PEMBENTUKAN KARAKTER
SEMESTER GANJIL
Diajukan Sebagai Tugas Akhir Semester 1
Dosen Pengampu
Muslim, M.Si
Disusun oleh
Putri Tiin Puspa (044121015)
Puji syukur kehadirata Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga
saya bisa menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isi yang ringkas. Semoga
isi yang terkandung dalam makalah ini dapat dimengerti dan dipahami oleh pembaca. Penulisan
makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah Pembentukan Karakter. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambaha wawasan dan pengetahuan pada mata
kuliah yang sedang dipelajari,, agar kami menjadi mahasiswa yang cerdas dan bermanfaat bagi
diri sendiri, orang lain, bangsa dan agama.
Dengan tersusunnya makalah ini, penyusun menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
kelemahan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan demi perbaikan
makalah dan penyusun ke depannya.
Semikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penyusun sendiri.
Terima kasih, Wassalamualaikum Wr. Wb.
Pembentukan karakter merupakan salah satu solusi untuk masalah sosial di masyarakat,
seperti penyimpangan norma-norma, budaya, agama dan moral. Pengetahuan atau
pendidikan pembentukan karakter dapat menjadi bekal bagi kita semua khususnya generasi
muda. Hal ini ditujukan untuk membangun sumber daya manusia yang lebih bertanggung
jawab, bermoral, bijaksana, berjiwa besar dan berpemikiran luas.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan pemerintah untuk membangun karakter
bangsa, di antaranya adalah menyediakan pendidikan karakter dalam instansi pendidikan
mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Hal ini bisa dilakukan dengan memberi
arahan baik dan buruk kepada anak sesuai tahap tumbuh kembangnya. Kemudian yang
kedua adalah dengan menanamkan wujud cinta tanah air. Hal ini ditujukan sebagai
pertahanan masyarakat dan bangsa guna mengantisipasi pengaruh dari luar yang berlebihan
sebab dapat mengancam masa depan dan integritas bangsa. Yang ketiga adalah dengan
meningkatkan daya saing IPTEK. Peran teknologi informasi dan telekomunikasi hanya
sebatas mempercepat sekaligus memperbesar peran daya saing dalam menentukan
keunggulan suatu entitas dibandingkan dengan entitas lainnya dan hal ini telah terjadi sejak
dulu. Yang terakhir adalah menggunakan media massa sebagai upaya penyalur
pembangunan karakter bangsa. Menurut Oetama, 2006 peran media ada tiga, yaitu sebagai
penyampai informasi, edukasi dan hiburan. Pemerintah dapat bekerja sama dengan para
pemilik media untuk menyampaikan informasi-informasi edukatif dan mendorong
perkembangan karakter masyarakat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut tujuan dari penulisan
makalah ini.
1. Memaparkan beberapa perilaku yang mendukung tumbuh dan berkembangnya karakter
seseorang.
2. Memaparkan penjelasan mengenai kecerdasan ESQ.
3. Menjelaskan perbedaan Growth Mindset dan Fixed Mindset.
4. Mendeskripsikan generasi Z dan apa itu literasi digital.
BAB II
PEMBAHASAN
ESQ - Keselarasan Hubungan Manusia dengan Tuhan dan Manusia dengan Manusia.
Keberhasilan seseorang di masyarakat lebih ditentukan oleh kecerdasan emosional (80%)
dan hanya (20%) ditentukan oleh faktor kecerdasan intelektual (IQ). Kecerdasan emosional
memiliki efek positif dan peka terhadap pengaruh lingkungan.
Marah
Merasa bersalah
Ngga enakan
Khawatir
Validasi atau membutuhkan pengakuan dari orang lain
Beberapa cara bisa dilakukan untuk mengatasi emosi dalam diri, antara lain adalah sadar
terhadap diri sendiri. Memahami suasana hati saat mengalaminya, tidak mudah
terpengaruh oleh sekitar, berusaha tetap berfikir positif dan tidak larut dalam masalah
secara berkepanjangan. Ada juga orang-orang yang tenggelam dalam masalah mereka.
Mereka yang seperti ini mudah dikuasai olleh emosi dan tak berdaya lepas dari ke
negatifan, untuk kemudian menjadi mudah marah, cemas, gelisah dan larut dalam
perasaannya. Kemudian yang terakhir ada yang pasrah dengan masalah yang
dihadapinya. Cenderung menerima suasana hati yang dialami, namun tidak berusaha
keluar dari situasi itu.
3. Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotion (EQ)
Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang
dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan
menunda kepuasan, serta mengatur suasana jiwa.
