Anda di halaman 1dari 29

SUMBER ISLAM : AL-QUR’AN

Makalah dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
“ Metodologi Studi Islam”

Dosen Pengampuh : Abdul Ghani, S.Pd.I, M.Ed

Aulia R Hamzah
12060122194
Psikologi 1G

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan tepat waktu. Tanpa ridha dan petunjuk dari-Nya mustahil makalah ini dapat
dirampungkan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
pengajar matakuliah Metodologi Studi Islam sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Sumber islam : Al-qur’an”
Besar harapan penulis bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
dijadikan sebagai pegangan dalam mempelajari materi tentang Metodologi Studi
Islam. Harapan penulis dengan hadirnya makalah ini, akan mempermudah semua
pihak dalam proses perkuliahan pada mata Metodologi Studi Islam.
Sesuai kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, penulis mengharapkan saran
dan kritik, khususnya dari rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi. Kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT. Akhir kata, semoga segala daya dan upaya yang penulis
lakukan dapat bermanfaat.

Pangkalan Kerinci, 26 Novemver


2020

Aulia R Hamzah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................3
D. Manfaat penulisan....................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................4
A. Pengertian Al-qur’an dan wahyu............................................................................4
B. Asal-usul studi qur’an pada masa muslim periode pertama...............................10
C. Pendekatan- pendekatan dalam studi Al-quran...................................................11
D. Metodelogi dan corak tafsir dalam studi Al-qur’an.............................................12
E. Perkembangan studi Al-quran pada masa selanjutnya.......................................16
F. Studi Al-quran dikalangan orientalis....................................................................18
G. Kritik analisis terhadap kajian orientalis.............................................................20
BAB III..................................................................................................................23
PENUTUP....................................................................................................................23
A. Kesimpulan.............................................................................................................23
B. Saran........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran adalah pedoman hidup umat manusia terlebih umat Islam, dan dalam
bab ini dibahas tentang Al Qur’an sebagai Sumber Agama Islam, Setelah
mempelajari bab ini penulis berharap kita mampu menerangkan dan mengemukakan
pendapat mengenai Al-Qur’an Sebagai Sumber Agama Islam.
Dalam islam terdapat berbagai sumber ajaran beberapa diantaranya adalah Al-
Qur’an, Al-Hadist dan Ijtihad. Al-Qur’an dan Al-Hadist merupakan sumber-sumber
ajaran Islam yang pertama dan utama bagi kaum muslim. Al-Qur’an merupakan
pedoman hidup bagi orang-orang yang beriman kepada Allah SWT, yang  berisi
aturan–aturan atau hukum-hukum  yang bersifat global, karena agama islam
merupakan agama yang universal. Lebih lanjut penjelasan Al-Qur’an dijabarkan oleh
Al-Hadist.
Namun, seiring berkembang dan semakin kompleksnya permasalahan yang
dihadapi umat manusia,  seringkali penyelesaian suatu permasalahan tidak ditemukan
penyelesaiannya di dalam Al-Qur’an. Untuk itu perlu dilakukan ijtihad untuk
menentukan hukum islam yang benar, yang tidak bertentangan dengan kaidah dan
syariah yang tetap berpatokan pada sumber utama yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah
kitab suci agama Islam. Umat islam percaya bahwa Al-Qur’an merupakan puncak
dan penutup Wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun
iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui perantara Malaikat
Jibril.
Dan sebagai Wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW, sebagaimana
terdapat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5. Al-Qur’an merupakan salah satu kitab yang
mempunyai sejarah panjang yang dimiliki oleh umat Islam dan sampai sekarang
masih terjaga keasliannya.
Al-Qur’an dalam pengumpulannya mempunyai dua tahap yaitu tahap petama
pengumpulan Al-qur’an dalam arti menghafal Al-Qur’an pada masa Nabi, tahap
kedua dalam arti penulisan Al-Qur’an, hal ini dinamakan penghafalan dan
pembukuan Al-Qur’an.
Setelah Wafatnya Nabi Muhammad SAW, proses pengmpulan Al-Qur’an
terus dilaksanakan oleh para khalifah sehingga terbentuklah Mushaf Usmani seperti
yang ada pada saat sekarang ini.
Penyebaran islam bertambah luas membuat para Qurra pun tersebar dan
memiliki latar bealakang yang berbeda sehingga menimbulkan perbedaan dalam
membaca Al-Qur’an. Hal ini menimbullkan kecemasan dikalangan sahabat. Sehingga
Khalifah Usman bin Affan memerintahkan keempat orang quraisy yaitu, Zaid bin
Zabit, Abdullah bin Azzubar, Said bin Al-ash, Abdulrahman bin Al-harisi bin hysam.
Keempat orang tersebutlah yang ditugas untuk menyalin dan memperbanyak Al-
Qur’an dengan satu pedoman dalam cara-cara membacanya, hal ini telah di sepakati
oleh para sahabat.
Al-Qur’an juga memiliki multi fungsi dan selalu mempunyai hubungan yang
pasti dalam fenomena-fenomena kehidupan, hal ini diantaranya mukjizat, akidah,
ibadah, mu’amalah, akhlak, hukum, sejarah, dan dasar-dasar sains.
Untuk itulah materi ini sangat penting untuk dipelajari, karena sangat disayangkan
jika umat Islam tidak tahu apa itu Al-Qur’an tersebut. Hal inilah penulis berkeinginan
membahas tentang Al-quran.

