DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 PALANGKA RAYA
AKREDITASI A
JL. Jend. Sudirman No. 99 Petapahan Kec. Gunung Toar
Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Kode Pos 29566 e-mail
gunungtoarsma@yahoo.co.id
NamaKonseli : Rara
1. Kelas/Semester : XI
2. Hari/Tanggal : Rabu 19, 7 Oktober 2023
3. Pertemuanke I
4. Waktu : 2 X 45 Menit
5. Tempat : Ruang BK
6. Deskrisi Masalah :
a. Gejala Masalah:
Rara merupakan siswa yang pendiam di kelas XI dan dia tidak suka bergaul
dengan teman-temannya yang lain
Rara merupakan siswa yang penakut dan tidak percaya diri
Rara merasa dirinya itu berbeda dengan teman-temannya yang lain,
Rara merasa tidak pantas bergabung karena yang dalam hatinya yaitu dirinya akan
di tolak oleh teman-temannya.
Setiap waktu istirahat dia sering berdiam diri seorang diri di kelas
Karena rara sering di bicarakan oleh guru-guru di kantor
Rara tidak sengaja di lihat oleh pengawas sekolah karena pas kegiatan gotong
royong dia masih berdiam di dalam kelas sendiri
b. Sebab Masalah :
Mengalami insecure dan merasa dirinya tidak berharga
Rasa tidak yakin akan kemampuan diri sendiri
Rara mengalami pengalaman yang buruk atau trauma masa lalu
c. Akar Masalah :
Rara tidak ada keberanian dan sering berdiam diri
Rara ingin mendapatkan perhatian
7. Tujuan Konseling:
Membantu konseli untuk menghilangkan perilaku kurang percaya diri (insucare) :
1) memberikan pemahaman tentang dampak insecure yang berlebihan,
2) memberikan pemahaman kepada rara bahwa perhatian itu ada jika dia mau mencoba
dan memberanikan diri bergaul dengan sesama teman dan lingkungannya
8. Pendekatan/Strategi/Teknik:
Guru BK menggunakan pendekatan konseling Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
9. Prosedur Konseling:
No. Langkah /
Proses Konseling
1 Prakonseling
1. Kesiapan Konselor:
a. PersiapanFisik
Menunjukkan penampilan diri yang rapi, tidak bertentangan dengan nilai
yang berlaku dengan tempat di mana konseling dilaksanakan.
Menunjukkan wajah yang segar dan tidak terlihatlelah.
Menjaga kebersihan diri, minimal supaya tidak bau badan sehingga
konseli merasa nyaman.
b. PersiapanPsikologis
Menjernihkan pikiran untuk konsentrasi penuh saat konseling, misalnya
dengan menyingkirkan pikiran-pikiran negatif.
Mencegah diri supaya tidak melamun saat akan melakukan konseling.
Mempersiapkan mental dan kekuatan energi untuk mendengarkan apapun
cerita konseli
Meningkatkan minat dan motivasi untuk membantukonseli.
2. Persiapan Instrumen Pelaksanaan Konseling:
a. Persiapan instrumen pendukung kegiatan konselinginti
Mempersiapkan alat perekam untuk konseling (misalnya:recorder, kamera
digital, alat perekamlainnya).
Mempersiapkan alat tulis jika sewaktu-waktu diperlukan untuk pembuatan
kontrak konseling
Mempersiapkan tissue untuk mengantisipasi konseli menangis.
Mempersiapkan stopwatch atau jam tangan untuk mengukur waktu
pelaksanaan konseling.
Me-non aktifkan telepon seluler / handphone saat memulai proses
konseling untuk menghindari adanya gangguan selama konseling
berlangsung.
b. Persiapan media Bimbingan dan Konseling
Mempersiapkan bahan-bahan informasional jika sewaktu-waktu
dibutuhkan oleh konseli (brosur, buku-buku penunjang,dll).
Mempersiapkan media layanan, misalnya format self-help, modul, alat
tes,dll.
3. Setting Tempat Pelaksanaan Konseling:
a. Memilih tempat pelaksanaan konseling yang aman
dan nyamanbagi konseli.
Memilih tempat pelaksanaan konseling yang tertutup tapi aman dan
nyaman untuk konselor dankonseli.
