Anda di halaman 1dari 11

PERANAN GURU DALAM PENGEMBANGAN

KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK 5-6 TAHUN DI TK MUJAHIDIN 1

Kanti Wahyuni, Fadillah, Marmawi R.


Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP Untan
Email: kantiwy68@gmail.com

Abstract
The aim of this research was to describe the role of teacher’s in developing
interpersonal intelligence of aged 5-6 years at the Mujahidin 1 Kindergarten South
Pontianak. The method use isn this research is descriptive method with a quantitative
research approach. Data subjects in this research are 12 teacher’s grup B who have a
role in the development of children’s interpersonal intelligence, especially in ascapts of
motivator, mediator, facilitator, and evaluator. The techniques used in this research
were used of questionnaires and documentation using data collection tools like is a
questinneaire, and documentation picture. The results of data analysis show that the
role of teacher’s in developing interpersonal intelligence of aged 5-6 years in in
classified as moderate, it can be see from the results of presentations that show that
more than 50% of teacher’s have a good roles properly, especially in ascapts of
motivator, mediator, facilitator, and evaluator.

Keyword : Interpersonal, Motivator, The Role of Teacher’s


PENDAHULUAN kecerdasan intelektual adalah kecerdasan
Guru harus mnemfungsikan dirinya interpersonal.
sebagai pendidik yang benar dalam Menurut Amstrong kecerdasan
pertumbuhan yang tepat bagi anak didik, interpersonal adalah kemampuan untuk
dengan menolong dan meningkatkan potensi memahami dan bekerjasama dengan orang
kejiwaan dan jasmani anak. Peran guru dalam lain (Amstrong, 2002). Kecerdasan ini
pendidikan anak usia dini sangat penting. menuntut kemampuan untuk menyerap dan
Menurut Ed Suardi bahwa guru idealnya dapat tanggap terhadap suasana hati, perangai, niat,
dijadikan figure dan menjembatani minat dan dan hasrat orang lain. Kecerdasan
bakat anak didiknya. Peran guru adalah interpersonal akan menunjukkan kemampuan
sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, anak dalam berhubungan dengan orang lain.
guru sebagai mediator, guru sebagai Mengingat pentingnya kemampuan ini
evaluator,dan guru sebagai motivator (dalam oleh karena itu kecerdasan interpersonal anak
Sadirman, 2011). Oleh karena itu peran guru perlu digali dan dikembangkan kepada siswa .
sangat penting dalam proses pembelajaran Potensi ini hanya dapat digali dan
agar seluruh aspek perkembangan anak dapat dikembangkan serta dipupuk secara efektif
berkembang sesuai dengan yang diharapkan. melalui strategi penddikan dan pembelajaran
Menurut Howard Gradner dalam yang terarah dan terpadu, yang dikelola secara
bukunya Hamzah B. Uno bahwa Manusia serasi dan seimbang dengan memperhatikan
memiliki kecerdasan-kecerdasan yang pengembangan potensi peserta didik secara
beragam diantaranya kecerdasan matematika, utuh dan optimal.
logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan Septiana menyatakan kurangnya seseorang
musikal, kecerdasan visual spasial, memiliki keterampilan sosial menyebabkan
kecerdasan kinestetik, kecerdasan kesulitan perilaku di sekolah, kenakalan, tidak
interpersonal, kecerdasan intrapersonal dan perhatian,
naturalis. Satu diantara kecerdasan yang dapat penolakan rekan, kesulitan emosional,
digali dan dipupuk sejak dini selaim bullying (menggertak), kesulitan dalam
1
berteman, agresivitas, masalah dalam Guru idealnya dapat dijadikan figure dan
hubungan interpersonal, miskin konsep diri, menjembatani minat dan bakat anak didiknya.
kegagalan akdemik, kesulitan konsentrasi, Menurut Ed Suardi bahwa peran guru adalah
isolasi dari teman sebaya, dan depresi sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing,
(Septiana, 2009). guru sebagai mediator, guru sebagai
Peningkatan perilaku sosial cenderung evaluator,dan guru sebagai motivator (dalam
paling mencolok pada masa kanak-kanak. Hal Sadirman, 2011). Oleh karena itu peran guru
ini disebabkan oleh pengalaman sosial yang sangat penting dalam proses pembelajaran
semakin bertambah pada anakanak, anak agar seluruh aspek perkembangan anak dapat
mempelajari pandangan pihak lain terhadap berkembang sesuai dengan yang diharapkan.
perilaku mereka dan Sebagai motivator guru diharapkan
bagaimana pandangan tersebut berperan sebagai pendorong siswa dalam
mempengaruhi tingkatan penerimaan dari belajar, dorongan tersebut diberikan jika siswa
kelompok teman sebaya, akan tetapi ada kurang bergairah atau kurang aktif dalam
beberapa perilaku yang tidak sosial atau belajar, sebagai motivator guru harus
antisosial. menciptakan kondisi kelas yang merangsang
Salah satu cara yang dapat digunakan siswa untuk melakukan kegiatan belajar baik
untuk menggali potensi pengelolah secara individu atau secara kelompok oleh
