Anda di halaman 1dari 6

ANCANGAN KONSELING SESI 3

A. TUJUAN KONSELING
Tujuan konseling yang akan dicapai pada konseling kelompok sesi 3 yaitu peserta
mampu mengidentifikasi emosi yang muncul saat sedang menghadapi masalahnya.

B. PERENCANAAN PELAKSANAAN KONSELING


1. Tempat pelaksanaan konseling yaitu di ruang virtual meeting fitur “group chat”
Aplikasi WhatsApp.
1. Waktu yang diperlukan dalam satu sesi konseling yaitu ± 45 menit.
2. Media yang digunakan yaitu Aplikasi WhatsApp.
3. Alat dan bahan yang digunakan antara lain yaitu tissue, smartphone, notebook/laptop,
dan soft copy lembar kerja 2 (Lembar kerja 2: Identifikasi emosi).
4. Uraian rencana pelaksanaannya adalah sebagai berikut.
a. Tahap pembentukan
1) Peserta membuka Aplikasi WhatsApp.
2) Peserta masuk ke Grup Konseling Kelompok SMKM 6 di menu “chat”.
3) Peserta masuk ke ruang virtual.
4) Menyapa anggota kemudian menanyakan kabarnya hari ini.
5) Menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan.
6) Menyampaikan tujuan yang akan dicapai yaitu peserta mampu
mengidentifikasi emosi yang muncul saat sedang menghadapi masalahnya.

b. Tahap peralihan
1) Memastikan kesiapan dan kenyamanan untuk berlanjut ke tahap berikutnya
dengan cara menanyakan langsung kepada peserta.
2) Mengunggah soft file lembar kerja 2 (Lembar kerja 2: Identifikasi emosi) ke
Grup Konseling Kelompok SMKM 6.
3) Peserta mengunduh soft file lembar kerja 2 (Lembar kerja 2: Identifikasi
emosi).
c. Tahap kerja
1) Peserta membuka soft file lembar kerja 2 (Lembar kerja 2: Identifikasi
emosi).
2) Peserta menuliskan emosi yang muncul saat menghadapi masalah dalam
bentuk ketikan pada soft file lembar kerja 2 (Lembar kerja 2: Identifikasi
emosi).
3) Setelah selesai, peserta memberikan penilaian dengan skala 1-10 terhadap
kuat/lemahnya intensitas emosi yang muncul pada lembar kerja 2 (Lembar
kerja 2: Identifikasi emosi). Skala paling rendah yaitu 1 menunjukkan
intensitas emosi paling lemah dan skala paling tinggi yaitu 10 menunjukkan
intensitas emosi paling kuat.
4) Peserta menceritakan tulisannya secara bergiliran.
5) Peserta saling menanggapi cerita temannya (boleh bertanya).

d. Tahap penutup
1) Memberi kesempatan kepada peserta untuk membagikan perasaannya
selama menjalani kegiatan.
2) Menanggapi dan merangkum hasil kegiatan serta mengapresiasi partisipasi
peserta.
3) Mengonfirmasi kegiatan pertemuan berikutnya.
4) Menutup kegiatan.

C. PENDEKATAN DAN TEKNIK KONSELING


Pendekatan yang digunakan dalam sesi konseling ketiga ini yaitu narrative therapy
dengan teknik konseling yaitu storywriting (menulis cerita). Prosedur konseling
diselenggarakan melalui fitur grup chat Aplikasi WhatsApp. Elbaz–Luwisch
mendefinisikan teknik storywriting (menulis cerita) sebagai salah satu teknik menulis
dalam bentuk cerita yang berguna untuk keluar dari hambatan emosi dan mendukung
kesejahteraan psikologis. Storywriting (menulis cerita) dapat digunakan sebagai sarana
untuk memahami dan melepaskan emosi-emosi yang muncul dari pengalaman-
pengalaman hidup yang tidak menyenangkan dan tidak mudah untuk dihadapi.
Pemahaman dan pelepasan emosi-emosi tersebut dapat membantu keluar dari hambatan
emosi sehingga akan lebih mudah untuk mencapai kesejahteraan psikologis (Elbaz–
Luwisch, 2002).
Storywriting (menulis cerita) membantu peserta didik yang mempunyai kesulitan
dalam menceritakan pengalaman hidupnya secara langsung untuk memahami dan
melepaskan emosi-emosi yang muncul dari pengalaman yang tidak menyenangkan.
Masalah sebagai salah satu pengalaman tidak menyenangkan dapat dengan aman
diekspresikan dalam bentuk tulisan tanpa merasa takut akan dihakimi. Peserta didik akan
mendapatkan pemahaman mengenai emosi dan melepaskan emosi yang dirasakan melalui
kegiatan menulis.(Elbaz–Luwisch, 2002).
Storywriting (menulis cerita) yang di dalamnya berlangsung proses pemahaman,
pelepasan, dan pengelolaan emosi akan digunakan untuk mengembangkan literasi emosi
remaja. Pelaksanaan storywriting (menulis cerita) untuk mengembangkan literasi emosi
remaja ini akan dilaksanakan melalui 7 tahap. Tahap pertama sudah dilaksanakan pada
pertemuan sesi 2. Tahap kedua yaitu mengidentifikasi emosi yang muncul saat sedang
menghadapi masalahnya. Tahap kedua dilaksanakan pada pertemuan sesi 3 ini. Prosedur
tahap kedua storywriting (menulis cerita) yaitu sebagai berikut (Elbaz–Luwisch, 2002).
1. Peserta membuka soft file lembar kerja 2 (Lembar kerja 2: Identifikasi emosi).
2. Peserta menuliskan emosi yang muncul saat sedang menghadapi masalahnya dalam
bentuk ketikan pada soft file lembar kerja 2 (Lembar kerja 2: Identifikasi emosi).
3. Setelah selesai, peserta memberikan penilaian dengan skala 1-10 terhadap
kuat/lemahnya intensitas emosi yang muncul pada lembar kerja 2 (Lembar kerja 2:
Identifikasi emosi). Skala paling rendah yaitu 1 menunjukkan intensitas emosi paling
lemah dan skala paling tinggi yaitu 10 menunjukkan intensitas emosi paling kuat.
4. Peserta menceritakan tulisannya secara bergiliran.
5. Peserta saling menanggapi cerita temannya (boleh bertanya).

D. REFERENSI
Elbaz–Luwisch, F. (2002). Writing as inquiry: Storying the teaching self in writing
workshops. Curriculum Inquiry, 32(4), 403-428.

E. LAMPIRAN
Lampiran 1: Lembar kerja 2: Identifikasi emosi
Lampiran 1
LEMBAR KERJA 2
(IDENTIFIKASI EMOSI)

Topik bahasan : Mengidentifikasi emosi yang muncul saat sedang menghadapi masalah
Hari/tanggal :

Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Kelas :

Tuliskan emosi yang muncul saat Anda sedang menghadapi masalah!


Berikan penilaian mengenai kuat/lemahnya intensitas emosi yang muncul dengan cara
menebalkan (bold) satu angka pada skala di bawah ini!

Lemah Kuat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Anda mungkin juga menyukai