Anda di halaman 1dari 27

JURNAL KE-SATU

Judul Artikel : Peningkatan kecerdasan intrapersonal melalaui kegiatan bermain peran


Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah
Penulis : Sujiono,yuliani,nurani
Terbit : 2011

Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah sebagai suatu kemampuan untuk mengenal perasaan-
perasaan yang ada pada diri sendiri, seperti perasaan senang ataupun sedih(Gardner,
1993:239).Intrapersonal: self-knowledge and the ability to act adaptively on the basis of the
knowledge(Armstrong, 2009:7).Pengetahuan tentang diri sendiri dan kemampuan untuk
bertindak secara adaptif atas dasar pengetahuan.kecerdasan ini termasuk memiliki
gambaran yang akurat tentang diri sendiri (kekuatan seseorang dan keterbatasan),kesadaran
suasana hati batin, niat, motivasi, temperamen, dan keinginan, dan kemampuan untuk
disiplin diri, pemahaman diri, dan harga diri.Kecerdasan intrapersonal adalah
kecerdasan kunci (Hoerr,2007:114) Kecerdasan intrapersonal yang kuat menempatkan
kita untuk kesuksesan. Kecerdasan intrapersonal ber-kaitan dengan aspek internal dalam diri
seseorang, seperti; perasaan hidup, rentang emosi, kemampuan untuk membedakan
emosi-emosi, menandainya, dan menggunakannya untuk memahami dan membimbing
tingkah laku sendiri (Musfiroh, 2008:56).Anak usia 4 tahun mulai menunjukkan
kesadaran akan penguasaan diri.

Bermain Peran atau “role”


dalam konsep,merupakan suatu rangkaian perasaan, ucapan atau
tindakan/action(Waluyo,2002:20). Menurut Rubin, Fannie, Vandenberg &Smilansky bermain
peran adalah kegiatan bermain dengan menirukan kegiatan orang yang pernah di-jumpainya
dalam kehidupan sehari-hari (Saputra,2001:28). Peran meru-pakan suatu pola hubungan yang
ditunjukkan seorang individu kepada yang lain, sehingga dalam peran akan nampak dia
berperan akrab,ber-sahabat, jujur, cakap, marah. Peran yang dimainkan oleh individu
dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap dirinya, oleh karena itu perlu
pemahaman terhadap peran itu sebaik-baiknya, sehingga perlu didukung oleh perasaan,
pengha-yatan, persepsi dan sikap. Maka bermain peran berarti membantu individu
memahami perannya sendiri dan peran yang dimainka oleh orang lain. Berger, bermain
peran me-rupakan sebuah kegiatan yang spontan dan mandiri di saat anak-anak
menguji, menjernihkan dan mening-katkan pemahaman atas diri dan dunia sendiri (Mayke,
1995:30).Dalam metode ini, anak-anak berperan sebagai orang lain tanpa perlu

1
latihan/spontan dan tidak untuk hiburan, namun lebih menekankan terhadap
masalah yang diangkat dalam pertunjukan dan bukan pada kemampuan pemain
dalam mela-kukan permainan peran. Model peran dapat membantu menciptakan
antusiasme untuk kegiatan yang membutuhkan kecerdasan tertentu(Hoerr,2007:102). Jadi
dengan model pembelajaran peran tentu akan menimbulkan antusiasme/motivasi
dari dalam diri individu untuk mengeksplor ke-cerdasan yang menonjol dan telah ada
dalam diri anak secara sistematis.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Kartini, yang ber-alamat di Desa Bumi
Raya Kali Bumi S1. Kabupaten Nabire Provonsi Papua. Waktu pelaksanaan penelitian
selam semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.Penelitian ini meng-gunakan metode
penelitian tindakan (action research). Instrumen yang digunakan yaitu peningkatan
kecerdasan intra-personal adalah skor yang diperoleh melalui tes kecerdasan intrapersonal
yang berbentuk pengamatan (obser-vasi)menggunakan skala rating scaleselama
pelaksanaan tindakan.Uji validitas instrumen ini dilakukan dengan meminta
pertimbangan dari tenaga ahli sesuai dengan judul penelitian atau materi konten yang
ada dalam penelitian ini. Clark, 2007:5). Kompilasi data antara kualitatif dan kuantitatif,
yaitu analisis dan refleksi dalam siklus berdasarkan hasil observasi yang terekam dalam
catatan lapangan dan format pengamatan lainya ,reduksi,data dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pra-penelitian diketahui bahwa rata-rata kelas kecerdasan intrapersonal


adalah 38,97%. Data awal peningkatan kecerdasan intraper-sonal meliputi aspek;
mengenal perasaan diri sendiri, mengenal kemampuan dan ke-lemahan diri sendiri,
bersikap realistis terhadap kekuatan dan kelemahan diri sendiri, berpikir reflektif,meng-
ekspresikan perasaan dengan tepat.Hasil prapenelitian kecerdasan intra-personal
menunjukka bahwa sebagian besar anak masih rendah seperti melihat perbedaan dan
persamaan antara dirinya dengan orang lain, mengidentifikasi emosi diri sendiri,
belum berani menen-tukan kegiatan yang akan dilakukan sendiri, belum paham untuk
me-nerima kekurangan dan kelebihan diri, belum begitu terlihat pengalihan pemikiran
imajinatif pada kenyataan, kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan masih belum
nampak, pemahaman dunia dari sudut pandang sendiri masih rendah, pengertian terhadap
sebab akibat dari suatu tindakan masih minim, mengontrol perilaku diri sendiripun belum
terlihat jelas, memcahkan masalah diri sendiri belum terlalu nampak, menunjukkan

2
ekspresi sesuai yang dirasakan cukup terlihat namun hanya beberapa anak saja,
pengendalian marah atau sedih juga belum nampak jelas dalam ekspresi dan tingkah
laku yang ditunjukkan anak.Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata kelas
kecerdasan intrapersonal setelah siklus satu adalah 82,13%. Ke-cerdasan
intrapersonal setelah tindakan siklus satu meliputi aspek;mengenal perasaan diri sendiri,
mengenal kemampuan dan ke-lemahan diri sendiri, bersikap realistis terhadap kekuatan
dan kelemahan diri sendiri, berpikir reflektif, mengekspresikan perasaan dengan
tepat.Setelah diterapkan metode bermain peran dalam meningkatkan kecerdasan
intrapersonal terlihat bahwa setelah dilakukan tindakan siklus.
sebagian besar anak sudah mampu memahami dirinya dan mulai menerapkan
kemunculan sikap mengenal perasaan diri sendiri, mengenal kemampuan dan ke-
lemahan diri sendiri, bersikap realistis terhadap kekuatan dan kelemahan diri
sendiri,berpikir reflektif, meng-ekspresikan perasaan dengan tepat
SIMPULAN

