Anda di halaman 1dari 18

Kelompok 5

KEPEMIMPINAN DAN BERPIKIR SISTEM KESEHATAN MASYARAKAT


“KARAKTER PERSONAL MASTERY & MENTAL MODELS”

DOSEN PENGAMPU : DR. NANI YUNIAR, S.SOS., M.KES

OLEH :
NURUL AMALLIAH (J1A120202)
RAFLI SURYA BANGSAWAN (J1A120211)
ROSMINI (J1A120221)
SITI NURBILA (J1A120229)
VIVI SELVIANI ((J1A120238)
WULAN ULFASARI (J1A120247)
ABQARIYAH JILAN DZAKIRAH MALAKA (J1A120256)

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Kendari, 24 Oktober 2021

Kelompok 5

ii
DESKRIPSI TUGAS SETIAP ANGGOTA KELOMPOK

No NAMA DAN NIM TUGAS


.
1 NURUL AMALLIYAH (J1A120202) MENCARI MATERI

2 RAFLI SURYA BANGSAWAN (J1A120211) MENCARI MATERI

3 ROSMINI (J1A120221) MENYUSUN MAKALAH

4 SITI NURBILA (J1A120229) MENCARI MATERI

5 VIVI SELVIANI ((J1A120238) MENCARI MATERI

6 WULAN ULFASARI (J1A120247) MENCARI MATERI

7 ABQARIYAH JILAN DZAKIRAH MALAKA MENCARI MATERI


(J1A120256)

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER.....................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR TUGAS ANGGOTA KELOMPOK.............................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................2
A. Pengertian Personal Mastery atau Penguasaan Diri...........................2
B. Manfaat, Karakteristik dan
Dimensi Penguasaan Diri (Personal Mastery)...................................4
C. Pengertian Mental Model...................................................................8
D. Pembentukan Mental Model..............................................................9
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................12
A. Kesimpulan........................................................................................12
B. Saran..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................13

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan zaman indentik dengan modernisasi dan pertumbuhan yang pesat
disegala, hal ini memaksa setiap organisasi untuk terus berkembang dan tumbuh
mengikuti zaman. Sehingga setiap organisasi harus melakukan perubahan dan berbagai
perbaikan seperti memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen/klien, merekrut
SDM terbaik, serta perbaiki sistem agar dapat bertahan.
Salah satu aspek fundamental yang paling penting dari penguasaan pribadi visi
pribadi. penguasaan pribadi bila dikombinasikan dengan visi pribadi dapat membuat
kerangka atau membimbing filsafat tentang bagaimana Anda dapat beroperasi dan
menjalani hidup Anda. Beberapa orang akan mengatakan bahwa visi pribadi berfungsi
sebagai panduan yang akan membuat Anda di jalur.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu personal mastery atau penguasaan diri?
2. Bagaimana manfaat, karakteristik, dan dimensi penguasaan diri?
3. Apa itu mental model?
4. Bagaimana pembentukan mental model?

C. Tujuan
Pembaca dan penulis bersama-sama memahami tentang “Karakter Personal Mastery dan
Mental Models”

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Personal Mastery atau Penguasaan Diri


Pengertian dari Personal Mastery ini dapat didefenisikan dengan penguasaan
pribadi. Kata “Mastery” bisa difahami sebagai “master”. Bila dirilik dari sudut bahasa,
maka apabila dikatakan master, yang terbayang dalam maknanya adalah seseorang yang
telah mapan, mampu, dan super. Sementara kata “Personal” dapat pula diartikan sebagai
“diri, jiwa, dan pribadi.” Sehingga kalau kita artikan dengan bahasa yang bebas, Personal
Mastery dipahami sebagai diri yang telah mampu dalam menguasai masalah, (Abdusima,
2014)
Penguasaan pribadi adalah sekitar mendekati kehidupan dari perspektif yang
berbeda. Kadang-kadang orang akan menyebutnya sebagai perjalanan menuju perbaikan
terus-menerus. penguasaan pribadi dipandu dengan prinsip-prinsip kunci seperti visi,
tujuan pribadi, ketegangan kreatif, komitmen untuk kebenaran dan memahami pikiran
bawah sadar.
Ada beberapa definis tentang Personal mastery, antara lain :
1. Menurut Peter M. Sengge
“ The practice of personal mastery is an individual matter.” Kekuatan dan
penguasaan diri dalam menghadapi permasalahan merupakan kematangan personal
mastery. Penguasaan Pribadi adalah disiplin terus memperjelas dan memperdalam
visi pribadi kita, memfokuskan energi kita, mengembangkan kesabaran, dan melihat
realitas obyektif. Melampaui kompetensi dan keterampilan, meskipun melibatkan
mereka. Melampaui pembukaan rohani, meskipun melibatkan pertumbuhan rohani.
Penguasaan dipandang sebagai jenis khusus dari kemahiran. Ini bukan tentang
dominasi, melainkan sebuah keterpanggilan. Visi adalah panggilan bukan hanya
sekedar ide yang baik.
2. Menurut Fran Sayers
Personal mastery adalah pengembangan diri seseorang yang berkesinambungan,
selalu mencari jalan untuk tumbuh, mencari hal-hal baru untuk dipelajari dan bertemu
dengan orang yang menarik.

