Anda di halaman 1dari 14

1).

JELASKAN DIMENSI HAM

Konsep hak asai manusia memiliki dimensi yang mana dalam penegakan HAM
terdapat 2 (dua) pandangan besar tentang sifat berlakunya HAM di suatu Negara
dimana terdapat suatu Negara menerima HAM sebagai sesuatu yang bersifat
universal dan yang bersifat partikularistis yaitu :

Pandangan universal:

1. Pandangan universal absolute

Pandangan ini melihat HAM sebagai nilai-nilai universal sebagaimana


dirumuskan dalam dokumen-dokumen HAM internasional, seperti the
international Bill of Human Rights. Penganut pendangan ini adalah Negara-
negara maju.

2. Pandangan universal relatif

Pandangan ini melihat persoalan HAM sebagai masalah universal. Namun


demikian, perkecualian dan pembatasan yang didasarkan atas asas-asas hukum
nasional tetap diakui keberadaanya. Sebagai contoh, ketentuan yang diatur dalam
pasal 29 ayat 2 universal declaration of human right (UDHR) yang menegaskan
bahwa: penerapan hal-hal dan kebebasannya, setiap orang dihadapkan pada suatu
batasan-batasan tertentu yang ditentukan oleh hukum yang bertujuan untuk
melindungi penghargaan dan penghormatan terhadap hak-hak dan kebebasaan
orang lain dan memenuhi syarat-syarat yang adil dari segi moral, norma
masyarakat, dan kerjasama umum dalam masyarakat demokrasi.

Pandangan partikularistis:

1. Pandangan partikularistis absolute

Pandangan ini melihat HAM sebagai persoalan masing-masing bangsa, tanpa


memberikan alasan yang kuat, khususnya dalam melakukan penolakan terhadap
berlakunya dokumen dokumen internasional. Pandangan ini sering kali
menimbulkan kesan egois, defensive dan pasif tentang HAM.

2. Pandangan partikularistis relative


Dalam pnadangan ini, HAM dilihat di samping sebagai maslah universal juga
merupakan maslah nasional masing-masing bangsa. Berlakunya dokumen-
dokumen HAM internasional harus diselaraskan, diserasikan dan diseimbangkan,
serta memperoleh dukungan budaya bangas. Pandangan ini tidak hanya
menjadikan kekhususan di lain pihak juga aktif mencari perumusan dan
pembenaran terhadap karakteristik HAM yang dianutnya.

Secara konseptual, HAM memiliki dua dimensi, yaitu :

- Dimensi Moral, dan


- Dimensi Hukum.

- Dimensi yang pertama yaitu Dimensi Moral dari HAM, artinya bahwa HAM
adalah hak yang tidak dapat di pisahkan dan di cabut (non-derogable rights),
karena hak tersebut merupakan hak asasi manusia karena ia adalah manusia.

- Dimensi yang kedua yaitu Dimensi Hukum, adalah HAM yang dituangkan
dalam berbagai instrumen hukum baik internasional maupun nasional yang
di susun sesuai dengan proses pembentukan hukum baik di level nasional
maupun internasional.

2). BAGAIMANA BENTUK PENEGAKAN HAM DI INDONESIA

Bentuk penegakan HAM di Indonesia ialah dengan mengeluarkan dan


mengesahkan peraturan Undang-undang yang melindungi dan menegakan HAM.
Antara lain :

- Undang Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM.

1) Hak untuk hidup (misalnya hak: mempertahankan hidup, memperoleh


kesejahteraan lahir batin, memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat);

2) Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan.