Menata dekorasi ruangan tempat konseling, misalnya mengatur hiasan
supaya tidak terlalu ramai dan menata penerangan supaya tidak terlalu
terang atau sebaliknya.
b. Memilih posisi duduk yang nyaman dan
mendukung selamaproses konseling.
Mempersilakan konseli untuk memilih di mana dia ingin duduk,untuk
menciptakan kenyamanan pada dirikonseli.
Menangkap kesan nonverbal dari posisi duduk yang dipilih olehkonseli
(setiap posisi duduk memiliki arti tersendiri yang secara tersirat
menggambarkan karakteristik konseli dan masalah yangdialaminya).
Mengatur posisi duduk membentuk sudut 90-120 derajat antara konselor
dan konseli (posisi duduk yang lurus antara konselordan konseli
memberikan kesan terlaluformal).
Mengatur jarak duduk, yaitu antara 75-100 cm antara konselor dengan
konseli, dengan tujuan untuk menggambarkan keakraban.
Mencegah adanya pembatas antara konselor dan konseli, misalnya meja,
bangku, atau benda-benda yang lain sehingga tidakmenghalangi konselor
untuk melakukan pengamatan terhadap gerak-gerik konseli, termasuk
gerak-gerik nonverbal yang ditunjuk kannya.
Menjaga postur tubuh, condong ke arah konseli untuk mengisyaratkan
perhatian.
Menjaga kedinamisan posisi duduk, tidak terlalu kaku denganposisi
condong ke depan, tidak pula terlalu banyak mengubah-ubah posisi duduk.
Mengarahkan kontak mata pada konseli untuk mengisyaratkan perhatian,
namun tidak melotot dan terus-terusan menatap konseli untuk
menghindari konseli salah tingkah dan ketakutan.
2 Opening
1. Penyambutan Konseli
a. Non Verbal
Menghentikan aktivitas,
Membuka pintu atau menjemput,
Jabat tangan atau senyum,
Isyarat meyilahkan masuk,
Menutup pintu,
Mendampingi konseling masuk,
Memegang tangan atau memegang pundak (bila diperlukan dan
tidak riskan atau ada hambatan nilai),
Isyarat mempersilahkan duduk, dan memilih tempat duduk.
b. Verbal
Memberi salam atau menjawab salam,
Menyambut nama,
Pujian atas kedatangan konseli,
Menanyakan kabar,
Menyilahkan memilih tempat duduk
2. InisiasiPembicaraan
a. Topic netral adalah bahan pembicaraan yang sifatnya umum dan tidak
menyinggung perasaan konseli. Misalnya: hobi, peristiwa hangat, kondisi
cuaca, potensi asal lingkungan konseli.
Kalimat yang diucapkan : ”apakah anda/kamu nyaman dengan keadaan
ruang yang seperti ini?”
b. Kegiatan dalam kaitan dengan kelonggaran kehadiaran.
Kalimat yang diucapkan seperti: “ apakah saat ini anda/kamu tidak ada
kegiatan yang mendesak?”
3. Transisi Pembicaraan
a. Alih topik
b. Informasi harapan keberhasilan
c. Pengembangan topik
(Cara perpindahan topik sebagai berikut: Menggunakan kalimat “ jembatan‟‟
misalnya : “ setelah kita membicarakan (isi topik netral), barangkali ada sesuatu hal
yang perlu kita bicarakan bersama dalam pertemuan ini ‟‟. Mengembangkan
sebagian isi topic netral, misalnya: “itu tadi hobi mu dibidang musik, lalu
bagaimana dengan prestasi dalam kelas?‟‟)
3 Proses Inti
a. Identifikasi masalah (Assesmen konseli dan lingkungan dengan teknikdasar
komunikasi):
Memimpin(leading)
Fokus
Konfrontasi
Menjernihkan (Clarifying)
Memudahkan (facilitating)
Mengambil Inisiatif
Menyimpulkan
b. Penerapan teknik Cognitive Behavioral Therapy (CBT) (KonsepABC)
A (Antecedent) = Situasi yang menjadi penyebab suatu kejadian yang tidak
mengenakan dan menjadi stimulus munculnya perilaku bermasalah.
B (Belief) = Perilaku yang dipermasalahkan.
C (Consequence) = akibat dari konsekuensi perilaku (akibat dari A).
