Anda di halaman 1dari 9

Mata Kauliah Dosen Pembimbing

Konseling lintas Budaya FITRA HERLINDA,Dr.,S.Ag,M.Ag

UAS KONSELING LINTAS BUDAYA

UIN SUSKA RIAU


ZULKIFLI AGUSMA (11810314248)

FAKULTAS TARBIAH DAN KEGURUAN


JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TA 2019-2020 M
SKENARIO KOnseling KELOMPOK
Konseling kelompok Eksistensial

1.     Kelompok : konseling Kelompok


2.  Peserta : Siswa yang mengalami masalah terkucilkan karena ras
(Mengangkat kearifan budaya lokal dan posisi sebagai
Konselor)
3.     Pertemuan ke :-
4.     Hari / tanggal :-
5.     Tempat :-
6.     Pukul :-
7.     Tahap-tahap :-

KONSELING KELOMPOK

Konseling Eksistensial Dengan Mengunakan Teknik Derefleksi


A. Tahapan-tahapan Konseling Eksistensial dengan mengunakan teknik
Derefleksi
Tahap-tahap : perkenalan, pengungkapan dan penjajakan masalah,
pembahasan bersama, evaluasi dan penyimpulan, serta pengubahan sikap
dan perilaku. Setelah masa konseling berakhir masih dilanjutkan
pemantauan atas upaya perubahan perilaku dan klien dapat melakukan
konseling lanjutan jika diperlukan. Konseling Deferleksi berorientasi pada
masa depan (future oriented) dan berorientasi pada kebermakna hidup
(meaning oriented).
Ada empat tahap utama didalam proses konseling eksistensial
diantaranya adalah:
1. Tahap perkenalan dan pembinaan rapport.
Pada tahap ini diawali dengan menciptakan suasana nyaman untuk
konsultasi dengan pembina rapport yang makin lama makin membuka
peluang untuk sebuah keterbukaan. Inti sebuah encounter adalah
penghargaan kepada sesama manusia, ketulusan hati, dan pelayanan.
Percakapan dalam tahap ini tak jarang memberikan efek terapi bagi konseli.
2. Tahap pengungkapan dan penjajagan masalah.
Pada tahap ini konselor mulai membuka dialog mengenai masalah yang
dihadapi konseli. Berbeda dengan konseling lain yang cenderung
membiarkan konseli “sepuasnya” mengungkapkan masalahnya, dalam
konseling ini konseli sejak awal diarahkan untuk menghadapi masalah itu
sebagai kenyataan. Dan untuk membantu konseli menangani perasaan tidak
bermakna.
3. Pada tahap pembahasan bersama,
konselor dan konseli bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi
atas masalah yang dihadapi. Tujuannya untuk menemukan arti
kebermaknaan hidup.
4. Tahap evaluasi dan penyimpulan
mencoba memberi interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan
untuk tahap selanjutnya, yaitu perubahan sikap dan perilaku konseli. Pada
tahap-tahap ini tercakup modifikasi sikap, orientasi terhadap makna hidup,
penemuan dan pemenuhan makna, dan pengurangan symptom.

SIMULASI KONSELING KELOMPOK


Konseling Eksistensial Dengan Mengunakan Teknik Derefleksi

SINOPSIS
Dewi siswi adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara, Dewi adalah anak yang
cantik, namun dalam bersosialisasi Dewi mengalami kesulitan dalam bergaul
dengan teman-temannya, sehingga Dewi merasa terkucilkan. Karena selama ini
Dewi jarang bergaul dan berinteraksi dengan teman-temannya dan cenderung
menyendiri di dalam kelas. Di sekolah, Dewi sering bolos, nilai ulangan yang
jelek, dan gurunya sering memergoki dirinya tidur dan makan ditengah pelajaran
sedang berlangsung. Karena perilaku Dewi yang seperti itu, wali kelas mengadu
kepada konselor sekolah. Sehingga, konselor mengambil tindakan
memanggilnya dalam konseling kelompok

