Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Macam-Macam Konsep Kurikulum


Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah
PERKEMBANGAN KURIKULUM

Disusun Oleh:
KELOMPOK 3:

Dimas Putra Priyanto 2522239


Dikri Maihesa Putra 2522256
Raseb Henra 2522268

Dosen Pembimbing:
Pipit Firmanti, M.Pd

JURUSAN S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN


KOMPUTER
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN
UIN SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
TAHUN AKADEMIK 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Perkembangan Kurikulum”

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad


SAW, beserta keluarga dan para sahabat-Nya yang telah membimbing kita menuju
jalan kebenaran. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berusaha membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini.
Semoga semua bantuan tersebut dapat dibalas oleh Allah SWT. Amin.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memperluas wawasan


bagi penulis khususnya, dan segenap pembaca umumnya. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai
pihak sangat kami harapkan untuk menuju kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, 20 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

A. Kurikulum Akademik.........................................................................................3
B. Kurikulum Humanik...........................................................................................5
C. Kurikulum Rekonstruksi Sosial..........................................................................7
D. Kurikulum Teknologi.......................................................................................10
BAB III PENUTUP...................................................................................................11

A. Kesimpulan.......................................................................................................11
B. Saran.................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua sisi dari satu mata uang.Artinya,
dalam proses pendidikan dua hal itu tidak dapat dipisahkan. Kurikulum tidakakan
berarti tanpa diimplementasikan dalam proses pembelajaran, sebaliknya pembelajaran
tidak akan efektif tanpa didasarkan pada kurikulum sebagai pedoman. Dalam sejarah
pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan
kurikulum yang bertujuannya untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan
kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang maksimal.
Dari beberapa sumber dapat kita temukan bahwa kurikulum dapat dimaknai
dalam tiga konteks, yaitu kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran, kurikulum
sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai perencanaan program belajar.
Menurut undang-undang pendidikan kita yang dijadikan sebagai acuan dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan, yaitu Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengartikan kurikulum sebagai seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu (UU No. 20 Tahun 2003, Bab 1 Pasal 1 Ayat19).
Selanjutnya di Makalah ini akan membahas secara gamblang berbagai konsep
kurikulum, yakni kurikulum akademik, kurikulum humanistik, kurikulum
rekonstruksi sosial dan kurikulum teknologi agar kiranya dapat dipahami macam-
macam konsep kurikulum dan menambah wawasan dari pembaca sekalian

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum Akademik?
2. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum Humanistic?
3. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum Rekonstruksi Sosial?
4. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum Teknologi?

1
C. Tujuan
1. Agar dapat memahami pengertian Kurikulum Akademik.
2. Agar dapat memahami pengertian Kurikulum Humanistik.
3. Agar dapat memahami pengertian Kurikulum Rekonstruksi Sosial.
4. Agar dapat memahami pengertian Kurikulum Teknologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kurikulum Akademik
Kurikulum akademik adalah kurikulum yang dikembangkan berdasarkan pada
mata pelajaran dan bertujuan untuk memberikan pengetahuan yangsebanyak-
banyaknya kepada peserta didik. Model kurikulum ini menonjolkan isiatau materi
pengajaran dalam pendidikan. Materi yang menjadi isi kurikulum ini umumnya
adalah materi-materi yang berkembang di masa lalu atau merupakan warisan budaya
masa lalu yang telah diakui dan dianggap harus dimiliki olehsetiap orang dengan kata
lain berorientasi pada pewarisan ilmu pengetahuan dannilai budaya masa lalu. Anak
yang berhasil dalam pendidikan adalah anak yang menguasai seluruh atau sebagian
materi pendidikan yang disiapkan oleh guruatau lembaga pendidikan.1
Tujuan dari kurikulum akademik adalah melatih siswa untuk menggunakan ide-
ide dan proses penelitian. Dengan menjadikan para siswa berpengetahuan di dalam
berbagai disiplin ilmu, para siswa diharapkan memiliki konsep-konsep dan cara-cara
yang dapat terus dikembangkan dalam masyarakat yang lebih luas.2
Menurut Longstreet (1993) konsep kurikulum ini merupakan konsep kurikulum
yang berpusat kepada pengetahuan (The knowledge Centered Design) yang dirancang
berdasarkan struktur yang disiplin ilmu. Penekannannya diarahkan untuk
pengembangan intelektual siswa. Para ahli memandang desain kurikulum ini
berfungsi sebagai pengembangan proses kognitf.
Konsep kurikulum yang berorientasi pada pengembangan intelektual siswa,
dikembangkan oleh para ahli mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu masing-
masing. Mereka menyusun materi pembelajaran apa yang harus dikuasai oleh siswa
baik menyangkut data dan fakta, konsep maupun teori yang ada dalam setiap disiplin
ilmu mereka masing-masing. Materi pembelajaran tentu saja disusun sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa. Selain menentukan materi kurikulum, juga para
1
Lola Fadilah and others, ‘PENDEKATAN SUBJEK AKADEMIS DAN HUMANISTIK DALAM
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Academic and Humanistic Subject
Approach in the Development of Islamic Religious Education Curriculum’, 8.02 (2021), 344–55.
2
Machfudzil Asror, ‘Pendidikan Interaksional Dan Relevansinya Dalam Pendidikan Islam’,
Darajat : Jurnal PAI, 2.1 (2019), 1–10.