2
3. Menurut J. Marquardt
Personal Mastery adalah suatu cara yang berkesinambungan untuk menjernihkan dan
memperdalam visi, energi dan kesabaran seseorang.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
keahlian diri / penguasaan diri adalah proses pembelajaran kehidupan seseorang, bukan
sesuatu yang sudah dimiliki. Penguasaan diri itu tentang mencintai diri sendiri dan
mengembangkan bakat yang dimiliki semaksimal mungkin. Beberapa orang berpikir
bahwa pengusaan diri itu membatasi dan mongontrol diri sendiri, tetapi sesungguhnya hal
ini mengenai pemahaman akan diri sendiri. Seseorang harus mengidetifikasi tentang
bagaimana suatu kebiasaan muncul untuk mengontrol suatu kebiasaan tersebut.
Menurut O’Brien, orang yang memiliki tingkat personal mastery yang tinggi akan
memiliki komitmen yang tinggi, lebih memiliki inisiatif, memiliki rasa tanggung jawab
yang tinggi dan luas terhadap pekerjaannya, serta belajar dengan lebih cepat.
Menurut Peter Senge menyatakan bahwa orang yang sudah mempraktekkan personal
mastery, akan :
a. Mampu Mengintegrasikan Reason Dengan Intusi
Integrasi antara reason dengan intusi dapat diperoleh secara alamiah. Intusi
menolak cara berpikir linear yang menyandarkan diri pada hukum sebab akibat
sehingga intuisi sering kelihatan tidak masuk akal.
b. Menempatkan Dirinya Sebagai Bagian Dari Sistem
Kemampuan memperluas kesadaran dan saling pengertian, lebih mampu melihat
hubungan antara tindakan dengan realitas, dan lebih mampu melihat hubungan antara
dirinya dengan dunia luarnya.
c. Lebih Memiliki Rasa Kasihan Dan Empati
Orang-orang yang mampu menempatkan dirinya ditengah-tengah sistem dan
mengetahui adanya tekanan-tekanan yang muncul diantara satu orang dengan yang
lainnya biasanya akan lebih memiliki rasa kasihan dan empati.
d. Memiliki Komitmen Kepada “The Whole”
Perasaan adanya saling berhubungan akan menyebabkan seseorang akan
menempatkan kepentingan kelompok diatas kepentingannya sendiri.

3
Kemampuan seseorang itu akan dapat dia rasakan setelah benar-benar belajar dan
telah mampu menguasai apa yang telah dipelajarinya. Dalam belajar seseorang akan
mampu mengetahui apabila telah menguasai apa yang diterimanya. Setiap orang
memiliki kemampuan khusus yang khas. Keahlian individual ini akan menjadi nyata
ketika setiap individu di organisasi memberikan komitmen tinggi dalam proses
pembelajaran dirinya sendiri sehingga menjadi pakar di bidangnya yang nantinya akan
membawa manfaat besar dalam organisasi.
Demikian halnya tentang diri. Seseorang akan mampu bekerja apabila dia telah
mengetahui dan menguasai dirinya. Kalau ingin mencapai sesuatu, maka hal yang
pertama sekali dilakukan adalah mengukur kemampuan diri. Menguasai diri merupakan
hal yang pertama sebelum menaklukkan dan mencapai apa yang diingini.