pendidikan khususnya guru berperan penting karena itu dalam proses interaksi edukatif ini,
dalam membantu mengembangkan guru memiliki peranan yang penting.
kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki anak Menurut Sardiman bahwa peran guru
didiknya. Jika guru mampu menggali dan sebagai motivator penting artinya dalam
mengarahkan anak didiknya sesuai dengan rangka meningkatkan kegairahan dan
kecerdasan-kecerdasan yang mereka miliki, pengembangan kegiatan belajar siswa
tentu saja peluang keberhasilan sangat (Sardiman, 2011). Guru harus mampu
besar.Namun pemahaman pendidik tentang memberikan rangsangan, dorongan serta
karakteristiok individu siswanya pada reinforcement untuk mengembangkan potensi
umumnya masih kurang, sehingg muncul siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan
keluhan pendidik, siswa sulit memahami daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi
pelajar. Dengan demikian, dalam menilai dan dinamika dalam proses belajar.
menstimulasi kecerdasan anak, orang tua dan Guru sebagai mediator hendaknya
guru selayaknya dengan jeli dan cermat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
merancang sebuah metode khusus yang dapat cukup tentang media pembelajaran, karena
membantu merangsang potensi kecerdasan media pembelajaran merupakan alat
ganda anak tersebut. Oleh karena itu komunikasi untuk lebih mengefektifkan
pemahaman karakteristik peserta didik harus dalam proses belajar mengajar, baik yang
diketahui oleh pendidik sehingga dalam berupa nara sumber, buku teks, majalah
belajar, pendidik harus dapat memfokuskan maupun surat kabar.
peserta dididknya agar melibatkan pikirannya, Guru sabagai pembimbing memberi
karena dalam pikiran tersebut ada kecerdasan, pekananan pada tugas memberi bantuan
dimana setiap individu memiliki bermacam- kepada anak dalam memecahkan masalah
macam kecerdasan atau kecerdasan ganda, yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek
yakni bukan hanya kecerdasan IQ yang mendidik sebab tidak berkenaan dengan
dimiliki individu. penyampaian ilmu pengetahuan, tetapi juga
Guru harus mnemfungsikan dirinya menyangkut pengembangan, kepribadian dan
sebagai pendidik yang benar dalam pembentukan nilai-nilai dan menanamkan
pertumbuhan yang tepat bagi anak didik, 2 kebersihan pada diri anak.
dengan menolong dan meningkatkan potensi Mediator ini dapat diartikan sebagai
kejiwaan dan jasmani anak. Peran guru dalam penengah dalam kegiatan belajar siswa.
pendidikan anak usia dini sangat penting. Misalnya saja menengahi atau memberikan
jalan keluar atau solusi ketika diskusi tidak tertentu yang telah direncanakan sebelum
berjalan dengan baik. Mediator juga dapat kegiatan pembelajaran dimulai.
diartikan sebagai penyedia media
pembelajaran, guru menentukan media METODE
pembelajaran mana yang tepat digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian
dalam pembelajaran. ini adalah metode kuantitatif deskriptif.
Bagi guru yang kedudukannya sebagai Sugiyono mengatakan bahwa metode disebut
pengajar harus menekankan tugas dalam kuantitatif karena data penelitian berupa
merencanakan dan melaksanakan pengajaran, angka-angka dan analisis menggunakan
karena hal tersebut merupakan tugas dan statistik (Sugiyono, 2015). Oleh sebab itu
tanggung jawab guru yang utama, untuk itu data dalam penelitian ini berupa angka-
guru harus membantu peserta didik yang angka, kemudian diuraikan secara deskriptif
sedang berkembang untuk mempelajari karena akan diarahkan untuk
sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk mendeskripsikan data dan menjawab
kompetensi dan memahami materi standar rumusan masalah.
yang dipelajari. Metode kuantitatif deskriptif adalah
Guru wajib memberikan fasilitas atau metode yang paling baik untuk
kemudahan dalam proses belajar mengajar mendeskripsikan keadaan subjek penelitian.
misalnya dengan menciptakan susana Berdasarkan masalah umum penelitian
kegiatan pembelajaran yang kondusif, seerasi ini, maka metode yang digunakan adalah
dengan perkembangan siswa, sehingga metode survei. Metode survei adalah metode
interaksi belajar mengajar berlangsung efektif yang paling baik guna memperoleh dan
dan optimal. mengumpulkan data asli (original data) untuk
Dalam konteks ini guru lebih banyak mendeskripsikan keadaan populasi.
berperan sebagai fasilitator dari pada Data-data yang diperoleh peneliti dalam
pengarah yang menentukan segala-galanya penelitian ini bersumber dari hasil kuesioner
bagi peserta didik. Sebagai fasilitator guru dan dokumentasi untuk memperoleh data-data
lebih banyak mendorong peserta didik mengenai peranan guru dalam pengembangan
pengembangan inisiatif dalam menjajagi kecerdasan interpersonal anak usia 5-6 tahun
tugas-tugasbaru. Guru harus lebih terbuka di TK Mujahidin 1 Pontianak.
menerima gagasan-gagasan peserta didik Subjek dalam penelitian ini adalah guru