B. Rumusan Masalah

Topik yang penulis bahas pada makalah ini perlu diberikan rumusan masalah
agar lebih memudahkan dan tidak terjadi kesalahpahaman dalam menjawab
permasalahannya. Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis berikan beberapa
rumusan sebagai pertanyaan dalam makalah. Berikut rumusan masalah dari makalah
ini yaitu :
1. Apa pengertian al-qur’an dan wahyu ?
2. Bagaimana asal-usul studi Qur’an pada masa muslim periode pertama ?
3. Apa saja pendekatan-pendekatan dalam studi Qur’an ?
4. Apa saja metodologi dan corak tafsir dalam studi Al-qur’an ?
5. Bagaimana perkembangan studi Al-Qur’an pada masa selanjutnya ?
6. Bagaimana studi Qur’an dikalangan orientalis ?
7. Bagaimana kritik analisis terhadap kajian orientalis ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari permasalahan ini sesuai dari rumusan masalah yang telah
disampaikan. Hal tersebut untuk memudahkan hal yang harus dilakukan berdasarkan
masalah yang akan dibahas. Berikut tujuan dari makalah ini.
1. mengetahui pengertian al-qur’an dan wahyu
2. mengetahui asal-usul studi Qur’an pada masa muslim periode pertama
3. mengetahui pendekatan-pendekatan dalam studi Qur’an
4. mengetahui metodologi dan corak tafsir dalam studi Al-qur’an
5. mengetahui perkembangan studi Al-Qur’an pada masa selanjutnya
6. mengetahui studi Qur’an dikalangan orientalis
7. mengetahui kritik analisis terhadap kajian orientalis

D. Manfaat penulisan

Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat meningkatkan pengetahuan bagi


pembaca dan dapat digunakan sebagai bahan pengajaran dibidang pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-qur’an dan wahyu

a. Pengertian Al-qur’an

Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam. Umat islam percaya bahwa Al-
Qur’an
merupakan puncak dan penutup Wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan
bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui
perantara Malaikat Jibril. Dan sebagai Wahyu pertama yang diterima
RasulullahSAW, sebagaimana terdapat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5. Al-Qur’an
merupakan salah satu kitab yang mempunyai sejarah panjang yang dimiliki oleh umat
Islam dan sampai sekarang masih terjaga keasliannya.
Secara bahasa (etimologi) Al-qur’an berasal dari bahasa arab yaitu qur’an,
dimana kata ‘Qur’an’ sendiri merupakan akar kata dari qara’a-yaqra’u-qur’ana. Kata
qur’ana secara bahasa berarti bacaan karena seluruh isi dalam Al-qur’an adalah ayat-
ayat firman Allah dalam bentuk bacaan yang berbahasa arab. Sedangkan pengertian
Al-qur’an menurut istilah (terminology) ialah firman Allah yang berbentuk mukjizat,
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, melalui malaikat jibril yang tertulis dalam
di dalam mushahif, yang diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir, merupakan
ibadah bila membacanya,dimulai dengan surat Al-fatihah dan diakhiri dengan surat
An- naas.
Ada juga menurut pendapat ahli yang berpendapat paling kuat yang
dikemukakan Dr. Subhi Al Salih berarti Bacaan asal kata Al-Qur’an, qur’anitu
berbentuk masdar dengan arti islam maful yaitu maqru (dibaca). Konsep pemakaian
kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-qur’an sendiri yakni pada ayat
17 dan 18 surah Al-qiyamah yang artinya :
"Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an di dalam dadamu dan menetapkan
bacaannya pada lidahmu itu adalah tanggungan kami. Karena itu, jika kami telah
membacakannya, hendaklah kamu ikuti (amalkan) bacaannya. “
Definisi atau pengertian Al-quran menurut bahasa dan istilah di atas
merupakan kata sepakat antara ulama dan para ahli ushul. Al-quran diturunkan oleh
Allah SWT sebagai tata aturan bagi kehidupan semua bangsa, petunjuk yang benar
untuk semua makhluk, tanda bukti atas kebenaranrasulullah Muhammad SAW, dalil
yang qot’ie atas kenabian dan risalahnya. Dan sebagai hujjah yang tetap tegak hingga
hari kemudian.
Al-quran sebagai kita terakhir dimaksudkan untuk menjadi petunjuk bagi
seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Bukan cuma diperuntukkan bagi anggota
masyarakat Arab tempat dimana kitab ini diturunkan akan tetapi untuk seluruh umat
manusia. Di dalamnya terkandug nilai-nilai luhur yang mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia dalam berhubungan dengan Allah maupun hunungan dengan
sesame manusia lainnya dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Fazlur
Rahman mengemukakan tentang tema-tema pokok yang terkandung dalam Al-quran
yang meliputi ;tentang ketuhanan, kemanusiaan, alam semesta, kenabiaan, eskatologi,
setan dan masyarakat muslim.

b. Isi kandungan dan pesan Al-qur’an


Al- Qur’an tidak diturunkan secara sekaligus, Al-Qur’an turun secara
berangsu-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa
turunnya Al-qur’an ini di bagi menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah dan
perode Madinah.
Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun yaitu masa kenabian Rasulullah
SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat makkiyah. Sedangkan
periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah yang berlangsung selama 10
tahun dan surat yang turun pada waktu itu disebut surat Madaniyah.
Al- Qur’an terdiri dari 114 surah, 30 juz, dan 6.236 ayat menurut hafsh, 6.262
ayat menurut riwayat Ad-dur, atau 6.214 ayat menurut riwayat Warsy. Ayat 0 ayat
yang turun pada periode mekkah ( ayat Makkiyah ) sekitar 4.780 ayat yang tercakup
dalam 86 surah. Ayat-ayat yang turun pada periode Madinah ( ayat Madaniyah )
sekitar 1.456 ayat yang tercakup dalan 28 surah.
Al- Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
SAW yang mengandung petujuk-petunjukbagi umat manusia. Al- Qur’an diturunkan
untuk menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat. Al- Qur’an tidak hanya diturunkan hanya untuk suatu umat atau untuk suatu
abad, tetapi untuk seluruh umat manusia dan untuk sepanjang masa. oleh karena itu,
luas ajaran-ajarannya sama dengan luasnya umat manusia.
Begitu luasnya objek sasaran Al- Qur’an secara garis besar, pokok-pokok isi
Al- Qur’an itu meliputi :
1. Masalah akidah
2. Masalah ibadah
3. Masalah mu’amalah
4. Masalah akhlak
5. Masalah hukum
6. Masalah sejarah
7. Masalah sains

Abdul Wahab Khalaf lebih memerinci pokok-pokok kandungan al-quran


kedalam 3 kategori, yaitu :
1. Masalah Kepercayaan
2. Masalah etika
3. Masalah perbuatan dan ucapan

c. Fungsi Alqur’an

Fungsi Al-Quran dalam Kehidupan tersurat dari nama-namanya di dalam Al-


quran itu sendiri. Nama lain Al-quran yang menunjukkan fungsinya sendiri antara
lain:

1. Al-Huda (Petunjuk)
Di dalam Al-quran ada tiga posisi Al-quran yang fungsinya sebagai petunjuk. Al-
quran menjadi petunjuk bagi manusia secara umum, petunjuk bagi orang-orang yang
bertakwa, dan petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Jadi Al-quran tidak hanya
menjadi petunjuk bagi umat Islam saja tapi bagi manusia secara umum. Kandungan
Al-quran memang ada yang bersifat universal seperti yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan dan itu bisa menjadi petunjuk bagi semua orang tidak hanya orang yang
beriman Islam dan bertakwa saja. Petunjuk bagi orang yang beriman berarti bagi
orang yang memiliki iman Islam dalam dirinya yaitu yang mengakui bahwa Nabi
Muhammad utusan Allah dan Allah merupakan satu-satunya Tuhan Semesta Alam.
Sedangkan untuk orang yang bertakwa berarti bagi orang-orang yang benar-benar
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Beberapa kali di Al-quran
dituliskan tentang kepada siapa ayat atau sebuah perintah ditujukan, apakah bagi
orang yang beriman atau bagi orang-orang yang bertakwa.

2. Al-Furqon (Pemisah)

Nama lain Al-quran adalah Al-Furqon atau pemisah. Ini berkaitan dengan fungsi
Al-quran sebagai Keajaiban Al-Qur’an di Dunia lainnya yang dapat menjadi pemisah
antara yang hak dan yang batil, atau antara yang benar dan yang salah. Di dalam Al-
quran dijelaskan berbagai macam hal yang termasuk kategori salah dan benar atau
hak dan yang batil.(Baca : Fungsi Hadist Dalam Islam)
Jadi jika sudah belajar Al-Quran dengan benar maka seseorang seharusnya dapat
membedakan antara yang benar dan yang salah. Misalnya saja saat mencari
keuntungan dengan berdagang, dijelaskan bahwa tidak benar jika melakukan
penipuan dengan mengurangi berat sebuah barang dagangan. Begitu juga dengan
berbagai permasalahan lainnya yang bisa diambil contohnya dari ayat-ayat Al-Quran.
Di dalam Al-quran Keajaiban Al-Qur’an di Dunia Nyata disebutkan bahwa Al-
quran merupakan obat bagi penyakit yang ada di dalam dada manusia. Penyakit
dalam tubuh manusia memang tak hanya berupa penyakit fisik saja tapi bisa juga
penyakit mental atau psikologis, contohnya saja cara mengatasi depresi menurut
islam. Perasaan manusia tidak selalu tenang, kadang merasa marah, iri, dengki,
cemas, dan lain-lain.
Manfaat Membaca Al- Qur’an dan mengamalkannya dapat terhindar dari berbagai
penyakit hati tersebut. Al-quran memang hanya berupa tulisan saja tapi Keutamaan
Membaca Al Quran dapat memberikan pencerahan bagi setiap orang yang beriman.
Saat hati seseorang terbuka dengan Al-quran maka ia dapat mengobati dirinya sendiri
sehingga perasaannya menjadi lebih tenang dan bahagia dengan berada di jalan Allah.

3. Al-Mau’izah (Nasihat)

Al-Quran juga berfungsi sebagai pembawa nasihat bagi orang-orang yang


bertakwa dan juga sebagai Sumber Pokok Ajaran Islam. Di dalam Al-Quran terdapat
banyak pengajaran, nasihat-nasihat, peringatan tentang kehidupan bagi orang-orang
yang bertakwa, yang berjalan di jalan Allah. Nasihat yang terdapat di dalam Al-
Quran biasanya berkaitan dengan sebuah peristiwa atau kejadian, yang bisa dijadikan
pelajaran bagi orang-orang di masa sekarang atau masa setelahnya.
Nasihat dan peringatan tersebut penting karena sebagai manusia kita sering
menghadapi berbagai masalah dan cara penyelesaiannya sebaiknya diambil dari
ajaran agama. Bagaimana cara kita menghadapi tetangga, suami, orang tua, dan
bahkan musuh kita telah diajarkan dalam Al-Quran.

d. Pengertian wahyu

Pengertian “Al-Wahyu” dari segi bahasa adalah mashdar dari kata kerja :
Wahaa – Yahii – Wahyan. Ada beberapa arti dari kata Al-Wahyu, yakni memberi
isyarat, mengirim utusan, berbisik-bisik, berbicara pada tempat tersembunyi yang
tidak diketahui orang lain, mencampakkan ilham ke dalam hati, menuliskan,
menyembelih dengan cepat atau buru-buru.
Dari segi istilah wahyu adalah nama sesuatu yang disampaikan dengan cara
cepat dari Allah ke dalam dada nabi-nabiNya, atau dengan cara mengutus
sebagaimana dipergunakan juga untuk lafal Al-Qur’an dengan mengutus Jibril.
Manna’ Khalil Al-Qattan mengatakan bahwa, pengertian Al-Wahyu secara syara’
adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada seorang Nabi.
Muhammad Abduh mendifinisikan wahyu di dalam kitab Risalatut Tauhid
sebagai, “Pengetahuan yang didapati seseorang dari dalam dirinya dengan disertai
keyakinan pengetahuan itu datang dari Allah, baik dengan melalui perantara ataupun
tidak; yang pertama melalui suara yang terjelma dalam telinganya atau tanpa suara
sama sekali. Beda antara wahyu dengan ilham adalah bahwa ilham itu intuisi ya.ng
diyakini jiwa sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta, tanpa
mengetahui darimana datangnya. Hal seperti ini serupa dengan perasaan lapar, haus,
sedih dan senang”.
Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW itu terbagi
kepada dua, yaitu:
1. Allah berfirman kepada Jibril : “Katakanlah kepada seseorang Nabi
(Muhammad SAW) yang engkau sengaja dikirim kepadanya, bahwasanya Allah
berfirman begini atau menyuruh begitu”. Jibrilpun paham makna yang disampaikan
Tuhan kepadanya, kemudian ia turun dan mengatakan hal itu kepada Nabi tersebut
apa-apa yang dikatakan Tuhan kepadanya. Akan tetapi ungkapan yang dipergunakan
Jibril bukan merupakan ungkapan Allah sendiri, tetapi maknanya saja yang
dipahaminya dari Allah, sedangkan susunan bahasanya adalah dari Jibril sendiri.
2. Allah berfirman kepada Jibril, “Bacakanlah kitab ini kepada seseorang
Nabi”. Kemudian Jibrilpun turun menyampaikan pesan itu tanpa mengubah
sedikitpun kalimat demi kalimat yang telah difirmankan Allah kepadanya.

