Anda di halaman 1dari 16

INTELEGENSI EMOSIONAL DALAM PRAKTEK KEBIDANAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Dan Kepemimpinan
Dalam Praktik Profesionalisme Bidan

Dosen pengampu: Sonda Nur Assyaidah, SST, MKM

Disusun Oleh:
Kelompok 6 Kelas C2

Euis Setianah 220607069


Eva Afrianita Ariyanti 220607070
Ira Jawahir 220607076
Lina Herlina 220607080
Merla Amalia 220607084
Novia Karmilasari 220607086
Raisya Haura 220607094
Silvia Nada 220607376
Wulan Sri Lestari 220607109
Yolanda Harumniti S 220607111

PRODI S1 KEBIDANAN
STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah
Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Praktik Profesionalisme Bidan yang
berjudul ”INTELEGENSI EMOSIONAL DALAM PRAKTEK
KEBIDANAN”.

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya selaku


dosen mata kuliah yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk
menyelesaikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka


menambah pengetahuan juga wawasan menyangkut “INTELEGENSI
EMOSIONAL DALAM PRAKTEK KEBIDANAN”

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua


orang khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya
jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Jakarta, Desember 2023

Penyusun

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................

A. LATAR BELAKANG......................................................................................................

B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................

C. TUJUAN...........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................

A. Pengertian Kecerdasan Emosional....................................................................................

B. Faktor Yang Berpengaruh Pada Kecerdasan Emosional..................................................

C. Praktik Kebidanan.............................................................................................................

D. Prilaku Dan Aspek Budaya Yang Mempengaruhi Pelayanan Kebidanan........................

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................

A. KESIMPULAN...............................................................................................................

B. SARAN...........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Intelegensi atau kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan
masalah, kemampuan dalam berfikir belajar, memecahkan masalah, memproses sesuatu
dan menyesuaikan diri pada lingkungan. Tingkat intelegensi dapat diukur dengan
kecepatan memecahkan masalah-masalah tersebut.
Pengertian Intelegensi Menurut Para Ahli
P. guilford yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang
logis berdasarkan informasi yang diberikan.
Howard gardner (1985) mengemukakan bahwa intelegensi adalah kemampuan
untuk memecahkan masalah , atau menciptakan suatu produk dalam berbagai
macam setting dan dalam situasi nyata.
David wechsler (dalam jakson,2003) intelegensi adalah kapasitas keseluruhan atau
global individu untuk bertindak, berpikir rsional, dan menanggani lingkungan secara
efektif.
William sterm mengemukakan intelegensi ialah kesanggupan untuk meyesuaikan diri
kepada kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuan
nya.
Alfred binet (dalam kaplan, 2009) kemampuan untuk mengarahkan fikiran
ataumengarahkan tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan tersebut
telahdilaksanakan, kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan
autocriticis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosional?
2. Apa saja faktor yang berpengaruh pada kecerdasan emosional?
3. Apa yang dimaksud dengan praktik kebidanan?
4. Bagaimana perilaku dan aspek budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosional.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor yang berpengaruh pada kecerdasan emosional.

1
2

3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan praktik kebidanan.


4. Untuk mengetahui bagaimana perilaku dan aspek budaya yang mempengaruhi
pelayanan kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kecerdasan Emosional (Intelligence Emotional)


Sebelum membahas lebih jauh tentang kecerdasan emosional, terlebih
dahulukan dijelaskan mengenai pengertian kecerdasan dan emosi. Dalam buku
International Encyelopedia of the Social Sciences di jelaskan bahwa “Intellegenceis
defined as the capacityfor learning, reasoning, understanding, and similar formsof mental
activity.”
Kecerdasan emosi atau Emotional Intelligence merujuk kepada kemampuan
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengelola emosi orang
lain, dan membina hubungan dengan orang lain.
Akar kata emosi adalah movere, kata kerja bahasa latin yang
berarti“menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-” untuk memberi arti “bergerak
menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak
dalam emosi. Bahwasanya emosi memancing tindakan, tampak jelas bila kita
mengamati binatang atau anak-anak, hanya kepada orang-orang dewasa yang
“beradap” kita begitu sering menemukan perkecualian besar dalam dunia makhluk hidup,
emosi dan dorongan untuk bertindak terpisah dari reaksi-reaksi yang tampak di
mata.
Emotional intelligence adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan dan
memahami emosi (baik emosi orang lain maupun emosi diri sendiri) dengan
tujuan meningkatkan kesehatan fisik dan mental.
Seseorang dengan emotional intelligence yang baik mampu mengontrol emosisaat
marah, peka terhadap perasaan orang lain, dsb.
Kecerdasan emosional menentukan seberapa baik seseorang dalam menggunakan
keterampilan yang dimiliki, termasuk keterampilan intelektual.
Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional) Goelman menyatakan:
“kemampuan seseorang mengatur kehidupan kehidupan emosinya dengan
intelegensi (to manage our emotional life with intelligence) menjaga keselarasan emosi
dan mengunggapkanya (the appropriateness of emotion and its expression) memalui
ketrampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan ketrampilan
sosial.”