3
pengembang kurikulum menyusun bagaimana melakukan pengkajian materi
pembelajaran melalui proses penelitian ilmiah sesuai dengan corak atau masalah yang
terkandung dalam disiplin ilmu. Jadi, dengan demikian,dalam konsep ini, bukan
hanya diharapkan siswa semata-mata dapat menguasai materi pelajaran sesuai dengan
disiplin ilmu tetapi juga melatih proses berfikir melalui proses penelitian ilmiah yang
sistematis.
Terdapat tiga bentuk organisasi kurikulum yang berorientasi padadisiplin ilmu,
yaitu:3
1. Subject Centered Curriculum
Pada subject ini, bahan atau isi kurikulum disusun dalam bentuk mata
pelajaran yang terpisah-pisah, misalnya: mata pelajaran sejarah, ilmu
bumi,kimia, fisika, berhitung dan lain sebagainya. Mata pelajaran itu tidak
berhubungan satu sama lain.
2. Correlated Curriculum
Pada organisasi kurikulum ini, mata pelajaran tidak disajikan secara
terpisah, akan tetapi mata pelajaran yang memiliki kedekatan atau mata
pelajaran sejenis dikelompokkan sehingga menjadi suatu bidang studi
(broadfield) seperti misalnya, mata pelajaran geography, sejarah, ekonomi
dikelompokkan dalam bidang studi IPS. Demikian juga dengan mata
pelajaran biologi, kimia, fisika dikelompokkan menjadi bidang studi IPA.
3. Integrated Curriculum
Pada organisasi kurikulum yang menggunakan model integrated,
tidaklagi menampakan nama-nama mata pelajaran atau bidang studi. Belajar
berangkat dari suatu pokok masalah yang harus dipecahkan. Masalah
tersebut kemudian dinamakan unit. Belajar berdasarkan unit bukan hanya
menghapal sejumlah fakta, akan tetapi juga mencari dan menganalisis fakta
sebagai bahan untuk memecahkan masalah.

3
Muchamad Agus Munir, ‘Desain Kurikulum Pendidikan Islam Di SMA (Membumikan Wacana
Kurikulum Berbasis Tauhid Sosial)’, EL-HIKMAH: Jurnal Kajian Dan Penelitian Pendidikan Islam, 12.1
(2018), 1–21 <https://doi.org/10.20414/elhikmah.v12i1.235>.