B. Asal-usul studi qur’an pada masa muslim periode pertama

Pada masa turunya Alquran ditengah-tengah bangsa Arab dengan segala aktifitas
kebudayaan mereka, setiap ayat diturunkan Allah tidak dipahami sebagai kalimat-
kalimat yang berdiri sendiri, melainkan berkaitan langsung dengan
kenyataankenyataan yang mereka hadapi sehari hari, sehingga untuk memahami isi
kandungan dari ayat tersebut hampi-hampir tidak ditemukan masalah-masalah yang
serius. Selain itu para sahabat nabi, adalah orang-orang yang pintar, sehingga mereka
mampu memahami dan mencerna kesusasteraan yanag bermutu tinggi dari Alquran.
Pada masa rasulullah hingga masa khalifah Abu Bakar dan Umar ibn Khattab,
naskah-naskah yang ditulis oleh para sahabvat yang ditugaskan nabi, dikumpulkan
menjadi satu dan disimpan. Dan ilmu Alquran masih disampaikan melalui lisan. Baru
setelah pemerintahan Usman ibn Affan, di mana pada saat itu bangsa Arab telah
membuka diri dengan bangsa-bangsa lainnya, barulah naskah-naskah itu dikeluarkan
untuk ditulis ulang dan disusun kembali dan kemudian dikirimkan kebeberapa daerah
di luar Arab.
Naskah Alquran yang baru disusun ulang itu dijadikan naskah standar (induk),
yang kemudian dikenal dengan mushaf al-ustmani. Dengan demikian khalifah Usman
telah meletakkan dasar-dasar ilm rasm Alquran (ilmu tentang bentuk tulisan alquran
atau ilm rasam al-Usamani (ilmu tentang bentuk tulisan Alquran yang disetujui
Usman), suatu cabang ulumul quran dari segi penulisannya.
Selanjutnya pada pemerintahan Ali ibn Abi Thalib, dimunculkannya ilmu
tentang al-quran yang mengkaji dari segi tata bahasanya (ilm I’rab alquran). Hal ini
disebabkan adanya pengrusakan-pengrusakan terhadap kaidah bahasa arab yang
dilakukan oleh orang-orang Asing, sehingga dikhawatirkan akan menjalar kepada
bahasa alquran yang natabene bahasa arab. Untuk itu beliau memerintahkan Abul
Aswad Ad-Duwali untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab guna memelihara
kemurnian alquran (dari segi tata bahasa) dari permainan dan kerusakan yang
dilakukan oleh orang-orang yang jahil.
Setelah masa Khulafaurrasyidin, maka muncullah ilmu-ilmu yang membahas
tentang alquran yang dimunculkan oleh para tabi‟ dan tabi‟in, pada sudut pandang
(bahasan) yang beraneka ragam. Ada yang membahas tentang penafsiran ayat-ayat
yang menghapus dan dihapus oleh ayat yang lain (ilm nasikh wal mansukh) dan lain
sebagainya. Kemudian setelah itu datanglah masa pembukuan/penuliasan
cabangcabang ulumul quran. Adapun cabang ulumul quran yang pertama kali
dibukukan adalah Tafsir Alquran. Sebab Tafsir Alquran ini dianggap sebagai induk
dari ilmu-ilmu alquran lainnya.

C. Pendekatan- pendekatan dalam studi Al-quran

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Alquran, pemakalah ingin menguraikan secara
ringkas tentang pendekatan-pendekatan dalam studi Alquran, antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Pendekatan Kebahasaan (analisis bahasa)
Telah disepakati oleh semua pihak, bahwa untuk memahami isi kandungan
Alquran dibutuhkan pengetahuan Bahasa Arab. Dan untuk memahami arti suatu
kata dalam rangkaian redaksi satu ayat, seseorang terlebih dahulu harus meneliti
apa saja pengertian yang dikandung oleh kata tersebut. Kemudian menetapkan
arti yang paling tepat setelah memperhatikan segala aspek yang berhubungan
dengan ayat tadi.
Dengan kata lain, bahwa seseorang yang ingin meneliti tentang ilmu-ilmu
Alquran harus mengetahui betul tentang kaedah-kaedah bahasa Alquran itu
sendiri dalam hal ini adalah Bahasa Arab, sehingga ia mampu memahami isi
yang terkandung dalam ayat tersebut.
b. Pendekatan Korelasi antar ayat dengan ayat lain (anlisis ayat per-ayat)
Memahami pengertian suatu kata dalam rangkaian satu ayat, tidak dapat
dilepaskan adari konteks kata tersebut dengan keseluruhan kata-kata dari ayat
tadi.12 Maksudnya adalah pemaknaan suatu ayat tidak akan sempurna jika tidak
diikuti oleh makna ayat sebelum atau sesudahnya. Dengan demikian terjadinya
hubungan sebab akibat antara suatu ayat dengan ayat lainnya baik sebelum
maupun sesudahnya.
c. Sifat Penemuan Ilmiah
Hasil pemikiran seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu yang
berasal dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Dengan begitu
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalamannya.
sehingga memaksa pemahaman redaksi Alquran menjadi berbeda-beda.
Berkenaan dengan pendekatan ini, Qurais Shihab mengemukakan pandangannya
bahwa, apa yang dipersembahkan para ahli dari berbagai disiplin ilmu, sangat
bervariasi dari kebenarannya. Seseorang bahkan tidak dapat mengatas namakan
Alquran dalam kaitan dengan pendapatnya, jika pendapat tadi melebihi
kandungan redaksi ayat-ayat. Tetapi hal Ini bukan berarti seseorang dihalangi
untuk memahami suatu ayat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Hanya selama pemahaman tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip ilmu tafsir
yang telah disepakati.