Pembelajaran dengan kegia-tan bermain peran merupakan suatu metode yang


dilakukan dengan memerankan tokoh- tokoh atau benda-benda disekitar anak
dengan tujuan untuk mengembangkan daya imajiner dan penghayatan tehadap
pengem-bangan yang dilaksanakan.Pada implementasi pembelajaran dengan
kegiatan bermain peran dipaud . Kartini desa Bumi Raya telah dilaksanakan sesuai denga
langkah-langkah atau prosedur yang baik dan benar, sehingga hasilnya meningkat di-
bandingkan dengan sebelum di-lakukan tindakan.Keberhasilan peningkatan ini
sangat ditentukan oleh guru
kecerdasan intrapersonal yaitu; mengenal perasaan diri sendiri, mengenal kemampuan
dan ke-lemahan diri, bersikap realistis terhadap kekuatan dan kelemahan diri
sendiri, berpikir reflektif, meng-ekspresikan perasaan dengan tepat meningkat.Keadaan
yang terjadi di TK. KartiniDesa Bumi Raya SP1 Kali Bumi Kabupaten Nabire Provinsi
Papua mengenai peningkatan ke-cerdasan intrapersonal melalui ke-giatan bermain
peran masih memiliki kendala-kendala antaralain; penataan tempat kurang maksimal, anak
masih ragu-ragu maju ke depan, anak masih ragu-ragu berargumentasi dalam bermain
peran, motivasi guru kepada anak sedang; guru kurang mem-bicarakan atau
mengaitkan tema bermain peran yang telah diperankan pada hari sebelumnya, guru
kurang memberi keleluasaan bagi anak untuk memilih peran yang diminati anak,
pembagian lakon atau tugas bermain peran tidak merata untuk setiap anak sehingga
ada anak yang bosan, jenuh, ngambek, dan cemberut.

SARAN

pemanfaatan hasil penelitian:

3
(1) Bagi guru, persiapan pelaksanaan pembelajaran bermain peran perlu diperhatikan
secara menyeluruh, dari media bermain peran, penyesuaian pembuatan rencana
kegiatan harian, pembuatan dan penjelasan skenario cerita dan penguatan terhadap nilai-
nilai yang akan ditanamkan kepada anak serta memberi teladan kepada anak secara
intensif dan berkelanjutan agar nilai-nilai yang sudah tertanam benar-banar
terinternalisasi secara per-manen dalam jiwa anak.
(2) Bagi kepala sekolah, perlu untuk memberikan kesempatan, tantangan kepada guru
untuk mencobadan mengembangkan metode pem-belajaran lain, sehingga kegiatan
yang dilakukan dapat bervariasidan membuat anak-anak merasa nyaman, bahagia dengan
proses belajar di sekolah.
(3) Bagi peneliti PAUD selanjutnya, dapat mengembangkan potensi dalam diri anak
tentang kecerdasan intrapersonal secara lebih mendalam, karena banyak faktor lain yang
belum diteliti
DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Thomas.Multiple Intelegences in the Classroom. USA Virginia, Alexandria:


Association for Supervision and Curriculum Development, 2009. Creswell, John W. & Vicki L.
Plano Clark.Mixed Methods Research.(United States of America, Sage Publications, 2007.
Gardner, Howard. Frames Of Mind The Theory of Multiple Intelligences. Tenth-Anniversary
Edition, New York: Basic Books A Member of The Perseus Books Group, 1993. Hoerr, Thomas
R,.Buku Kerja Multiplle Intellegences. Bandung: Mizan Pustaka, 2007. Joyce. B., Marsha Weil,
dan Emily Calhoun. Models of Teaching.(Bostom-London; Allyn and Bacon), 2011. Miles,
Matthew B. dan A. Michael Huberman, Qualitative Data Analysis. Jakarta, Universitas Indonesia-
Press, 1992.
JURNAL KE-DUA
Judul arikel : Pendidikan anak usia dini tumbuh kembah anak usia dini.
Nama jurnal : pentingnya pendidikan anak usia dini bagi tumbuh kembang anak .
Penulis : Ihsana El-khuluqo.
Tahun : 2015.

Pendahuluan
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan unik. Anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik
halus dan kasar), daya pikir, daya cipta, bahasa dan komunikasi, yang tercakup dalam
kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) atau
kecerdasan agama atau religius (RQ), sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan

4
anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini perlu diarahkan pada peletakan dasar-
dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya (Mansur,
2011:vii).Proses pembelajaran pada anak usiadini hendaknya dilakukan dengan tujuan
memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak melalui pengalaman
nyata yang memungkinkan anak untuk menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu (curiousity)
secara optimal (semiawan, 2007:19).Montessori dalam Hainstock, 1999:12) menyatakan bahwa
pada rentang usia lahir sampai 6 tahun anak mengalami masa keemasan (the golden years)
yang merupakan masa di mana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai rangsangan.

1. PEMBAHASAN
I. Pendidikan Anak Usia Dini
1. Jalur Penyelenggaraan Pendidikan
Anak Usia DiniBerdasarkan Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enem tahun yag dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membentu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I
Pasal 1 ayat 14).Penyelenggaraan Pendidikan Aanak Usia Dini dapat dilakukan dalam bentuk
formal, nonformal dan informal. Setiap bentuk penyelenggaraan memiliki kekhasan tersendiri.
Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini pada jalur formal adalah Taman Kanak-kanak (TK)
atau RA dan lembaga sejenis. Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur
nonformal diselenggarakan oleh masyarakat atas kebutuhan dari masyarakat sendiri,
khususnya bagi anak-anak yang dengan keterbatasannya tidak terlayani di pendidikan formal
(TK dan RA).meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peserta didik dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional (Yuliani Nurani,2011:21-22).

2. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini


Satuan pendidikan anak usia dini merupakan institusi pendidikan anak usia dini yang
memeberikan layanan pendidikan bagi anak usia baru lahir sampai dengan 6 tahun. Di
Indonesia ada beberapa lembaga pedidikan anak usia dini yang selama ini sudah dikenal oleh
masyarakat luas, yaitu :
1.Taman Kanak-kanak (TK) atau
Raudhatul thfal (RA)TK atau RA merupakan bentuk satuan pendidikan bagi anak usia dini pada
jalur formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun, yang terbagi menjadi

5
dua kelompok: Kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun dan Kelompok B untuk anak usia 5-6
tahun.
2. Kelompok Bermain (Play Group)
Kelompok bermain merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan nonformal yang menyelenggaraan program pendidikan sekaligus program
kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun.
3. Taman Penitipan Anak (TPA)
Taman penitipan anak salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan dan sekaligus pengasuhan dan
kesejahteraan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. TPA adalah wahana pendidikan dan
pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu
tertentu selama orang tuanyaberhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam
mengasuh anaknya karena bekerja atau sebab lainnya (Yuliani Nurani
3.Landasan pendidikananak usia dini
> Landasan
> Landasan filosofis
> Landasan keilmuan
2. Pengertian dan Karakteristik Anak Usia Dini
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak
memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu
aktif, dinamis, antusias dan rasa ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan,
mereka seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Ada berbagai kajian tentang
hakikat anak usia dini, khususnya anak paud diantaranya oleh Bredecam & Copple Brener,
serta Kellough (dalam Masitoh dkk, 2005:1.12-1.13) sebagai berikut:
1. Anak bersifat unik
2. Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan
3. Anak bersifat aktif dan energik
4. Anak itu egosentris
5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal
6. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang
7. Anak umumnya kaya dengan fantasi

6
8. Anak masih mudah frustasi
9. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak
10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek
11. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial
12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

III. TUNBUH KEMBANG ANAK USIA DINI


Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses alami yang terjadi dalam kehidupan
manusia, dimulai sejak dalam kandungan sampai akhir hayat. Pertumbuhan lebih
menitikberatkan pada perubahan fisik yang bersifat kuantitatif, sedangkan perkembangan yang
bersifat kualitatif berarti serangkaian perubahan progresif sebagai akibat dari proses
kematangan dan pengalaman (Mansur, 2011:17)Usia lahir sampai memasuki pendidikan dasar
merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan, yang akan
mementukan perkembangan anak selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk
meletakan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosial-emosional, konsep diri,
seni, moral dan nilai-nilai agama (Mansur, 2011:18).Agar si buah hati dapat tumbuh dan
berkembang dengan sehat dan cerdas, maka orangtua setidaknya harus memenuhi kebutuhan-
kebutuhan si anak disiplin, rasa tanggung jawab dan kesempatan membantu orang lain,
kesempatan untuk mendapatkan sukses dalam bidang yang dikerjakan, kesemptan untuk
belajar dari pengalaman, kesempatan untuk lepas dari ketergantungan orang lain. Prinsip-
prinsip Perkembangan Anak Usia Dini.
Prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini menurut Bredekamp & Coople (dalam Siti Aisyah
dkk, 2007:1.17-1.23) adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan aspek fisik, sosial, emosional, dan kognitif anak saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu sama lain.
2. Perkembangan fisik/motorik, emosi, sosial, bahasa, dan kognitif anak terjadi dalam suatu
urutan tertentu yang relatif dapat diramalkan.
3. Perkembangan berlangsung dalam rentang yang bervariasi antar anak dan antar bidang
pengembangan dari masing-masing fungsi.
4. Pengalaman awal anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan
anak.
5. Perkembangan anak berlangsung ke arah yang makin kompleks, khusus, terorganisasi dan
terinternalisasi.

7
KESIMPULAN
Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan
manusia. Masa ini merupakan periode sensitif, selama masa inilah anak secara khusus mudah
menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini anak siap melakukan berbagai
kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya. Usia keemasan merupakan
masa di mana aak mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya
pendidikan dari lingkungannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Pada masa peka inilah
terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga siap merespon dan mewujudkan
semua tugas-tugas perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari-
hari.Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

DAFTAR FUSTAKA
Ihsana El-Khuluqo.2015. Manajemen PAUD. Pendidikan Taman Kehidupan Anak. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.Mansur. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
PelajarMasitoh dkk. 2005. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta:Siti Aisyah dkk. 2007.
Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: universitas
Terbuka.Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.UU No.
20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : VisimediaUU No. 14 Tahun 2005. Guru
dan Dosen.
JURNAL KE- Tiga
JUDUL JURNAL : Meningkatkan Kecerdasan Intrapersonal Melalui Pembelajaran Cooking
Class Untuk Anak Kelompok A TK Save The Kids Banda AceH
NAMA JURNAL : Jurnal Ilmiah
PENULIS : Suci Nia Saifana, Fitriah Hayati, dan Riza Oktariana
TAHUN TERBIT : Juli 2021

8
MASALAH PENELITIAN
Bagaimana meningkatkan kecerdasan intrapersonal pada anak kelompok A TK Save The Kids
Banda Aceh melalui kegiatan pembelajaran Cooking Class?

DASAR TEORI
Menurut Nugraha, A (Dalam Mariyana, dkk: 2010) “ada dua tujuan utama pendidikan jenjang
TK, yakni tujuan internal yaitu tujuan TK yang diarahkan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak secara optimal atau menuju kematangan yang semestinya, sedangkan
tujuan instrumental yaitu tujuan TK yang diarahkan untuk mengantarkan anak memasuki dunia
pendidikan atau sekolah formal”.
pendapat Amstrong (Munif Chatib, 2012:32), yang berpendapat bahwa setiap anak terlahir
cerdas dan berbakat
Kecerdasan atau intelegensi yaitu kemampuan jiwa seseorang untuk menyelesaikan masalah
dan menghasilkan sesuatu dalam masyarakat. Intelegensi sebagai suatu tingkat kemampuan
dan ketetapan otak mengolah suatu bentuk tugas atau keterampilan tertentu. Kecerdasan
intrapersonal adalah kecerdasan memahami diri sendiri, kecerdasan mengetahui siapa dirinya
sebenarnya. Walaupun paling sulit dimengerti, kecerdasan ini paling penting diantara
kesembilan kecerdasan. Suyadi (2010:174) mengatakan bahwa “kecerdasan intrapersonal
adalah kemampuan memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri”.
Melalui cooking class anak dapat bereksperimen dan berkreasi dengan bahan-bahan makanan,
seperti yang diungkapkan Yuliani Nuraini Sujiono dan Bambang Sujiono (2010) mengatakan
bahwa permainan memasak merupakan kegiatan untuk mengembangkan keterampilan
memasak dan cara pembuatannya dengan menggunakan bahan-bahan yang sesungguhnya dan
hasilnya dinikmati langsung oleh anak. Hal ini selaras dengan pendapat Overcash, dkk. (2018)
menyatakan bahwa kegiatan memasak memiliki dampak positif, diantaranya adalah anak
mendapatkan pengetahuan mengenai kegiatan yang dilakukan, bahan yang digunakan serta
manfaat yang didapat dari bahan yang diolah. Sederhananya, anak menambah pengetahuan
tanpa disadarinya karena kegiatan yang melibatkan anak memberikan kesenangan. Ketika anak
memahami kegiatan yang telah dilakukannya anak dapat dengan mudah untuk menceritakan
kembali kegiatan tersebut.
TUJUAN PENELITIAN
untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal anak melalui pembelajaran Cooking Class pada
anak kelompok A TK Save The Kids Banda Aceh.