dan lebih berusaha menghilangkan TK B yang berjumlah 12 orang yang memiliki
ketakutan dan kecemasan peserta didik peranan dalam pengembangan kecerdasan
yang menghambat pemikiran dan pemecahan interpersonal anak yang terdiri dari beberapa
masalah secara kreatif. aspek yaitu motivator, mediator, fasilitator,
Pada dasarnya setiap jenis pendidikan dan evaluator.
atau bentuk bentuk pendidikan pada waktu- Penelitian ini penulis menggunakan
waktu tertentu selama satu periode pendidikan teknik pengumpul data penggunaan kuesioner
orang selalu mengadakan evaluasi, guru atau angket, dan penggunaan metode
hendaknya menjadi seorang evaluator yang dokumentasi, dengan alat pengumpul data
baik. Kegunaan ini dimaksudkan untuk berupa angket dan dokumentasi.
mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan. Untuk menguji validitas, penulis
Guru memiliki tugas untuk menilai dan menggunakan validitas konstrak. Validitas
mengamati perkembangan prestasi belajar konstrak dapat digunakan dari pendapat ahli
peserta didik. Guru memiliki otoritas penuh (Judgment Expres). Dengan hal ini setelah
dalam menilai peserta didik, namun demikian instrumen di konstruksi tentang aspek-
evaluasi tetap harus dilaksanakan dengan 3 aspek yang akan diukur dengan
objektif. Evaluasi yang dilakukan guru harus berlandaskan teori tertentu, maka
dilakukan dengan metode dan prosedur selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli.
Menurut Uno cara menentukan Pengkategorian skor dari masing-
Validitas instrumen setelah uji coba masing aspek kemudian dikelompokkan ke
menggunakan rumus: dalam tiga kategori. Pengkategorikan
dilakukan berdasarkan rata-rata ideal (M)
=
dan standar deviasi (SD) pada masing-
masing aspek Saifuddin Azwar membagi
Keterangan: kecenderungan tiap aspek menjadi tiga
Mp= rata-rata skor total yang menjawab kategori sebagai berikut.
benar Tabel 1
Mt= rata-rata skor total semua subjek Pedoman Pengkategorian
St= Standar Deviasi
P= Proporsi subjek yang menjawab benar No Kategori Skor
Q= Proporsi subjek yang menjawab salah 1. Tinggi X≥M+SD
(Uno, 2011) 2. Sedang M+SD⦤X˂M+SD
Setelah penulis mengetahui validitas 3. Rendah X˂M-SD
instrumen, langkah selanjutnya adalah
mencari reliabilitas dari instrumen yang M= Mean Idea (rata-rata)
digunakan. Untuk mengetahui reliabilitas SD= Standar Deviasi
penulis menggunakan pendekatan sebagai X= Skor angket yang dicapai sampel
berikut: (1) Membagi dua butir pernyataan Selanjutnya cara menentukan analisis
menjadi kelompok ganjil dan kelompok data yaitu dengan mencari besarnya relative
genap. (2) Skor dari kelompok genap presentase, dengan rumus sebagai berikut:
dikelompokkan menjadi variabel X dan dari "
P= x100%
kelompok ganjil dikelompokkan menjadi
Keterangan:
variabel Y. (3) Mengkoordinasikan antara
P : persentase aktivitas
skor butir pernyataan genap dan kelompok
F : Frekuensi yang sedang dicari
ganjil menggunakan rumus korelasi
N : Jumlah sampel.
pearson product moment.
∑ (∑ )(∑ ) Untuk menguji validitas, peneliti
= menggunakan validitas konstrak. Validitas
〔 ∑ ² (∑ )²〕〔 ∑ (∑ )²〕 konstrak dapat digunakan pendapat dari ahli
Keterangan: (Judgment experts). Dengan hal ini setelah
= koefisien korelasi instrumen di konstruksi tentang aspek-
= jumlah item soal aspek yang akandiukur dengan
= jumlah nilai soal ganjil yang diperoleh berlandaskan teori tertentu, maka
responden selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli.
= jumlah nilai soal genap yang diperoleh Uji coba ini dilakukan pada guru
responden sesuai dengan kriteria sampel namun berada
(4) Mencari reabilitas seluruh di luar sampel yang diambil. Maka dalam
perangkat butir instrumen dengan uji coba peneliti mengambil Taman kanak-
menggunakan rumus spearman Brown kanak dan guru di Kota Pontianak dengan
= sampel uji coba berjumlah 27 orang guru.
Selanjutnya hasi uji coba validitas
Keterangan: instrumen diolah menggunakan microsof
= reliabilitas internal seluruh instrumen Excel.
= korelasi product moment antara Sugiono menyatakan bahwa valid
belahan pertama dan kedua berarti instrumen tersebut dapat digunakan
Untuk itu angket yang dijawab oleh untuk mengukur apa yang seharusnya
responden akan diolah menggunakan diukur (Sugiono, 2015). Untuk Menguji
4
perhitungan statistik. Perhitungan statistik validitas instrumen, maka r hitung
tersebut menggunakan rumus : berdasarkan perhitungan dibandingkan
dengan nilai r table. Derajat kebebasan $ = Frekuensi yang sedang dicari
dengan rumus df=N-2= 27-2= 25. Sehingga persentasenya.
nilai r table pada taraf signifikasin 0.05 atau N = Number of cases (jumlah
95% dan dengan df= 25 pada r tabel adalah frekuensi/banyak individu)
sebesar 1.7081. Untuk mneguji validitas p = Angka persentase
cukup membandingkan hasil r hitung (Sudijono, 2014 : 43)
apakah nilaianya sama dengan, lebih dari Rumusmean untukxi melihat nilai rata-rata
atau kurang dari( =, >, <). Soal tes akan MeanX 