D. Metodelogi dan corak tafsir dalam studi Al-qur’an

Selanjutnya dalam pembahasan ini juga akan diuraikan secara singkat tentang
metode-metode dalam mengkaji (studi) terhadap kandungan Alquran. Setidaknya ada
empat metode penting dalam mengkaji isi kandungan Alquran yang dikemukakan
oleh para ahli yaitu : 1. Metode Tahlily (Analisis ayat per-ayat). 2. Metode Ijmaly
(secara global). 3. Metode Muqarin (perbandingan). Dan 4 Metode Mudhu’i /
Tematik (bertolak dari tema tertentu).

1. Metode Tahlily (analisis ayat per-ayat)


Dari keempat metode yang dikemukakan adi atas, metode tahlily
merupakan
salah satu metode yang paling popular selain metode tematik yang sering
digunakan oleh para mufassir untuk mengkaji isi kandungan Alquran. Adapun
pengertian metode tahlily adalah metode yang “mufassirnya” berusaha
menjelaskan kandungan ayat-ayat Alquran dari berbagai seginya dengan
memperhatikan, runtutan ayat-ayat Alquran sebagaimana yang tercantum
dalam mushaf.
Metode tafsir tahlily ini memiliki aspek-aspek yang sangat luas dan
menyeluruh, didalam melakukan penafsiran, mufassir harus dapat
memberikan perhatian di segala aspek yang terkandung dalam ayata yanga
ditafsirkannya, dengan tujuan menghasilkan
makna yang benar dari setiap bagian ayat. Metode ini juga digunakan oleh
sebagian besar mufassir pada masa lalu dan masih terus berkembang pada
massa sekarang. Diantara kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode ini,
ada yang ditulis dengan sangat panjang, seperti kitab tafsir karya Al-Alussi,
Fakhr al-Din al-Razi dan Ibn Jabir al-Thabari. Ada yanag sedang, seperti kitab
tafsir Imam al-Baidhawi dan Naisaburi, dan ada pula yang ditulis dengan
ringkas tetapai jelas dan padat, seperti kitab tafsir al-Jalalain karya Jalal al-
Din Suyuthi dan Jalal al-Din al-Mahalli, dan kitab tafsir yang ditulis
Muhammad Farid
Wajdi.
2. Metode Ijmali (global)
Pengertian metode ijmali adalah suatu metode tafsir yang menafsirkan
ayatayat Alquran dengan mengemukakan makna global.
Dengan menggunakan metode ini, mufassir menjelaskan makna ayat-ayat
Alquran secara global (garis besar). Sistimatikanya harus mengikuti urutan
surah-surah Alqauran sehingga maknanya dapat saling berhubungan dalam
menyajikan maknaamakna ini, mufassir mengemukan ungkapan-ungkapan
dari Alquran itu sendiri dengan
menambah kata-kata atau kalimat penghubung sehingga memudahkan para
pembaca
untuk memahaminya.
Adapun kitab tafsir yang disusun menurut metode ini antara lain, tafsir
Alquranul Karim (Muhammad Farid Wajdi) dan Al-Wasith (Karya Tim
Lembaga
Penelitian)

3. Metode Muqarin (Perbandingan)


Metode tafsir ini menggunakan perbandaingan yaitui dengan
membandingkian antara ayat Alquran satu dengan ayat yang lainanaya dan
membandingkan antara ayat Alquran dengan hadits, serta membandingkan
antara
mufassir satu dengan mufgassir lainnya.
Perlu digaris bawahi, bahwa membandingkan ayat Alquran dengan
ayat
lainnya dalam metode ini, hanya sebatas pada persoalan redaksinya saja dan
bukan
terletak pada bidang pertentangan makna seperti yang dibahas pada ilmu
nasikh dan
mansukh.
Hal ini disebabkan di dalam Alquran sendiri banyak dijumpai ayat-
ayat yang
memiliki kemiripan redaksi atau lafaz. Untuk itu diperlukannya metode ini
yang bertujuan untuk membandingkan (dari segi redaksi/lafaz) ayat-ayat
Alquran yang
memiliki persamaan redaksi dalam masalah atau kasus yang berbeda atau
ayat-ayat
yang memiliki redaksi berbeda dalam masalah atau kasus yang sama.

4. Metode Maudhu’i / Tematik


Metode ini memiliki dua bentuk, yaitu :

a. Membahas suatu surah Alquran secara menyeluruh, memperkenalkan dan


menjelaskan maksud-maksud umum dan khususnya secara garis besar dengan
cara menghubungkan ayar satu dengan ayat yang lain, atau antara pokok satu
dengan pokok masalah lain. Dengan metode ini surat tersebut tampak dengan
metodenya yang utuh, teratur, cermat, teliti dan sempurna.

b. Menghimpun dan menyusun ayat-ayat Alquran yang memiliki kesamaan


arah
dan tema, kemudian memberikan penjelasan dan mengambil kesimpulan di
bawah satu bahasan tema tertentu. Melalui kajian seperti ini mufassir
mencoba
menetapkan pandangan Alquran yang mengacu pada tema tertentu dari
berbagai
macam tema yang berkaitan dengan alam dan kehidupan. Upaya tersebut pada
akhirnya dapat mengantarkan mufassir kepada kesimpulan yang menyeluruh
tentang masalah tertentu menurut pandangan Alquran, bahkan dengan
menggunakan metode ini, mufassir dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang terlintas dalam benaknya dan menjadikan permasalahan tersebut sebagai
tema-tema yang akan dibahas dengan tujuan menemukan pandangan Alquran
mengenai hal tersebut.
Demikianlah metode-metode serta corak yang ada dalam mengkaji
studi tafsir
yang merupakan ainduaak dari ilmu-ilmu Alquaran lainnya yang terhimpun
dalam satu
bahasan yaitu ulumul quran.