METODE PENELITIAN

9
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (PTK), Penelitian tindakan kelas
(PTK) adalah jenis penelitian yang meneliti suatu masalah yang dihadapi oleh suatu lembaga di
kelas, dan fokus hanya satu kelas, yang bertujuan untuk meningkatkan / memperbaiki suatu hal
yang ada didalamnya. Suharsimi Arikunto (2010:10) menyatakan bahwa penelitian tindakan
kelas adalah penelitiang yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
Maka tindakan adalah unjuk kerja siswa yang berupa fisik ataupun mental. Penelitian ini
berlangsung berkesinambungan, yaitu dengan proses berulang-ulang menggunakan siklus atau
tindakan yang diberikan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam
siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu (1) perencanaan, (2)
tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi yang dapat dijelaskanInstrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas anak dalam meningkatkan kecerdasan
intrapersonal anak melalui pembelajaran cooking class. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilakukan peneliti terdiri dari 2 siklus.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sebagai bahan rekomendasi dengan


mempertimbangkan hasil temuan dilapangan maupun secara teoritis, maka beberapa hal yang
dapat menjadi bahan rekomendasi. Sekolah hendaknya memfasilitasi proses belajar mengajar
dengan melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan, guru sudah seharusnya
meningkatkan kompetensi serta membekali diri dengan pengetahuan luas, karena
sesungguhnya kompetensi guru sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar
yang pada akhirnya akan menghasilkan anak yang berprestasi, berakhlakul karimah, dan
berbudi pekerti luhur, penelitian selanjutnya dengan 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Siklus I Siklus
II BB MB BSH BSB mengangkat kecerdasan intrapersonal melalui pembelajaran cooking class ini
masih dapat dikembangkan lebih luas untuk mengembangkan semua aspek pembelajaran
sehingga akan lebih bermanfaat bagi praktek pembelajaran untuk anak usia dini. Pemilihan
kegiatan disesuaikan dengan waktu yang disediakan sekolah agar tidak ada sisa ataupun
kekurangan waktu dalam melaksanakan kegiatan memasak.

Journal ke empat
Judul jurnal ; METODE LATIHAN DAN PEMBIASAAN DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN
INTRAPERSONAL
Nama jurnal :jurnal pendidikan anak usia dini

10
Penulis jurnal: Khadijah1), Ahsana Zaida Qolbi2), Widya Sari Nasution3), Yassinta Amarisa4)
Tahun terbit :2023
PENDAHULUAN

Guru sebagai pendidik akan memahami fungsi dan tanggung jawabnya memiliki berbagai ilmu
keguruan sebagai dasar pengembangan keterampilan keguruan. Agar guru dapat
mengembangkan kurikulum yang relevan dengan ranah
perkembangan, guru harus mampu melakukan kegiatan pengembangan yang mencerdaskan
siswa. Mampu meningkatkan kualitas pembelajaran PAUD sesuai dengan usianya.
(Reudeup et al., 2019) Tahun-tahun awal adalah tahun-tahun emas ( golden age )biasa disebut
dengan tumbuh kembang anak. Masa emas, karena sejak lahir hingga usia 6 tahun ketika anak
itu sangat sensitif menerima rangsangannya. Masa sensitif masing-masing anak akan bervariasi
dengan adanya tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu anak. Untuk itu orang tua
dan guru harus menentukan kecepatan tumbuh kembang anak, agar anak dapat berkembang
sesuai dengan tahap perkembangan yang sesuai.
Pada usia ini, anak-anak mulai berkembang dan tumbuh secara luar biasa secara fisik,
emosional dan sosial.
Pendidikan anak usia dini merupakan proses pendidikan yang paling penting dasar yang
paling penting dan berkembang pesat. Salah satu kecerdasan yang dikembangkan dalam
pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan
bertanggung jawab atas tindakannya. Kecerdasan introspektif juga diartikan sebagai
kemampuan mengenal diri sendiri (keinginan dan niat), serta kemampuan menggunakan
informasi secara efektif dan mandiri. dengan kemampuan menggunakan informasi secara
mandiri dan efektif .
(Ikasari, 2020) Komponen inti dari kecerdasan ini adalah kepekaan, yang menunjukkan
kemampuan mengendalikan diri dan mengendalikan emosi anak.
Kecerdasan intrapersonal juga berkaitan dengan pengetahuan anak tentang diri
sendiri dan kemampuannya untuk bertindak secara positif dan adaptif. (Pasaribu, 2018) Anak
dengan kecerdasan intrapersonal yang
tinggi peka terhadap perasaan situasi saat ini, dapat memahami diri sendiri dan dapat
mengendalikan emosinya.
Metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan Kecerdasan personal intrapersonal pada
anak usia dini melalui kegiatan bermain peran sentral dan
penggunaan alat permainan tradisional. Bermain peran adalah salah satu permainan
dimana anak belajar peran sosial dengan membayangkan atau berpura-pura
memainkan peran tertentu. Bermain peran juga dapat merangsang kecerdasan majemuk anak,
yang dapat ditampilkan dan dipahami
sekaligus dipusat cosplay. Anak berpurapura menjadi orang lain, meniru tindakan

11
atau kata-kata orang lain, memainkan peran, menggunakan alat peraga atau imajinasi
nyata. Sedangkan alat permainan tradisional bernilai luhur dan terdapat pesan moral yang
didalamnya terdapatkebersamaan, kejujuran, tanggung jawab, lapang dada, mendorong
prestasi, menghargai orang lain, keakraban, toleransi, aktif, kreatif, kemandirian, kepedulian.

METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan Dimana metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu
mendeskripsikan makna data atau fenomena yang dapat ditangkap oleh peneliti, dengan
menunjukkan bukti-buktinya.seperti observasi yang sangat dibutuhkan ketajaman peneliti
dalam menganalisis, mengamati apa yang terjadi
Pengumpulan data yang peneliti buat bisa berupa tabel penelitian tentang

perkembangan anak dalam kecerdasan intrapersonal yang menggunakan metode latihan alat
permainan tradisional di TK ArRahman serta berupa data yang berbentuk
uangkapan kata (informasi) yang disampaikan responden kepada peneliti dan akan dianalisis
untuk mendaptkan tujuan dari penelitian tersebut.