valid jika r hitung ≥ r tabel. Namun apa bila n
r hitung <r tabel maka soal tes tidak valid
dan harus dikeluarkan dari instrumen Mo = Data yang sering muncul
penelitian. Modus digunakan untuk melihat jumlah
Teknik Analisis data yang digunakan skor yang sering___muncul
dalam penelitian ini adalah deskriptif  Xi  X
kuantitatif. Menurut Sugiyono kegiatan n
SR =
dalam analisis data adalah ___ 2
mengelompokkan data berdasarkan  ( Xi  X )
variabel dan jenis responden, menstabulasi n 1
SD =
data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel Keterangan :
yang diteliti, melakukan perhitungan untuk SR = Simpang rata-rata
menjawab rumusan masalah (Sugiyono, ___

2015). Pengkategorian skor dari masing- X = Rata-rata hitung


masing aspek kemudian dikelompokan ke Mo = Modus
dalam tiga kategori. Pengkategorian SD = Standar Deviasi
dilakukan berdasarkan rata-rata ideal (M)
dan standar deviasi (SD) pada HASIL PENELITIAN DAN
masingmasing aspek. Saifuddin Azwar PEMBAHASAN
membagi kecenderungan tiap aspek Hasil
menjadi tiga kategori sebagai berikut: Hasil angket analisis data menunjukan
hasil peran guru sebagai motivator dalam
Tabel 2 pengembangan kecerdasan interpersonal anak
Pedoman Pengkategorian usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut:

No Kategori Skor Tabel 3


1 Tinggi X > M + SD Peran Guru sebagai Motivator

2 Sedang M - SD ≤ X < M + SD NO Skor Frekuensi Persentase Kategori


1 > 20,40 1 8,33 % Tinggi
3 Rendah X < M – SD
2 18,59-20,40 9 75 % Sedang
Keterangan: 3 <18,59 2 16,67% Rendah
M = Mean (rata-rata)
SD = Standar Deviasi Dari pengkategorian tersebut, maka
X = Skor angket yang dicapai sampel dapat diketahui bahwa peran guru sebagai
Selanjutnya cara menentukan analisis motivator dalam mengembangkan kecerdasan
data yaitu dengan mencari besarnya relative interpersonal anak usia 5-6 tahun di TK
persentase, dengan rumus sebagai berikut: Mujahidin Pontianak dari 12 responden yang
$ 5 tersedia memiliki kategori tinggi sebesar
# = % 100% 8,33%, memiliki kategori sedang sebesar
75%, dan memiliki kategori rendah sebesar
Keterangan : 16,67 % .

