UP H A K
K AN
AY ENEGA USI A
P A N
A A SI M
AS
n Pe
u a ng
aj ho
rm
e m ata
P n
Pe HAM n
g a
ne u n
ga nd
ka rl i
n Pe
KEMAJUAN HAM DI INDONESIA
Pada masa RIS (27 Desember 1949-15 Agustus 1950), pengakuan
dan penghormatan HAM, setidaknya secara legal formal, sangat maju
dengan dicantumkannya tidak kurang dari tiga puluh lima pasal dalam
UUD RIS 1949. Akan tetapi, singkatnya masa depan RIS tersebut tidak
memungkinkan untuk melaksanakan upaya penegakan HAM secara
menyeluruh.
Kemajuan yang sama, secara konstitusional juga berlangsung
sekembalinya Indonesia menjadi negara kesatuan dan berlakunya UUDS
1950 dengan dicantumkannya tiga puluh delapan pasal di dalamnya.
Pada masa berlakunya UUDS 1950 tersebut, penghormatan atas HAM
dapat dikatakan cukup baik. Patut diingat bahwa pada masa itu,
perhatian bangsa terhadap masalah HAM masih belum terlalu besar. Di
masa itu, Indonesia menyatakan meneruskan berlakunya beberapa
konvensi Organisasi Buruh Internasional (International Labor
Organization/ILO) yang telah diberlakukan pada masa Hindia Belanda
oleh Belanda dan mengesahkan Konvensi Hak Politik Perempuan pada
tahun 1952.
Di tataran internasional, selama tiga puluh dua tahun masa Orde
Baru, Indonesia mengesahkan tidak lebih dari dua instrumen
internasional mengenai HAM, yakni Konvensi tentang Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (1979) dan Konvensi
tentang Hak Anak (1989). Pada tahun 1993 lalu dibentuk Komnas HAM
berdasarkan Keputusan Presiden No. 50 tahun 1993, yang bertujuan
untuk membantu mengembangkan kondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan HAM dan meningkatkan perlindungan HAM “guna
mendukung tujuan pembangunan nasional”.
Sejak runtuhnya rezim otoriter dan represif Orde Baru, gerakan
penghormatan dan penegakan HAM, yang sebelumnya merupakan
gerakan arus bawah, muncul ke permukaan dan bergerak secara
terbuka. Gerakan ini memperoleh impetus dengan diterimanya Tap
MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM. Pembuatan peraturan
perundang-undangan sebagai “perangkat lunak” berlanjut dengan
diundang-undangkannya UU No. 26 tahun 2000 tentang pengadilan
HAM yang memungkinkannya dibentuk pengadilan HAM ad hoc guna
mengadili pelanggaran HAM yang berat yang terjadi sebelum UU
PENGHORMATAN HAM DI
INDONESIA
1. Memengaruhi pengambil kebijakan dalam pembuatan
perundang-undangan yang melindungi HAM.
Masyarakat diharapkan dapat membantu terwujudnya
peraturan yang menghormati dan melindungi HAM.
6. Mengutamakan kepentingan
masyarakat dan kesatuan nasional
dalam penyelasaian masalah
pelanggaran HAM.
PENEGAKAN HAM DI INDONESIA
3.1 Upaya Penegakan HAM Oleh Masyarakat
• Menyampaikan laporan apabila terjadi pelanggaran HAM
kepada KOMNAS HAM atau lembaga lain yang berwenang
dalam rangka perlindungan dan pemajuan HAM.
1. Pancasila
2. UUD 1945
Pembukaan UUD 1945
Alinea ke-1 : Hak Merdeka
Alinea ke-4 :Negara melindungi segenap rakyat Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum,mencerdasakan kehidupan ban
gsa, dan ikut serta memilihara perdamaian dunia
Batang Tubuh (Pasal-Pasal) UUD 1945
BAB XA ** Hak Asasi Manusia
Pasal 28A – Pasal 28J
Ket : ** (Amandemen ke-2 di sahkan 18 agustus 2000)
3. TAP MPR No. XVII/MPR/1998
Terdiri dari 10 Bab dan 44 Pasal
4. Undang-Undang
1)UU RI No. 39 Th 1999 Tentang HAM. Terdiri dari 11
Bab dan 106 Pasal
2)UU RI No. 26 Th 2000 Tentang Pengadilan HAM
Terdiri dari 10 Bab dan 51 Pasal
3)KEPPRES No 129 tentang rencana aksi nasional
HAM Indonesia
4)PP No. 3 Th 1998 tentang kompensasi dan
rehabilitasi terhadap korban pelanggaran HAM.
5)PP No. 2 Th 2002 tentang tata cara perlindungan
korban dan sanksi dalam pelaggaran HAM.
Kesimpulan
HAM memiliki kedudukan penting untuk setiap
manusia di mata dunia, namun di Indonesia ma
sih banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran HA
M, oleh karena itu pemerintah Indonesia memb
erantas pelanggaran HAM dengan cara membu
at ketetapan Undang-undang yang baru dan ber
bagai instrument hokum lainnya dan juga mem
buat lembaga-lembaga penanganan HAM yang
ada di Indonesia, tak lupa juga peran serta mas
yarakat dan para LSM yang membantu dalam pr
oses penegakan HAM di Indonesia.