Presiden, sementara polisi
kelebihan muatan yang seharusnya dipikulnya. diatur oleh Undang-Undang. Bagaimana mungkin
Kalaupun diatur oleh Peraturan Presiden di lapangan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Peraturan
tidak akan berdaya jika dibandingkan peraturan yang Presiden dapat mengalahkan aturan-aturan yang
diatur oleh Undang-Undang. Kenyataan telah diatur oleh Undang-Undang. Dengan demikian,
membuktikan bahwa Komisi Kepolisian Nasional ditinjau dari konstruksi hukum maka pembuatan
tidak berdaya menghadapi penolakan klarifikasi Komisi Kepolisian Nasional ada ketidaktepatan
tentang sesuatu hal dari pihak kepolisian. untuk bisa berfungsi sebagai lembaga pengawas
Berdasarkan aturan yang mengatur tentang eksternal kepolisian.
Komisi Kepolisian Nasional memperlihatkan bahwa
keperluan pembentukan Komisi Kepolisian Nasional 2.2. Pelaksanaan Kedaulatan Negara
ini hanya semata-mata dimaksudkan sebagai institusi
yang membantu Presiden dalam menetapkan arah Selama ini banyak komisi-komisi yang
kebijakan kepolisian, dan bukan dimaksudkan dibentuk tidak berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Ketidakberfungsian komisi-komisi yang
sebagai sebuah komisi yang berperan sebagai
dibentuk itu oleh karena keliru dalam memahami
lembaga pengawasan eksternal kepolisian. Dapat
komisi-komisi yang dibentuk ini. Sebagian orang
dikatakan bahwa anggota Komisi Kepolisian
Nasional yang ada sekarang hanya merupakan staf beranggapan bahwa pembentukan komisi-komisi
ahli Presiden di bidang Kepolisian. Oleh karenanya, tersebut hanya untuk mengikuti perkembangan
politik yang ada. Sebagian lagi beranggapan hanya
selama ini kita semua sudah rancu dan keliru
untuk dapat menikmati kekuasaan yang ada dalam
memahami pengertian Komisi Kepolisian Nasional
komisi tersebut. Oleh karena itu, dasar hukum
ini. Pemberian nama dengan kata “Komisi” pada
pembentukannya berbeda-beda antara satu dengan
Komisi Kepolisian Nasional pun adalah hanya untuk
menyamakan sebutan adanya suatu komisi di lainnya. Ada yang pembentukannya didasarkan atas
lembaga kepolisian di dunia luar. Tetapi komisi Undang-Undang, dan ada pula yang didasarkan atas
Peraturan Presiden dan lain-lain.
yang ada di Indonesia sangat berlainan sekali dengan
Padahal kalau kita berpedoman tentang ajaran
fungsi dan kewenangan yang dipunyai oleh komisi
kedaulatan negara, maka kita akan memahami
kepolisian di negara-negara lain.
bahwa pembentukan komisi-komisi bukan kemauan
Ditinjau dari konstruksi peraturan yang
menjadi dasar Komisi Kepolisian Nasional, ada politik yang dituangkan dalam Undang-Undang atau
ketidaktepatan pembuatan peraturannya. Komisi peraturan lain, akan tetapi adalah kewenangan
negara untuk mengawasi lembaga-lembaga yang ada
Kepolisian Nasional sekarang diatur dalam
tersebut. Suatu negara yang merdeka secara otomatis
Peraturan Presiden. Seharusnya Komisi Kepolisian
menjadi negara yang berdaulat untuk menentukan,
Nasional diatur dalam Undang-Undang. Pengaturan
dalam Undang-Undang ini dimaksudkan untuk mengatur, mengarahkan tujuan negara yang ingin
menyeimbangkan kewenangan yang harus dipunyai dicapai. Seorang Jean Bodin yang ahli pikir tentang
negara juga mengatakan bahwa kedaulatan adalah
oleh Komisi Kepolisian Nasional sebagai lembaga
kekuasaan yang tertinggi dalam suatu negara yang
pengawas ekstern dengan lembaga kepolisian yang
berlaku dalam seluruh wilayah dan seluruh rakyat
diatur dengan Undang-Undang. Sebagai lembaga
dalam negara itu. Kedaulatan juga suatu kekuasaan
pengawas, maka Komisi Kepolisian Nasional ada
kemungkinan untuk melakukan pemeriksaan dan yang penuh untuk menentukan dan mengatur seluruh
Dahlil Marjon, Kewenangan Komisi Kepolisian Nasional… 37

wilayah dan negara suatu negara tanpa campur tataran teknis lembaga yang bersangkutan.