SIMULASI

A.       Tahap Awal

Konselor : “Sebelumnya bapak ucapkan terima kasih kepada kalian semua yang bersedia
meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan kali ini.”
Siswa-siswa : “Iya pak, (secara serempak)”
Konselor : “Bagaimana kabar kalian?”
Siswa – siswa: “Alhamdulillah sehat pak”
Konselor : “ Alhamdulillah kalau begitu,bapak senang dengan keikutsertaan kalian semua
dalam kegiatan kali ini. Baiklah agar kegiatan yang akan kita lakukan dapat
berjalan dengan lancar dan bermanfaat bagi kita semua maka alangkah baiknya
jika kita berdoa terlebih dahulu. Baiklah marilah kita berdoa menurut
kepercayaan masing-masing, berdoa mulai !”
Siswa-siswa : “(Dalam keheningan semua siswa berdoa dengan dipimpin oleh konselor)”
Konselor : “Berdoa selesai”
(Konselor dan semua siswa selesai berdoa)
Konselor : “Baiklah, tujuan bapak mengumpulkan kalian disini adalah untuk
melakukan konseling kelompok.”
Brilian : “konseling kelompok? apa itu pak?”
Konselor : “Jadi konseling kelompok disini diartikan sebagai salah satu layanan
bimbingan dan konseling yang diberikan kepada sejumlah orang atau siswa
untuk mengatasi masalahnya dalam suasana berkelompok, setiap anggota
mengeksplorasi masalah mereka masing-masing dan berusaha
menyelesaikannya secara bersama-sama. Nah dalam konseling kelompok yang
akan kita lakukan, kita akan membahas salah satu masalah siswa yang tentunya
paling berat diantara yang lainya .”
Siswa-siswa : “Oh begitu ya pak,
Konselor : “ perlu anak-anak tahu bahwasannya yang tahu masalah yang akan kita bahas
nanti adalah hanya kalian yang ada disini, orang lain selain kita tidak perlu tahu
apa yang kita bicarakan hari ini. Jadi kalian tidak usah takut untuk mengeluarkan
yang ada di hati kalian, karena disini kerahasiaan kita terjamin.”
Siswa - siswa : “Ow…begitu ya pak”
Konselor : “ Iya seperti itu, saat teman kalian mengungkapkan perasaannya, kalian nanti
silahkan untuk menanggapi apa yang disampaikan oleh teman kalian dengan
aktif. Bagaimana? Apa kalian sampai disini sudah paham?”
Siswa-siswa : “ sudah pak..”
2. Tahap Peralihan ± 10 menit
Setelah siswa jelas dengan cara pelaksanaan konseling kelompok, konselor
melakukan ice breaking yakni meminta siswa untuk saling kenal, saling akrab.
Hal ini dilakukan untuk membuat Susana semakin akrab, menyenangkan dan
lain-lain dengan menggunakan permainan
Konselor : “Nah, berhubung kalian tidak satu kelas jadi kalian mungkin ada saling
mengenal satu sama lain kan? Dan ada juga yang belum.”
Siswa-siswa : iya pak...
Konselor : ”Anak-anak, berdasarkan informasi dari guru dan wali kelas kalian, bahwa
kalian mengalami perasaan terkucilkan,.Kira-kira disini siapa yang mengalami
masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu coba ceritakan massing-masing
masalah kalian?
Siswa-siswa : “iya pak