3
4

Kecerdasan emosi dapat menempatkan emosi seseorang pada porsi yang tepat,
memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana hati adalah inti dari
hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan
suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki
tingkat emosional yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan
sosoial serta lingkungannya. Sedangkan menurut David Wechsler, seseorang
penguji kecerdasan, dalam bukunya Makmun Mubaydh yang berjudul Kecerdasan Dan
Kesehatan Emosional Anak menurutnya “kecerdasan adalah, kemampuan sempurna
(komperhensif) seseorang untuk berperilaku terarah, berfikir logis, dan berinteraksi
secara baik dengan lingkungannya. Sejaktahun 1940, David Wichsler mengisyaratkan
akan adanya unsur intelektual dannon-intelektual yang dikandung oleh akal, yaitu
unsur emosi dan faktor-faktor pribadi dan sosial.
Setelah mengetahui arti dari kecerdasan, perlu diketahui pula pengertian dari
emosi. Menurut Devis dan rekan-rekannya menjelaskan bahwa “Intelligence
emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan
orang lain, membedakan satu emosinya dengan lainnya, dan menggunakan informasi
tersebut untuk menuntun proses berpikir serta perilaku seseorang. ”Mereka
mengemukakan bahwa kemampuan ini suatu yang amat penting dalam kemampuan
psikologi seseorang .
Beck mengungkapkan pendapat James dan Lange yang di kutip dari buku Hamzah B.
Uno yang menjelaskan bahwa emosi adalah “presepsi perubahan jasmani yang terjadi
dalam memberi tanggapan (respon) terhadap suatu peristiwa. Devinisi ini bermaksud
menjelaskan bahwa pengalaman emosi merupakan presepsi dari reaksi terhadap situasi.”
Kata emosi sejak lama dianggap memiliki kedalaman dan kekuatan
sehingga dalam bahasa lain, emosi di jelaskan sebagai motus anima yang artinya jiwa
yang menggerakkan kita. Emosi bukan sesuatu yang bersifat positif atau negatif, tetapi
emosi berlaku sebagai sumber energi autentisitas dan semangat manusia yang
paling kuat. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, oleh karena itu
emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan
biologis, psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
perasaan itu termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh setiap orang, hanya corak dan
tingkah lakunya saja yang berbeda. Perasaan yang lebih erat hubungannya dengan pribadi
seseorang, oleh sebab itu tanggapan perasaan antara satu orang dengan orang lainnya
terhadap hal yang sama pastilah berbeda.
5

Golongan utama emosi dan beberapa anggota kelompoknya sebagai berikut:


1. Amarah : beringas, mengamuk marah besar, jengkel, kesal hati.
2. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, putus asa, depresi berat.
3. Rasa takut : cemas, takut, gugup, khwatir, was-was, perasaan takut sekali,
waspada sedih, tidak tenang, ngeri.
4. Kenikmatan : bahagis, gembira, puas, riang, senang, terhibur, bangga, takjub, rasa
terpesona.
5. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,
kasmaran, kasih.
6. Terkejut : terkesiap.
7. Jengkel : hina, jijik, muak, benci, tidak suka.
8. Malu : rasa salah, malu hati, kesal, sesal, dan hati hancur lebur.

Dengan demikian perasaan dan emosi merupakan suasana batin yang dihayati oleh
seseorang pada suatu saat. Perasaan berkenaan dengan suasana batin yang tenang,
tersembunyi dan tertutup, seperti: senang-tidak senang, suka-tidak suka. Dari beberapa
pendapat diatas, maka emosi merupakan suatu respon atas rangsangan yang
diberikan baik dari lingkungan maupun dari dalam diri individu sendiri sehingga
individu dapat menentukan pilihan dalam hidup yang menentukan kehidupannya.
Menurut Saphiro (dalam Hamzah B. Uno) istilah “kecerdasan emosional”
pertama kali di lontarkan dalam tahun 1990 oleh dua orang ahli, yaitu Peter
Salovey dan Jhon Mayor. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seperti
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,
mengendalikan dorongan hati dan tidak melebihlebihkan kesenangan, mengatur
suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir dan
berempati.