tangan dari pemerintahan negara lain. Penciptaan Undang-Undang komisi kepolisian
Fungsi pengawasan ini sebetulnya sudah ada nasional adalah jawaban untuk itu.
dengan sendirinya ketika lembaga yang
dimaksudkan tersebut dibentuk. Seperti sesuatu 2.3. Perbandingan Lembaga Pengawas Negara
benda dengan bayangannya. Apapun jenis Lain
kekuasaan yang dibentuk itu sebetulnya lembaga
Dalam kajian ini terdapat 3 lembaga pengawas
pengawasnya sudah langsung ada berbarengan
dengannya. Lembaga pengawas yang dimaksud eksternal kepolisian negara lain yang digunakan
bukan berada di dalam lembaga yang dibentuk itu sebagai pembanding antara lain negara Inggris,
Belanda dan Jepang. Pengambilan ketiga negara ini
tetapi diluarnya sejajar dengannya. Dengan kata lain,
didasarkan atas sistem hukum dan kondisi negara-
lembaga pengawas yang dimaksud adalah lembaga
negara yang bersangkutan.
pengawas eksternal.
Lembaga pengawas yang berada didalam Sebagaimana diketahui bahwa pada dasarnya
organisasi ini selama ini tidak memuaskan persepsi ada 2 sistem hukum yang berlaku di dunia. Sistem
hukum tersebut adalah sistem hukum anglo saxon
anggapan pihak luar. Pengawasan yang dilakukan
dan sistem hukum Eropa kontinental. Sistem hukum
pengawas internal selama ini dianggap tidak
Anglo Saxon mendasarkan hukumnya pada
transparan. Karenanya pihak luar tidak mempercayai
yurisprundence yaitu pada kebiasaan yang berlaku
hasil investigasi yang dilakukan. Ketidakpercayaan
ini dilatarbelakangi oleh adanya conflict of interest dalam masyarakat. Jadi hukum yang berlaku tersebut
(konflik kepentingannya), yakni melindungi tidak tertulis. Tidak ada kodifikasi terhadap
peraturan-peraturan yang berlaku dalam masyarakat,
kepentingan korps organisasi yang bersangkutan.
dalam arti tidak ada buku Undang-Undang,
Hanya saja selama ini fungsi pengawas dari
sebagaimana dikenal di Indonesia seperti adanya
bayangan itu tidak dimunculkan karena dianggap
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),
lembaga yang dibentuk ini dapat berjalan dengan
semestinya. Sekarang dimunculkan banyak komisi- Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
komisi tersebut oleh karena jalannya tugas dan (KUHAP), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerd) dan lain-lain.
fungsi lembaga yang dibentuk tersebut tidak lagi
Pelaksanaan peradilan yang berlaku adalah
sesuai sebagaimana mestinya.
berdasarkan sistem juri. Terdakwa yang diadili
Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah oleh
dipersidangan, untuk dinyatakan bersalah, maka
karena pembentukan komisi tersebut merupakan
kemauan negara untuk mengawasi lembaga-lembaga dilakukan oleh sejumlah orang yang bertindak
yang ada untuk melaksanakan tujuan negara yang sebagai juri, yang dipilih dari berbagai jenis profesi
dan pekerjaan, serta status. Juri ini merupakan
dicita-citakan tersebut maka pembentukan semua
manifestasi perwakilan negara untuk menentukan
komisi-komisi tersebut harus melalui Undang-
nasib pelaku tindak pidana yang bersangkutan.
