Anda di halaman 1dari 3

ANCANGAN KONSELING 1

A. DESKRIPSI KASUS
Konseli bernama Salma Zahra Andriani dengan inisial nama SZA. SZA adalah
seorang peserta didik SMK kelas X-AKL-2 di SMK Negeri 48 Jakarta. Berdasarkan hasil
imventori tugas perkembangan, SZA memilih tiga bidang terendah yaitu wawasan
persiapan karir dengan persentase 3,58, kematangan emosional dengan persentase 3,67,
dan peran sosial sebagai pria dan wanita dengan persentase 3,69. Ketiga bidang ini masuk
dalam kategori sadar diri dengan masing-masing namun masih menampilkan tingkat
perkembangan sebelumnya yaitu tingkat konformistik dengan ciri-ciri SZA cenderung
berpikir sterotip dan klise, bertindak dengan motif dangkal (untuk memperoleh pujian),
menyamakan diri dalam ekspresi emosi,kurang intropeksi, takut tidak diterima kelompok,
tidak sensitif terhadap keindividualan, dan merasa berdosa jika melanggar aturan.
Berdasarkan hasil sosimetri, SZA kurang mampu membaur dengan temannya yang
lain di kelas dan terkungkung pada kelompoknya sendiri yaitu dengan Nafta Ismi
Rahmadini dan Tanti Septiana.
Berdasarkan hasil DCM, tiga bidang permasalah tertinggi SZA adalah keadaan
pribadi dan kejiwaan, hubungan sosial dan kejiwaan, dan moral sosial dan agama. Hal
tersebut diperkuat oleh hasil wawancara dengan SZA bahwa ia memiliki masalah dalam
berhubungan sosial dengan teman sebaya di kelasnya. SZA sering merasa marah, kesal,
jengkel, dan rasa bersalah karena belum mampu menghadapi teman sebangkunya yang
posesif kepadanya.

B. TUJUAN KONSELING
Berdasarkan permasalah yang dibahas dalam deskripsi kasus diatas, dapat
disimpulkan bahwa inti masalah konseli adalah disregulasi emosi yang ia kembangkan
terhadap teman-temannya. Dari masalah tersebut, maka dapat dirumuskan tujuan
konseling untuk sesi pertama, yaitu sebagai berikut.
1. Membangun rapport bersama SZA untuk menciptakan kesan pertama sesi konseling
yang akan membuat SZA merasa diterima oleh praktikan
2. Mengidentifikasi lebih spesifik mengenai masalah disregulasi emosinya.
Indikator keberhasilannya, antara lain sebagai berikut.
1. Terciptakan kesan pertama sesi konseling yang positif, optimis, dan membuat aman
dan nyaman SZA untuk mengungkapkan masalahnya
2. Diperolehnya informasi mengenai penyebab masalahnya yaitu disregulasi emosi
yang ia kembangkan terhadap teman-temannya termasuk durasi, intensitas, serta
frekuensi yang ditunjukkan SZA dari masalahnya tersebut. Selain itu, diperoleh juga
informasi mengenai konsekuensi dan fungsi dari masalahnya tersebut.

C. PERENCANAAN PELAKSANAAN KONSELING


 Tempat pelaksanaan konseling yaitu di ruang BK SMK Negeri 48 Jakarta
 Waktu yang diperlukan dalam satu sesi konseling yaitu 1 x 30 menit
 Pihak-pihak yang dilibatkan yaitu SZA sebagai konseli dan praktikan
 Media yang digunakan yaitu perekam suara, buku catatan, serta perekam audio
visual
 Alat asesmen yang digunakan yaitu pedoman wawancara

D. PENDEKATAN DAN TEKNIK KONSELING


Pendekatan yang digunakan dalam sesi konseling pertama ini yaitu komunikasi
konseling dengan teknik-teknik mendengar aktif (active listening), mengulang kembali
(pharaprasing), bertanya (questioning) memperjelas (claryfying) dan menyimpulkan
(summarizing).
Menurut Jacobs, Masson, Harvill, & Schimmel [CITATION Jac12 \n \t \l 1057 ] , teknik
mendengar aktif (active listening) mencakup mendengarkan konten, intonasi suara, dan
gerak tubuh konseli. Dalam mendengar aktif ini, konselor sadar akan apa yang dipikirkan
dan dirasakan konseli. Teknik mengulang kembali (pharaprasing) adalah konselor
mengulang kembali apa yang dikatakan konseli dengan menggunakan kata-kata konselor
sendiri. Pharaprasing ini sangat berguna untuk membantu konseli sadar terhadap pikiran
dan perasaan yang diungkapkannya dan mengkomunikasikan bahwa konselor sadar
terhadap perasaannya. Teknik bertanya (questioning) meliputi pertanyaan terbuka dan
pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka mencoba menanyakan terkait informasi yang
dapat dijawab sebanyak mungkin oleh konseli. Pertanyaan tertutup mencoba menggali
informasi spesifik dan lebih terkonsentrasi pada informasi tertentu dari konseli.
Teknik memperjelas (claryfying) bermanfaat untuk membantu konseli sadar terhadap
pikiran dan perasaan yang ditunjukkannya melalui apa yang ia katakan.
Menyimpulkan (summarizing) adalah aktivitas untuk menyimpulkan atau
menggeneralisasikan keseluruhan dari apa yang ditunjukkan konseli secara verbal
maupun non verbal menjadi lebih sederhana dan dapat dengan mudah untuk dipahami.

REFERENSI
Jacobs, E. E., Masson, R. L., Harvill, R. L., & Schimmel, C. J. (2012). Group counseling:
Strategies and skills. California: Brooks.

Anda mungkin juga menyukai