E. Perkembangan studi Al-quran pada masa selanjutnya

perkembangan studi Alquran ini telah melalui beberapa fase/masa


perkembangan yang sejalan dengan perkembangan agama Islam. Di awali
pada masa nabi Muhammad SAW. Dan kemudian diikuti oleh para sahabat
terdekat (Khulafaurrasyidin) serta diperluas oleh tabi‟i dan tabi‟u at-tabi‟in
serta
diteruskan oleh para ulama yang terbagi dalam beberapa fase yaitu :

a. Fase pertama (masa hidupnya Nabi SAW hingga abad 11 Hijrah)


Pada masa ini perkembangan studi Alquran sudah dijelaskan pada
penjelasan
sebelumnya. Bahwa keadaan studi alquran pada saat itu masih dalam
perumusan yang
dipelopori oleh para sahabat Nabi SAW.

b. Fase kedua (abad III dan X Hijrah)


Pada masa ini, kajian studi alquran sudah mulai berkembang yang
ditandai
dengan banyaknya ulama yang mengkhususkan kajian studi alquran pada satu
pokok pembahasan, seperti pembahasan tentang asbabun nuzul, nasikh dan
mansukh, gharibil
quran dan ilmu-ilmu lainnya yang menyangkut tentang alquran. Tidak
ketinggalan
pembahasan terhadap tafsir alquran pada masa ini juga telah menjamur.
Dengan meluasnya pengkajian terhadap studi alquran maka para
ulama
alquran pada saat itu bersepakat untuk menggabungkan seluruh kajian-kajian
mereka
dalam satu bentuk pembahasan yang dinamakan dengan Ulumul Quran.
Terlebih lagi
pada abad V!! Hijrah, dimana pada masa ini muncul istilah Ulumul Quran
yang
mudawwan (terpadu). Maksudnya adalah Ulumul Quran yang sistematis,
ilmiah, dan
integrative yang perkembangannya disempurnakan oleh seorang ulama Al
quran pada
abad X Hijrah yang bernama Imam Asy-Syuyuthi.

c. Fase ketiga (abad XV! Hijrah / abad modern)


Setelah wafatnya Imam As-Syuyuthi (911 H), perkembangan studi Al-
quran
mengalami kemundurun, yaitu dengan terhentinya gerakan penulisan Ulumul
Quran.
Baru setelah abad XV! Hijrah atau abad modern gerakan penulisan dan
pengkajian
tersebut muncul dan berkembang kembali. Hal ini ditandai dengan banyak
bermunculan ulama yang mengarang Ulumul Quran dan menulis kitab-
kitabnya, baik
tafsir maupun macam-macam kitab Ulumul Quran lainnya.
Diantara para ulama yang menulis Tafsir / Ulumul Quran pada abad
modern
ini adalah sebagai berikut :
Ad-Dahlawi ; al- Fauzul Kabir fi Ushulit Tafsir
Thahir al-Jazari ; at-Thibyan Fi Ulumul Quran
Abu Daqiqah ; Ulumul Quran
M. Ali Slamah ; Minhaajul Furqan Fi Ulumul Quran
Muhammad Bahist ; Nuzulul Quran „ala Sab‟ati Ahrufin
Dan lain sebagainya.

F. Studi Al-quran dikalangan orientalis

Diskursus Alquran di mata ilmuan Barat dan orientalis selalu menarik untuk
diperbincangkan. Alquran menyatakan dirinya sebagai kitab yang terhindar dari
keraguan dijamin keotentikannya, dan bahkan sampai saat ini tidak ada kitab
tandingannya. Namun demikian, telah terjadi pergeseran cara pandang dikalangan
sarjana terhadap Alquran sejak beberapa dekade terakhir sebelum berakhir abad XX.
Huston Smith dalam The World Religions mengatakan bahwa belum pernah ada kitab
dalam khazanah kegamaan pada kebudayaan lain yang demikian sulit dimengerti oleh
orang barat selain Alquran. Apabila di masa-masa sebelumnya kitab suci tersebut di
pandang secara teologis, fenomena Alquran dari sisi asal usul dari mana ia berasal,
maka akhir-akhir ini fenomena tersebut didekati sebagai fenomena independen,
sebagai sebuah fakta kultural bukan karena sumber kemunculannya, tetapi karena
dirinya sendiri memang bermakna bagi masyarakat.
Di sepanjang sejarah, ada beberapa kalangan yang masuk dalam kategori ini
yang diperlakukan sebagai pelaku bid’ah, atau paling tidak diperangi bahkan pahit-
pahitnya hukuman mati sebagai imbas terberat. Bagaimanapun juga kedua hukum
tersebut memiliki konsekwensi makna yang sama, yakni berupa memojokkan dan
menafikan suara yang berbeda. Meskipun tidak dikafirkan, misalnya Muktazilah tidak
dapat tum buh subur. Kecuali belakangan ini, dalam tradisi Islam, termasuk Sunni
