Anda di halaman 1dari 12

KAIDAH USHUL QIRA’AT IMAM ASHIM RIWAYAT HAFS DAN SYU’BAH

Tugas disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Ilmu Qira’at ”

Dosen Pengampu:

Ali Abdurrahman, S. Ud, M. Ag

Disusun Oleh:

1. ZAKI BINTANG ALAM (126301212077)


2. ALIYANDRO SYUJA (126301213101)
3. FUADUR ROHMAN (126301212078)

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
APRIL 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah dengan
judul “Ruang Lingkup Hadis” ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Agung yang telah membawa cahaya islami yang penuh
kebaikan yaitu Nabi Muhammad SAW.
Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan banyak
pihak yang telah mendukung baik dengan moril maupun materil. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya terutama kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag selaku Rektor UIN SATU Tulungagung yang
telah memberikan dan menyediakan fasilitas demi kenyamanan serta kelancaran
perkuliahan penulis.
2. Bapak Dr. Akhmad Rizqon Khamami, Lc. MA. selaku Dekan FUAD yang
selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada mahasiswa.
3. Bapak Hibbi Farihin, M.S.I selaku Koorprodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
4. Bapak Ali Abdurrahman, S. Ud, M. Ag selaku Dosen mata kuliah Ilmu Qira’at
5. Rekan-rekan IAT-4B yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.
6. Civitas akademik UIN SATU Tulungagung.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca,
demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga Allah senantiasa memberikan
rahmat-Nya kepada kita dan semoga makalah ini bermanfaat. Amin