Undang. Yang paling penting lagi agar setiap komisi
yang dibentuk itu berfungsi sebagaimana yang Mereka inilah yang akan menyatakan si terdakwa
dikehendaki haruslah dipolakan sebagai pengawas tersebut bersalah atau tidak berdasarkan hasil
persidangan yang dilakukan. Inggris merupakan
yang memiliki segala kewenangan sebagai
negara contoh yang menganut sistem hukum Anglo
pengawas. Kalau kewenangan itu tidak diberikan
Saxon. Pengikut negara-negara Anglo Saxon ini
maka sama saja dengan macam ompong.
disamping Inggris beserta negara jajahannya adalah
DPR sangat memegang peran sekali untuk
terciptanya fungsi pengawasan yang dipunyai oleh Amerika Serikat beserta negara jajahannya, Canada,
Komisi Kepolisian Nasional. Sekarang tergantung Australia, Malaysia, Singapura dan lain. Disamping
itu, Inggris merupakan salah satu bentuk negara
DPR apakah DPR berkeinginan untuk memberi
maju, modern dan berkembang.
peran yang sesungguhnya kepada Komisi Kepolisian
Sementara itu, sistem Eropa kontinental
Nasional. Sekaranglah saatnya DPR untuk
mendasarkan hukumnya pada kitab Undang-Undang
membentuk Undang-Undang tentang Komisi
Kepolisian Nasional itu. DPR mempunyai yang tertulis. Pada banyak hal, hukum yang berlaku
kewenangan untuk mengajukan RUU tentang tersebut dapat dilihat dalam bentuk terkodifikasi.
Bentuknya berupa buku yang merupakan kumpulan
Komisi Kepolisian Nasional. Tidak menunggu dari
dari segala peraturan yang berhubungan dengan
RUU Pemerintah. Tidak cukup hanya DPR
masalah yang diatur. Pelaksanaan pembuktian
memanggil Kapolri untuk hearing (rapat dengar
pendapat) dalam menyikapi sesuatu yang terjadi di sistem peradilannya dilakukan oleh seorang jaksa
tubuh kepolisian. yang merupakan wakil negara yang menuntut pelaku
tindak pidana yang bersangkutan bersalah atau tidak
Dengan pembentukan Undang-Undang komisi
berdasarkan hasil persidangan yang berlangsung.
kepolisian nasional yang mumpuni, peran DPR
Belanda merupakan contoh negara yang menganut
sebagai lembaga pengawas akan sangat tertolong
sistem Eropa kontinental ini. Negara-negara Eropa
jadinya. Selama ini peran pengawas DPR hanya
sebatas permukaan saja, tidak sampai menyentuh daratan pada dasarnya menganut sistem ini,
walaupun tidak semuanya seperti Swiss yang
38 International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG), Vol. 1, No. 1, April 2015, pages 34-41

menganut Anglo Saxon System. Negara Indonesia Yudisial dibentuk dalam rangka membantu
juga merupakan bagian dari sistem Eropa Mahkamah Agung melakukan pembenahan semua
Kontinental ini. hakim agar semua mafia peradilan dapat dihapuskan
Jepang dipilih sebagai pembanding negara di dunia peradilan di Indonesia, tetapi Mahkamah
yang bersifat netral bentuk kepolisiannya. Negara Agung malah menolak untuk dibantu oleh Komisi
Jepang mempunyai bentuk kepolisian masyarakat Yudisial. Jadi yang perlu adalah pengertian dan
(Society Policing). maksud yang dikandung oleh lembaga yang
Di Inggris, Komisi Kepolisiannya disebut dibentuk yang perlu dipahami dengan benar oleh
dengan IPCC ( Independent Police Complaints lembaga yang dijadikan objek pembentukan
Commission). Lembaga ini merupakan lembaga lembaga pengawas yang bersangkutan.
sejenis dengan Komisi Kepolisian Nasional di Ketiga, lembaga pengawas kepolisian di
Indonesia, walaupun dengan kewenangan yang Inggris melakukan publikasi secara baik;
berbeda. Dikatakan berbeda karena IPCC di Inggris Keempat, efektifnya penegakan hukum, sangat
mempunyai kewenangan untuk memeriksa dan ditentukan oleh sistem hukumnya, tingginya
melakukan investigasi terhadap pelaku pelanggaran kesadaran hukum, tersedianya sarana dan fasilitas
kode etik dan pelanggaraan kewenangan umum yang sangat memadai serta penegakan hukum
pelaksanaan tugas lainnya yang dilakukan anggota yang konsisten dan tidak diskriminatif.