tidak dapat berdampingan harmonis dengan aliran ini. Bahkan, yang lebih
menyedihkan buku-buku yang ditulis oleh mereka, tidak sampai kepada kita karena
dibakar atau di bumi hanguskan akibat fanatisme mazhab. Orientalis atau
orientalisme terambil dari kata orient yang berarti timur. Ia adalah ilmu yang
membahas tentang bahasa, budaya termasuk agama dan kesusastraan masyarakat
Timur. Meskipun tidak selamanya benar, bisa jadi ada pengecualian. Ini terbukti
misalnya, Issa Boullata seorang penganut Kristen asal Palestina dan kini warga
Negara Kanada yang sempat juga mengajar diIAIN Jakarta, menyangsikan bahkan
mempertanya- kantulisan Najib al-‘Aqiqi dalam al-Mustshriqun yang mencantumkan
nama Fazlur Rahman, cendekiawan muslim Pakistan, sebagai salah seorang
orientalis. Perhatian pada spektrum yang lebih luas mengenai serangan orientalis
terhadap Alquran dalam berbagai dimensi untuk dapat menyajikan suatu citra
beberapa upaya dan tujuan Barat dalam mencemarkan kemurnian teks Alquran.
Tampaknya terdapat beberapa pintu gerbang yang digunakan sebagai alat penyerang
terhadap teks Alquran, salah satunya menghujat dan meragukan penulisan dan
kompilasinya.
Menurut Jeffery sebagaimana dikutip M.M. ‘An’am bahwa para ilmuwan
Barat tidak sependapat bahwa susunan teks Alquran baik ayat maupun suratnya yang
ada di tangan kita sekarang, sama dengan apa yang terdapat pada zaman Nabi
Muhammad. Walaupun sudah diketahui bahwa peristiwa itu diabadikan oleh hadis
yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari yang sudah dikenal kredibilitasnya di
bidang hadis, namun ini semua tidak diindahkan bahkan dianggap palsu oleh
orientalis.
Orientalis berasal dari kata “Orient” yang mengandung pengertian “timur”,
kata-kata tersebut berarti ilimu-ilmu yang berhubungan dengan dunia timur. Orang-
orang yang mempelajari budaya timur dari segala aspeknya disebut orientalis atau
ahli ketimuran. Orientalis adalah suatu gaya berfikir yang berdasarkan pada
perbedaan ontologis dan epistimologis yang dibuat antara timur dan barat. Secara
defenisitif orientalis ialah segolongan sarjana barat yang mendalami bahasabahasa,
budaya, politik, etnis dunia timur, sejarahnya, adat istiadatnya dan ilmuilmunya.
Boleh jadi motivasi awal orang –orang barat mempelajari Islam, tidaklah untuk
menyerang Islam. Mungkin saja pada awalnya mereka benar-benar mempelajri Islam
sebgai suatu ilmu. Namun akhirnya orientalis toh tetap saja membawa bau sentiment
barat (baca: Kristen) terhadap Islam. Sehingga jadilah kajian-kajian orientalis
merupakan syubhat-syubhat yang menimbulkan keragu-raguan dikalangan muslimin
terhadap ajaran Islam, beberapa serangan mereka terhadap Islam antara lain :
Menghujat Alquran Dalam banyak penelitian mereka, para orientalis menyebarkan
berbagai subhat batil seputar Alquran. Seorang orientalis bernama Noeldeke dalam
bukunya, Tarikh Alquran, menolak keabsahan huruf-huruf pembuka dalam banyak
surat Alquran dengann klaim bahwa itu hanyalah simbol-simbol dalam beberapa teks
mushaf yang ada pada kaum muslimin generasi awal dahulu, seperti yang ada pada
teks mushaf Utsmani. Ia berkata bahwa huruf Mim adala simbol untuk mushaf al-
Mughirah, huruf Ha adalah simbol untuk mushaf Abu Haurairah, huruf Nun untuk
mushaf Ustman. Menurutnya simbol-simbol itu secara tidak senganja dibiarkan pada
mushaf-mushaf tersebut, sehingga pada akhirnya terus melekat pada mushaf Alquran
dan menjadi bagian dari Alquran hingga kini. Berkaitan dengan sumber penulisan
Alquran, kaum orientalis menuduh bahwa isi Alquran berasal dari ajaran Nsrani,
seperti tuduhan Brocelman. Sedangkan Goldziher menuduhnya berasal dari ajaran
Yahudi. Kauam orientalis yakin bahwa Alquran adalah buatan Muhammad. Orientalis
Gibb dalam bukunya, Al-Wahyu AlMuhammadi, berkata bahwa Alquran hanya
buatan orang tertentu, yaitu Muhammad yang hidup dilingkungan khusus, yaitu
dikalangan Makkah sehingga kehidupan beliau terwarnai oleh apa yang beliau
ungkapkan.