Menurut Daniel Goleman pengembangan kecerdasan emosional, orang-orang


sukses selain memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi tetapi juga memiliki stabilitas
emosi, motivasi kerja yang tinggi, mampu mengendalikan stress, tidak mudah putus asa
dll. Pengalaman-pengalaman demikian memperkuat keyakinan bahwa disamping
kecerdasan intelektual juga ada kecerdasan emosional. Orangyang memiliki kecerdasan
yang tinggi adalah mereka yang mampu mengendalikan diri (mengendalikan
gejolak emosi), memelihara dan memacu motivasi untuk terus berupaya dan tidak
6

mudah menyerah atau putus asa, mampu mengendalikan dan mengatasi stress,
mampu menerima kenyataan, dapat merasakan kesenangan meskipun dalam kesulitan.

Kecerdasan emosi ini menekankan tentang bagaimana seseorang mampu


menjalin hubungan baik dengan orang lain, menanamkan rasa empati, juga
bagaimana cara mengalahkan emosi dengan cara memotivasi diri. Seseorang yang cerdas
emosi adalah mereka yang selalu berusaha untuk mempertahankan pikiran dan sikap
positif sepanjang masa, walaupun pada saat itu sedang di hinggapi perasaan-
perasaan negatif. Dia akan selalu berjuang untuk mengubah perasaan negatif
menjadi positif agar benar-benar bisa memancarkan sikap yang menyenangkan
dan cocok dengan lingkungannya, kemudian berupaya menerjemahkan diri
kedalam perilaku yang sedap di pandang mata dan serasi Perasaan negatif menjadi positif
tidak bisa secara langsung dinilai, namun dapat disimpulkan dari caranya bertindak.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang di maksud


kecerdasan emosional di sini adalah kemampuan untuk memiliki kesadaran diri,
pengaturan diri, dan motivasi yang tinggi serta memiliki kecakapan sosial
yang meliputi empati dan ketrampilan sosial yang tinggi pula.

5 Indikator Kecerdasan Emosional

Dalam bukunya yang berjudul “Emotional Intelligence: Why It Can Matter MoreThan
IQ” Goleman juga menyebutkan 5 indikator kecerdasan emosional, yaitu:

1. Self-awareness: Menyadari perasaan atau keadaan yang sedang orang lain


rasakan dan pengaruhnya terhadap orang lain.

2. Self-regulation: Menggunakan kemampuan emosional untuk mengatur emosi yang


akan memunculkan reaksi atau perilaku tertentu.

3. Internal motivation: Mengambil keputusan sebagai bentuk optimisme,


rasapenasaran, dan keinginan untuk mencapai sesuatu.

4. Empathy: Memahami emosi orang lain dan menggunakan kemampuan


iniuntuk merespon orang lain berdasarkan tingkat emosional.

5. Social skills: Menerapkan kemampuan emosional untuk membangun hubungan


sosial yang kuat dengan sekitar.
7

Perlu anda ketahui bahwa setiap orang mempunyai kemampuan emosional yang
berbeda. Beberapa orang mempunyai emotional intelligence cukup baik, sementara
ada yang menghadapi kesulitan untuk membangun emotional intelligence yang
dengan seimbang.

Bahkan, sebuah penelitian mengemukakan bahwa, jika dibandingkan


dengan kemampuan akademik emotional intelligence yang tinggi akan lebih berdampak
pada ketahanan kesehatan fisik dan mental serta dapat memengaruhi kesuksesan di dunia
pekerjaan.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Pada Kecerdasan Emosional


1. Usia merupakan salah satu hal yang mempengaruhi emosi seseorang. Usia
merupakan salah satu indikator yang harus dipertimbangkan dalam mengevaluasi
kecerdasan emosi seseorang, karena perubahan pengalaman hidup sangat
mempengaruhi emosi seseorang.
2. Budaya Dan Sosial Ekonomi sangat mempengaruhi perkembangan emosi
seseorang, pernyataan yang diungkapkan setiadrama dan waruwu (2003). Seseorang
dalam mengendalikan emosi akan mengalami banyak perubahan apabila pindah
tempat tinggal atau jika kondisi social ekonominya mengalami perubahan;
3. Keluarga menyumbang pengaruh besar terhadap kecerdasan emosional anak.
Terutama pada kasus single parents, akan berdampak pada anak yang
tidak dapat mengontrol diri seperti kecewa, frustasi,melawan peraturan,
memberontak, kurang konsentrasi, murung, merasa bersalah , mudah marah,
kurang motivasi, iri, ketidakstabilan emosi dan kurang percaya diri.