polisi. Negara Jepang termasuk salah satu negara
Komisi Kepolisian Inggris merupakan bentuk dalam barisan negara-negara maju di dunia. Jepang
pembanding yang sangat berharga bagi merupakan negara yang unggul dalam segala bidang
pembentukan Komisi Pengawas Eksternal ilmu pengetahuan dan tehnologi walaupun sumber
Kepolisian Indonesia. Pelajaran berharga tersebut daya alam Negara Jepang tidak begitu melimpah
sebagai berikut: Pertama, di Inggris terdapat seperti Indonesia. Namun demikian Jepang
lembaga kepolisian yang masing-masing dikelola merupakan suatu negara yang unik. Walaupun
oleh Police Authority yang beranggotakan 17 merupakan negara yang maju ilmu pengetahuan dan
anggota, dimana 12 di antaranya adalah politisi tehnologinya tetapi dibidang kemasyarakatan tidak
lokal, dan 5 (lima) lainnya ditunjuk secara meninggalkan budaya asli nenek moyang mereka.
independen. Police Authority bertanggung jawab Masyarakat Jepang tetap mempertahankan budaya
untuk menyiapkan anggaran tahunan, sekitar 20 - asli mereka. Perasaan kolektivitas diantara sesama
25% dari local taxes dan sekitar 75-80 % dari warga negara Jepang sangat tinggi. Masyarakat
subsidi pemerintah pusat. Police Authority kemudian Jepang sampai sekarang masih termasuk negara
mengangkat kepala polisi (chief constable) untuk yang homogenitas masyarakatnya masih terjaga.
menjalankan kepolisian setempat, melalui seleksi Tidak banyak orang asing yang menjadi warga
kompetitif. Seorang Chief Constable harus negara Jepang. Sehingga tidak banyak percampuran
mempertanggungjawabkan anggarannya kepada yang terjadi dengan ras lain.
Police Authority. Namun harus Penduduk Jepang masih tetap terjaga dalam
mempertanggungjawaban reputasi dan kepercayaan satu ras yaitu ras Jepang. Dengan demikian, Jepang
kepada publik. Chief Constable memiliki masih dapat tetap mempertahankan budaya asli
kewenangan penuh untuk menentukan strategi masyarakatnya. Kekerabatan antar anggota
lapangan dalam mencapai target yang ditetapkan masyarakat tetap erat, kuat dan dipegang teguh. Oleh
Police Authority. karena itulah Negara Jepang layak disebut negara
Kedua, lembaga pengawas eksternal kepolisian yang unik.
diposisikan sebagai lembaga yang independen, Dalam pengelolaan organisasi kepolisian pun
membantu meringankan beban Polri dari sorotan Negara Jepang merupakan contoh yang sangat
masyarakat yang tidak akan pernah puas bila berharga untuk ditiru dan diteladani oleh negara-
komplain terhadap kinerja Polri, terutama dalam negara lain termasuk Indonesia. Apalagi Indonesia
kasus yang diselidiki oleh aparat Polri itu sendiri. dan Jepang masih termasuk negara berbudaya
Hal ini didasarkan pada teori bahwa peraturan yang ketimuran. Masyarakat kedua bangsa ini masih
efektif mengenai kekuasaan dan berpegang teguh kepada budaya kolektifitasnya.
pertanggungjawaban harus dapat dilaksanakan Rasa kekerabatan dalam masyarakat kedua bangsa
dalam pengertian bahwa ketentuan itu dapat diterima ini masih sangat erat satu dengan lainnya. Nilai-nilai
secara luas dan dihormati oleh polisi. Prosedur tradisional Jepang mengenai kesetiaan dan
disiplin internal harus berkaitan dengan struktur kepatuhan dan rasa kewajiban yang sama-sama
eksternal menurut cara yang diinginkan oleh dimiliki rakyat, juga membantu memperendah
masyarakat. Oleh sebab kalau pengawasan eksternal tingkat kejahatan dan membantu dipeliharanya
dipaksakan pada polisi yang bermusuhan, ikatan antara polisi dan penduduk.
pengawasan itu mungkin ternyata hampa atau malah Di Jepang juga dibentuk Komisi Kepolisian
berupa isyarat yang hasilnya berlawanan. Contoh yang dikenal dengan sebutan National Public Safety
nyata untuk kasus ini adalah antara Mahkamah Commission atau Komisi Keamanan Umum
Agung dan Komisi Yudisial. Walaupun Komisi Nasional (KKUN). Fungsi Komisi Kepolisian ini
Dahlil Marjon, Kewenangan Komisi Kepolisian Nasional… 39

adalah untuk bertindak sebagai lembaga pengawas Komisi Kepolisian Nasional sama dengan
eksternal kepolisian terhadap tindakan-tindakan pengkrerutan keanggotaan komisi yudisial.