4
B. Kurikulum Humanik
Kurikulum humanistik sangat menekankan pada pengembangan potensi-
potensi yang ada pada masing-masing individu anak secara keseluruhan. Sesuai
dengan namanya humanistik itu berarti sesuatu yang lebih bersifat kemanusiaan.Oleh
karena itu konsep ini dimaksudkan untuk mendidik anak sesuai dengan hakekat
kemanusiaannya.4
Karakteristik kurikulum humanistik adalah sebagai berikut:5
a. Fungsi menurut kurikulum ini adalah menyediakan pengalaman-
pengalaman yang ada bagi setiap anak didik untuk membantu
memperlancar dan mengoptimalkan perkembangan pribadi anak didik.
b. Tujuan pendidikan menurut konsep ini adalah mengoptimalkan
pertumbuhan potensi dan tercapainya keseimbangan perkembangan seluruh
aspek kepribadian baik aspek kognitif, estetika, moral bahkan spiritual.
c. Materi kurikulum harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh.
d. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam bentuk pemberian pengalaman-
pengalaman yang menyenangkan dan menuntut hubungan emosional yang
baik antara guru dan siswa. Guru tidak boleh memaksakan sesuatu yang
tidak disenangi siswa.
e. Evaluasi kurikulum ini lebih mengutamakan proses daripada hasil. Sasaran
kurikulum ini ialah perkembangan siswa supaya menjadi manusia yang
lebih terbuka dan mandiri.
Hal ini dapat dilakukan bila dalam pendidikan dikembangkan kemampuan dan
potensi anak, khususnya imajinasinya yang kreatif. Untuk itu perlu diberikan
kebebasan, kemandirian, hak untuk menemukan diri serta pengembangan
kemampuan fisik dan emosionalnya, jadi perkembangan anak itu sebagai
keseluruhan. Kurikulumnya sering berdasarkan konsepsi “child-centered” yang
mengutamakan ekspresi diri secara kreatif, individualistis, aktivitas pertumbuhan

4
Desak Ketut Angraeni, ‘Kurikulum Humanistik Dalam Mencari Jati Diri Anak Didik’, Satya
Sastraharing, 03.01 (2019), 39–50 <https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing>.
5
Dwi Setiyadi, ‘Kurikulum-Humanistik-Dan-Pendidikan-’, 26–39.

5
“dari dalam”, bebas dari paksaan dari luar. Kurikulum ini memelihara keutuhan anak
sebagai “keseluruhan”. Khususnya mengenai kreativitas dan spontanitasnya. 6
Kurikulum ini berpusat pada siswa “student centered” dan mengutamakan
perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses
belajar. Para pendidik humanistik yakin bahwa kesejahteraan mental dan emosional
siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum agar belajar itu memberi hasil
maksimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri siswa berkorelasi tinggi
dengan prestasi akademik. Siswa dengan konsep diri rendah lebih banyak mengalami
kesulitan belajar daripada siswa dengan konsep diri positif.
Di SMA dibicarakan topik-topik seperti mengembangkan system nilai,
memelihara persahabatan, memupuk hubungan sehat antara anak pria danwanita,
mempersiapkan diri untuk jabatan, dan sebagainya.
Diperguruan tinggi topik-topik yang dapat dibicarakan antara lain mengenai
cara belajar yang mandiri, mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupan secara
lurus, membentuk integritas pribadi, dan sebagainya.
Pendekatan humanistic dalam kurikulum didasarkan atas asumsi-asumsi
berikut:7
1. Siswa akan lebih giat belajar dan bekerja bila harga-dirinya dikembangkan
sepenuhnya.
2. Siswa yang turut-sertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan
pelajaranakan bertanggung jawab atas keberhasilannya.
3. Hasil belajar akan meningkat dalam suasana belajar yang diliputi olehrasa
saling mempercayai, saling membantu, saling mempedulikan, dan bebas
dari ketegangan yang berlebih.

6
Uswatun Hasanah, ‘Pengembangan Kemampuan Fisik Motorik Melalui Permainan Tradisional
Bagi Anak Usia Dini’, Jurnal Pendidikan Anak, 5.1 (2016), 717–33
<https://doi.org/10.21831/jpa.v5i1.12368>.
7
Musa’adatul Fithriyah, ‘Pendekatan-Pendekatan Dalam Mengembangkan Kurikulum
Pendidikan Dasar’, At-Thullab : Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 1.2 (2020), 200
<https://doi.org/10.30736/atl.v1i2.87>.

6
4. Guru yang berperan sebagai fasilitator belajar memberi tanggung
jawabkepada siswa atas kegiatannya belajar dan memupuk sikap positif
terhadap “apa sebab” dan “ bagaimana” mereka belajar.
5. Kepedulian siswa akan pelajaran memegang peranan penting dalam
penguasaan bahan pelajaran itu.
6. Evaluasi diri bagian penting dalam proses belajar yang memupuk rasa harga
diri.
Kurikulum humanistik didasarkan atas apa yang kadang-kadang disebut
“psikologi humanistik” yang erat hubungannya dengan psikologi lapangan (field
psychology) dan teori kepribadian. Pendekatan humanistik tampak terutama dalam
proses interaksi dalam kelas, dalam suasana belajar, dengan cara menyajikan
pelajaran.