PEMBAHASAN
Secara spesifik pendidikan anak usia dinibertujuan untuk membantu pertumbuhan anak serta
perkembangan jasmani dan rohani mereka. Agar anak tersebut mempunyai kesiapan untuk
memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Berkaitan dengan optimalisasi perkembangan pada
Anak Usia Dini sangat diperlukan suatu metode pembelajaran yang
bisa menstimulus kecerdasannya. Seperti yang kita ketahui kecerdasan anak masingmasing
memiliki kecerdasan berbeda-beda tetapi perlu kita sadari bahwa setiap anak nantinya memiliki
kecenderungan buat memiliki galat satu kecerdasan yang
menonjol dibandingkan dengan kecerdasan lainnya.(Wicaksana, 2016a)
Kapital mula untuk talenta tertentu. Sebagian besar pengajar, setidaknya mungkin pernah
mendengar ihwal konsep kecerdasan. Howard Gardner menjelaskan bahwa tipe kecerdasan
sangat beragam yang dapat mewakili karakteristik seseorang. yang dikenal menggunakan
Multipel Intelliginces. Pencerahan-pencerahan yang terdapat dalam kecerdasan jamak
diantaranya yaitu: kecerdasan bahasa, kecerdasan visual spasial, kecerdasan musical,
kecerdasan kinestik, kecerdasan interpesonal dan kecerdasan intrapersonal serta kecerdasan
naturalistik.Kepandaian tidak hanya sekedar berpatokan kepada nilai yang sempurna, tetapi
juga berukuran. awal mula kemampuan menuntaskan dilema yang terdapat pada diri
seseorang, lalu kemampuan membentuk masalah baru buat dituntaskan, ketiga kemampuan
melakukan sesuatu untuk mendapatkan pujian, menurut Gradner sesuatu dapat ditinjau dari
banyaknya pujian yang masih berpusat pada 3 kategori diatas. Tetapi masih banyak juga
sekolah yang menerapkan nilai IQ sebagai peluang untuk dapat masuk kekelas-kelastertentu.
hal tersebutlah yang menimbulkan bahwa keberhasilan seseorang ditandai pada IQnya yang

12
tinggi. Yang mengakibatkan pengajar hanya berfokus pada keliru satu aspek saja tanpa
memperhatikan apek-aspek lainya. Kecerdasan intrapersonal ialah kemampuan yang
bersangkutan, bukan hanya menunjuk kepada kemampuan membuat bentuk uang seksama,
dinyatakan dari individu yang mampu memakai bentuk. buat berorientasi secara efektif pada
hayati.
Kecerdasan intrapersonal ini adalah kemampuan individu buat lebih mengetahui perasaan
terhadap dirinya. Beliau akan lebih mampu mengetahui kekuatan serta kelemahan yang ada
pada dirinya. Anan yang seperti ini cenderung akan lebih suka menilai dirinya sendiri, menilai
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Lalu berusaha agar menjadi lebih baik, ada beberapa
orang yang lebih menyukai ketenangan dan kesendirian, merenung dan suka bercerita kepada
dirinya sendiri.

Ciri-Ciri Kecerdasan Intrapersonal


Jadi ciri-ciri kecerdasan intrapersonal yang dikatakan oleh Camphell dkk, adalah:
(1) Sadar akan emosinya
(2) Dapat menemukan cara-cara juga jalan keluar yang mengekspresikan perasaan pemikiranya.
(3) Berbagai model sendiri yang sangat akurat.
(4) Sangat memotivasi diri untuk mengidentifikasi serta perjuangan untuk mencapai tujuan.
(5) Menciptakan dan bisa hidup menggunakan satu sistem yang menghasilkan moral anak.
(6) Sangat mandiri
(7) Bertanya-tanya tentang”pertanyaan akbar” perihal suatu kehidupan yang memiliki tujuan
masing-masing.
(8) Bisa mengatur pembelajaran secara
kontinu dan dapat menjadi tujuan personalnya.

SIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan dimana kecerdasan intrapersonal adalah
suatu kemampuan untuk mengenal dirinya sendiri. Dimana anak tersebut akan peka terhadap
dirinya sendiri, mengontrol emosinya sendiri dan mengendalikan dirinya sendiri. Adapun
karakteristik pada kecerdasan intrapersonal yakni : anak akan memiliki rasa percaya diri yang
tinggi, menunjukkan sifat kemandirian serta bersifat realistis terhadap kelebihan dan
kekurangan. Selanjutnya metode latihan dan pembiasaan dalam meningkatkan kecerdasan
intrapersonal anak usia dini di TK Ar-Rahman sudah berjalan dengan baik, karena dengan
adanya metode latihantersebut anak menjadi lebih aktif dan berkembang melalui alat
permainan tradisional seperti bermain puzzle, terompah batok, engklek, main mobil-mobilan,
main boneka dan lompat tali sangat membantu anak dalam kecerdasan intrapersonalnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ikasari, M. N. (2020). Upaya Guru Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal Anak Usia Dini
Melalui Sentra Main Peran di TA Al-Mannar Ponorogo. WISDOM: Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 1(1), 81–99. https://doi.org/10.21154/wisdom.v1i1.2144
Pasaribu, T. U. (2018). Hubungan Kecerdasan Intrapersonal Dan Interpersonal Dengan Hasil
Belajar Ekonomi Siswa Kelas Xi Ips Di Sma Negeri 6 Kota Jambi. Jurnal Uni, 1–27.
https://repository.unja.ac.id/4917/
Reudeup, G., Montasik, K., & Besar, A. (2019). 1 , 2 , 3. 4(1), 9–20.
Wicaksana, A. (2016a). 済無 No Title No Title No Title. Https://Medium.Com/, April.
https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf
Wicaksana, A. (2016b). 済無 No Title No Title No Title. Https://Medium.Com/, 1–20

Journal ke lima
Judul jurnal :MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTERPERSONAL MELALUI
METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK USIA DINI
Nama jurnal :jurnal ceria

14
Penulis jurnal:Farida Juniarti 1, Dedah Jumiatin 2
Tahun terbit :2018

PENDAHULUAN
Kecerdasan interpersonal dikenal juga dengan kecerdasan sosial.
Kecerdasan interpersonal atau kecerdasan sosial adalah kemampuan
dalam bersosialisasi, dan adalah bagian dari multiple
intelligence.Kecerdasan ini termasuk kecerdasan majemuk, yang
merupakan dasar bagi kehidupan sosial.Indikator kecerdasan ini, pada
individu antara lain, kemampuan untuk memahami pendapat dan
mengamati pemikiran orang lain dilingkungannya, kemampuan untuk
berkomunikasi dengan baik, menjadikan mampu untuk menjalin kontak
dan mengukuhkannya dalam waktu lama, dan kemampuan sensitifitas
untuk merespon individu lainnya dengan bentuk empati. Individu
dengan karakter sosialisasi yang baik mampu memotivasi dirinya dan
diri lainnya, sehingga pada umumnya merupakan individu –individu
yang berhasil dalam kehidupan selanjutnya dilingkungan
masyarakat.Agar individu mempunyai kecerdasan interpersonal, maka
diperlukan proses, dan membutuhkan waktu.Untuk itu kecerdasan
interpersonal itu dirangsang sejak dini, dilatih dan dikembangkan.Anak
usia dini, merupakan individu dengan kategori usia anak 0 – 6 tahun.
Masa- masa ini diketahui sebagai masa paling berpotensi bagi seorang
anak, masa dimana anak begitu cepat menyerap informasi, menyerap
pembelajaran dan pengalaman dari sensori dan berbagai panca indra
yang dimilikinya. Anak sedari lahir perlu mendapat rangsangan sejak
dalam rahim, karena anak sudah mampu menerima stimulus yang
diberikan ibunya.Kecerdasan interpersonal harus dirangsang pada anak
dengan usia 0 -6 tahun, karena di saat ini, dimana terjadi pada anak-
anak, yang lebih nyaman berada sendiri, tidak mau bersosialisasi.

