Anda di halaman 1dari 7

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL

SEMESTER GENAP

TAHUN AJARAN 2023/ 2024

1. Nama Konseli : NAS


2. Kelas / Semester : VI
3. Hari / Tanggal : Kamis / 08 Februari 2023
4. Pertemuan Ke :I
5. Waktu : 1 x 40 Menit
6. Tempat : Ruang Konseling Individual
7. Deskripsi Masalah
a. Gejala Masalah :
 NAS sering membolos kuliah pagi
 NAS sering tidur pada saat perkuliahan berlangsung
 NAS mengalami penurunan IP

b. Sebab Masalah :
 NAS dari awal berkuliah di Palangka Raya, NAS tinggal Bersama
dengan Tante dan Pamannya, dimana ia selama tinggal disana mau
tidak mau harus membantu kegiatan tantenya seperti menjadi asisten
MUA, kerja di Café, serta baru – baru ini sebagai admin toko Rotinya
sehingga NAS merasa kelelahan, hingga seringkali membolos kuliah
pagi

c. Akar Masalah :
 Konseli tidak bisa mengatur waktu karena disibukkan oleh kegiatan
membantu tantenya berjualan sehingga menyebabkan ia merasa
kelelahan

8. Tujuan Konseling :
Membantu memberikan dorongan kepada konseli agar dapat memikirkan sendiri dan
mencari solusi permasalahnya sendiri, serta menegaskan adanya aktualisasi diri, yang
difokuskan pada pertanggungjawaban dan kapasitas konseli untuk menemukan
permasalahan serta usaha dalam menyelesaikannya.

9. Pendekatan / Strategi / Teknik : Client Centered

10. Prosedur Konseling :

No. Langkah / Proses Konseling


1. Prakonseling
1) Kesiapan Konselor :
a. Persiapan Fisik
 Menunjukkan penampilan diri yang rapi, tidak bertentangan dengan
nilai yang berlaku dengan tempat di mana konseling dilaksanakan.
 Menunjukkan wajah yang segar dan tidak terlihat lelah.
 Menjaga kebersihan diri, minimal supaya tidak bau badan sehingga
konseli merasa nyaman.
b. Persiapan Psikologis
 Menjernihkan pikiran untuk konsentrasi penuh saat konseling,
misalnya dengan menyingkirkan pikiran-pikiran negatif.
 Mencegah diri supaya tidak melamun saat akan melakukan
konseling.
 Mempersiapkan mental dan kekuatan energi untuk mendengarkan
apapun cerita konseli
 Meningkatkan minat dan motivasi untuk membantu konseli.
2) Persiapan Instrumen Pelaksanaan Konseling :
a. Persiapan instrumen pendukung kegiatan konseling inti
 Mempersiapkan alat perekam untuk konseling (misalnya :
recorder,kamera digital, alat perekam lainnya).
 Mempersiapkan alat tulis jika sewaktu-waktu diperlukan untuk
pembuatan kontrak konseling
 Mempersiapkan tissue untuk mengantisipasi konseli menangis.
 Mempersiapkan stopwatch atau jam tangan untuk mengukur waktu
pelaksanaan konseling.
 Me-non aktifkan telepon seluler / handphone saat memulai proses
konseling untuk menghindari adanya gangguan selama konseling
berlangsung
b. Persiapan media Bimbingan dan Konseling
 Mempersiapkan bahan-bahan informasional jika sewaktu-waktu
dibutuhkan oleh konseli (brosur, buku-buku penunjang, dll)
 Mempersiapkan media layanan, misalnya format self-help, modul,
alat tes, dll.
3) Setting Tempat Pelaksanaan Konseling :
a. Memilih tempat pelaksanaan konseling yang aman dan nyaman bagi
konseli.
 Memilih tempat pelaksanaan konseling yang tertutup tapi aman dan
nyaman untuk konselor dan konseli.
 Menata dekorasi ruangan tempat konseling, misalnya mengatur
hiasan supaya tidak terlalu ramai dan menata penerangan supaya
tidak terlalu terang atau sebaliknya.
b. Memilih posisi duduk yang nyaman dan mendukung selama proses
konseling.
 Mempersilakan konseli untuk memilih di mana dia ingin duduk,
untuk menciptakan kenyamanan pada diri konseli.
 Menangkap kesan nonverbal dari posisi duduk yang dipilih oleh
konseli (setiap posisi duduk memiliki arti tersendiri yang secara
tersirat menggambarkan karakteristik konseli dan masalah yang
dialaminya).
 Mengatur posisi duduk membentuk sudut 90-120 derajat antara
konselor dan konseli (posisi duduk yang lurus antara konselor dan
konseli memberikan kesan terlalu formal).
 Mengatur jarak duduk, yaitu antara 75-100 cm antara konselor
dengan konseli, dengan tujuan untuk menggambarkan keakraban
 Mencegah adanya pembatas antara konselor dan konseli, misalnya
meja, bangku, atau benda-benda yang lain sehingga tidak
menghalangi konselor untuk melakukan pengamatan terhadap
gerak-gerik konseli, termasuk gerak-gerik nonverbal yang
ditunjukkannya
 Menjaga postur tubuh, condong ke arah konseli untuk
mengisyaratkan perhatian
 Menjaga kedinamisan posisi duduk, tidak terlalu kaku dengan posisi
condong ke depan, tidak pula terlalu banyak mengubah-ubah posisi
duduk.
 Mengarahkan kontak mata pada konseli untuk mengisyaratkan
perhatian, namun tidak melotot dan terus-terusan menatap konseli
untuk menghindari konseli salah tingkah dan ketakutan.