C. Kurikulum Rekonstruksi Sosial


Kurikulum ini lebih menekankan pada pembekalan anak didik untuk dapat
menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupannya di masyarakat, sesuai dengan
namanya rekonstruksi sosial berarti membangun kembali kehidupan masyarakat
menjadi lebih baik.8
Karakteristik kurikulum rekonstruksi sosial adalah sebagai berikut:
a. Tujuan utama dari pendidikan adalah menghadapkan para siswa pada
berbagai persoalan, tantangan, ancaman, hambatan, gangguan yang
dihadapi manusia dalam kehidupan sosialnya pada berbagai bidangnya.
b. Isi kurikulum merupakan sejumlah program pendidikan yang berisikan
sejumlah persoalan-persoalan sosial yang nyata dan urgensi untuk
dipecahkan.
c. Pola kegiatan dalam kurikulum ini lebih menekankan pada kerjasama
anatara guru dan siswa (interaksionis).

8
Syahrul Mubaroq, ‘Konsep Kurikulum Rekonstruksi Sosial Dalam Menghadapi Pembelajaran
Di Era Modern’, BELAJAR BAHASA: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia, 3.1 (2018), 93–102 <http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/BB/article/view/1112>.

7
d. Evalusi dalam kurikulum ini dilakukan secara bersama. Para siswa dapat
langsung berpartisipasi dalam mengevaluasi berbagai hal yang terkait dalam
kurikulum dan kegiatan yang dilakukan.
Pendidikan dapat mengubah manusia dalam pikiran, perasaan, dan
perbuatannya dan karena itu dapat mempunyai peranan dalam mengubah masyarakat
dan memberi corak baru kepada masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan lazim
digunakan oleh pemerintahan untuk mengubah individu dan masyarakat menurut
falsafah dan cita-cita baru. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan
menunjukkan kepercayaan orang akan pengaruhdan kemampuan bahkan kekuasaan
pendidikan.9
John Dewey, memandang pendidikan sebagai alat rekonstruksi sosialyang
paling efektif. Dengan membentuk individu dapat dibentuk masyarakat.Pendidikan
merupakan badan yang konstruktif untuk memperbaiki masyarakat dan membina
masa depan yang lebih baik.
George Counts, memberikan peranan yang lebih besar lagi kepada pendidikan.
Ia berpendapat bahwa pendidikan sanggup mengatur dan mengendalikan perubahan
sosial. Ia melihat kemungkinan menggunakan pendidikan sebagai alat “social
engineering” dan peranan pendidik sebagai“states man”, ahli negara.
Othanel Smith, juga mempunyai harapan yang tinggi tentang “socialmission”
atau missi sosial sekolah. Dengan teknik “social engineering” pendidikan dapat
mengontrol perkembangan sosial, sebelum perkembangan bilatidak dikendalikan
memperbudak atau menghancurkan manusia. Pendidikan dapat mengarahkan
transformasi atau perubahan masyarakat.
Kurikulum ini memfokuskan pada masalah-masalah penting yang dihadapi
dalam masyarakat, seperti polusi, ledakan penduduk, rasialisme, interdependensi
global, kemiskinan, malapetaka akibat kemajuan teknologi, perang dan damai,
keadilan sosial, hak asasi manusia, dan lain lain.

9
Ryan Indy, ‘Peran Pendidikan Dalam Proses Perubahan Sosial Di Desa Tumaluntung
Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara’, HOLISTIK, Journal Of Social and Culture, 12.4
(2019), 1–18 <https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/holistik/article/view/25466>.