3) Hak mengembangkan diri (misalnya hak : pemenuhan kebutuhan dasar,


meningkatkan kualitas hidup, memperoleh manfaat dari iptek, memperoleh
informasi, melakukan pekerjaan sosial);
4) Hak memperoleh keadilan (misalnya hak : kepastian hukum, persamaan di
depan hukum);

5) Hak atas kebebasan pribadi (misalnya hak : memeluk agama, keyakinan politik,
memilih status kewarganegaraan, berpendapat dan menyebarluaskannya,
mendirikan parpol, LSM dan organisasi lain, bebas bergerak dan bertempat
tinggal);

6) Hak atas rasa aman (misalnya hak : memperoleh suaka politik, perlindungan
terhadap ancaman ketakutan, melakukan hubungan komunikasi, perlindungan
terhadap penyiksaan, penghilangan dengan paksa dan penghilangan nyawa);

7) Hak atas kesejahteraan (misalnya hak : milik pribadi dan kolektif, memperoleh
pekerjaan yang layak, mendirikan serikat kerja, bertempat tinggal yang layak,
kehidupan yang layak, dan jaminan sosial);

8) Hak turut serta dalam pemerintahan (misalnya hak: memilih dan dipilih dalam
pemilu, partisipasi langsung dan tidak langsung, diangkat dalam jabatan
pemerintah, mengajukan usulan kepada pemerintah);

9) Hak wanita (hak yang sama/tidak ada diskriminasi antara wanita dan pria
dalam bidang politik, pekerjaan, status kewarganegaraan, keluarga perkawinan);

10)Hak anak (misalnya hak : perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat
dan negara, beribadah menurut agamanya, berekspresi, perlakuan khusus bagi
anak cacat, perlindungan dari eksploitasi ekonomi, pekerjaan, pelecehan sexual,
perdagangan anak, penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya).

- Undang Undang RI Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi


PBB tentang Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
(disingkat sebagai Konvensi Wanita).

Dengan ratifikasi Konvensi Wanita tersebut, maka segala bentuk diskriminasi


yang didasarkan pada perbedaan jenis kelamin (lakilaki perempuan) harus
dihapus. Misalnya, perlakuan pemberian upah buruh wanita dibawah upah buruh
pria harus dihapus, begitu pula dunia politik bukanlah milik pria maka perempuan
harus diberi kesempatan yang sama menduduki posisi dalam partai politik
maupun pemerintahan.

- Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Bertitik tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan
komprehensif, undang-undang ini meletakkan kewajiban memberikan
perlindungan kepada anak berdasarkan

asas-asas sebagai berikut :

a. nondiskriminasi;

b. kepentingan yang terbaik bagi anak;

c. hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan

d. penghargaan terhadap pendapat anak.

- Undang Undang RI Nomor 8 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi


Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang
Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia
(Convention Against Torture and Other Cruel, Inhumanor Degrading
Treatment or Punishment).

- Konvensi ini mengatur pelarangan penyiksaan baik fisik maupun mental, dan
perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, atau
merendahkan martabat manusia yang dilakukan oleh atau atas hasutan dari
atau dengan persetujuan/sepengetahuan pejabat publik dan orang lain yang
bertindak dalam jabatannya.

- Undang Undang RI Nomor 1 Tahun 2000 Tentang Pengesahan Konvensi ILO


nomor 182 Mengenai Pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan
BentukBentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak.

- Menurut Konvensi ILO (International Labour Organization/Organisasi Buruh


Internasional) tersebut, istilah bentuk-bentuk terburuk kerja anak
mengandung pengertian sebagai berikut:
- 1). Segala bentuk perbudakan atau praktik-praktik sejenis perbudakan,
misalnya:

- a) penjualan anak; - e) kerja paksa atau wajib kerja;

- b) perdagangan anak-anak; - f) pengerahan anak-anak secara


paksa atau wajib untuk
- c) kerja ijon;
dimanfaatkan dalam konflik
- d) perhambaan (perbudakan); bersenjata;

- 2). Pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk pelacuran, untuk


produksi pornografi, atau untuk pertunjukan-pertunjukan porno;

- 3). Pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk kegiatan haram,


khususnya untuk produksi dan perdagangan obat-obatan.