Tulungagung, 11 April 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Qira’at atau macam-macam bacaan Al-Qur’an sudah ada sejak zaman Rosulullah
SAW, dan beliau mengajarkan kepada para sahabat sebagaimana beliau menerima
bacaan itu dari malaikat Jibril. Dan begitu turun ayat-ayat Al-Qur’an, maka dengan
segera Nabi membacakan kepada para sahabat, dan mereka menulisnya, menyimpan
dan membacanya ketika sholat atau ibadah-ibadah yang lainnya secara berulang-ulang
siang dan malam. Qira’at merupakan salah satu cabang ilmu Al-Qur’an, tetapi tidak
banyak orang yang tertarik kepadanya, kecuali orang orang tertentu saja, biasanya
kalangan akademik. Banyak factor yang menyebabkan hal itu, di antaranya adalah ilmu
ini tidak berhubungan langsung dengan kehidupan dan muamalah manusia sehari-hari,
tidak seperti ilmu fiqih, hadist dan tafsir misalnya yang dapat dikatakan berhubungan
langsung dengan kehidupan manusia. Hal itu karena ilmu qira’at tidak mempelajari
masalah yang berkaitan secara langsung dengan halal atau haram atau hukum tertentu
dalam kehidupan manusia.
Meskipun begitu, ilmu qira’at ini tidak boleh dipandang sebelah mata dan
selayaknya juga dipelajari oleh kita terutama kalangan santri dan cendikiawan dengan
tujuan untuk tetap melestarikan keilmuan Islam termasuk salah satunya adalah Ulumul
Qur’an tentang qira’at ini. perlu diketahui bahwa ragam bacaan qiraat ada sepuluh
macam dan yang paling masyhur ada tujuh macam yang dikenal dengan Qira’ah sab’ah.
Masing-masing ragam bacaan memiliki riwayat dari imam qiraat dan kaedahnya
tersendiri yang bisa berbeda satu sama lain. Dalam hal ini pemakalah akan memaparkan
mengenai salah satu qiraat dari Imam Ashim riwayat Hafs dan Syu’bah beserta kaedah-
kaedah dalam qiraat tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi dari Imam ‘Ashim beserta para perawinya?
2. Bagaimana kaidah-kaidah ushul qira’at Imam Ashim riwayat Hafsh dan Syu’bah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui biografi dari Imam ‘Ashim beserta perawinya?
2. Untuk mengetahui kaidah-kaidah ushul qira’at Imam ‘Ashim riwayat Hafsh dan
Syu’bah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Imam ‘Ashim
Memiliki nama lengkap ‘Ashim Ibn Abi Al-Najud Al Kufi Al Asadi Al Darir.
Bapaknya bernama Abdullah dan bergelar Abu Al-Najud. Sedangkan ibunya bernama
Bahdalah. Ashim memliki gelar Abu Bakar dari Bani Asad dan berasal dari Kufah
(Irak). Beliau merupakan seorang tabi’in yang mulia. Āṣim al-Kῡfī membaca pada Abu
Abd al-Raḥmān al-Sulamī, Abῡ Maryam Zir Ibn Hubaisy, dan Abu ‘Amr Sa'ad Ibn
Ilyās, Mereka bertiga membaca pada lbn Mas'ῡd. Zir dan al-Sulamī juga membaca pada
‘Uṡmān Ibn ‘Affān dan ‘Ali Ibn Abī Ṭālib. Al-Sulamī juga membaca pada Ubay Ibn
Ka'ab dan Zaid Ibn Ṡābit. Ibn Mas'ῡd, ‘Uṡmān, ‘Alī, Ubay, dan Zaid mernbaca langsung
kepada Nabi Muhammad saw. Di antara murid‘Āṣim al-Kῡfī yang paling terkenal
adalah Syu’bah dan Ḥafṣ. Adapun orang yang meriwayatkan qiraah darinya adalah Ḥafṣ
Ibn Sulaimān dan Abῡ Bakr Syu'bah Ibn Ayyāsy. Mereka berdua adalah orang yang
termasyhur di antara perawinya. Orang yang juga membaca pada ‘Āṣim al-Kῡfī adalah
Sulaimān Ibn Mahrān al-A'masy, Abῡ al-Munẓir Salām Ibn Sulaimān, dan Syaibān Ibn
Mu'āwiyah.
Qiraah ‘Āṣim al-Kῡfī dijadikan qiraah standar umat Islam sekarang karena
‘Āṣim al-Kῡfī mendapat riwayat qiraah yang jauh komperehensif (5 riwayat sahabat)
dibandingkan dengan para imam qiraah lainnya. Ada yang hanya mempunyai satu
riwayat sanad sahabat seperti hamzah. Ada hanya dua seperti Ibn ‘Āmir. Ada yang
hanya tiga seperti Ibn Kaṡīr. Ada hanya empat seperti Nāfi’ dan Abῡ ‘Amr. Di sisi lain,
terdapat imam qiraah yang tujuh yang meriwayatkan qiraah dari imam tujuh lainnya
seperti al-Kisā’ī meriwayatkan qiraahnya dari Ḥamzah dan ‘Āṣim al-Kῡfī. Semua rawi
dari kalangan sahabat pada ketujuh imam qiraah tercakup pada ‘Āṣim al-Kῡfī yaitu
sahabat ‘Umar, ‘Alī, Ubay, dan Zaid plus ‘Āṣim al-Kῡfī memiliki riwayat pelengkap
yang hanya dari sanadnya yaitu Ibn Mas’ῡd.1
B. Biografi Rawi Syu’bah dan Imam Hafsh
Dalam ilmu qira’at, para imam qira’at seperti Imam Ashim, berposisi sebagai
peramu manhaj atau pemilik qira’at memiliki periwayat atau penerus dalam