Tahap pertama Bekerjasama dengan konseli (engage client) : Membangun
hubungan dengan konseli yang dapat dicapai dengan mengembangkan empati,
kehangatan dan penghargaan. Memperhatikan tentang “secondary
disturbances” atau hal yang mengganggu konseli yang mendorong konseli
mencari bantuan. Memperlihatkan kepada konseli tentang kemungkinan
perubahan yang bisa dicapai dan kemampuan konselor untuk membantu
konseli mencapai tujuan konselingCBT.
Tahap kedua Melakukan assesmen terhadap masalah, orang dan situasi
(assess the problem, person and situation) : Mulai dengan mengidentifikassi
pandangan-pandangan tentang apa yang menurut konseli salah. Adakah relasi
dengan hal klinis?. Menanyakan personal atau sejarah masalahnya. Menilai
keparahan masalah atau yang paling mengganggu. Perhatikan dampak/ faktor-
faktor kepribadian yangrelevan.
Tahap ketiga Mempersiapkan konseli untuk terapi (prepare the
clientfortherapy) : Mengklasifikasi tujuan konseli; spesifik (Specific), dapat
diukur(Measurable),dapat dicapai atau diraih (Achievable), realistis (Realistic),
memiliki batas waktu (Time frame). Memotivasi konseli untuk berubah.
Mengajarkan prinsip dasar CBT, termasuk model ABC. Mendiskusikan
pendekatan dan teknik yang akan diterapkan. Mengembangkan kontrak dengan
konseli
Tahap Keempat Mengimplementasikan program penanganan (Implement
the treatment programme) : Mengubah belief yang maladaptif dan
disfungsional. Mengaplikasikan dialog „socrates‟ untuk mengubah belief
Memberikan homework assignment. Implementasi teknik CBT. Menganalisis
ABC. Memahami belief yangberkembang.
Tahap Kelima Mengevaluasi kemajuan (evaluative progres) : Pada
menjelang akhir intervensi konselor memastikan apakah konselimencapai
perubahan yang signifikan dalam berfikir atau perubahan tersebut disebabkan
oleh faktorlain.
Tahap Keenam Mempersiapkan konseli untuk mengakhiri proses
konseling (Prepare the client for termination) : Mempersiapkan konseli
untuk mengakhiri proses konseling dengan menguatkan kembali hasil yang
sudah dicapai. Selain itu, memersiapkan konseli untuk dapat menerima adanya
kemungkinan kemunduran dari hasil yang sudah dicapai atau kemungkinan
mengalami masalah dikemudianhari.
Acceptance (Penerimaan)
Digunakan konselor untuk menunjukan minat dan pemahaman terhadap hal-hal
yang dikemukakan konseli.
1. Verbal bentuk pendek:
a) Oh....ya,
b) Lalu/kemudian,
c) Ya....ya....
d) Hemm.....hemm....
2. Verbal bentuk Panjang:
a) Saya memahami.....
b) Saya menghayati....
c) Saya dapat merasakan.....
d) Saya dapat mengerti...
3. Non Verbal
a) Anggukan kepala,
b) Posisi duduk condong kedepan
c) Perubahan mimik,
d) Memelihara konta kmata
(Catatan: Penerimaan bukan berarti mensetujui, cerita apapun yang disampaikan
konseli diterima namun bukan berarti setuju. Konselor menerima tanpa menilai
sesuai dengan asas konseli tidak pernah salah ( KTSP ).Konselor bertanggungjawab
untuk memperbaiki konseli atau bisa disebut debgan memberikan dorongan minimal
pada konseli.)
Pembuatan Keputusan
5 Penetapan tujuankonseling
Penetapan strategi pencapaian tujuankonseling
Penetapan komitmen diri dari tujuankonseling
6 Terminasi Tindak Lanjut
Pemantapan diri dan peneguhan kepada konseli bahwa konseli siap
mengakhiri proses konseling.
Konselor bersama konseli membuat kesimpulan mengenai hasil proses
konseling.
Menyusun rencana tindak lanjut yang akan dilakukan berdasarkan
kesepakatan yang telah terbangun dari proseskonseling.
Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaiansegera).
Membuat perjanjian untuk pertemuanberikutnya.
Penentuan kegiatan tindaklanjut