2. Opening
1) Penyambutan Konseli
a. Non Verbal
 Menghentikan aktivitas,
 Membuka pintu atau menjemput
 Jabat tangan atau senyum,
 Isyarat meyilahkan masuk,
 Menutup pintu,
 Mendampingi konseling masuk,
 Memegang tangan atau memegang pundak (bila diperlukan dan
tidak riskan atau ada hambatan nilai)
 Isyarat mempersilahkan duduk,dan memilih tempat duduk.
b. Verbal
 Memberi salam atau menjawab salam,
 Menyambut nama,
 Pujian atas kedatangan konseli,
 Menanyakan kabar,
 Menyilahkan memilih tempat duduk

2) Inisiasi Pembicaraan
a. Topic netral adalah bahan pembicaraan yang sifatnya umum dan
tidakmenyinggung perasaan konseli. Misalnya: hobi, peristiwa hangat,
kondisicuaca, potensi asal lingkungan konseli.
Kalimat yang diucapkan : ”apakah anda/kamu nyaman dengan
keadaanruang yang seperti ini?”
b. Kegiatan dalam kaitan denagn kelonggaran kehadiaran.
Kalimat yang diucapkan seperti: “ apakah saat ini anda/kamu tidak ada
kegiatan yang mendesak?”

3) Transisi Pembicaraan
a. Alih topik
b. Informasi harapan keberhasilan
c. Pengembangan topik

(Cara perpindahan topik sebagai berikut: Menggunakan kalimat “ jembatan’’


misalnya : “ setelah kita membicarakan ......(isi topik netral), barangkali ad a sesuatu
hal yang perlu kita bicarakan bersama dalam pertemuan ini ’’. Mengembangkan
sebagian isi topik netral, misalnya: “ itu tadi hobimu dibidang musik, lalu bagaimana
dengan prestasi dalam kelas? ’’)

3. Proses Inti
a. Identifikasi masalah (Assesmen konseli dan lingkungan dengan teknik dasar
komunikasi) :
 Memimpin (leading)
 Fokus
 Konfrontasi
 Menjernihkan (Clarifying)
 Memudahkan (facilitating)
 Mengambil Inisiatif
 Menyimpulkan