1
Muhammad Irfan, Mengenal Al Imam Ashim Al Kufi (Biografi dan Metode Qiraah’nya). Tafsere Vol. 7
No. 1 2019. Hlm. 22-24
menyampaikan metode qiro’atnya, salah satunya yakni Imam Hafsh dan Imam Syu’bah
yang merupakan dua periwayat dari qiro’at Imam Ashim.2
Imam Hafsh bin Sulaiman memilki nama lengkap Hafs bin Sulaiman bin al-
Mughirah bin Abi Daud al-Asadi, al-Kufi, merupakan seorang ulama seorang ulama
dibidang qiro’at yang meriwayatkan ilmu qiro’at dari manhaj Imam Ashim al-Kufi yang
juga sekaligus ayah tirinya. Beliau lahir pada tahun 90 H dan wafat pada tahun 180 H.
Ada banyak gelar yang dimiliki oleh imam ini, salah satunya adalah “al-Hujjah”, tsabat
(mantab), pemilik riwayat yang terkenal, bahkan tidak berlebihan apabila dikatakan
bahwa riwayat Imam Hafs ini adalah satu-satunya riwayat yang paling banyak dibaca di
dunia Islam. Beliau lahir pada tahun 90 H. Kemudian ada juga rawi dari Imam ‘Ashim
yang bernama Syu’bah. Dia bernama lengkap Syu'bah Ibn Ayyāsy Ibn Sālim al-Hanaṭ
al-Asadī alKufī. Gelarnya Abῡ Bakr. Lahir tahun 85 H. Membaca pada ‘Aṣim alKufī
lebih dari sekali. Syu’bah juga membaca pada ‘Aṭa’ Ibn al-Saib dan Aslam al-Munqirī. 3
Dikaruniai Allah swt usia yang panjang dan berhenti mengajar al-Qur'an tujuh tahun
sebelum meninggal. Seorang imam yang besar, pandai, memiliki hujjah yang kuat, dan
salah seorang tokoh suni. Dia pernah berkata : "Barangsiapa yang menganggap bahwa
a1-Qur'an adalah makhluk maka dia itu kafir zindik dan musuh Allah menurut kami. 4
Syu’bah meninggal pada bulan Jumād al-Ulā tahun 193 H.5
Imam Hafs belajar Al-qur’an kepada Imam Ashim bersama dengan kawan-
kawan lainnya, salah satu diantaranya yakni Imam Syu’bah. Namun, qiro’at riwayat
Imam Hafs berbeda dengan yang didapatkan oleh Imam Syu’bah padahal mereka satu
guru yakni Imam Ashim. Hal tersebut karena ilmu yang diajarkan Imam Ashim kepada
Imam Hafs yakni ilmu yang ia peroleh dari imam Abdurrohman as Sulami dari sahabat
Ali bin Abu Thalib sedangkan ilmu qiro’at yang diajarkan kepada Imam Syu’bah
diperoleh dari imam Zer bin Hubaisy dari sahabat Abdullah bin Mas’ud. Meskipun
demikian, keduanya tetaplah murid Imam Ashim yang paling masyur walaupun
dikemudian hari qiro’at riwayat dari Imam Hafs lebih terkenal dari pada Qiro’at Imam
Syu’bah.

2
Moh.fathurrozi, “Imam Hafs dan Imam Syu’bah, Dua Perawi Qira'at Imam Ashim” :
https://islam.nu.or.id/ilmu-al-quran/imam-hafs-dan-imam-syu-bah-dua-perawi-qira-at-imam-ashim-
UEWor diunggah pada (Senin, 25 Februari 2019 | 01:30 WIB)
3
Abduh Zulfidar, Al-Qur’an dan Qiroat, h. 156.
4
Ibid. Hlm. 157
5
Rachmat Syafe’i, Pengantar Ilmu Tafsir (Cet. I; Jakarta: Pustaka Setia, 2006), h. 191
Hal itu disebabkan oleh Imam Syu’bah lebih unggul didalam bidang hadist, akan
tetapi lemah dalam bidang qiro’at. Berbanding terbalik dengan Imam Hafs yang
meskipun ilmu hadistnya lemah, tetapi didalam bidang ilmu qiro’at beliau lebih
menguasai. Selanjutnya faktor yang membuat qiro’at dari Imam Hafs lebih dikenal
dibanding Imam Syu’bah yakni dikarenakan Imam Hafs merupakan anak tiri dari Imam
Ashim, dulu saat masih usia beliau Imam Hafs ditinggalkan wafat oleh ayah
kandungnya lalu ibunya dinikahi oleh Imam Ashim. Sehingga dengan keadaan tersebut
membuat Imam Hafs lebih sering berinteraksi dengan Imam Ashim yang membuatnya
lebih menguasai ilmu qiro’at dibanding dengan Imam Syu’bah. Kemudian murid dari
Imam Hafs dalam bidang ilmu qiro’at lebih banyak dari pada muridnya Imam Syu’bah,
dengan banyaknya murid dari belahan dunia membuat qiro’at yang diriwayatkan oleh
beliau lebih cepat berkembang. Faktor selanjutnya yakni tercatat didalam sejarah bahwa
dimasa tuanya Imam Hafs menghabiskan usianya dengan mengajarkan Al-qur’an
sedangkan Imam Syu’bah telah mentutup majelisnya Al-qur’annya tujuh tahun sebelum
ia wafat dan mengahabiskan seluruh usianya dengan mengarjakan ilmu hadist.6
C. Kaidah Ushul Qira’at Imam ‘Ashim Riwayat Syu’bah dan Hafsh
Imam Ashim memiliki 2 rawi yaitu Imam Hafsh dan Abu Bakar Syu’bah. Imam ‘Ashim
meriwayatkan bacaan kepada Imam Hafsh dengan mengikuti jalur Abi Abd al-Rahman
al-Sulami daripada Ali bin Abi Thalib. Sedangkan Abu Bakar Syu’bah diriwayatkan
oleh Imam ‘Ashim mengikuti jalur yang diambil daripada Zirr bin Hubaisy Al-Asadi
daripada Abdullah Ibn Mas’ud.7 Sehingga mereka berdua memiliki bacaan yang
berbeda meskipun berguru pada satu orang yang sama. Berikut adalah kaidah-kaidah
ushul dari masing-masing rawi qira’at Imam Ashim:
Kaidah Ushul Qira’at Imam ‘Ashim Riwayat Hafsh
1. Basmalah.8
 Imam Hafs memperbolehkan membaca basmalah dari pertengahan surat
 Berhenti pada akhir surah dan pada basmalah