II. Fase Inti (Kegiatan) ± 25 menit


(Pada tahap ini siswa mulai mencaeritakan masing-masing masalah mereka. secara
bergantian akhirnya dipilih massalah Dewi untuk diselesaikan terlebih dahulu).
Siswa-siswa : “kita selesaikan masalah Dewi dulu pak”
Konselor : “ sekarang ceritakanlah masalahmu Dewi”
Dewi : “iya pak”
Konselor : “Saya mengerti apa yang kamu rasakan. Mungkin bukan hanya kamu saja yang
merasa terkucilkan tetapi.” (konselor sambil menatap wajah Dewi)
Dewi : “Iya pak…tapi saat saya berada dukelas itu rasanya saya kurang nyaman
seakan itu teman – teman menjauhi saya pak. Bukankah seperti itu saya
dikucilkan bu sama teman – teman saya di kelas?”
Fakiha : “Mengapa kamu mesti bolos sekolah, jika itu karena kamu merasa terkucilkan?
Mengapa kamu tidak tunjukkan kepada teman –temanmu bahwa kamu itu bisa
seperti mereka?”
Brillian : “Iya Dewi…”
Dewi : “saya pikir tidak ada yang mau mengerti saya. Kalian sibuk dengan diri kalian
sendiri dan saya tidak mau membebani kalian dengan masalah ku. saya memang
bolos, saya tidak punya semangat untuk belejar karena saya merasa tidak
diterima oleh teman – teman saya sekelas.”
Konselor : “Baiklah, jadi yang menyebabkan Dewi sering bolos itu karena tidak ada
semangat untuk belajar karena merasa terkucilkan di kelas, seperti itu? Benar
begitu? Bukankah Dewi juga mempunyai prestasi yang bagus jika
dikembangkan, kalau Dewi sering membolos seperti ini prestasi Dewi jadi
menurun.”
Ema : “Dewi maaf sebelumnya, saya setuju apa yang diungkapkan oleh Bu Feni
barusan, kamu ini mempunyai kemampuan dan bakat yang bagus tapi karena
kamu sering bolos seperti ini kamu jadi tidak mengembangkan kemampuan yang
ada di dirimu.”
Fakiha : “iya Dewi, mungkin juga teman – teman kamu itu menjauhi atau mengucilkan
kamu itu karena kamu sering bolos, tidak mengerjakan tugas, dan sering tidur
dikelas.”
Dewi : “Iya saya mengerti bahwa selama ini saya melakukan hal yang salah sampai –
sampai saya harus membolos seperti itu, namun saya sesalkan kenapa teman –
teman berbuat seperti itu kepada saya”
Konselor : “Iya Ibu mengerti penyesalan yang Dewi rasakan. Apakah Dewi ada rencana
untuk menyelesaikan masalah ini seperti apa?.”
: “Em... saya juga bingung apa yang harus saya lakukan, pak.”
Konselor : “Apakah Dewi sudah pernah mengungkapkan perasaan Dewi kepada teman-
teman yang lain bahwa dewi itu merasa dikucilkan di kelas?”
Dewi : “Belum pak
Konselor : “Lalu bagaimana dengan yang lain, apakah pernah mengungkapkan
perasaannya kepada teman – teman yang mengucilkan?”
Fakiha : “Saya belum pak…saya takut setelah saya mengungkapkan nanti saya semakin
dikucilkan oleh teman – teman.”
Ema : “Begitu juga dengan saya pak…sebenarnya saya ingin mengungkapkan apa
yang ada dihati saya tapi saya takut akan menyinggung perasaan mereka dan
dampaknya akan semakin terkucilkan pak.”
Brilian : “Kalau saya juga belum pernah malahan tidak ada pemikiran untuk
melakukannya pak.”
Konselor : “Baiklah…jadi kalian belum mengungkapkannya ya? Begini bukankah jika
kita memendam perasaan kita yang sebenanrnya teman – teman tidak tahu
bagaimana perasaan kita sebenarnya tapi jika kita memberi tahu bahwa kita
merasa dikucilkan oleh mereka, mereka akan tahu bahwa kita merasa seperti itu.
Dan mungkin saja nanti juga kita mengetahui alasan – alasan mereka melakukan
hal seperti itu.”
Dewi : “Iya juga sih pak… tapi saya takut”
Konselor : “Lalu bagaimana yang lain?’
Fakiha : “Mungkin saya akan mencobanya pak. Biar saya tahu alasan mereka
melakukan hal itu kenapa”
Konselor : “Baiklah Fakiha….Lalu bagaimana dengan Ema?”