5
Dengan demikian, secaa garis besar pengembangan kecerdasan interpersonal anak
pernanan guru sebagai motivator dalam berada pada kategori sedang dimana terdapat
pengembangan kecerdasan interpersonal anak gambaran sebagai berikut:
sebagian berada pada kategori sedang dimana
terdapat gambaran sebagai berikut: Gambar 2
Diagram lingkaran Peran guru sebagai
Gambar 1 mediator
Diagram lingkaran Peran guru sebagai Peran Guru sebagai Mediator
motivator dalam Pengembangan
Kecerdasan Interpersonal Anak
Peran Guru sebagai Motivator
usia 5-6 Tahun di TK Mujahidin
dalam Pengembangan
1 Pontianak Selatan
Kecerdasan Interpersonal Anak
usia 5-6 Tahun di TK Mujahidin
1 Pontianak Selatan Tinggi

1guru Sedang
Tinggi 10 0
guru 1guru
2 guru
0 Sedang Rendah
9 guru 1 guru
Rendah

Hasil angket analisis data menunjukan


hasil peran guru sebagai fasilitator dalam
pengembangan kecerdasan interpersonal anak
Hasil angket analisis data menunjukan usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut:
hasil peran guru sebagai mediator dalam
pengembangan kecerdasan interpersonal anak Tabel 5
usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut: Peran Guru sebagai Fasilitator
NO Skor Frekuensi Persentase Kategori
Tabel 4 1 > 14,10 2 16,67 % Tinggi
Peran Guru sebagai Mediator
2 11,56 –14,10 6 50 % Sedang
NO Skor Frekuensi Persentase Kategori
3 < 12,56 4 33,33 % Rendah
1 > 16,52 1 8,33 % Tinggi

2 14,98 – 10 83,33 %
Dari pengkategorian tersebut, maka
Sedang
dapat diketahui bahwa peran guru sebagai
16,52
fasilitator dalam mengembangkan kecerdasan
3 < 14,98 1 8,33 % Rendah interpersonal anak usia 5-6 tahun di TK
Mujahidin Pontianak dari 12 responden yang
Dapat diketahui bahwa peran guru tersedia memiliki kategori tinggi sebesar
sebagai mediator dalam mengembangkan 16,67 % untuk 2 orang guru, memiliki
kecerdasan interpersonal anak usia 5-6 tahun kategori sedang sebesar 50 % untuk 6 orang
di TK Mujahidin Pontianak dari 12 responden guru, dan memiliki kategori rendah sebesar
yang tersedia memiliki kategori tinggi sebesar 33,33 % untuk 4 orang guru.
8,33 % untuk 1 orang guru, memiliki kategori Dengan demikian, secara garis besar
sedang sebesar 83,33 % untuk 10 orang guru, pernanan guru sebagai fasilitator dalam
dan memiliki kategori rendah sebesar 8,33%
untuk 1 orang guru. 6 pengembangan kecerdasan interpersonal anak
berada pada kategori sedang dimana terdapat
Dengan demikian, secara garis besar gambaran sebagai berikut:
pernanan guru sebagai motivator dalam
Gambar 3 Gambar 4
Diagram lingkaran Peran guru sebagai Diagram lingkaran Peran guru sebagai
fasilitator Evaluator
Peran Guru sebagai Fasilitator Peran Guru sebagai Evaluator
dalam Pengembangan dalam Pengembangan
Kecerdasan Interpersonal Anak Kecerdasan Interpersonal Anak
usia 5-6 Tahun di TK Mujahidin usia 5-6 Tahun di TK Mujahidin
1 Pontianak Selatan 1 Pontianak Selatan