6
Penerus Para Nabi.”Kisah Imam Ashim dan Kedua Muridnya” Youtube,
https://youtu.be/6VmYkogK1nM diupload pada (September 2022)

7
Surul Shahbudin Al-Nadwi, Perbahasan Ilmu Tajwid Menurut Riwayat Hafs 'An 'Ashim Melalui Toriq
Asy-Syatibiyyah, Selangor: Percetakan Salam SDN. BHD.,2018. Hlm. 15
8
Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh 1&2, Jakarta: ISIQ Jakarta, 1991. Hlm. 25-28
 Berhenti pada akhir surah dan menyambungkan antara basmalah dengan surah
selanjutnya
 Menyambungkan antara ketiganya yaitu pada akhir surah, basmalah, dan surah
selanjutnya
2. Mim Jama’9
 Membaca sukun pada mim jama’ meskipun ketika keadaan sesudah mim jama’
terdapat huruf mati maupun hidup baik itu hamzah qatha’ atau selainnya.
Contohnya pada lafadz ‫( ِاَّن اَّلِذ ْيَن َكَفُرْو ا َس َو ۤا ٌء َع َلْيِهْم َء َاْن َذ ْر َتُهْم َاْم َلْم ُتْن ِذ ْر ُهْم اَل ُيْؤ ِم ُن ْو َن‬Al-
Baqarah: 6)
3. Mad Jaiz Munfasil
Imam Hafs membaca mad jaiz dengan panjang 4 atau 5 harakat. Contoh pada lafadz
‫( َو َم ٓا َاْدٰر ىَك َم ا اْلَقاِر َع ُة‬Al-Qari’ah: 3)
4. Mad Wajib Muttasil
Imam hafs membacanya dengan panjang 4 atau 5 harakat tidak boleh kurang atau
lebih dari kadar yang telah ditentukan. Contoh pada lafadz ‫( َو الَّسَم ٓاِء َو َم ا َبٰن ٮَه ا‬Asy-
Syams: 5)
5. Imalah
Dalam riwayat Hafs hanya ada terdapat 1 tempat bacaan imalah yaitu pada lafadz
‫( ِبْس ِم ِهّٰللا َم ْج ٰ۪ر ىَها‬Hud: 41). Imam Hafs membacanya dengan imalah kubra.
6. Naql
Pada lafadz ‫( ِبْئَس ااِل ْس ُم‬Al-Hujurat: 11) Imam Hafs memindahkan harakat hamzah
kepada huruf sebelumnya yaitu huruf ‫ل‬
7. Saktah
Di dalam riwayat Imam Hafs bacaan saktah terdapat pada 4 tempat yaitu ‫ِم ْن َّم ْر َقِد َنا‬
‫( ٰۜهَذ ا‬Yasin: 52), ‫ َقِّيًم ا‬١ ۜ‫( َو َلْم َيْج َع ْل َّلٗه ِع َو ًجا‬Al-Kahfi:1-2), ‫( َو ِقۡي َل َم نۜ َر اٍۙق‬Al-Qiyamah: 27),
‫( َك اَّل َبْل ۜ َر اَن‬Al-mutafifin: 14),
8. Isymam
Menurut Imam Hafs hanya terdapat pada satu tempat yaitu pada lafadz ‫اَل َتْأَم َّ۫ن ا‬
(Yusuf: 11).
9. Tasyhil