B. Manfaat, Karekteristik dan Dimensi Penguasaan Diri (Personal Mastery)

a. Manfaat Personal Mastery

Manfaat atau keuntungan bagi sesorang yang mempunyai tingkat penguasaan diri
tinggi adalah sebagai berikut

1. Kemampuan Mengambil tanggung jawab

2. Kejelasan dan prefesionalisme visi

3. Kohesive dan team work yang berlaku

4. Penurunan jumlah karyawan yang absen melalui peningkatan kesejahteaan


karyawan

5. Mampu mengendalikan stress dan bersikap positif

6. Menciptakan perumbuhan organisasi yang tetap dan berjangka panjang

7. Pemenuhan tanggug jawab sosial


4
8. Kepemimpinan kreatif yang kuat

9. Meningkatkan kcerdasan emosi

b. Aspek Personal Mastery


Menurut Metavarsity Course, Personal Mastery memiliki 4 aspek, yaitu :
1. Aspek emosional

a) Memahami emosi diri sendiri dan akibatnya

b) Memahami orang lain dan emosi yang dialaminya

c) Berdaya secara emosional dan nyata

d) Menjadi vulnerable dan terbuka dengan suatu hubungan

2. Aspek Spiritual

a) Terhubung dengan inner self

b) Mengapresiasi kehidupan, menyayangi orang lain

c) Bersatu dalam perbedaan dengan orang lain

d) Menciptakan dunia yang lebih baik untuk tempat hidup

3. Aspek Fisik

a) Berada secara fisik dan dalam lingkungan

b) Memahami hubungan antara ‘mind-body’

c) Bertanggung jawab dan membuat keputusan positif

d) Memanage stres dan mencapai keseimbangan

5
4. Aspek Mental

a) Memahami cara pikiran bekerja dan cara menciptakan realitas

b) Meningktkan fokus mental dan konsentrasi

c) Menciptakan pikiran yang jernih dan inovatif

d) Menciptakan realitas yang diinginkan

c. Karakteristik Personal Mastery


Adapun karakteristik Personal Mastery antara lain sebagai berikut:
1. Memiliki tujuan, jiwa-jiwa yang selalu merasa “terpanggil”

2. Dapat mengukur realitas terkini pada dirinya secara akurat, khususnya dalam
mengenali kelemahan-kelemahan dirinya

3. Terampil dalam menggunakan tegangan kreatifnya sebagai suatu inspirasi menuju


masa depan

4. Dapat melihat peluang sebagai suatu kesempatan

5. Memiliki rasa ingin tahu yang mendalam

6. Menempatkan hubungan pribadi sebagai prioritas utama tanpa mengabaikan


individualitasnya

7. Berpikir sistem, menganggap dirinya sebagai bagian dari sistem yang lebih besar.

8. Menyadari ketidaktahuan dan ketidak mampuan, (Anges, 2009).

d. Dimensi Personal Mastery


Penerapan Personal Mastery dapat dilihat dari dua dimensi yang saling berkaitan.
Dimensi dimana seseorang tersebut sebagai individu dan dimensi dimana personal
tersebut menjadi bagian dari suatu kelompok (team). Sebagai individu, upaya

6
pengendalian diri (Personal Mastery) dengan segala unsurnya akan dapat membentuk
karakter personal, sedangkan perannya pada kelompok, Personal Mastery diperlukan
untuk menjamin adanya pembelajaran organisasi (Learning Organization). Paduan
karakter personal yang dimiliki oleh anggota team dalam suatu organisasi akan
membuat dinamika dan menumbuhkan organisasi tersebut.
Peter Senge dalam Global Learning Service menjelaskan tujuh dimensi
penguasaan diri yang harus dibudayakan untuk mendukung proses pengembangan
mencapai Personal Mastery:
1. Kesadaran Diri (Self-Awareness)
Self-awareness merupakan dasar untuk Personal Mastery dan efektivitas
dalam berhubungan dengan orang lain. Self-awareness dapat dijadikan kunci
sebagai pemegang kendali untuk pengembangan personal dan profesional.
2. Ketajaman Perseptual (Perceptual Acuity)
Perceptual Acuity merupakan kemampuan dalam menafsirkan pesan yang
diperoleh melalui persepsi, observasi, dan kemampuan mendengar.
3. Penguasaan Emosional (Emotional Mastery)
Penguasaan emosi adalah bagaimana seseorang memahami emosi diri,
mengenal emosi orang lain, dan kemampuannya untuk memanajemen emosi
untuk menghargai orang lain. Goleman membagi lima kecerdasan emosi dalam
buku “Emotional Intelligence”, yaitu:
1) Kesadaran Diri
2) Regulasi Diri (Self-Regulation)
3) Motivasi Diri (Internal Motivation)
4) Empati (Empathy)
5) Kemampuan Sosial (Social Skills)
4. Keterbukaan (Openness)
Organisasi tidak hanya dihuni oleh satu pemikiran. Seseorang bisa terbuka
menerima pemikiran orang lain, serta bersedia untuk menggali ide baru dan
pengalaman demi sebuah perkembangan.
5. Fleksibilitas dan Adaptasi (Flexibility and Adaptability)