yang dilakukan oleh oknum kepolisian. Komisi 3. Untuk dapat berfungsi sebagai komisi
Kepolisian ini mempunyai kewenangan untuk pengawas fungsional eksternal, Komisi
pemeriksaan dan melakukan investigasi terhadap Kepolisian Nasional perlu mengadopsi tata
aparat Polri pelaku pelanggaran kode etik dan cara dan prosedur yang dilakukan oleh negara-
pelanggaran kewenangan pelaksanaan tugas lainnya negara lain yang mempunyai komisi
Negara Belanda pun sekarang mempunyai kepolisiannya. Pada umumnya negara-negara
komisi kepolisian. Komisi kepolisian ini bertugas maju sekarang sudah mempunyai komisi
untuk menampung keluhan-keluhan masyarakat kepolisiannya seperti, Inggris, Jepang, dan
berkenaan dengan kinerja kepolisian. Komisi Belanda dan lain-lain.
kepolisian ini mempunyai kewenangan untuk Berdasarkan uraian kesimpulan tersebut di atas,
memeriksa dan melakukan investigasi terhadap maka ada beberapa saran yang ingin dikemukakan
aparat polisi pelaku penyalahgunaan kekuasaan dan pada bagian ini, yaitu sebagai berikut :
kewenangan pelaksanaan tugas kepolisian lainnya. 1. Disarankan kepada Pemerintah untuk
Komisi kepolisian negara Belanda ini dikenal memberdayakan Komisi Kepolisian Nasional
dengan sebutan de Onafhankelijk Commissie voor ini dengan melakukan revisi terhadap Peraturan
Politieklachten atau Komisi Independen Terhadap Presiden nomor 17 Tahun 2005 tentang Komisi
Keluhan Pada Kepolisian. Pembentukan de Kepolisian Nasional dengan mengatur dalam
Onafhankelijk Commissie voor Politieklachten peraturan yang berbentuk Undang-Undang.
beridasarkan atas Undang-Undang Kepolisian tahun Pengaturan dalam bentuk Undang-Undang ini
1993 dan dibentuk pada tahun 1997. dimaksudkan untuk menghindari adanya
Berdasarkan perbandingan yang dilakukan penolakan atau pengingkaran oleh anggota
terhadap komisi pengawas eksternal negara-negara kepolisian yang harus diperiksa dan dilakukan
lain yang mempunyai komisi pengawas eksternal investigasi oleh Komisi Kepolisian Nasional
juga, maka dapat dikatakan bahwa Komisi dengan alasan bahwa dirinya dalam
Kepolisian Nasional tidak mencerminkan fungsinya melaksanakan tugas didasarkan atas Undang-
sebagai pengawas eksternal Kepolisian Negara Undang, sedangkan Komisi Kepolisian
Republik Indonesia. Nasional hanya dibentuk dengan Peraturan
Presiden. Peraturan Presiden kedudukannya
3. KESIMPULAN DAN SARAN berada dibawah Undang-Undang.
2. Disarankan kepada pemerintah untuk selalu
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan konsisten dalam menerapkan pengawasan
atas permasalahan yang diajukan dalam penelitian
terhadap unsur-unsur sistem peradilan pidana
ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:
oleh karena semua unsur-unsur sistem
1. Komisi Kepolisian Nasional tidak dapat
peradilan pidana merupakan rangkaian dari
berfungsi sebagai lembaga pengawas kesatuan yang tak terpisahkan. Kekurangan
fungsional kepolisian oleh karena tidak atau kecacatan salah satu dari rangkaian
diberikan kewenangan untuk melakukan
tersebut akan menyebabkan rangkaian
pemeriksaan dan investigasi terhadap aparat
keseluruhan akan terganggu. Karenanya
kepolisian pelaku pelanggaran kode etik dan
keterkaitan rangkaian tersebut harus dijaga.