Tinggi Tinggi
4 guru
Sedang 1 guru Sedang
11
6 guru 2 guru Rendah guru Rendah

Hasil angket analisis data menunjukan


hasil peran guru sebagai evaluator dalam
pengembangan kecerdasan interpersonal anak
usia 5-6 tahun di TK Mujahidin 1 Pontianak Pembahasan
adalah sebagai berikut: Berdasarkan hasil penelitian Peran Guru
Sebagai Motivator Dalam Pengembangan
kecerdasan interpersonal Anak Usia 5-6
Tabel 6
Tahun Di TK Mujahidin 1 Pontianak Selatan
Peran Guru sebagai Evaluator
tergolong kategori “sedang”. Terlihat hasil
NO Skor Frekuensi Persentase Kategori
persentase yang menunjukkan bahwa 9 orang
1 > 20,61 0 0% Tinggi guru atau 75% responden skornya berada
2 16,05-20.61 11 91,67 % Sedang dalam interval 18,59-20,40. Jumlah persentasi
3 < 16,05 1 8,33% Rendah kategori tinggi yaitu 1 orang guru atau 8,33%
pada interval >20,40 sedangkan jumlah
Dari pengkategorian tersebut, maka persentasi kategori rendah yaitu 2 orang
dapat diketahui bahwa peran guru sebagai guruatau 16,67% pada interval < 18,59.
evaluator dalam mengembangkan kecerdasan Pada tabel menunjukan bahwa secara
interpersonal anak usia 5-6 tahun di TK keseluruhan Peran Guru Sebagai Motivator
Mujahidin Pontianak dari 12 responden yang adalah sudah cukup baik. Artinya,sebagian
tersedia memiliki kategori tinggi sebesar 0 % guru sudah mampu melaksanakan perannya
dengan kata lain tidak ditemukan kategori sebagai motivator dan guru telah sepenuhnya
tinggi pada aspek ini, memiliki kategori menggunakan segala kemampuan dalam
sedang sebesar 91,67 % untuk 11 orang guru, usaha untuk mengembangkan kecerdasan
dan memiliki kategori rendah sebesar 8,33 % interpersonal anak. Peran guru disini sangat
untuk 1 orang guru. penting dalam meningkatkan minat dan rasa
Dengan demikian, secara garis besar ingin tahu anak, selain itu guru berupaya
pernanan guru sebagai evaluator dalam untuk mengembangkan kecerdasan
pengembangan kecerdasan interpersonal anak 7 interpersonal anak dengan cara memberikan
di TK Mujahidin 1 Pontianak berada pada motivasi kepada anak untuk meningkatkan
kategori sedang dimana terdapat gambaran perkembangan interpersonalnya, mendorong
sebagai berikut: anak untuk mengembangkan kemampuan
kecerdasan interpersonal, serta memberikan dalam pengembangan kecerdasan
reward untuk menunjang kemampuan interpersonal anak yang memiliki kategori
kecerdasan interpersonalnya. sedang yang berarti sudah baik. Artinya, lebih
Sardiman berpendapat bahwa peran guru dari sebagian besar guru dapat melaksanakan
sebagai motivator penting artinya dalam perannya sebagai mediator dalam
rangka meningkatkan kegairahan dan mengembangkan kecerdasan interpersonal
pengembangan kegiatan belajar siswa anak yaitu memberikan stimulus dalam
(Sardiman, 2011). Guru harus mampu perkembangan kecerdasan interpersonal anak,
memberikan rangsangan, dorongan serta menerapkan berbagai pendekatan, strategi,
reinforcement untuk mengembangkan potensi metode yang sesuai kebutuhan anak usia dini
siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan dalam pengembangan kecerdasan
daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi interpersonalnya. Sardiman berpendapat
dinamika dalam proses belajar. bahwa, peran guru sebagai mediator ini dapat
Dari hasil tersebut menunjukan bahwa diartikan sebagai penengah dalam kegiatan
sebagian besar guru di TK Mujahidin 1 belajar siswa (Sardiman, 2011). Misalnya saja
Pontianak Selatan seharusnya dapat menengahi atau memberikan jalan keluar atau
memberikan motivasi yang sesuai sehingga solusi ketika diskusi tidak berjalan baik.
anak akan mampu untuk memiliki Mediator juga dapat diartikan sebagai
kemampuan kecerdasan interpersonal dengan penyedia media pembelajran. Dalam hal ini
baik senada dengan pendapat Sardiman guru dapat menyediakan media pembelajaran
bahwa, peran guru sebagai motivator itu dan menentukan media yang tepat jika
penting karena guru diharuskan untuk digunakan dalam pembelajaran tersenbut.
meningkatkan, merangsang dan mendorong Dari hasil tersebut menunjukan bahwa
potensi yang dimiliki anak, lebih sebagian besar guru dapat melaksanakan
khususnyadalam kecerdasan interpersonal pembelajaran dengan penyediaan media yang
(Sardiman, 2011). tepat untuk meningkatkan perkembangan
Alder mengatakan bahwa Kecerdasan kecerdasan anak secara umum, secara
interpersonal adalah keterampilan untuk khususnya dapat meningkatkan
bekerjasama dengan orang lain dan perkembangan kecerdasan interpersonal anak,
berkomunikasi dengan baik, secara verbal dan dengan media atau metode yang tepat maka
non verbal. Seseorang yang memiliki pembelajaran yang disampaikan dan akan
intelligensi ini dapat melihat suasana hati, diterima anak didik akan lebih baik, sehingga