b. Penerapan teknik Client Centered


1. Tahap pertama
Membangun hubungan dengan konseli mulai dari menanyakan kabar
atau memberikan pertanyaan sederhana.
2. Tahap kedua :
Tahapan ini merupakan awal dari konseli bercerita tanpa ada topik
tentang dirinya dan tahapan ini biasanya dilakukan secara sukarela.
3. Tahap ketiga :
Membantu konseli dalam melihat permasalahan dirinya, namun dalam
tahapan ini konseli masih belum sepenuhnya paham tentang keadaan
dirinya.
4. Tahap Keempat :
Konseli memiliki kapasitas yang meningkat untuk mengalami hal-hal
here and now dan semakin menyadari perasaan tidak nyaman pada diri
mereka. Sebuah tingkat yang lebih besar mempertanyakan 'diri' yang
mungkin terjadi, khususnya dari aspek dan konstruksi yang sudah ada
(misalnya 'konsep diri'). Tahap ini konseli mulai mengekspresikan
perasaannya, pengekspresian tentang ketakuatan, ketidakpercayaan,
ketidakjelasan. Validitas dari beberapa sudut pandang ini dapat
dieksplorasi. Kebanyakan inti konseling berlangsung pada tahap ini, dan
pada tahap kelima, segala perasaan dalam diri konseli mengalir dan
diekspresikan dimana pengalaman dari konseli mulai didiferensiasikan.
5. Tahap Kelima :
Konseli semakin mampu memiliki pengalaman, dengan kapasitas untuk
berani dalam bergaul. Pandangan sebelumnya mungkin dinilai kritis,
proses yang disertai dengan kemampuan yang besar untuk
mengekspresikan pengalaman di masa sekarang (misalnya dengan
senang).
6. Tahap Keenam :
Pada tahap ini konseli dapat terlibat pada setiap experience moment
dalam pertemuan konseling dan mengungkapkan bagaimana
perasaannya dalam cara yang non-defensive. Ada kebebasan yang lebih
besar dalam apa yang dieksplorasi. Kini konseli dapat sepenuhnya
memiliki pengalamannya. Oleh karena itu, apa yang pernah incongruent
menjadi congruent. Sebuah konsep diri yang baru mulai muncul.
7. Tahap Ketujuh :
Konseli secara alami tidak lagi tunduk pada proses penolakan atau
distorsi. Ada kelonggaran dalam perasaan di mana konseli dapat
menerimanya setiap saat. Konseli mengambil tanggung jawab pribadi
secara penuh untuk pengalamannya. Konseli sepenuhnya mampu
menerima dirinya sepenuhnya dalam setiap saat.

4. Acceptance (Penerimaan)
Digunakan konselor untuk menunjukan minat dan pemahaman terhadap hal-hal
yang dikemukakan konseli.
1) Verbal bentuk pendek :
a. Oh.....ya,
b. Lalu/kemudian,
c. Ya....ya...
d. Hemm.....hemm....
2) Verbal bentuk Panjang :
a. Saya memahami....
b. Saya menghayati....
c. Saya dapat merasakan.....
d. Saya dapat mengerti...
3) Non Verbal
a. Anggukan kepala,
b. Posisi duduk condong kedepan
c. Perubahan mimik,
d. Memelihara kontak mata

(Catatan: Penerimaan bukan berarti mensetujui, cerita apapun yang disampaikan


konseli diterima namun bukan berarti setuju. Konselor menerima tanpa menilai
sesuai dengan asas konseli tidak pernah salah ( KTSP ).
Konselor bertanggungjawab untuk memperbaiki konseli atau bisa disebut dengan
memberikan dorongan minimal pada konseli.)

5. Pembuatan Keputusan
 Penetapan tujuan konseling
 Penetapan strategi pencapaian tujuan konseling
 Penetapan komitmen diri dari tujuan konseling

6. Terminasi Tindak Lanjut


 Pemantapan diri dan peneguhan kepada konseli bahwa konseli siap
mengakhiri proses konseling.
 Konselor bersama konseli membuat kesimpulan mengenai hasil proses
konseling.
 Menyusun rencana tindak lanjut yang akan dilakukan berdasarkan
kesepakatan yang telah terbangun dari proses konseling.
 Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
 Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
 Penentuan kegiatan tindak lanjut

11. Rencana Evaluasi :


 Konselor menilai kesungguhan konseli dalam proses konseling dengan teknik
yang digunakan konseling berhasil jika tingkat kesungguhan konseli dalam
pelibatan konseling tinggi yang ditandai dengan respons yang verbal dan non-
verbal.
 Konselor menilai kemampuan konseli dalam melakukan pembicaraan keakraban
dengan teknik observasi.
 Tujuan tercapai jika konseli dapat mereduksi gejala-gejala dari permasalahan
yang dialami.
 Melakukan pengamatan secara berkala terhadap perubahan konseli lewat
kesehariannya disekolah dan memantau tugas-tugasnya.
 Melakukan follow up langsung (bertanya) kepada konseli dan juga melalui chat
WA pribadi.

Mengetahui Palangka Raya, – – 2022


Kepala Sekolah Guru BK / Konselor

NAMA……………………. NAMA…………………
NIP………………………….. NIP………………………..

Anda mungkin juga menyukai