C. Praktik Kebidanan
Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat
otonom, kepada perempuan, keluarga, komunitasnya, didasari etika dan kode etik bidan.
Kopetensi bidan adalah kemampuan yang dimiliki oleh bidan yang meliputi
pengetahuan , keterampilan dan sikap untuk memberikan peyalanan kebidanan.
Standar Praktek Kebidanan dikembangkan dari Filosofi dan kode etik bidan yang
membentuk kerangka fikir dan kerangka kerja bidan dalam melakukan kegiatan
profesionalnya berdasarkan bukti ilmiah. Standar praktik bidan dilengkapi
dengan instrumen audit yang dapat digunakan untuk evaluasi penerapan standar praktik
bidan.
8

D. Perilaku Dan Aspek Budaya Yang Mempengaruihi Pelayanan Kebidanan


Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Diera
globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrim
menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya.
Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah
kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari
faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka
berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti
konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab-akibat antara
makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali
membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Menjadi
seorang bidan tidak mudah, harus siap fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan
sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di kawasan pedesaan mempunyai tantangan
yang besar dalam mengubah pola kehidupan masyarakat yang mempunyai
dampak negatif tehadap kesehatan masyarakat. Tidak mudah mengubah pola pikir
ataupun sosial budaya masyarakat. Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi
bidan di pedesaan adalah kemiskinan, pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu,
kemampuan mengenali masalah dan mencari solusi bersama masyarakat menjadi
kemampuan dasar yang harus dimiliki bidan. Untuk itu seorang bidan agar dapat
melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat
tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat
dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-
hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-
unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya
dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan
nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk
memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian,
9

budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan


aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk
yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-
pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat. Aspek social budaya ini mencakup pada setiap trimester kehamilan
dan persalinan yang mana pada zaman dahulu banyak mitos dan budaya dalam
menanggapi hal ini.
Perilaku kesehatan merupakan salah satu factor perantara pada derajat
kesehatan. Perilaku yang dimaksud adalah meliputi semua perilaku seseorang atau
masyarakat yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, angka
kesakitan dan angka kematian. Perilaku sakit (ilness behavior) adalah cara
seseorang bereaksi terhadap gejala penyakit yang biasanya dipengaruhi oleh
pengetahuan, fasilitas, kesempatan, kebiasaan, kepercayaan, norma, nilai, dan
segala aturan (social law) dalam masyarakat atau yang biasa disebut dengan
budaya.
Beberapa perilaku dan aspek social budaya yang mempengaruhi pelayanan
kebidanan di komunitas diantaranya :
1. Health Believe
Tradisi-tradisi yang diberlakukan secara turun-temurun dalam pemberian
makanan bayi. Contohnya di daerah Nusa Tenggara Barat ada tradisi pemberian nasi
papah atau di Jawa dengan tradisi nasi pisang.
2. Life Style
Gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya gaya hidup kawin cerai
di lombok atau gaya hidup perokok (yang juga termasuk bagian dari aspek sosial
budaya).
3. Health Seeking Behavior
Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apabila seseorang sakit
tidak perlu pelayanan kesehatan, akan tetapi cukup dengan membeli obat diwarung
atau mendatangi dukun.
10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kecerdasan emosional di sini adalah kemampuan untuk memiliki kesadaran
diri, pengaturan diri, dan motivasi yang tinggi serta memiliki kecakapan sosial yang
meliputi empati dan ketrampilan sosial yang tinggi pula.

B. Saran
Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah diatas
masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapunn antinya
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah ini dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ruangkerja.id/blog/pentingnya-emotional-intelligence-di-dunia-
pekerjaan#:~:text=Emotional%20intelligence%20adalah%20kemampuan
%20seseorang,terhadap%20perasaan%20orang%20lain%2C%20dsb.
http://repository.stikessaptabakti.ac.id/169/1/MODUL%20PROFESIONALISME
%20KEBIDANAN%281%29.pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/24510/PPT

12

Anda mungkin juga menyukai