pelanggaran kewenangan pelaksanaan tugas
lainnya. Padahal kewenangan ini menjadi
4. UCAPAN TERIMA KASIH
faktor esensial bagi terciptanya lembaga yang
baik terhadap lembaga yang diawasi oleh Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat
karena aparat lembaga yang bersangkutan akan Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, penulisan artikel ini
berpikir dua kali untuk berbuat yang salah dapat juga penulis selesaikan dengan baik. Penulisan
karena ada resiko yang akan didapat nantinya artikel ini merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan
dari atasan yang berhak menghukum. penelitian yang telah dilakukan beberapa waktu
2. Untuk menjaga independensi dari Komisi yang lalu.
Kepolisian Nasional ini maka anggota-anggota Dapat diselesaikannya artikel ini tidak terlepas
yang mengisi komisi ini betul-betul harus adanya bantuan dari banyak pihak, untuk itu saya
diseleksi. Melibatkan unsur pemerintah masih menghaturkan ucapan terima kasih dan
mengindikasikan adanya conflict of interest penghormatan yang tinggi kepada:
dalam mengambil suatu keputusan terhadap 1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
kepolisian. Kepolisian adalah bagian dari Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta,
Pemerintah. Anggota Komisi Kepolisian melalui surat Perjanjian Penugasan Dalam
Nasional diperuntukan untuk para pakar Rangka Pelaksanaan Penugasan Penelitian
kepolisian, unsur-unsur tokoh masyarakat dan Disertasi Doktor Tahun Anggaran 2010 Nomor
para akademisi. Paling tidak keanggotaan dari : 492/SP2H/PP/DP2M/ VI/2010, tgl. 11 Juni
40 International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG), Vol. 1, No. 1, April 2015, pages 34-41

2010 telah membantu pemberian dana untuk Hidayat, 1984. Sekilas Tentang Pengawasan,
penulisan artikel ini. Majalah Keuangan, No. 125 Oktober.
2. Prof. Dr.Ir. Yogi Sugito, Rektor Universitas Jay A. Sieglar dan Benyamin R. Beede, 1997. The
Brawijaya Malang. Legal Sources of Public Policy, Lexington
3. Prof.Dr. Ir. Siti Chuzaemi, MS, Ketua LPPM Books, Massachussets, Toronto.
Universitas Brawijaya Malang.
Jimly Asshiddiqie, Struktur Ketatanegaraan
4. Herman Suryokumoro, S.H.,MS, Dekan
Indonesia Setelah Perubahan Keempat
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
UUD Tahun 1945, Disampaikan dalam
Malang.
Simposium Nasional yang dilakukan oleh
5. Prof. Dr. I Nyoman Nurjaya, S.H., M.H, Ketua
Badan Pembinaan Hukum Nasional,
Program Studi Doktor Ilmu Hukum Fakultas
Departemen Kehakiman dan HAM,
Hukum Uni-versitas Brawijaya Malang.
Denpasar 14-18 Juli 2003.
6. Prof. Dr. Koesno Adi, S.H.,MS, sebagai
Promotor Disertasi penulis di PDIH FH John Grieve, Clive Harfield and Allyson MacVean,
Unibraw Malang yang telah berkenan memberi 2007. Policing, Sage Publications.
rekomendasi untuk mengikuti penelitian hibah J. Lea and J. Young, 1984. What is to be done about
doktor Unibraw Tahun anggaran 2010 dan Law and Order ?, Harmondsworth :
penulisan artikel ini. Penguin Books., dalam Mochtar Lubis,
Akhir kata, tidak ada gading yang tak retak. 1988, Citra Polisi, Terjemahan S. Maimun,
Begitu juga dengan penulisan ini, disana sini masih Yayasan Obor Indonesia.
banyak kekurangan. Namun keinginan untuk M. Brogden, 1982. The Police : Autonomy and
memberikan pemikiran yang terbaik, maka penulis Consent, London and New York :
harus melakukannya. Kritik dan saran yang Academic Press, bab 8., dalam Mochtar
konstruktif sangat diharapkan sekali adanya demi Lubis, 1988, Citra Polisi, Terjemahan S.
perbaikan dan penyempurnaan penulisan ini. Maimun, Yayasan Obor Indonesia.
Terima kasih.
M. Grigg, 1965. The Challenor Case,
Harmondsworth : Penguin Books., dalam
5. DAFTAR PUSTAKA
Mochtar Lubis, 1988, Citra Polisi,
Adnan Pandupraja, Sekilas Pandangan Mata Terjemahan S. Maimun, Yayasan Obor
Tentang National Public Safety Indonesia.