15
Indikator berkurangnya kualitas kecerdasan interpersonal pada anak
umur tersebut, terlihat dari sifat dan karakternya saat ini, yang terlihat
lebih pasif, susah berhubungan dengan teman seusianya, bahkan
mempunyai ketakutan tersendiri saat ditinggalkan dalam lingkungan
baru.Hal ini, pada umumnya disebabkan oleh kesibukan orang tua yang
seharusnya mendampingi, memberi pengalaman untuk menumbuhkan
sikap simpati, empati dan komunikatif pada anak.Selain itu orang tua
lebih merasa senang jika anak “tenang”.Sehingga tanpa disadari,
potensi awal yang harusnya terasah menjadi lebih tersembunyi. Hal itu
juga membuat anak kehilangan karakteristiknya..

Hasil dan Pembahasan


Pra pelaksanaan bermain peran, guru melakukan penyamaan
pandangan (apersepsi), tentang bermain peran sesuai tema hari itu,
dilakukan dengan bercakap – cakap atau tanya jawab. Kemudian
dengan bantuan media audio visual, guru menggunakan media film
animasi kartun durasi 2 – 4 menit, kemudian setelah itu pemantapan
pemahaman melalui dialog dan bercakap –cakap mengenai film
tersebut. Setelah itu, pemilihan peran, bersifat bebas terpimpin, anak
yang berminat boleh mengajukan, walaupun pada akhirnya guru yang
memutuskan sesuai dengan pemahaman anak terhadap isi
naskah.Peran pun kadang diberikan berdasarkan pendapat
lainnya.Setelah itu baru dimulai kegiatan bermain peran. Kegiatan
bermain peran berjalan berdasarkan contoh yang dilihat pada film dan
dibantu dengan naskah dan bimbingan guru. Saat kegiatan bermain
peran, berlangsung terlihat interaksi antar anak dalam sosialisasi dan
komunikasi.Selain itu ada interaksi ekspresi dan gerak pada anak sesuai
peran yang diberikan, Terlihat anak mendengarkan dengan menyimak
bahasa yang diucapkan oleh temannya, dan dapat melihat secara baik
hubungan antara berbagai peran yang dimainkan bersama. Dan sebagai

16
upaya guru agar kegiatan bermain peran berjalan dengan baik, guru
memberikan penguatan kepada anak yang masih pemalu atau ragu
untuk berinteraksi.Maka guru akan membisikkan kalimat yang mudah
diucapkan anak, atau memberikan kalimat pertama pada anak untuk
membantu anak memulai suatu dialog. Salah satu manfaat interaksi
komunikasi pada anak berkegiatan, yaitu menambah perbendaharaan
kosa kata baik yang berasal dari percakapan teman atau tambahan
berupa bimbingan kalimat oleh guru.Setelah kegiatan bermain peran
selesai, maka guru memberikan apresiasi kepada para pemeran, dan
menanyakan pendapat murid lainnya yang saat itu menonton.Setelah
pemberian apresiasi, guru memberikan pemahaman sebagai evaluasi,
juga memberikan motivasi, agar anak lainnya mau berpartisipasi dalam
bermain peran selanjutnya.Hal tersebut, dapat menstimulasi rasa
percaya diri.Selain itu anak mau untuk lebih bersosialisasi dengan
temannya lainnya sehingga memperluas sosialisasi dan meningkatkan
kecerdasan interpersonal. Peningkatan interpersonal intelligence dapat
dilihat saat anak mau menerima siapapun yang menjadi partnernya,
tidak pemilih dalam berteman.Tanpa ragu mau berinteraksi gerak dan
ekspresi serta pengucapan dialog.Dan saling mau bekerjasama sehingga
kegiatan bermain perannya berlangsung baik.Dari hal tersebut, dapat
dikatakan metode bermain peran, merupakan metode pembelajaran
yang menyenangkan, mengembangkan semua aspek secara bersamaan,
serta membentuk karakter meningkatkan kecerdasan interpersonal
anak.Indikator meningkatnya kecerdasan interpersonal anak dapat
diidentifikasi melalui adanya perubahan dari perilaku dan interaksi
komunikasi.Misal, sebelum bermain peran kadang anak tidak mengenal
banyak tentang temannya, setelah bermain peran maka anak mampu
menjelaskan identitas temannya, dan diperankan oleh temannya.Saat
anak dalam kegiatan tersebut, mampu mengikuti alur percakapan , dan
mampu mengeluarkan ide. Selain itu dapat terlihat jika anak mampu

17
menceritakan pengalaman sesuai dengan tema bermain peran,
kemudian mampu memberikan saran dan pendapat tentang kejadian
yang sesuai dengan pengalamannya. Kemudian sikap empati terhadap
temannya meningkat, dengan mampu mengemukakan tindakan,untuk
menolong ataupun memberikan perhatian terhadap orang – orang yang
membutuhkan.Peningkatan kecerdasan interpersonal terlihat pada saat
anak mengikuti peraturan , dan jika menolak peraturan, anak dapat
mengajukan alasan rasional.

KESIMPULAN
Anak usia dini, merupakan anak yang harus mendapatkan stimulasi
yang baik dan terus menerus sesuai tahapan usia agar mampu
mendapatkan pengalaman sebagai pembelajaran dan modalitas untuk
kehidupan di masa depan.Selain aspek perkembangan yang
berhubungan dengan Intelligence, Emotional, dan Spiritual quotient,
maka pada anak terdapat potensi kecerdasan lainnya, yang dikenal
dengan kecerdasan majemuk.Salah satu kecerdasan ganda, yang
dibutuhkan oleh individu sebagai mahluk sosial, yaitu kecerdasan
interpersonal.Kecerdasan interpersonal.Kecerdasan interpersonal satu
pendukung utama agar seorang individu mampu merespon dengan baik
dan berinteraksi dengan individu lainnya. Dan berhubungan dengan
semakin banyaknya pengetahuan dan pengalaman yang akan diperoleh
selama berinteraksi di dalam masyarakat. Semakin baik tingkat
sosialisasi seorang anak
pada usia dini, menunjukkan indikator baik pada kecerdasan
interpersonalnya. Dan jika terus menerus mendapatkan stimulasi pada

18
perkembangan kecerdasan interpersonalnya akan mampu membuat
anak tersebut menjadi individu yang mempunyai relasi sosial yang luas,
mampu memahami keinginan orang lain tanpa perlu berbenturan
dengan keinginan sendiri, mampu mempunyai ide, gagasan, konsep
dalam mengembangankan sesuatu, membantu sesama dan mampu
menjadi pemimpin yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Jamaris (2017), Pengukuran Kecerdasan Jamak,Bogor: Ghalia


Indonesia.2017

R., Moeslichatoen (2004), Metoda Pengajaran di

Taman Kanak – Kanak, Rineka Cipta: Jakarta, 2007.