- 4). Pekerjaan yang sifatnya atau lingkungan tempat pekerjaan itu dilakukan
dapat membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak.

- Dengan UURI Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO


nomor 182, maka negara Republik Indonesia wajib mengambil langkah-
langkah legislatif, administratif, hukum, dan langkah-langkah efektif lain guna
mencegah tindakan praktek memperkerjakan anak dalam bentuk-bentuk
terburuk kerja anak dalam industri maupun masyarakat.

- Undang Undang RI Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan


Internasional Tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International
Covenant on Economic, Social and Cultural Rights).

- Kovenan terdiri dari pembukaan dan pasal-pasal yang mencakup 31 pasal.


Intinya kovenan ini mengakui hak asasi setiap orang di bidang ekonomi,
sosial, dan budaya, yang meliputi :

- 1) hak atas pekerjaan,

- 2) hak untuk menikmati kondisi kerja yang adil dan menyenangkan,

- 3) hak untuk membentuk dan ikut serikat buruh,


- 4) hak atas jaminan sosial, termasuk asuransi sosial ,

- 5) hak atas perlindungan dan bantuan yang seluas mungkin bagi keluarga, ibu,
anak, dan orang muda,

- 6) hak atas standar kehidupan yang memadai,

- 7) hak untuk menikmati standar kesehatan fisik dan mental yang tertinggi
yang dapat dicapai,

- 8) hak atas pendidikan , dan

- 9) hak untuk ikut serta dalam kehidupan budaya.

- g. Undang Undang RI Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan


Internasional tentang Hakhak Sipil dan Politik (International Covenant on
Civil and Political Rights).

- Kovenan ini mengukuhkan pokok-pokok HAM di bidang sipil dan politik


yang tercantum dalam UDHR sehingga menjadi ketentuan-ketentuan yang
mengikat secara hukum. Kovenan tersebut terdiri dari pembukaan dan Pasal-
Pasal yang mencakup 6 bab dan 53 Pasal. Hakhak sipil (kebebasan
kebebasan fundamental) dan hakhak politik meliputi :

- Hak-hak sipil :

- 1) hak hidup;

- 2)hak bebas dari siksaan, perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak
manusiawi, atau merendahkan martabat;

- 3) hak bebas dari perbudakan;

- 4) hak bebas dari penangkapan atau penahanan secara sewenang-wenang;

- 5) hak memilih tempat tinggalnya, untuk meninggalkan negara manapun


termasuk negara sendiri;

- 6) hak persamaan di depan peradilan dan badan peradilan;

- 7) hak atas praduga tak bersalah.


- 8) hak kebebasan berpikir;

- 9) hak berkeyakinan dan beragama;

- 10) hak untuk mempunyai pendapat tanpa campur tangan pihak lain;

- 11) hak atas kebebasan untuk menyatakan pendapat;

- 12) hak atas perkawinan/membentuk keluarga;

- 13) hak anak atas perlindungan yang dibutuhkan oleh statusnya sebagai anak
dibawah umur, keharusan segera didaftarkannya setiap anak setelah lahir dan
keharusanmempunyai nama, dan hak anak atas kewarganegaraan;

- 14) hak persamaan kedudukan semua orang di depan hukum dan

- 15) hak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi.

- Hak hak Politik :

- 1) hak untuk berkumpul yang - 4) hak memilih dan dipilih;


bersifat damai;
- 5) hak untuk mempunyai
- 2) hak kebebasan berserikat; aksespada jabatan publik di
negaranya .
- 3) hak ikut serta dalam urusan
publik;

- - Undang-undang RI Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.

- Undang-undang ini mengatur pengadilan terhadap pelanggaran HAM berat.