9
Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh 1&2, Jakarta: ISIQ Jakarta, 1991. Hlm. 29-30
Imam hafs membaca tasyhil pada satu tempat yaitu pada lafadz ‫( َء َ۬ا ْع َجِمٌّي‬Fussilat:
44)
10. Lafadz ‫ السبيال‬,‫ الرسوال‬, dan ‫( الظنون‬Al-Ahzab: 10, 66, 67), pada lafadz-lafadz tersebut
imam Hafs ketika waqaf tetap membaca panjang 1 alif (2 harakat). Namun tatkala
wasal dibaca dengan membuang alif (tidak dibaca panjang).10
11. ‫ َقَو اِرْيَر ۟ا ِم ْن ِفَّض ٍة‬١٥ ‫ َو ُيَطاُف َع َلْيِهْم ِبٰا ِنَيٍة ِّم ْن ِفَّض ٍة َّو َاْك َو اٍب َكاَنْت َقَو اِرْيَر ۠ا‬pada surah Al-Insan ayat
15-16 terdapat dua lafadz ‫ َق َو اِرْيَر ۠ا‬. Imam Hafs membaca lafadz yang pertama
sebagai berikut;
 Ketika waqaf, maka tetap dengan Alif (dibaca panjang)
 Ketika wasal, tanpa tanwin
Sedangkan untuk lafadz yang kedua, imam hafs membacanya sebagai berikut:
 Ketika waqaf, dengan sukun
 Ketika wasal, tanpa tanwin11
12. Pada surah Al-Insan: 4 ‫ ِاَّنٓا َاْعَتْد َنا ِلْلٰك ِفِر ْيَن َس ٰل ِس ۟اَل َو َاْغ ٰل اًل َّو َسِع ْيًرا‬. lafadz ‫ َس ٰل ِس ۟اَل‬dibaca dengan
beberapa ketentuan sesuai kondisi, yaitu dengan membuang alif ketika wasal.
Sedangkan ketika waqaf, Imam Hafs memiliki 2 wajah yaitu bisa menetapkan alif
(mad) dan bisa tanpa alif (tanpa mad)12
13. Pada lafadz ‫( َ َاَنا ُاۡح ٖى‬Al-Baqarah: 258), Imam Hafs membaca pendek seperti alif
setelah huruf nun tiada tapi hakikatnya tertulis.13
14. Lafadz ‫( يبص`ط‬Al-Baqarah: 245) dan ‫( بص`طة‬Al-A’raf: 69), Imam Hafs membaca
huruf ‫ ص‬dibaca dengan huruf ‫س‬
15. Lafadz ‫( المصيطرون‬At-Tur: 37), Imam Hafs membacanya dengan 2 wajah yaitu bias
dengan ‫ ص‬maupun ‫س‬