perangai, motivasi, dan tujuan di dalam diri perkembangan kecerdasan interpersonal anak
orang lain (terjemahan oleh: Prianingsih, akan sesuai dengan tahap perkembangannya.
2001). Guru yang telah dapat memotifasi anak Aisyah dkk mengatakan bahwa anak- anak
diharapkan guru mampu untuk membuat anak usia Taman Kanak- kanak yang cerdas
memiliki kecerdasan interpersonal yang baik dibidang interpersonal senang mengajari
sebagai anak. temannya dan sangat senang bersosialisasi.
Berdasarkan hasil penelitian Peran Guru Mereka pun senang berteman dengan orang
Sebagai Mediator tergolong kategori lain. Tak heran jika anak yang cerdas dibidang
“sedang”. Terlihat hasil persentase yang ini mempunyai banyak sahabat (Aisyah dkk,
menunjukkan bahwa 10 orang guru atau 2008). Dari pendapat tersebut bahwa
83,33% responden skornya berada dalam sesungguhnya metode yang tepat bila hendak
interval 14,98-16,52. Jumlah persentasi mengembangkan kemampuan kecerdasan
kategori tinggi yaitu 1 orang guru atau 8,33% interpersonal anak itu adalah dengan
respondennya pada interval >16,52, 8 memberikan anak kegiatan belajar sambil
sedangkan pada kategori rendah yaitu 1 orang bermaian yang menunjang kemampuan anak
guru atau 8,33% pada interval <14,98. bersosialisasi, bekerjasama, empati dan
Pada tabel menunjukkan secara berteman dengan teman-teman (tidak
keseluruhan peran guru sebagai mediator memilih-milih teman dalam bermain), seperti
yang kita ketahui bahwa dalam Pendidikan Dari hasil tersebut menunjukan bahwa
Anak Usia Dini (PAUD) kegiatan sebagian besar guru dapat memberikan
pembelajaran dilaksanakan sambil bermain. fasilitas yang sesuai sehingga kemampuan
Itu artinya guru yang telah mengerti kecerdasan interpersonal anak akan
mengenai perannya sebagai mediator, maka berkembang dengan baik senada dengan
diharapkan guru dapat memberikan pendapat Sardiman bahwa peran guru sebagai
pembelajaran yang sesuai dengan anak, fasilitator itu penting karena guru diharuskan
karena guru juga telah memahami teori belajar untuk memberikan kemudahan bagi anak
yang berkaitan dengan perkembangan dalam proses belajar mengajar, dengan
kecerdasan interpersonal anak usia dini. menciptakan suasan belajar yang
Berdasarkan hasil penelitian Peran Guru menyenangkan sehingga akan tercipta proses
Sebagai Fasilitator Dalam Pengembangan belajar mengajar yang efektif dan optimal
kecerdasan interpersonal Anak Usia 5-6 sehingga perkembangan anak secara umum
Tahun Di TK Mujahidin 1 Pontianak Selatan berkembang dengan baik namun lebih
tergolong kategori “sedang”. Terlihat hasil khususnya dalam kecerdasan interpersonalnya
persentase yang menunjukkan bahwa 6 orang (Sardiman, 2012).
guru atau 50% responden skornya berada Berdasarkan hasil penelitian peran guru
dalam interval 11,56-14,10. Jumlah persentasi sebagai evaluator Dalam Pengembangan
kategori tinggi yaitu 2 orang guru atau 16,67% kecerdasan interpersonal Anak Usia 5-6
pada interval >14,10 sedangkan pada kategori Tahun Di TK Mujahidin 1 Pontianak Selatan
rendah yaitu 4 orang guruatau 33,33% pada tergolong kategori “sedang”. Terlihat hasil
interval <11,56. persentase yang menunjukkan bahwa 11
Pada tabel menunjukan bahwa meskipun orang guru atau 91,67% responden skornya
masih terdapat peran guru sebagai fasilitator berada dalam interval 16.05-20.61. Jumlah
dengan kategori rendah yaitu guru belum persentasi kategori tinggi yaitu 0 orang guru
mampu melaksanakan perannya sebagai atau 0% pada interval >20,61 sedangkan
fasilitator. Namun terdapat juga Peran Guru jumlah persentasi pada kategori rendah yaitu
Sebagai fasilitator dalam pengembangan 1 orang guru atau 8,33% pada interval <16.05.
kecerdasan interpersonal anak dengan Pada tabel menunjukan bahwa secara
kategori tinggi yaitu sudah baik. keseluruhan Peran Guru Sebagai Evalutor
Artinya,sebagian guru dapat melaksanakan dalam mengembangkan kecerdasan
perannya sebagai fasilitator dalam interpersonal anak usia 5-6 tahun di TK
mengembangkan kecerdasan interpersonal Mujahidin Pontianak Selatan adalah sedang
anak yaitu membuat media pembelajaran yang artinya sudah baik. Artinya, sebagian
untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal besar dapat melaksanakan penilaian atau
anak, memilih sarana kegiatan dan sumber evaluasi berdasarkan proses dan hasil
belajar untuk mengembangkan kecerdasan belajarnya, membuat laporan penilaian,
interpersonal anak, melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar, membuat
pembelajaran yang kondusif sehingga tercipta rancangan kegiatan dan program
interaksi yang baik dalam pembelajaran. pengembangan kecerdasan interpersonal,
Sardiman berpendapat bahwa peran guru serta melakukan refleksi terhadap kegiatan