8
Dalam gerakan rekonstrusionalisme ini terdapat dua kelompok utama yang
sangat berbeda pandangannya tentang kurikulum, yakni rekonstruksionisme
konservatif dan rekonstruksionalisme radikal.
a. Rekonstruksionalisme Konservatif
Aliran ini menginginkan agar pendidikan ditunjukan kepada peningkatan
mutu individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian masalah-
masalah yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat. 10
Masalah masalah dapat bersifat lokal dan dapat dibicarakan di SD ada
pula yang bersifat daerah, nasional, regional, dan internasional bagi pelajar
SD dan Perguruan Tinggi. Dalam PBM-nya metode problem-solving
memegang peranan utama dengan menggunakan bahan dari berbagai disiplin
ilmu.
Peranan guru adalah sebagai orang yang menganjurkan perubahan
(agentof change) mendorong siswa menjadi partisipan aktif dalam proses
perbaikan masyarakat. Pendekatan kurikulum ini konsisten dengan falsafah
pragmatisme.
b. Rekostruksionisme Radikal
Pendekatan ini berpendapat bahwa banyak negara mengadakan
pembangunan dengan merugikan rakyat kecil yang miskin yang merupakan
mayoritas masyarakat. Elite yang berkuasa (sering golongan industri, militer,
dan politik) mengadakan tekanan terhadap masa yang tak berdaya melalui
sistem pendidikan yang diatur demi tujuan itu. Golongan radikal ini
menganjurkan agar pendidikan formal maupun non formal mengabdikan diri
demi tercapainya ordesosial baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan
kekayaan yang lebih adil dan merata.

10
Syaifuddin Sabda, ‘Pengem-Bangan Kurikulum’, Cetakan Ke-1. Bandung: PT Refika Aditama,
2016, 247 <http://repository.uinbanten.ac.id/2000/>.

9
D. Kurikulum Teknologi
Kurikulum ini lebih menonjolkan aspek pemanfaatan teknologi dalam
pembelajarannya. Penggunaan teknologi yang dimaksud ialah berupa perangkat keras
(hardware) maupun perangkat lunak (software).
Teknologi dalam perspektif kurikulum difokuskan kepada efektivitas program,
metode, dan bahan-bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan. Prespektif teknologi
telah banyak dimanfaatkan pada berbagai konteks, misalnya pada program pelatihan
dilapangan industri dan militer. Design sistem instruksional menekankan kepada
pencapaian tujuan yang mudah diukur,aktivitas dan tes, serta pengembangan bahan-
bahan ajar. Teknologi mempengaruhi kurikulum dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi
penerapan hasil-hasil teknologi dan penerapan teknologi sebagai suatu sistematau
teori.11
Sisi pertama yang berhubungan dengan penerapan teknologi adalah
perencanaan yang sistematis dengan menggunakan media atau alat dalam kegiatan
pembelajaran. Penggunaan dan pemanfaatan alat tersebut semata mata untuk
meningkatkan efektivitas dan efesiensi pembelajaran. Dengan penerapan hasil hasil
sebagai alat, di asumsikan pembelajaran akan lebih berhasil secara efektif dan
efesien. Contoh penerapan hasil-hasil teknologi itu diantaranya adalah pembelajaran
dengan bantuan komputer (komputer-assisted intruction), pengajaran melalui radio,
film, video, dan lain sebagainya.12
Teknologi sebagai suatu sistem, menekankan kepada penyusunan program
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem yang ditandai dengan
perumusan tujuan khusus sebagai tujuan tingkah laku yang harus dicapai.Selanjutnya
keberhasilan pembelajaran itu diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai atau
mencapai tujuan khusus tersebut.

11
Sevi Lestari, ‘Jurnal Pendidikan Dan Konseling ‫ م ل ع ي م ل ا م ن سن لۡ ِ ل ق ل ٱِ ب م ل ع يِ لَّ ٱِ ٱ‬٥
‫ م‬٤ ‫’م ل ع‬, Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4 (2022), 1349–58.
12
I Wayan Dirgantara, P Wayan Arta Suyasa, and I Nengah Eka Mertayasa, ‘Pengembangan
Media Pembelajaran Bangun Ruang Sisi Datar Berbasis Articulat Storyline 3 Pada Mata Pelajaran
Matematika Kelas VIII Di SMP Lab Undiksha’, 12.1 (2023), 67–77.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jenis kurikulum yang di bahas di makalah ini ada 4 macam, diantaranya
kurikulum akademik, kurikulum humanistik, kurikulum rekonstruksi sosial dan
kurikulum teknologi.
Kurikulum akademik adalah kurikulum yang dikembangkan berdasarkan pada
mata pelajaran dan bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang sebanyak-
banyaknya kepada peserta didik. Kurikulum humanistik sangat menekankan pada
pengembangan potensi-potensi yang ada pada masing-masing individu anak secara
keseluruhan, sesuai dengan namanya humanistik itu berarti sesuatu yang lebih
bersifat kemanusiaan. Kurikulum rekonstruksi sosial lebih menekankan pada
pembekalan anak didik untuk dapat menghadapi berbagai persoalan dalam
kehidupannya di masyarakat, sedangkan kurikulum teknologi lebih menonjolkan
aspek pemanfaatan teknologi dalam pembelajarannya