7
Perubahan dan/atau perkembangan dalam organisasi menuntut seseorang
untuk mengikuti perubahan dan/atau perkembangan tersebut. Maka seseorang
harus mempunyai sikap fleksibel dan pintar untuk beradaptasi, sehingga mampu
memandang perubahan sebagai kesempatan baru.
6. Otonomi (Autonomy)
Seseorang harus mampu mengendalikan hidup untuk mencapai pikiran
jernih dan kecerdasan, sensitivitas tinggi, rasa estetika, tanggung jawab serta nilai
spiritual. Seseorang yang autonomus mempunyai sikap Self-awareness tinggi,
keingintahuan tinggi, dan lebih proaktif daripada reaktif.
7. Akal dan Daya Kreatif (Creative Resourcefullness)
Seseorang harus kreatif dan inovatif serta selalu menemukan hal baru
dalam melakukan sesuatu. Selalu terbuka akan ide-ide dan pengalaman baru serta
fleksibel dan adaptasi.

C. Pengertian Mental Model


Peter Senge mendefinisikan model mental sebagai semua asumsi, generalisasi,
bahkan gambaran yang tersimpan kuat dalam pikiran dan perasaan sehingga
mempengaruhi segala tindakan, perilaku dan pandangan tentang kehidupan dan dunia
pada umumnya
The discipline of mental models starts with turning the mirror inward; learning to
unearth our internal pictures of the world, to bring them to the surface and hold them
rigorously to scrutiny. It also includes the ability to carry on “learningful” conversations
that balance inquiry and advocacy, where people expose their own thinking efectively
and make that thinking open to the influence of others. (Senge 1990:9)
Mental Model adalah ‘asumsi yang tertanam, generalisasi, atau bahkan gambar
dan gambar yang mempengaruhi bagaimana kita memahami dunia dan bagaimana kita
mengambil tindakan’. Hal tersebut tergambar pada perilaku kita dan cerminkan dari
tindakan kita3. Didalam mempelajari model mental (mental models) dimulai dengan
melihat cerminan diri sendiri, mengembangkan kemampuan yang diri sendiri dan
kemampuan untuk ‘learningful’, mengungkapkan pemikiran secara efektif dan membuat
pemikiran terbuka untuk mempengaruhi orang lain

8
Mental models merupakan satu dari lima disiplin yang dikemukakan Peter Senge
(1990). Mental models merupakan refleksi diri, menelusuri dan mendukung, dimana
orang-orang mengekspos pemikiran sendiri secara efektif dan menjadikan pemikiran
yang terbuka terhadap pengaruh orang lain6.
Tjakraatmadja dan Lantu (2006:189) menyatakan bahwa model mental
menggambarkan kemampuan para anggota organisasi untuk melakukan perenungan,
mengklarifikasi dan memperbaiki gambaran-gambaran internal (pemahaman) tentang
dunia, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip serta nilai-nilai yang sarat dengan moral etik
Senge (1996:8) menyatakan These are ‘deeply ingrained assumptions,
generalizations, or even pictures and images that influence how we understand the world
and how we take action’ bahwa model mental adalah asumsi yang sangat melekat umum,
atau bahkan suatu gambaran dari bayangan / citra yang berpengaruh bagaimana kita
memahami dunia dan bagaimana kita mengambil tindakan6.Sehingga model mental dapat
dikatakan sebagai konsep diri, yang dengan konsep tersebut akan menghasilkan
pengambilan keputusan yang baik

D. Pembentukan Mental Model


Mental Model berasal dari pengamatan dengan pengetahuan, informasi-informasi
membentuk skemata-skemata sehingga terbentuklah mindset atau yang disebut model
mental. Salah satu teori dasar pembentukan mental model adalah yang disampaikan oleh
Cris Argyris yaitu The Ladder of Inference atau tangga Argyris, yang kemudian
dikembangkan oleh Peter Senge. “The Ladder Of Inference” adalah suatu proses seperti
tangga dalam mengambil kesimpulan. Teori ini berasal dari Chris Argyris kemudian
dikembangkan oleh Peter Senge dalam Learning Organization. Menurut teori ini ada
tingkatan dalam mengambil kesimpulan yaitu:
1. Reality and fact (kenyataan dan fakta)
2. Selected reality (kenyataan yang terseleksi)
3. Interpreted reality (kenyataan yang diinterprestasikan)
4. Assumtion (asumsi)
5. Conclutions (kesimpulan-kesimpulan)
6. Beliefs (keyakinan)