Commission di Jepang, Suara Kompolnas, M. Manulang, 2004. Dasar-Dasar Manajemen,
Volume 1, nomor 3 Juli s/d September Jakarta: Penerbit Rhineka Cipta.
2009, hal. 31
M. Van Hoecke. 1984. Aard en Methode Van de
Bernard Arief Sidharta, 2000. Refleksi tentang Rechtswetenschap, Tanpa Penerbit.
Struktur Ilmu Hukum, Bandung: CV.
Mochtra Lubis (penyunting) , 1988. Penerjemah S.
Mandar Maju.
Maimun, Citra Polisi, Jakarta: Penerbit
B. Whitaker, 1964. The Police, London : Penguin Yayasan Obor Indonesia.
Books., dalam Mochtar Lubis, 1988, Citra
Peter Mahmud Marzuki, 2006. Penelitian Hukum,
Polisi, Terjemahan S. Maimun, Yayasan
Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media
Obor Indonesia.
Group.
Chapman, B., 1978. The Canadian Police, Paper for
Poerwadarminta, 2003. Kamus Bahasa Indonesia
Police Studies, Without Publisher.
Lengkap, Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.
D. Steer, 1980. Uncovering Crime, Royal
Robert Reiner, 1985. Police Power and
Commission on Criminal Prosedure
Acountability, The Politics of the Police,
Research Study, London : HMSO., dalam
Wheat Sheat Books Ltd, Sussex, p.167-196.
Mochtar Lubis, 1988, Citra Polisi,
dalam Mochtar Lubis, 1988, Citra Polisi,
Terjemahan S. Maimun, Yayasan Obor
Terjemahan S. Maimun, Yayasan Obor
Indonesia.
Indonesia.
G. Marshall, 1969. Police accountability revisited,
Ronny Hanitijo Soemitro. 1988. Metodologi
dalam D. Butler dan A.H. Halsey dan G.
Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta:
Wilson, The Police : A Study in Manpower,
Ghalia Indonesia.
London : Macmillian, dalam Mochtar
Lubis, 1988, Citra Polisi, Terjemahan S. Sadjijono, 2008. Mengenal Hukum Kepolisian,
Maimun, Yayasan Obor Indonesia. Perspektif Kedudukan dan Hubungannya
Dalam Hukum Administrasi, Surabaya:
Harsja W. Bachtiar, 1988. Kata Pengantar, dalam
Penerbit Laksbang Mediatama.
Mochtar Lubis, Citra Polisi, Terjemahan S.
Maimun, Yayasan Obor Indonesia. Sir Robert Mark, 1977. Policing a Perplexed
Society, London : Allen & Unwin, dalam
Dahlil Marjon, Kewenangan Komisi Kepolisian Nasional… 41

Mochtar Lubis, 1988, Citra Polisi,


Terjemahan S. Maimun, Yayasan Obor
Indonesia.
Soerjono Soekanto. 1983. Pengantar Sejarah
Hukum, Bandung: Alumni.
Sunaryati Hartono, 1994. Penelitian Hukum di
Indonesia Pada akhir Abad Ke-20.
Bandung: Penerbit PT. Alumni.
Van Vollenhoven, 1994. dalam Memet Tanumidjaja
dikutip Momo Kelana, Hukum Kepolisian,
Penerbit PTIK, Jakarta: Yayasan Brata
Bhakti dan PT Gramedia Widiasarana.
Tim Kompolnas, Kompolnas Meninjau Pengawas
Kepolisian Independen di Inggris, Suara
Kompolnas Vol. II No. I Januari s/d Maret
2010.
______, TAP MPR RI No.IV/MPR/1999 Tentang
Garis-Garis Besar Haluan Negara.
______, Ketetapan MPR RI Nomor VII/MPR/2000
tentang Peran TNI dan Peran Polri.
______, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
______, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
______, Majalah The Guardian, tgl. 19 Maret 1981,
dalam Mochtar Lubis, 1988, Citra Polisi,
Terjemahan S. Maimun, Yayasan Obor
Indonesia.
______, 2009, Harian Kompas Kamis 26 Nopember.

Anda mungkin juga menyukai