G. Kritik analisis terhadap kajian orientalis

Ternyata tidak semua orientalis, mempunyai pemikiran sama,dimana mereka


mempelajari Islam untuk menyerang Islam itu, tetapi justru banyak diantara mereka
juga yang membela Islam, seperti William Montogomery Watt, yang diklaim sebagai
orientalis objektif dan paling simpatik terhadap Islam, berpendapat bahwa kebenaran
kenabian Muhammad didasarkan pada fakta sejarah umat Islam sendiri. Bagi Watt,
pesan-pesan (massage) wahyu Nabi Muhammad telah mengantarkan komunitas umat
Islam berkembang sejak masa kerasulan Muhammad hingga sekarang, umat Islam
menaati ajaran, merasakan kepuasan dan kebahagiaan, serta menjadi saleh dan taat
dalam keislamannya, meskipun hidup dalam lingkungan yang sulit. Ia menyatakan,
“These point lead to the conclusion that the view of reality presented in the Quran is
true and from God, and that therefore Muhammad is genuine prophet.”
(Hal-hal tersebut mmenghasilkan konklusi bahwa pandangan tentang realitas yang
terkandung dalam Alquran adalah benar dan bersumber dari Tuhan. Dengan
demikian, Muhammad adalah nabi yang sesungguhnya).
Hal senada diungkapkan pula oleh G. Margolioth (1858-1940) “Adapun
Alquran menempati kedudukan yang maha penting dalam barisan agama-agama yang
besar di dunia. Meskipun umurnya yang relative muda, ia mempunyai bagian dalan
ilmu kitab yang pernah mencapai keberhasilan, yang belum pernah dicapai
sebelumnya. Alquranlah yang telah mengubah cara berfikir dalam lingkaran manusia
dan membawa anjuran tentang peradaban tinggi dan menggerakkan bangsa Arab
yang sedang dalam alam gulita menjadi suatu bangsa yang gagah berani. Alquranlah
yang telah membawa bangsa itu (Arab) masuk ke medan pemuka agama yang
berdasar politik, sehingga dapat membangun sebuah
organiasasi Islam yang mengagumkan.”
Sekalipun pada akhir kalimat dari kutipan di atas, Margoliuth memberikan
papandangan subjektif, yaitu memandang Islam sebagai “agama yang berdasar
politik” dan secara implisit mengidentikkan Alquran sebagai kitab suci orang Arab,
pada beberapa bagian, ia mengakui bahwa Alquran mempunyai peranan penting
dalam sejarah umat manusia dan telah membuktikan dirinya sebagai penggerak
peradaban manusia. Dari masa ke masa, Alquran juga diposisikan sebagai sebuah teks
petunjuk dan tata aturan tindakan bagi berjuta-juta manusia yang ingin hidup di
bawah naungannya dan mencari makna kehidupan di dalamnya. Alquran membentuk
pemikiran mereka dan mengalir ke dalam literature dan wacana keseharian. Dalam
ungkapan singkat, William A. Graham berkomentar bahwa Alquran merupakan “A
Canonical writing is something people ready and study, ascripture something people
live by and for” (sebuah teks resmi aturan agama yang daibaca dan dipelajari
masyarakat, sekaligus sebagai naskah yang menjadi landasan kehidupan dan tujuan
masyarakat).
Nur Fadhil A. Lubis menyebutkan bahwa sebagian besar universitas di
Amerika Serikat, juga hampir menyeluruh di universitas Barat, mempunyai program
khusus Quranic Studies sejajar dengan Bible Studies dan studi kitab suci lainnya.
Dari seluruh bagian kajian keislaman, tidak ada yang lebih sensitive bagi peneliti
nonMuslim daripadaanlisis-analaisis Alquran. dalam wacana orientalis, studi kritis
Alquran merupakan “menu utama”, sekaligus merupakan kajian paling sensitive
disbanding dengan kajian lainnya. Para orientalis menaruh perhatian terhadap studi
kritis Alquran dalam berbagai aspek, dari teks Alquran sendiri hingga terjemahan
Alquran. Di dunia ini ada lebih dari 600 terjemahan Alquran dalam berbagai bahasa.
Ketertarikan umat Islam dalam kajian Alquran sejak masa awal hingga masa
kini jelas tidak banyak mengundang pertanyaan yang bernada sinis, bahkan
dipandang sebagai suatu keharusan, sebab Alquran merupakan kitab utama dan
menjadi pegangan hidup dalam menjalankan agama. Sebaliknya, pertanyaan atau
bahkan kecurigaan sering dialamatkan kepada para orientalis ketika umat Islam
menghadapai fenomena bahwa para sarjana Barat yang notanene-nya non-muslim.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis membahas secara rinci dalam setiap poin pada makalah ini. Penulis
berharap yang penulis jelaskan bisa dipahami dengan baik. Dari pemaparan diatas
dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an sebagai wahyu dan mukjizat terbesar Rasulullah
saw. Mempunyai dua pengertian , yaitu pengertian secara Etimologi ( bahasa ) dan
pengertian menurut terminology ( istilah ) Al- Qur’an tidak diturunkan secara
sekaligus, Al-Qur’an turun secara berangsu-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Para ulama membagi masa turunnya Al-qur’an ini di bagi menjadi dua periode, yaitu
periode Mekkah dan perode Madinah.
Kodifikasi atau pengumpulan Al- Qur’an sudah dimulai sejak zaman
Rasulullah saw, Saat Rasulullah saw masih hidup, ada beberapa orang yang ditunjuk
untuk menulis Al-Qur’an yaitu Zaid bin Zabit, Ali bin Abithalib, Muawiyah bin abu
Sofyan, Ubay bin Kaab. Nabi juga memerintahkan para sahabat utuk menuliskannya
diatas pelepah-pelepah kurma, lempeng-lempengan batu, dankeping-keping tulang.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, pada masa kekhalifahannya terdapat
perang yang sangat besar ( perang Ridda ). Dan menewaskan para hafish yang
signifikan. Hal ini membuat Umar bin khatab sangat khawatir, ia menyuruh Abu
Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al- Qur’an.
Pada masa Usman bin Affan terdapat keragaman dalam membaca Al- Qur’an,
yang menyebabkan adanya perbedaan dialek antara suku-suku yang berbeda-beda.
Usman bin Affan khawatir dengan perbedaan tersebut, ia ingin menyalin dan
membukukan Al-Qur’an atau menjadikan mushaf. Dalam melakukan pembukuan ini
Usman bin Affan menyuruh Zaid bin Zabit, Abdullah bin Azzubar, Said bin Al-ash,
Abdulrahman bin Al-harisi bin hysam. Hingga pada saat ini Al- Qur’an yang kita
pakai adalah hasil dari transformasi pada zaman Usman bin Affan.
Adapun isi pokok ajaran islam yaitu Masalah akidah, Masalah hukum,
Masalah ibadah, Masalah sejarah, Masalah mu’amalah, Masalah sains, Masalah
akhlak, Masalah hokum.
Adapun fungsi dan tujuan Al- Qur’an diturunkan sebagai berikut, petunjuk bagi
mausia, sumber pokok ajaran islam, peringatan dan pelajaran bagi manusia.
Adapun kedudukan Al- Qur’an dalam Islam sebagai sumber yang asasi bagi
syari’at ( hokum) islam. Dan peraturan-peraturan bagi setiap umat muslim untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Alquran merupakan kitab yang berisikan
kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril
yang didalamnya berisikan petunjukpetunjuk kepada seluruh umat manusia. Untuk
memahami petunjuk-petunjuk tersebut dengan benar, maka diperlukannya berbagai
macam ilmu yang membahas / mengkaji alquran itu yaitu Ulumul Quran, didalamnya
memuat seluruh bahasan tentang alquran mulai dari tafsir alquran yang merupakan
induk dari segala macam kajian mengenai alquran sampai pada ilmu bacaan alquran,
yang semuanya itu bertujuan untuk membela serta mempertahankan kesucian alquran
itu sendiri dari segala macam bentuk gangguan yang tidak mengiginkan kesuciannya.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada makalah ini, ada


beberapa hal sebelum kita mempelajari agama islam lebih jauh, terlebih dahulu kita
harus mempelajari sumber-sumber ajaran agama islam agar agama islam yang kita
pelajri sesuia dengan al-qur’an dan tuntunan nabi Muhammad SAW yang terdapat
dalam as-sunnah (hadist). Marilah kita mengamalkan dan menjadikan Al-qur’an dan
Al-sunnah sebagai pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari yang merupakan
sumber dari hukum agama Islam dan sekaligus dapat membuat kita bahagia baik itu
di dunia maupun diakhirat nanti agar hidup yang kita jalani lebih sempurna dan
mempunyai tujuan hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Faisar; Syam,Syafruddin; dan Syukri,Muhammad.2015. Metode


Studi Islam : Jalan Tengah Memahami Islam. Jakarta: Rajawali pers.
Lutfinurwarman.2015.metodologi studi islam tentang alqur’an. Dikutip dari
http://lufinurmawan.blogspot.com/2015/05/makalah-metodologi-studi-islam-
tentang_60.html. Mei 2015
Suryaerna.2014.alqur’an dan wahyu. Dikutip dari
http://suryaerna.blogspot.com/2014/01/al-quran-dan-wahyu.html.17 januari 2014

Anda mungkin juga menyukai