- Bangsa Indonesia sebagai warga dunia dan anggota PBB memiliki


tanggungjawab moral untuk melaksanakan Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia. Begitu pula atas desakan masyarakat bagi pengembangan kehidupan
yang demokratis dan pelaksanaan HAM serta adanya Ketetapan MPR No.
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, maka dipandang perlu
membentuk UndangUndang HAM. UURI Nomor 39 Tahun 1999 tentang
HAM lahir dalam suasana di atas.

-
-
- MEMBENTUK KELEMBAGAAN HAM DI INDONESIA

o KOMNAS HAM, dengan (KEPPRES No. 50 Tahun 1993 pada


Tanggal 17 Juni 1993 dan kemudian di kukuhkan melalui UU RI No.
39 Tahun 1999 tentang HAM)
o Pengadilan HAM, berdasarkan (UU RI No. 26 Tahun 2000 tentang
pengadilan hak asasi manusia)
o Lembaga Bantuan Hukum
o Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR), berdasarkan (UU RI
nomor 27 tahun 2004)
o Komisi Perlindungan Anak Indonesia, berdasarkan (UU RI No. 23
Tahun 2002)

- 3). JELASKAN PENGATURAN HAM TERKAIT DENGAN


PERLINDUNGAN KELOMPOK RENTAN

- Kelompok rentan adalah orang-orang yang lemah dan rawan terhadap hukum
dan HAM, dengan karakteristik-karakteristik yang mencirikan usia, jenis
kelamin, suku/ ras, kelompok minoritas dan pengungsi (baik pengungsi lintas
batas maupun pengungsi di dalam internal Negara atau Internally Displace
Persons (IDPs). Kelompok ini sering menjadi sasaran kejahatan dan
penyalahgunaan wewenang/ kekuasaan, sasaran pelanggaran HAM, dan tidak
mendapat penghormatan yang layak sebagai manusia, serta tidak mampu
melindungi dirinya secara yang seharusnya. Kelompok ini perlu mendapatkan
perlindungan hukum baik oleh aparat penegak hukum maupun Negara.
Kelompok-kelompok rentan adalah:

- 1. Anak-anak - 3. IDPs (Internally Displace


Persons) dan pengungsi
- 2. Perempuan
- 4. Kelompok Minoritas

- 1. HAM ANAK

- Anak masuk ke dalam kategori rentan karena :


- 1. Fisik yang masih lemah - 3. Pengetahuan yang masih
terbatas
- 2. Psikis yang masih labil
- 4. Pengalaman hidup yang
kurang

- Dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan Anak, memuat


prinsip-prinsip perlindungan anak mewajibkan perlakuan:

- 1. non diskriminasi - 3. hak hidup, berkelanjutan dan


perkembangan
- 2. kepentingan terbaik anak
- 4. menghormati/ menghargai
pendapat anak

- Perlindungan terhadap anak dari tindak kekerasan dan diskriminasi, yang


merupakan bagian dari perlindungan negara terhadap warga negaranya
dinyatakan dengan secara tegas pada Pasal 28B (2) UUD 1945, setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Demikian juga jaminan
terhadap anak untuk mendapatkan pendidikan, ditegaskan pada Pasal 31 (1)
1945, dimana untuk pendidikan dasar bagi anakpun pemerintah wajib
membiayainya (pasal 31 (2) UUD 1945).

- Terhadap anak terlantar negara mempunyai kewajiban untuk memelihara


(Pasal 34 (1) UUD 1945), dan juga negara bertanggungjawab atas penyediaan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh fasilitas
pelayanan kesehatan ( Pasal 28H (1) UUD 1945).

- Dengan demikian kewajiban negara dalam memberi perlindungan terhadap


anak yang mengalami masalah anak dalam konsep negara hukum mencakup
perlindungan:

- 1. anak-anak yang tidak mampu - 3. anak-anak yang mengalami


masalah penyimpangan perilaku
- 2. anak-anak terlantar
- 4. anak-anak cacat fisik dan cacat
mental.
- Dan terhadap anak yang tidak mengalami hal-hal tersebut diatas, negara,
orang tua bersama-sama masyarakat tetap mempunyai kewajiban untuk
menjamin, melindungi dan mewujudkan kesejahteraan anak dengan
memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya sebagai anak yang
merupakan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa.