Kaidah Ushul Qira’at Imam ‘Ashim Riwayat Syu’bah14


1. Mad dan Qasr
 Mad Muttasil dibaca tawassuth (4 harakat)
 mad munfashil dibaca tawassuth (4 harakat)

10
Jamal Al-Din Muhammad Syaraf, Al-Qiraat Al-Asyr Al-Mutawatirah. Tanta: Dar Al-Shohabah Lil
Turas. 2010. Hlm 427
11
Ibid, Hlm. 579
12
Ibid. Hlm. 578
13
Ibid. Hlm. 43
14
Taufiq Ibrahim, Riwayat Imam Syu’bah min Qira’at ‘Ashim, Maktabah Wathoniyah. 2007
2. saktah dan idroj
 membaca idroj dan tidak membaca saktah pada beberapa tempat, seperti ۜ‫ِع َو ًجا‬
‫ َقِّيًم ا‬١ (dibaca ikhfa), ‫ َوِقْيَل َم ْن ۜ َر اٍۙق‬, ‫( َّم ْر َقِد َناۜ ٰهَذ ا‬dibaca idghom), ‫ ( َك اَّل َب ْل ۜ َر اَن‬dibaca
idghom).
3. Idghom dan idzhar
 Mengidghimkan dzal ke ta’ pada lafadz ‫اَّتَخذُت‬
 Mengidghomkan nun kepada waw pada lafadz ‫ ۤن ۚ َو اْلَقَلِم‬, ‫ َو اْلُقْر ٰا ِن‬١ ۚ ‫ٰي ۤس‬
 Mengidghomkan nun ke ro’ pada lafadz ‫َم ْن ۜ َر اٍۙق‬
 Megidghomkan lam kepada ro’ pada lafadz ‫َك اَّل َبْل ۜ َر اَن‬
4. Imalah
 Membaca imalah huruf (‫ )حي طهر‬dari huruf fawatihus suwar
 Membaca imalah lafadz ‫( َر ٰم ۚى‬Al-Anfal : 17) pada tingkah waqaf dan wasal
 Membaca imalah lafadz ‫( َاْع ٰم ى‬Al-Isra’ : 72) pada tingkah waqaf dan washal
 Membaca imalah lafadz ‫( ُس ًو ى‬Toha : 58) dan ‫( ُسًد ۗى‬Qiyamah : 36) pada tingkah
waqaf
 Membaca imalah pada lafadz ‫( َهاٍر‬At-Taubah : 109) dengan ro’ tarqiq
 Membaca imalah pada lafadz ‫َاْدٰر ىَك‬
 Membaca imalah pada lafadz ‫( َك اَّل َبْل ۜ َر اَن‬Al- Muthaffifin: 14)
 Membaca imalah pada lafadz ‫( َو َنٰا ِبَج اِنِبٖۚه‬Al-Isra’: 83)
 Tidak membaca imalah pada lafadz ‫( َم ْج ٰ۪ر ىَها‬Hud: 41), tetapi membaca
dhommah mimnya dan fathahnya ro’
5. Ha’ Kinayah
 ‫( ِفْيٖه ُمَهاًنا‬Al-Furqan: 69) dibaca pendek tanpa silah
 ‫( ِّم ْن َّلُد ْنُه‬Al-Kahfi: 2) Dal nya disukun, membaca isymam setengah dhommah
(tanpa suara), nun di kasrah, ha’ dikasrah dan dibaca silah dengan ya’ mad
 ‫( َو َم ٓا َاْنٰس ىِنْيُه‬Al-Kahfi: 63) dan ‫( َع َلْيُه َهّٰللا‬Al-Fath: 10) dibaca kasrah pada Ha’ nya.
6. Hamzah dan ibdal
 Pada lafadz ‫ َج بَرِئل‬, ya’ diganti dengan hamzah berkasrah serta memfathah ro’
nya.
 Pada lafadz ‫( َوِم ْيٰك ى`َل‬Al-Baqarah:98) , menambah hamzah dan ya’ serta mad
muttasil, kemudian mad badal
 Lafadz ‫( ُتْر ِج ْي‬Al-Ahzab:51) dan ‫( ُم ْر َج ْو َن‬At-Taubah:106), menambah hamzah
setelah jim
 Lafadz ‫( َء َ۬ا ْع َجِمٌّي‬Fussilat:44) , hamzah kedua dibaca tahqiq
 menambah hamzah istifham pada lafadz ‫( ٰا َم ْنُتْم‬Al-A’raf: 123, Toha: 71, Asy-
Syu’ara: 48), ‫( ِاَّنُك ْم‬Al-A’raf: 81), ‫( ِاَّن َلَنا‬Al-A’raf: 113), ‫( ِاَّنا َلُم ۡغ َرُم ۡو َۙن‬Al-Waqiah:
66), ‫( َاۡن َك اَن َذ ا َم اٍل َّوَبِنۡي َؕن‬Al-Qalam: 14).
 ibdal hamzah pada lafadz ‫( ُلؤُلًؤا‬hamzah pertama diganti dengan waw) , ‫ُّم ۡؤ َص َد ٌة‬
(hamzah diganti waw mad)
7. Ya’ idhofah
 Membaca sukun ya’ pada lafadz ‫( َبۡي ِتَى‬Al-Baqarah:125), ‫( َو ۡج ِهَى‬Ali-Imran:20),
‫( َّيِدَي‬Al-Maidah:28), ‫( َو ُاِّم َي‬Al-Maidah: 116), ‫( ِلْي‬Ibrahim:22, Toha: 18, Shod:23,
Al-Kafirun: 6),
 Membaca fathah ya’ ketika tingkah washal pada lafadz ‫( َع ْه ِد ى الّٰظ ِلِم ْيَن‬Al