Mengelola emosi
Kemampuan seseorang untuk menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap
dengan baik dan berdampak positif dalam melaksanakan tugas dan pencapaian suatu
tujuan, serta segera pulih dari tekanan emosi yang dialami. Kemampuan ini
tergantung pada kesadaran diri yang dimiliki.
Membina hubungan
Kemampuan dalam menangani emosi secara baik ketika seseorang bergaul dengan
orang lain, dapat membaca situasi dengan baik, berinteraksi dengan lancar,
memimpin musyawarah, menyelesaikan perselisihan dengan baik serta mampu
bekerja sama dengan orang lain.
Kecerdasan spiritual atau spiritual quotient (SQ) adalah kecerdasan jiwa yang
membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan
kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. SQ merupakan fasilitas yang
membantu seseorang untuk mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalannya
itu. Ciri utama dari SQ ini ditunjukkan dengan kesadaran seseorang untuk menggunakan
pengalamannya sebagai bentuk penerapan nilai dan makna.
Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan ditandai dengan kemampuan
seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan,
memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit,
mampu mengambil pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan dan banyak hal positif.
Growth mindset dapat diartikan sebagai pola pikir seseorang yang memahami bahwa
kemampuan atau bakat yang dimilikinya sejak kecil merupakan sebuah permulaan. Mereka
percaya bahwa kemampuan dan bakat tersebut dapat terus berkembang dengan kerja keras
dan dedikasi. Mereka menanamkan pola pikir untuk terus belajar dan memahami dunia.
Fixed Mindset bisa didefinisikan sebagai pola pikir yang percaya bahwa kecerdasan atau
bakat yang dimiliki sifatnya akan tetap dan tidak akan berubah. Biasanya pemilik pola pikir
yang satu ini percaya bahwa bakat yang dimilikinya berkontribusi besar pada kesuksesan
tanpa perlu melakukan usaha ekstra atau bahkan bekerja keras.
Badan statistik Kanada menghitung Generasi Z mulai dari anak-anak yang lahir pada 1993-2011.
McCrindle Research Centre di Australia menyebut Generasi Z sebagai orang-orang yang lahir pada
1995-2009. MTV lain lagi, mendefinisikan generasi Z sebagai orang-orang yang lahir selepas
Desember 2000.
Terlepas dari perbedaan tahun tersebut, mereka semua sepakat kalau Generasi Z adalah orang-
orang yang lahir di generasi internet, generasi yang sudah menikmati keajaiban teknologi usai
kelahiran internet.
Generasi Z dikenal sebagai karakter yang lebih tidak fokus dari Generasi Millennial (Gen Y), tapi
lebih serba-bisa; lebih individualis, lebih global, berpikiran lebih terbuka, lebih cepat terjun ke
dunia kerja, lebih wirausahawan, dan tentu saja lebih ramah teknologi.
Literasi Digital
Menurut Paul Gilster dalam bukunya Digital Literacy (1997), literasi digital diartikan
sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk
dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer.
Pendidikan karakter merupakan suatu upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara
sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, orang lain, bangsa dan lingkungan
sekitar. Pendidikan karakter dibutuhkan guna membekali para generasi muda agar dapat menjalani
hidup bermasyarakat dan menjadi makhluk Tuhan yang bijaksana, bertanggung jawab, berjiwa
besar dan bermoral.
Berdasarkan apa yang sudah dijelaskan pada pembahasan, maka dapa diketahui bahwa
pembentukan karakter harus dibangun dari berbagai aspek agar menciptakan karakter baik yang
maksimal. Mulai dari memperhatikan kecerdasan yang dimiliki, mengenal macam-macam mindset
serta memperbaiki mindset yang lebih baik, mampu beradaptasi, mengikuti perkembangan
teknologi dan membekali diri dengan wawasan yang luas.
Demikian makalah ini disusun untuk memberi manfaat bagi penyusun maupun pembacanya.
Manusia sebagai makhluk sosial, makhluk Tuhan dan bermasyarakat sangatlah penting memiliki
karakter yang baik agar dimudahkan dalam hidupnya dan tidak merugikan siapapun juga diri
sendiri.
Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_spiritual
https://bdkpalembang.kemenag.go.id/
https://glints.com/id/lowongan/perbedaan-growth-mindset-dan-fixed-mindset/
https://www.gramedia.com/best-seller/growth-mindset/
https://puslitjakdikbud.kemdikbud.go.id/produk/artikel/detail/3133/gen-z-dominan-apa-
maknanya-bagi-pendidikan-kita