Lembaga Negara Indonesia adalah lembaga-lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UUD,
UU, atau oleh peraturan yang lebih rendah. Lembaga negara bukan konsep yang secara terminologis
memiliki istilah tunggal dan seragam. Di dalam literature Inggris, istilah political institution digunakan
untuk menyebut lembaga negara, sedangkan bahasa Belanda mengenal istilah staat organen atau
staatsorgaan untuk mengartikan lembaga negara. Sementara di Indonesia, secara baku digunakan istilah
lembaga negara, badan negara, atau organ negara. Secara sederhana, istilah lembaga negara atau organ
negara dapat dibedakan dari perkataan lembaga atau organ swasta, lembaga masyarakat, atau yang
biasa dikenal dengan sebutan organisasi non-pemerintah (ornop). Oleh karena itu, lembaga apapun
yang dibentuk bukan sebagai lembaga masyarakat dapat disebut lembaga negara, baik berada dalam
ranah eksekutif, legislatif, yudikatif, ataupun yang bersifat campuran. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata “lembaga” memiliki beberapa arti, salah satu arti yang paling relevan digunakan dalam
penelitian ini adalah badan atau organisasi yang tujuannya melakukan suatu usaha. Kamus tersebut juga
memberi contoh frase yang menggunakan kata lembaga, yaitu “lembaga pemerintah” yang diartikan
sebagai badan-badan pemerintahan dalam lingkungan eksekutif. Apabila kata “pemerintah” diganti
dengan kata “negara”, maka frase “lembaga negara” diartikan sebagai badan- badan negara di semua
lingkungan pemerintahan negara (khususnya di lingkungan eksekutif, legislatif, dan yudikatif).
- Lembaga negara di tingkat pusat dapat dibedakan dalam empat tingkatan kelembagaan
yakni:
Lembaga yang dibentuk berdasarkan UUD seperti Presiden, Wakil Presiden, MPR, DPR,
DPD, BPK, MA, MK, dan KY;
Lembaga yang dibentuk berdasarkan UU seperti Kejaksaan Agung, Bank Indonesia, KPU,
KPK, KPI, PPATK, Ombudsman dan sebagainya;
8 lembaga Negara diatas merupakan kekuatan utama dalam suprastruktur politik di Negara
Indonesia.
Lembaga ini dibentuk sebagai salah satu bagian agenda pemberantasan korupsi yang
merupakan salah satu agenda terpenting dalam pembenahan tata pemerintahan di Indonesia7.
Pembentukan komisi ini merupakan amanat dari ketentuan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Melalui Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, komisi ini pun sah didirikan
dan memiliki legitimasi untuk menjalankan tugasnya. KPK dibentuk sebagai respons atas tidak
efektifnya kepolisian dan kejaksaan dalam memberantas korupsi yang semakin merajalela.
Adanya KPK diharapkan dapat mendorong penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance).
- Lembaga Eksekutif di Indonesia
Yang mencakup lembaga eksekutif adalah presiden, wakil presiden dan kabinetnya. Baik
presiden maupun wakil presiden, sama-sama dipilih oleh elektorat Indonesia dalam pemilihan
presiden. Presiden dan wakil presiden menjabat selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan (maka totalnya 10 tahun).
Selama masa kampanye presiden dan wakil presiden adalah sebuah pasangan yang tak
terpisahkan. Dengan demikian komposisi calon presiden dan calon wakil presiden butuh
strategi. Hal-hal yang dapat mempengaruhi strateginya adalah latar belakang etnis (dan agama)
dan posisi sosial (sebelumnya) dalam masyarakat.
Yang mencakup lembaga legislatif adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). MPR
berwenang menyusun atau mengubah Undang-Undang Dasar dan melantik (atau
memberhentikan) presiden. MPR adalah sebuah lembaga legislatif bikameral yang terdiri dari
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
DPR, yang terdiri dari 560 anggota, bertugas membentuk dan menyetujui undang-undang,
menghitung anggaran tahunan bersama presiden dan mengawasi pelaksanaan undang-undang
dan isu-isu politik. Anggota DPR dipilih untuk masa kerja lima tahun dengan proporsi perwakilan
yang adil berdasarkan hasil pemilu. Sayangnya, DPR mengantongi reputasi buruk karena isu-isu
skandal korupsi yang acap kali dilakukan oleh para anggotanya.
DPD menangani keputusan, undang-undang dan isu-isu yang memang berhubungan dengan
daerah yang dimaksud, dengan demikian keberadaanya mampu meningkatkan perwakilan
daerah di tingkat nasional. Tiap provinsi di Indonesia memilih empat calon anggota DPD (yang
akan bekerja di pemerintahanan selama lima tahun) dari non-partai. Karena Indonesia memiliki
32 provinsi, maka jumlah anggota DPD adalah 132 orang.
Yang dimaksud lembaga yudikatif adalah Mahkamah Agung. Mahkamah Agung (MA) adalah
mahkamah tertinggi dalam sistem peradilan Indonesia. MA adalah pengadilan paling tinggi
dalam proses naik banding dan MA juga menangani sengketa di pengadilan-pengadilan yang
lebih rendah. Tahun 2003 sebuah Mahkamah baru dibentuk, yaitu Mahkamah Konstitusi. MK
memonitor keputusan-keputusan yang dibuat oleh kabinet dan parlemen (MPR) dan posisinya
sejajar dengan Konstitusi Indonesia. Sebagian besar kasus-kasus legal dapat ditangani oleh
pengadilan umum, pengadilan administrasi, pengadilan agama dan pengadilan militer.
Sebuah Komisi Yudisial mengawasi pemeliharaan jabatan, martabat dan perilaku hakim-hakim
Indonesia. Ada banyak laporan Bahwa lembaga peradilan di Indonesia tidak bebas dari korupsi
dan tidak sepenuhnya independen dari cabang-cabang politik lain.
Setelah masa reformasi sejak tahun 1998, banyak sekali lembaga-lembaga dan komisi-komisi
independen yang dibentuk. Menurut Jimly Assshiddiqie, beberapa di antara lembaga-lembaga atau
komisi-komisi independent dimaksud dapat diuraikan di bawah ini dan dikelompokkan sebagai berikut.
2. Lembaga Negara dan Komisi-Komisi Negara yang bersifat independen berdasarkan konstitusi
atau yang memiliki constitutional importance lainnya, seperti :
f) Kejaksaan Agung
e) Komisi Kepolisian
f) Komisi Kejaksaan
6. Lembaga, Korporasi, dan Badan Hukum Milik Negara atau Badan Hukum yang dibentuk untuk
kepentingan negara atau kepentingan umum lainnya, seperti :