B. Saran
Semoga makalah ini dapat menambah sedikit ilmu tentang Perkembangan
Kurikulum dan semoga dengan makalah ini pembaca dapat mengambil manfaat
dalam penyusunan makalah ini, penulis sudah berusaha memaparkan dan
menjelaskan materi semaksimal mungkin, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya
kekeliruan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi materi maupun dari segi hal
lainnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca untuk
penyempurnaan makalah ini dan harapan bagi penyusun semoga makalah ini dapat
memberi manfaat dalam proses evaluasi Pendidikan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, Rusydi, Dr. Rusydi Ananda, M.Pd, 2019
Angraeni, Desak Ketut, ‘Kurikulum Humanistik Dalam Mencari Jati Diri Anak
Didik’, Satya Sastraharing, 03.01 (2019), 39–50
<https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing>
Asror, Machfudzil, ‘Pendidikan Interaksional Dan Relevansinya Dalam Pendidikan
Islam’, Darajat : Jurnal PAI, 2.1 (2019), 1–10
Dirgantara, I Wayan, P Wayan Arta Suyasa, and I Nengah Eka Mertayasa,
‘Pengembangan Media Pembelajaran Bangun Ruang Sisi Datar Berbasis
Articulat Storyline 3 Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Di SMP Lab
Undiksha’, 12.1 (2023), 67–77
Fadilah, Lola, Tasman Hamami, Jurusan Pendidikan, Agama Islam, Fakultas
Tarbiyah, Dan Keguruan, and others, ‘PENDEKATAN SUBJEK AKADEMIS
DAN HUMANISTIK DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Academic and Humanistic Subject Approach
in the Development of Islamic Religious Education Curriculum’, 8.02 (2021),
344–55
Fithriyah, Musa’adatul, ‘Pendekatan-Pendekatan Dalam Mengembangkan Kurikulum
Pendidikan Dasar’, At-Thullab : Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
1.2 (2020), 200 <https://doi.org/10.30736/atl.v1i2.87>
Hasanah, Uswatun, ‘Pengembangan Kemampuan Fisik Motorik Melalui Permainan
Tradisional Bagi Anak Usia Dini’, Jurnal Pendidikan Anak, 5.1 (2016), 717–33
<https://doi.org/10.21831/jpa.v5i1.12368>
Indy, Ryan, ‘Peran Pendidikan Dalam Proses Perubahan Sosial Di Desa Tumaluntung
Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara’, HOLISTIK, Journal Of Social
and Culture, 12.4 (2019), 1–18
<https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/holistik/article/view/25466>
Lestari, Sevi, ‘Jurnal Pendidikan Dan Konseling ‫ م ل ع ي م ل ا م ن سن لۡ ِ ل ق ل ٱِ ب م ل‬٥
‫ م‬٤ ‫’ع يِ لَّ ٱِ ٱ م ل ع‬, Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4 (2022), 1349–58
Mubaroq, Syahrul, ‘Konsep Kurikulum Rekonstruksi Sosial Dalam Menghadapi
Pembelajaran Di Era Modern’, BELAJAR BAHASA: Jurnal Ilmiah Program
Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 3.1 (2018), 93–102
<http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/BB/article/view/1112>
Munir, Muchamad Agus, ‘Desain Kurikulum Pendidikan Islam Di SMA
(Membumikan Wacana Kurikulum Berbasis Tauhid Sosial)’, EL-HIKMAH:
Jurnal Kajian Dan Penelitian Pendidikan Islam, 12.1 (2018), 1–21
<https://doi.org/10.20414/elhikmah.v12i1.235>
Sabda, Syaifuddin, ‘Pengem-Bangan Kurikulum’, Cetakan Ke-1. Bandung: PT Refika
Aditama, 2016, 247 <http://repository.uinbanten.ac.id/2000/>
Setiyadi, Dwi, ‘Kurikulum-Humanistik-Dan-Pendidikan-’, 26–39

12

Anda mungkin juga menyukai