- Melalui Keputusan Presiden Nomor 39 Tahun 1990, Hak-hak anak tersebut


dikelompokkan menjadi 4 (empat) bidang:

- (1) Hak atas kelangsungan hidup, mencakup hak atas tingkat hidup yang layak
dan pelayanan kesehatan.

- (2) Hak untuk berkembang, mencakup hak atas pendidikan, informasi, waktu
luang, ekpresi, berkreasi, keyakinan/ beragama serta hak anak cacat atas
pelayanan, perlakuan dan perlindungan khusus.

- (3) Hak perlindungan, mencakup perlindungan dari eksploitasi, perlakuan


kejam dan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana

- (4) Hak partisipasi, mencakup hak kebebasan berpendapat, berserikat serta hak
untuk ikut dalam pengambilan keputusan yang menyangkut dirinya.

- 2. HAM PEREMPUAN

- Berdasarkan hukum, kaum perempuan berhak atas kesempatan dan


perlindungan HAM yang sama di bidang sipil, politik, ekonomi, social,
budaya serta bidang-bidang lainnya. Harkat martabat dan hak asasi perempuan
sebagai manusia seutuhnya sudah diakui melalui instrument-instrumen dasar
masyarakat internasional, misalnya melalui Piagam PBB tentang persamaan
hak bagi laki-laki dan perempuan, DUHAM. Di INDONESIA

- 3. HAM BAGI IDPS (INTERNALLY DISPLACED PERSONS) DAN


PENGUNGSI

- IPDS adalah istilah yang diambil dari bahasa inggris untuk menunjuk kepada
pengertian pengungsi di negeri sendiri. Perbedaannya dengan pengungsi
adalah pada situasi faktual lokasi mereka. Pengungsi adalah orang atau
sekelompok orang yang meninggalkan tempat tinggalnya dengan melintasi
batas antar negara, sedangkan IPDs adalah orang atau sekelompok orang yang
meninggalkan tempat tinggalnya dengan tidak meninggalkan negaranya.

- Sebab-sebab munculnya IPDs:

- konflik bersenjata kelompok sosial tertentu dan


- kekacauan perekonomian
ideologis politik tertentU
- bencana alam
- tidak mampu kembali
- pelanggaran HAM
kewilayah asalnya/ tidak
menyangkut ras, agama,
ingin kembali.
kebangsaan, keyakinan,

- Sedangkan pengungsi (warga negara lain) sebab-sebabnya biasanya


adalah:

- 1. negaranya dalam keadaan perang

- 2. menjadi korban dari kepentingan kebijakan politik pemerintah atau


perbedaan politik

- 4. KELOMPOK MINORITAS

- Kelompok minoritas dalam kontek perlindungan HAM, adalah


mendasarkan pada kebijakan negara atau pemerintah, yang tidak
menempatkan kesetaraan hak sebagai seorang manusia, baik sebagai
pribadi maupun sebagai warga negara, yang hakekatnya sama harkat
martabatnya dengan orang lain. Pada prakteknya kelompok minoritas
bukan hanya dalam cakupan negara tetapi dapat pula dalam cakupan
wilayah tertentu, dengan demikian tidak hanya pemerintah pusat tetapi
juga pemerintah daerah wajib melindungi kelompok minoritas.
- 1. Pekerja migran (tenaga kerja dari negara lain),

- 2. Transimigrasi,

- 3. Kelompok etnis, dan

- 4. Identitas tertentu.