9
7. Action (bertindak)
Didalam proses terbentuknya mental model terdapat hal tersebut dibawah ini, yaitu:
a. Konstruksi : menciptakan sesuatu mencari pola dan makna yang paling semu

b. Penghapusan : memilih dan menyaring pengalaman, menutupi beberapa bagian

c. Distorsi : pengalaman yang berliku mengubah pengalaman, mengurangi dan


melengkapi bagian memberikan arti yang berbeda dengan kenyataan (reading
different meaning into it)

d. Generalisasi : gambaran umum atas semua kejadian yang sama menciptakan sesuatu
dari pengalaman dan mempresentasikan kelompok

Selain proses tersebut diatas, didalam pembentukan suatu model mental terdapat
Teori Chris Argyris (Teori Dewasa dan Tidak Dewasa) yang merupakan pengembangan
dari Teori X dan Y. Teori X dan Teori Y oleh Mc.Gregor berdasarkan atas penelitiannya
pada organisasi tradisional dengan ciri-cirinya yang sentralisasi dalam pengambilan
keputusan, hubungan piramida antara atasan dan bawahan, dan pengendalian kerja
ekstrenal, adalah pada hakikatnya berdasarkan atas asumsi-asumsi mengenai sifat
manusia dan motivasinya.

Teori X menyatakan bahwa sebagian besar manusia lebih suka diperintah, dan tidak
tertarik akan rasa tanggungjawab, serta menginginkan keamanan atas segalanya.
Mengikuti falsafah ini maka kepercayaaanya ialah orang-orang hendaknya dimotivasi
dengan uang, gaji, honorarium dan diperlakukan dengan sanksi hukuman. Untuk
menutupi kelemahan dari asumsi teori X itu, maka Mc.Gregor memberikan alternative
teori lain yang dinamakan teori Y. asumsi teori Y merupakan kebalikan dari teori X

Teori Argyris menambahkan bahwa ada perbedaan antara sikap dan perilaku pada diri
seseorang. Menurut Argyris, ada tujuh perubahan yang terjadi di dalam kepribadian
seseorang jika ia berkembang ke kedewasaan.

a. Seseorang itu akan bergerak dari suatu keadaan pasif sebagai anak-anak, ke suatu
keadaan yang bertambah aktivitasnya sebagai orang dewasa

b. Seseorang akan berkembang dari suatu keadaan yang tergantung kepada orang lain ke
suatu keadaan yang relatif merdeka sebagai orang dewasa
10
c. Seseorang bertindak hanya dalam cara sedikit sebagai anak-anak, tetapi sebagai orang
dewasa ia akan mampu bertindak dalam berbagai cara

d. Seseorang itu mempunyai minat yang tidak menentu, kebetulan dan tidak begitu
mendalam dan kuat minatnya sebagai orang dewasa
e. Persfektif waktu bagi anak-anak adalah singkat, hanya melibatkan waktu kini, tetapi
sebagai orang dewasa maka perspektif waktunya bertambah menjangkau masa lalu
dan masa yang akan datang
f. Seorang sebagai anak-anak, ia berada di bawah pengendalian setiap orang
(Subordinary to every one)
g. Sebagai anak-anak, seseorang kurang kesadaran akan dirinya, tetapi sebagai orang
yang sudah matang ia tidak hanya sadar, tetapi mampu untuk mengendalikan dirinya

BAB 3
PENUTUP

11
A. Kesimpulan
Pengertian dari Personal Mastery ini dapat didefenisikan dengan penguasaan
pribadi. Kata “Mastery” bisa difahami sebagai “master”. Bila dirilik dari sudut bahasa,
maka apabila dikatakan master, yang terbayang dalam maknanya adalah seseorang yang
telah mapan, mampu, dan super. Sementara kata “Personal” dapat pula diartikan sebagai
“diri, jiwa, dan pribadi.” Sehingga kalau kita artikan dengan bahasa yang bebas, Personal
Mastery dipahami sebagai diri yang telah mampu dalam menguasai masalah, (Abdusima,
2014)
Mental Model adalah ‘asumsi yang tertanam, generalisasi, atau bahkan gambar
dan gambar yang mempengaruhi bagaimana kita memahami dunia dan bagaimana kita
mengambil tindakan.

B. Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas

DAFTAR PUSTAKA

12
Agnes. 2009. Seseorang Menjadi Seseorang Karena Orang Lain.
http://agnessekar.wordpress.com. Diakses tanggal 24 Maret 2017
Alfmuzaky. 2009. Penguasaaan Pribadi (Personal Mastery). Alfmuzaky.blogspot.co.id. diakses
tanggal 24 Maret 2017
Febriany. 2016. Learning Organization Pada Aspek Personal Mastery.
Febrianyaddress.blogspot.co.id. diakses tanggal 24 Maret 2017

13

Anda mungkin juga menyukai