Ema : “Saya mungkin juga akan melakukannya pak, biar jelas duduk perkaranya
kenapa saya dikucilkan”
Konselor : “Brilian?”
Brilian : “Setelah saya pikir – pikir, sepertinya saya juga perlu melakukannya pak”
Konselor : “Nah sepertinya kalian sudah menyadari, jika kita mengungkapkan perasaan
kita, kita akan tahu mengapa mereka mengucilkan kita atau bahkan kita juga
mengetahui kita memang dikucilkan atau hanya perasaan kita saja. Dan yakinlah
bahwa kita itu bukanlah orang yang tidak berarti, tapi kita ini juga berarti bagi
mereka semua.”
Siswa – siswa : “Iya pak,,,”
Konselor : Akhirnya semua sudah menyadari bahwa kita semua itu bermakna, mudah-
mudahan dengan pertemuan ini kita bisa menemukan makna hidup ini.

III. Fase Penutup ± 5 menit


(Setelah semua siswa sadar, Masing-masing siswa menyampaikan pendapat dan
ada yang menanggapi pendapat dari siswa lain. Setelah semua kegiatan dalam
konseling kelompok selesai dilaksanakan, konselor memberi tahu pada siswa
bahwa konseling kelompok akan segera berakhir, selanjutnya konselor
menyampaikan ucapan terima kasih atas partisipasi siswa-siswa telah mengikuti
konseling kelompok ini sampai selesai. Pengakhiran kegiatan ditutup dengan
doa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Selanjutnya konselor
mengucapkan salam dan semua siswa kembali ke kelas masing-masing untuk
mengikuti pelajaran selanjutnya ).

Konselor : ”Dari kegiatan konseling kelompok yang sudah kita lakukan, Ibu mau bertanya
apa yang kalian dapatkan dari kegiatan konseling tadi? Coba menurut kamu
Brilian?
Brilian : ”Setelah saya mengikuti konseling kelompok ini, saya menjadi lebih tegar dan
menyadari bahwa mungkin teman – teman saya sebenarnya juga perhatian
kepada saya namun dengan cara yang berbeda.”
Konselor : ”Bagaimana kalau kamu Ema?”
Ema : ”Kalau saya bisa lebih jelas akan melakukan apa setelah ini untuk
menyelesaikan permasalahan yang sedang saya alami saat ini pak. Dan saya juga
mempunyai keberanian untuk menghadapinya”
Konselor : ”Bagaimana kamu Fakiha?”
Fakiha : ”Sama seperti yang dikatakan teman-teman Bu, saya juga ingin cepat
menyelesaikan masalah saya, dan setelah saya mengikuti kegiatan ini saya
mengetahui bagaimana sebaiknya saya menghadapi ini semua.”
Konselor : ”Bagaimana menurut kamu Dewi?”
Dewi : ”Sama pak seperti Brilian, Ema, dan Fakiha, saya jadi lebih tahu bagaimana
menanggapi masalah yang sedang saya alami.”
Konselor : ”Tampaknya kalian sudah bisa menyadari tentang masalah kalian dan
mengambil keputusan untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang kalian
alami, Mudah mudahan kegiatan kita ini dapat bermanfaat bagi kita semua”.
Siswa-siswa : ”Terima kasih pak”
Konselor : “Terima kasih bapak ucapkan pada kalian yang sudah bersedia mengikuti
konseling kelompok ini sampai selesai. Lain waktu kita bisa melakukan
konseling kelompok lagi tentunya atas kesediaan kalian semua. Alangkah lebih
baiknya jika kita menutup kegiatan ini dengan doa agar apa yang sudah kita
lakukan dalam kegiatan ini dapat bermanfaat. Dan jika ada keluh kesah yang
ingin kalian sampaikan suatu hari nanti, bisa menemui bapak kapan saja.
Baiklah anak-anak mari kita berdoa, berdoa mulai!”
(Semua siswa dan konselor berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing)
Konselor : “Berdoa selesai, akhirnya bapak akhiri kegiatan ini.”
“ Wassalamualaikum Wr. Wb.”
Siswa-siswa : “Wa’alaikumsalam wr. wb (serempak kemudian semua konseli meninggalkan
ruang bimbingan dan konseling sambil berpamitan pada konselor)

EVALUASI

Memantau perkembangan siswa dalam ranah tingkah lakunya

Anda mungkin juga menyukai