- 4). JELASKAN 10 PRINSIP PERLINDUNGAN DALAM


PENGATURAN HAM

- Melaksanakan hak asasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara di Indonesia didasarkan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut :

- 1. Keseimbangan antara hak dan kewajiban

- Manusia sebagai makhluk tuhan yang berakal budi mempunyai


kemampuan untuk membedakan perilaku yang baik dan tidak baik. dengan
akal budinya manusia memiliki kebebasan untuk memutuskan sendiri
perilakunya. Dengan kebebasan manusia memiliki kemampuan untuk
bertanggung jawab terhadap semua tidakan yang dilakukannya. Oleh
karena itu, hak-hak dasar yang dimiliki manusia harus disertai dengan
tanggung jawab yang berupa kewajiban untuk menghormati hak asasi
orang lain.

- 2. Bersifat relatif

- Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu hidup bersama dengan


orang lain yang juga memiliki hak asasi manusia. Oleh karena itu,
pelaksanaan hak asasi manusia bersifat relatif, pelaksanaan hak asasi
manusia tidak bersifat mutlak karena dibatasi oleh hak orang lain. Hak
asasi manusia yang dilaksanakan secara mutlak dapat mengganggu hak
orang lain. selain itu, kebabasan hak asasi manusia juga mengandung
kewajiban untuk menghormati hak asasi orang lain.

- 3. Keterpaduan
- Adanya keterpaduan antara hak asasi yang satu dengan hak asasi yang
lain. Hak-hak sipil, politik, ekonomi dan hak-hak pembangunan yang
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, baik dalam konsep,
penerapan, pemantauan, maupun dalam penilaian pelaksanaannya.

- 4. Keseimbangan

- Antara hak asasi manusia perorangan atau kolektif serta tanggung jawab
perorangan, masyarakat, dan bangsa diperlukan keseimbangan dan
keselarasan. Hal ini sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhlik
individu dan makhluk sosial. Keseimbangan dan keselarasan antara
kebebasan dan tanggung jawab merupakan faktor penting dalam
perlindungan hak asasi manusia.

- 5. Kerja sama Internasional yang saling menghargai

- Kerja sama Internasional berdasarkan prinsip saling menghormati,


persamaan derajat dan hubungan baik antar bangsa serta hukum
internasional yang berlaku dengan memperhatikan kebutuhan nasional dan
menghormati ketentuan-ketentuan nasional yang berlaku.

- 6. Tata peraturan

- Dalam pelaksanaan hak asasi manusia setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undangn-undang dengan maksud
untuk menjamin hak dan kebebasan orang lain. setiap orang yang ada di
Indonesia wajib patuh kepada perundang-undangan, hukum, hak tertulis
dan hukum internasional mengenai hak asasi manusia.

- 7. Terkait sistem politik

- Dalam mewujudkan hak asasi manusia senantiasa tidak terlepas dari


kondisi sosial ekonomi dan sistem politik pada masyarakat yang
bersangkutan serta dimensi-dimensi ideologi yang melekat di dalam setiap
upaya untuk melaksanakannya.

- 8. Kesamaan harkat dan martabat


- Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan bebas dengan kesamaan harkat
dan martabatnya. Manusia telah dikaruniai hak dan nurani untuk hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam semangat persaudaraan.
Setip orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan
yang adil serta mendapatkan kepastian hukum.

- 9. Prinsip memperoleh dan menuntut perlakuan yang sama

- Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi. Oleh karena itu, ia berhak
memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan
martabatnya.

- 10. Perlindungan masyarakat adat

- Dalam rangka penegakan hak asasi manusia, maka perbedaan dan


kebutuhan dalam masyarakat hukum adat harus diperhatikan oleh
pemerintah dan masyarakat dengan jalan menjunjung tinggi nilai-nilai
yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, identitas
budaya nasional masyarakat hukum adat, hak adat yang masih dipegang
teguh oleh masyarakat hukum adat setempat tetap dihormati dan
dilindungi sepanjang tidak bertantangan dengan kewahiban nasional.

Anda mungkin juga menyukai