sebagai fasilitator penting artinya guru wajib pengembangan kecerdasan interpersonal
memberikan fasilitas atau kemudahan dalam anak.
proses belajar mengajar misalnya dengan Sudirman berpendapat bahwa peran guru
menciptakan susana kegiatan pembelajaran sebagai evaluator ini dapat diartikan sebagai
yang kondusif, serasi dengan perkembangan guru memiliki tugas untuk menilai dan
siswa, sehingga interaksi belajar mengajar 9 mengamati perkembangan prestasi belajar
berlangsung efektif dan optimal (Sardiman, peserta didik (Sudirman, 2011). Guru
2011). memiliki otoritas penuh dalam menilai peserta
didik, namun demikian evaluasi tetap harus
dilaksanakan dengan objektif. Evaluasi yang khusus yaitu: (1) Peran guru sebagai motivator
dilakukan guru harus dilakukan dengan tergolong kategori sedang. Hasil
metode dan prosedur tertentu yang telah persentasenya yang menunjukkan bahwa 9
direncanakan sebelum kegiatan pembelajaran orang guru atau 75% responden skornya
dimulai. berada dalam interval 18,59-20,40. (2) Peran
Dari hasil tersebut menunjukan bahwa guru sebagai mediator tergolong kategori
sebagian besar guru dapat melaksanakan sedang. Hasil persentasenya yang
evaluasi pembelajaran dengan melaksankan menunjukkan bahwa 10 orang guru atau
penilaian secara objektif, menggunakan 83,33% responden skornya berada dalam
metode, dan prosedur yang tepat dalam interval 14,98-16,52. (3) Peran guru sebagai
menilai kemampuan anak, dimana penilaian fasilitator tergolong kategori sedang. Hasil
tersebut dilaksanakan ketika proses belajar persentase yang menunjukkan bahwa 6 orang
dengan memperhatikan hasil belajarnya, tidak guru atau 50% responden skornya berada
lupa guru telah dapat merencanakan dan dalam interval 11,56-14,10. (4) Peran Guru
merancang penilaian atau evaluasi sebelum Sebagai Evaluator tergolong kategori sedang.
pembelajaran dimulai, untuk mengetahuai Hasil persentase yang menunjukkan bahwa 11
atau mengevaluasi perkembangan kecerdasan orang guru atau 91,67% responden skornya
interpersonal anak akan sesuai dengan tahap berada dalam interval 16.05-20.61.
perkembangannya. Dari hasil penelitian ini
bahwa sesungguhnya penilaian anak usia dini Saran
sangatlah penting. Jika guru melakukan Berdasarkan hasil data dari penelitian maka
penilaian maka guru akan mengetahui peneliti memeberikan saran sebagai berikut:
bagaimana sesungguhnya tingkat (1) Diharapkan guru sebagai motivator
perkembangan peserta didiknya, karena senantiasa memberikan motivasi kepada anak
dengan mengetahui bagaimana keadaan didik, baik motivasi instrinsik maupun
kemampuan kecerdasan interpersonal anak motivasi ekstrinsik sehingga anak didik akan
guru dapat menentukan tindakan yang harus lebih meningkatkan kecerdasan
dan akan dilakukan agar anak dapat interpersonalnya. (2) Diharapkan guru
meningkatkan kecerdasan interpersonalnya, sebagai mediator dapat menerapkan strategi
seperti yang kita ketahui bahwa dalam yang tepat dalam pengembangan kecerdasan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) penilaian interpersonal anak. 3) Diharapkan guru
dilihat dari proses dan hasil belajarnya. Oleh sebagai fasilitator senantiasa memberikan
sebab itu guru yang telah mengerti mengenai fasilitas yang sesuai dengan perkembangan
perannya sebagai evaluator maka, diharapkan kecerdasan interpersonal anak sehingga anak
guru dapat melaksanakan evaluasi dapat berkembang dengan optimal. (4)
pembelajaran berdasarkan hasil dan proses Diharapkan guru sebagai evaluator dapat
belajar anak yang sesuai dengan anak, karena memanfaatkan hasil penilaian sebagai alat
guru juga telah memahami teori belajar untuk mengambarkan kecerdasan
berkaitan dengan perkembangan kecerdasan interpersonal anak serta sebagai alat untuk
interpersonal anak. mengetahui kemajuan proses belajar anak.

SIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR RUJUKAN
Simpulan Aisyah Siti , Dkk . (2007). Perkembangan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis 10 Dan Konsep Dasar Perkembangan
data yang telah dikemukakan terdapat hasil AUD. Jakarta : Universitas Terbuka
yang signifikan mengenai Peranan Guru Alam, Suroso Abduss. (2012). Cara Mendidik
dalam Pengembangkan Kecerdasan Anak Sejak Lahir. Surabaya: Elba
Interpersonal Anak. Kesimpulan secara Fitrah Mandiri.
Armstrong (2002). Sekolah Para Juara:
Menerapkan Multiple Intelligences di
Dunia Pendidikan. Bandung: Kaifa.
Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Sugiyono.(2013). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Uno. Hamzah. 2011. Teori Motivasi dan
Pengukurannya: Analisis di Bidang
Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara

11

11

Anda mungkin juga menyukai