Safaria, T. (2005), InterpersonalIntelligenceMetode Pengembangan


Interpersonal Anak,Yogyakarta: Amara Books
Sudjiono (2010), Bermain Kreatif Berdasarkan Kecerdasan Jamak, Index:
Jakarta, 2010.

Sudjiono (2013), Konsep Dasar Pendidikan Anak


Usia Dini,Index:Jakarta,2013

19
20
Journal ke enam
Judul journal :Relationship of Parenting with Child Interpersonal
Intelligence in Wonokerto Village, Lumajang Regency (Hubungan Pola
Asuh Orang Tua dengan Kecerdasan Interpersonal Anak di Desa
Wonokerto Kabupaten Lumajang)

Nama journal : jurnal obsesi. Jurnal pendidikan AUD


Penulis jurnal :Yessy Nur Endah Sary
Tahun terbit :2018

Abstrak
Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak atau
bisa dikatakan perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak,
termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai atau norma,
memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan
perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis hubungan pola asuh orang tua
dengan kecerdasan interpersonal anak di DesaWonokerto
KabupatenLumajang. Desain penelitian analitik korelasional . Sampel 44
murid TK dengan menggunakan total sampling. Analisis dengan
Spearman Rank.Hasil analisis hubungan pola asuh orang tua dengan
kecerdasan interpersonal anak TK diperoleh bahwa penerapan pola
asuh mayoritas adalah pola asuh otoriter sebanyak 20 (45,5%).
Kecerdasan interpersonal anak TK mayoritas baik sebanyak 40 (90,9%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pola asuh
orang tua dengan kecerdasan interpersonal anak di Desa Wonokerto
Kabupaten Lumajang

21
PENDAHULUAN

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama sebelum anak


memperoleh pendidikan di sekolah, pada keluargalah anak pertama
kalinya belajar. Keluarga tidak hanya sebagai penerus keturunan saja,
tetapi juga pembentuk kepribadian anak (Theresia,2009). Orang tua
bertanggung jawab terhadap pola asuh yang diberikan kepada anak
sehingga berpengaruh terhadap kecerdasan anak baik kecerdasan
personal, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan
intrapersonal.Kecerdasan interpersonal merupakan yang paling penting
dalam kehidupan manusia karena disini manusia mampu memelihara
hubungan dengan manusia lainnya secara efektif, sehingga
keberhasilan hidup seseorang sangat bergantung pada kecerdasan
interpersonalnya. Kecerdasan interpersonal penting karena pada
dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa menyendiri
(Muslihuddin, 2008).Pada tahun 2015 di Kabupaten Lumajang total
anak usia 4-6 tahun sebanyak 724 anak, dari data tersebut baru 605
anak yang sudah tercatat di setiap sekolah TK di Lumajang, total yang
tidak sekolah TK 119 anak, beberapa faktor yang jadi penyebab mereka
tidak sekolahantara lain kurangnya kesadaran orang tua dengan
pendidikan TK, jarak rumah ke tempat sekolah yang terlalu jauh, di
tinggal orang tua kerja keluar negeri dan ada juga yang sudah pindah
tempat tinggal di luar kabupaten.Berdasarkan data yang diperoleh di
desa Wonokerto Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang, tercatat 92
anak usia 4-6 tahun dan yang terdaftar di pendidikanTK sebanyak 87
anak, 21 murid TK A dan 23 murid TK B dipendidikanTK Dharma Wanita
Desa Wonokerto Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang.Banyak
antara murid TK tersebut yang jarang masuk, karena orang tuanya lebih
mengutamakan kepentingan yang lain daripada pendidikan

22
anaknya,sehingga murid TK tersebut kurang bisa menerima
pembelajaran, dari penilaian pelaporan yang di dapat seperti nilai-nilai
agama dan moral sebesar 100% MB (MulaiBerkembang), Fisik motorik
sebesar 100 % BSH (Berkembang Sesuai Harapan), Kognitif sebesar86 %
BSH (Berkembang Sesuai Harapan), bahasa sebesar 80% Mulai
Berkembang (MB), Sosialemosional sebesar 100% Mulai Berkembang
(MB). Akan tetapi untuk penilaian bahasa masih ada sebagian murid
yang masih kurang memahami bahasa Indonesia maka dari itu gurunya
mengajar dengan mencampur kata-kata dengan bahasa daerah,
terdapat juga murid yang pendiam ketika pembelajaran berlangsung
namun ketika bermain mereka aktif, dari berbagai sikap murid tersebut
faktanya banyak orang tua ketika di rumah membiarkan apa yang
anaknya ingin lakukan tanpa memikirkan dampaknya, para orang tua
jarang untuk menegur atau menasehati anaknya, karena sebagian
orang tua menggunakan pola asuh permisif karena kurang memahami
mengenai pola asuh yang tepat bagi kecerdasan interpersonal
anaknya.Urutan perkembangan emosi yang paling baik ditinjau dari tipe
pola asuh orang tua yaitu pola asuh demokratis, pola asuh otoriter dan
pola asuh permisif. Mengembangkan pola asuh secara benar untuk
anak sejak dini merupakan hal yang penting dengan perkembangan
kecerdasan interpersonal dan mental anak. Perkembangan kecerdasan
interpersonal anak sangat tergantung pada lingkungan keluarga. Pola
asuh orang tua menjadifaktor dominan dalam pembentukan
kecerdasan interpersonal anak. Seharusnya anak TK mendapat
perhatian dan pengasuhan yang layak dari orang tua. Sehingga
sebaiknya orang tua lebih memahami tentang hubungan pola asuh
yang diterapkan dengan kecerdasan interpersonal anak.

METODE
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi adalah

23
seluruh murid TK Dharma Wanita yang meliputi 44 murid TK A dan B.
Sampel adalah semua (44 murid) TK Dharma Wanita
Wonokerto Kecamatan Gucialit Lumajang. Teknik sampling dengan
total sampling.Instrument yang digunakan berupa angket tertutup,
untuk variabel pola asuh orang tua dan variabel kecerdasan
interpersonal. Pengolahan data dengan editing, coding, scoring,
tabulating, entry data dan cleaning. Analisis univariat menggunakan
distribusi frekuensi. Analisis bivariat menggunakan spearman rank.