Baqarah:124) dan ‫( َبْع ِد ى اْس ُم ٓٗه‬As-Saff: 6)
8. Ya’ Zaidah
 ‫( ٰي ِعَباِد ي اَل َخ ْو ٌف َع َلْيُك ُم‬Az-Zukhruf: 68), dengan menetapkan fathahnya ya’ ketika
tingkah washal dan sukun ketika tingkah waqaf.
 ‫( َفَم ٓا ٰا ٰت ىِن‬An-Naml: 36), membuang ya’ pada tingkah waqaf maupun washal
9. Lain-lain yang bertentangan atau berbeda dengan riwayat Hafs
 ‫ ُخ طواِت‬, membaca sukun pada tho’
 Membaca dhommah ro’ pada lafadz ‫ُرضَو ان‬, dengan pengecualian pada satu
tempat yaitu Al-Maidah: 16 (‫ )ِر ضَو اَنه‬ro’ dibaca kasrah.
 Membaca kasrah huruf awal pada lafadz ‫ شيوخا‬,‫ عيون‬,‫ الغيوب‬,‫بيوت‬
 Membaca dhommah za’ pada lafadz ‫ ُج ُز ًء ا‬, ‫ُج ُز ٌء‬
 Membaca kasrah ya’ lafadz ‫َياُبَنّي‬ kecuali pada surah Hud: 42, membacanya
seperti riwayat Hafs
 Membaca fathah ya’ lafadz ‫ُم َبَّيَنة‬
 Men tasydid dzal pada lafadz ‫َتَّذ َّك ُرون‬
 Menambah alif setelah huruf nun pada lafadz ‫َم َكاَنِتُك م‬
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Imam Ashim merupakan salah satu ulama Qira’at. Qiraah ‘Āṣim al-Kῡfī dijadikan
qiraah standar umat Islam sekarang karena ‘Āṣim al-Kῡfī mendapat riwayat qiraah yang
jauh komperehensif (5 riwayat sahabat) dibandingkan dengan para imam qiraah lainnya.
Imam Ashim memiliki dua perawi yaitu Syu’bah dan Imam Hafsh. Meskipun sama-
sama murid atau perawi dari Imam Ashim, mereka mendapatkan riwayat Qira’at Imam
Ashim melalui jalur yang berbeda. Imam Hafsh mendapatkan qiraat mengikuti jalur
imam Abdurrohman as Sulami dari sahabat Ali bin Abu Thalib. Sedangkan Syu’bah
mendapat qiraat mengikuti jalur imam Zer bin Hubaisy dari sahabat Abdullah bin
Mas’ud. Hal tersebut menyebabkan kedua perawi ini memiliki bacaan qira’at yang
berbeda dan memiliki qaidah ushul qira’atnya masing-masing. Meskipun begitu, mereka
berdua tetap murid Imam Ashim mendapat qiraat yang mutawatir dari Rasulullah. Dan
Qiraat Imam Ashim riwayat Hafsh menjadi salah satu qiraat yang cukup masyhur
digunakan umat Islam terutama di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Irfan, Mengenal Al Imam Ashim Al Kufi (Biografi dan Metode
Qiraah’nya). Tafsere Vol. 7 No. 1 2019.
Moh.fathurrozi, “Imam Hafs dan Imam Syu’bah, Dua Perawi Qira'at Imam Ashim” :
https://islam.nu.or.id/ilmu-al-quran/imam-hafs-dan-imam-syu-bah-dua-perawi-
qira-at-imam-ashim-UEWor diunggah pada (Senin, 25 Februari 2019 | 01:30
WIB)
Abduh Zulfidar, Al-Qur’an dan Qiroat.
Rachmat Syafe’i, Pengantar Ilmu Tafsir (Cet. I; Jakarta: Pustaka Setia, 2006).
Penerus Para Nabi.”Kisah Imam Ashim dan Kedua Muridnya” Youtube,
https://youtu.be/6VmYkogK1nM diupload pada (September 2022)
Surul Shahbudin Al-Nadwi, Perbahasan Ilmu Tajwid Menurut Riwayat Hafs 'An 'Ashim
Melalui Toriq Asy-Syatibiyyah, Selangor: Percetakan Salam SDN. BHD.,2018.
Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh 1&2, Jakarta: ISIQ Jakarta, 1991. Hlm.

Jamal Al-Din Muhammad Syaraf, Al-Qiraat Al-Asyr Al-Mutawatirah. Tanta: Dar Al-
Shohabah Lil Turas. 2010.
Taufiq Ibrahim, Riwayat Imam Syu’bah min Qira’at ‘Ashim, Maktabah Wathoniyah.
2007.

Anda mungkin juga menyukai