PEMBAHASAN
Pola Asuh Orangtua di TK Dharma Wanita Desa Wonokerto Kecamatan
Gucialit Kabupaten Lumajang.Dari hasil penelitian pada tabel 3 di
dapatkan data tentang kategori pola asuh orang tua di TK Dharma
Wanita Desa Wonokerto Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang
sebagai berikut sebagian besar responden katagori pola asuh terbanyak
adalah demokratis dengan jumlah responden 20 orang (45,5%).Pola
asuh adalah hubungan antara orang tua dan anak dalam konteks
kebaikan sehingga dijadikan panutan bagi anaknya (Theresia,2009).Pola
asuh merupakan interaksi orang tua kepada anak yang meliputi
mencukupuki kebutuhan makan, keberhasilan melindungi dan
sosialisasi dengan mengajarkan tingkah laku umum yang nantinya akan
dapat diterima oleh masyarakat (Suwanti, Iis, 2016).Pola asuh yang
paling dominan dalam penelitian ini adalah pola asuh demokratis.
Menurut hasil penelitian Jannah, Hasanatud tahun 2011, pola asuh
demokratis merupakan bentuk pola asuh yang juga memberikan
beberapa aturan kepada anak tetapi juga disertai dengan penjelasan
dengan memakai kata-kata yang mudah dipahami oleh anak, sehingga
anak dengan tanpa rasa keberatan melaksanakan aturan yang
diterapkan.Menurut hasil penelitian Sita Sonera tahun 2013, pola asuh

24
demokratis juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih
suatu tindakan. Orang tua berperan dalam memberikan kesempatan
kepada anak agar anak dapat mengutarakan pendapat mereka dengan
pendekatan yang hangat dan dapat diterima oleh anak.Menurut hasil
penelitian Apriastuti, Dwi Anita tahun 2013, anak yang orang tuanya
menerapkn pola asuh demokratis lebih dapat bersosialisasi dengan
orang lain secara mudah karena mereka dapat menerima perintah dan
menerima perintah secara wajar, bisa menerima kritik dan saran dari
orang lain, dapat mengelola emosi dengan baik dan menghargai orang
lain.Kecerdasan Interpersonal Anak di TK Dharma Wanita Desa
Wonokerto Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang.Dari hasil
penelitian pada tabel 4 di dapatkan data tentang kategori kecerdasan
interpersonal anak Di TK Dharma Wanita Desa Wonokerto Kecamatan
Gucialit Kabupaten Lumajang sebagai berikut sebagian besar responden
kecerdasan interpersonal terbanyak adalah baik dengan jumlah 40
responden (90,9%).Kecerdasan interpersonal anak perlu dikembangkan
sejak dini agar anak dapat berhubungan dan beeinteraksi dengan orang
lain jika anak tersebut derada di lingkungan sosial (Martin,
2016).Menurut hasil penelitian Ranie Damayanti tahun 2018 dijelaskan
bahwa anak yang gagal untuk mengembangkan kecerdasan
interpersonalnya maka akan mengalami banyak hambatan seperti
mudah menarik diri dan tersisihkan dalam sosial. Menurut hasil
penelitian Wicaksono, Galih tahun 2013, anak yang mempunyai
kecerdasan interpersonal baik cenderung memiliki ciri-ciri aktif ketika
diajak berkomunikasi serta tebuka dalam menyampaikan pendapatnya
serta dapat menerima masukan dari orang lain.Hubungan Pola Asuh
Orang Tua Terhadap Kecerdasan Interpersonal Anak di TK Dharma
Wanita Desa Wonokerto Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang.Dari
hasil tabel silang 5 Hubungan pola asuh orang tua terhadap kecerdasan
interpersonal anak dengan menggunakan SPSS dengan nilai ρ=0,000

25
dengan tingkat signifikan 0,05 (ρ≤ 0,05) sehingga dapat dinyatakan
bahwa ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan
interpersonal.Menurut hasil penelitian Khairani, Rahmi Nasution tahun
2013 diketahui bahwa masa kanak-kanak merupakan masa
perkembangan paling kritis karenamemegang peranan penting untuk
masa selanjutnya. Semua pihak terutama orang tua sangat berperan
sehingga apabila ana tersebut sudah waktunya untuk beradaptasi
dengan orang lain di lingkungan sosial sudah siap dan dapat
menyesuaikan diri.Berbagai media komunikasi saat ini seperti
handphone dann video game membuat anak tidak peka terhadap
lingkungannya. Di sinilah orang tua sangat berperan dalam hal
mengasuh dan memberikan arahan yang baik untuk menyikapi
perkembangan massa. Kecerdasan interpersonal sering dikaitkan
dengan mengamati, mengerti maksud dan perasaan orang lain di
lingkungan sekitarnya. Kecerdasan interpersonal anak perlu distimulasi
oleh orang tua agar perkembangan anak di masa depan tidak
terganggu. Stimulasi untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal
anak antara lain dengan memberikan kesempatan pada anak untuk
lebih sering berkomunikasi dengan teman sebayanya yang berada di
lingkungan sekitar (Bachtiar, Muhammad Yusri, 2017).

SIMPULAN
Pola asuh yang diterapkan orang tua mayoritas adalah demokratis
sehingga berpengaruh terahadap kecerdasan interpersonal anak yaitu
menjadi baik.

DAFTAR PUSTAKA

Apriastuti, Dwi Anita. Analisis Tingkat Pendidikan Dan Pola Asuh


Orang Tua Dengan Perkembangan Anak Usia 48-60 Bulan. Jurnal

26
Ilmiah Kebidanan. Vol.4 No.1. Tahun 2013

Bachtiar, Muhammad Yusri. Pengaruh Bermain Peran Terhadap


Kecerdasan Interpersonal Pada Anak Kelas A Di TK Buah Hati Kota
Makasar. Jurnal Pendidikan Anak. Vol.3.No.2 Tahun 2017

Damayanti, Ranie. Pengaruh Bermain Peran Mikro Terhadap


Kecerdasan Interpersonal Jurnal Obsesi.Vol.2.No.1.Tahun 2018
Jannah, Hasanatud. Bentuk Pola AsuhOrang Tua Dalam Menanamkan
Perilaku Moral Pada Anak Di Kecamatan Ampek Angkek. Jurnal
Pesona PAUD. Vol.1 No.1. Tahun2011
Martin. Analisis Interpersonal Anak Usia Dini Dan Implementasinya
Dalam Bimbingan Dan

27

Anda mungkin juga menyukai