28 Oktober 2017
Abstrak
75
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 15 No.28 Oktober 2017
yang merupakan salah satu pelayanan dasar keputusannya sendiri dalam mengatasi
yang akan mengalami perubahan secara permasalahan-permasalahan yang dihadapi
mendasar. Pemberian porsi yang lebih besar dalam bidang pendidikan. Disentralisasi
kepada daerah untuk melaksanakan pendidikan juga merupakan sebuah sistem
pembangunan yang lebih besar di bidang manajemen dalam rangka untuk mewujudkan
pendidikan membawa sejumlah implikasi, pembangunan pendidikan yang menekankan
seperti bidang administrasi, kelembagaan, pada kebhinnekaan (Halim, 2010: 15).
keuangan, perencanaan, dan sebagainya. Menurut Burnett dikutip M. Sirozi,
Pendidikan Islam yang merupakan Disentralisasi pendidikan adalah otonomi
satu-satunya lembaga pendidikan (surau, untuk menggunakan input pembelajaran sesuai
majelis ta’lim, pesantren, dan madrasah) yang dengan tuntunan sekolah dan komunitas yang
ada di Indonesia sebelum datang kaum dapat dipertanggungjawabkan kepada orang
penjajah memperkenalkan pendidikan modern tua dan komunitas (Sirozi, 2005: 83).
pada ke-19 M yang keberadaannya sudah Selain itu menurut Sufyarman,
diterima dan memiliki basis yang kuat dalam Disentralisasi pendidikan adalah sistem
kehidupan bangsa. Begitu pula pendidikan manajemen untuk mewujudkan pembangunan
Islam semestinya tidak hanya menjadi pendidikan yang menekankan pada
tanggung jawab pemerintah pusat, tetapi juga kebhinnekaan. Pelaksanaan Disentralisasi
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, pendidikan yang dilatarbelakangi bahwa setiap
karena pendidikan Islam merupakan sesuatu daerah mempunyai sejarah sendiri, kondisi dan
yang integral dalam pendidikan Nasional. potensinya sendiri yang berbeda dengan
keadaan dirinya, permasalahannya, dan
B. Pengertian Disentralisasi Pendidikan aspirasinya. Daerah berfungsi untuk menyusun
rencana, memutuskan kebijakan, mengambil
Disentralisasi adalah proses
keputusan dan menentukan langkah-langkah
pendelegasian atau pelimpahan kekuasaan atau
pelaksanaan pendidikan daerah (Sufyarman,
wewenang dari pimpinan atau atasan ke
2003: 83).
tingkat bawahan dalam organisasi.
Dengan demikian Disentralisasi
Disentralisasi pendidikan didefinisikan
pendidikan dapat diartikan sebagai pelimpahan
sebagai upaya untuk mendelegasikan sebagian
kekuasaan dan wewenang yang lebih luas
atau seluruh wewenang di bidang pendidikan
kepada daerah untuk membuat perencanaan
yang seharusnya dilakukan oleh unit atau
dan mengambil keputusan sendiri dalam
pejabat pusat kepada unit atau pejabat di
mengatasi permasalahan yang dihadapi di
bawahnya, atau dari pemerintah pusat kepada
bidang pendidikan beserta masyarakat,
pemerintah daerah, atau dari pemerintah
pengelola, dan pengguna pendidikan itu
kepada masyarakat. Salah satu wujud dari
sendiri namun harus mengacu pada tujuan
Disentralisasi ialah terlaksananya proses
pendidikan nasional sebagai bagian dari upaya
otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan
pencapaian tujuan pembangunan nasional.
(Hamzah, 2008: 35).
Berbeda dengan Hamzah, Abdul Halim
C. Konsep Dasar Disentralisasi Pendidikan
mendefinisikan Disentralisasi adalah
terjadinya pelimpahan kekuasaan dan Disentralisasi pendidikan merupakan
wewenang yang lebih luas kepada daerah salah satu model pengelolaan pendidikan yang
untuk membuat perencanaan dan mengambil menjadikan sekolah sebagai proses
76
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 15 No.28 Oktober 2017
77
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 15 No.28 Oktober 2017
78
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 15 No.28 Oktober 2017
79
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 15 No.28 Oktober 2017
80
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 15 No.28 Oktober 2017
Dibalik itu semua bahwa pelaksanaan pemerintah pusat dan daerah hanya dapat
disentralisasi pendidikan di Indonesia belum mengisi bagian kurikulum yang berupa muatan
mampu membawa peningkatan bagi lokal dalam persentase yang sangat kecil.
pengembangan pendidikan di daerah. Dengan
kata lain, keadaan pengembangan pendidikan b. Masalah Sumber Daya Manusia (SDM)
di daerah belum menunjukkan perbedaan yang
SDM merupakan pilar utama dalam
berarti, atau sama saja antara sebelum dan
mengimplementasikan disentralisasi
sesudah dilaksanakan disentralisasi
pendidikan, karena SDM yang kurang
pendidikan. Bahkan disentralisasi pendidikan
profesional akan menghambat pelaksanaan
dalam hal tertentu malah menimbulkan
disentralisasi pendidikan. Penataan SDM yang
kesulitan baru dibandingkan dengan keadaan
tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan
sebelumnya. Karena untuk melaksanakan
dan keahliannya menyebabkan pelaksanaan
Disentralisasi pendidikan secara nasional di
pendidikan tidak profesional. Misalnya ada
seluruh wilayah Indonesia tampaknya
beberapa tenaga kependidikan bahkan Kepala
mengalami banyak masalah, masalah-masalah
Dinas Pendidikan diangkat dari mantan Camat,
sebagaimana disebutkan oleh Hasbullah antara
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran, dan lain-
lain:
lain. Meskipun para mantan pejabat itu pernah
mengurus orang banyak, tetapi berbeda
a. Masalah Kurikulum
karakteristik dengan peserta didik dan orang-
Kondisi masyarakat Indonesia adalah orang yang berkecimpung dalam dunia
heterogen dan masing-masing daerah pendidikan.
mempunyai kesiapan dan kemampuan yang
berbeda-beda dalam pelaksanaan c. Masalah Dana, Sarana, dan Prasarana
Disentralisasi pendidikan. Permasalahan Pendidikan
relevansi pendidikan selama ini diarahkan
kurangnya kepercayaan pemerintah pada Persoalan dana merupakan persoalan
daerah untuk menata sistem pendidikannya yang paling krusial dalam perbaikan dan
yang sesuai dengan kondisi objektif di pembangunan sistem pendidikan di Indonesia.
daerahnya. Untuk itu kurikulum suatu lembaga Selama ini dikeluhkan bahwa mutu pendidikan
pendidikan jangan hanya sekedar daftar mata rendah karena dana yang tidak mencukupi,
pelajaran saja yang dituntut di dalam suatu anggaran untuk pendidikan masih rendah. Hal
jenis dan jenjang pendidikan, tetapi lebih luas ini semestinya tidak perlu terjadi di era
lagi yakni berisi kondisi yang sesuai dengan disentralisasi pendidikan karena anggaran
karakteristik daerah. Hal ini sejalan dengan pendidikan sudah diserahkan kepada
apa yang dikatakan Armida S. Sjahbana (2000: pemerintah daerah dengan dikeluarkannya
8), bahwa perlu kejelasan tentang kebijakan UU-PKPD Tahun 2004. Begitu pula telah
perumusan kurikulum, apakah hanya ditegaskan dalan UU Sisdiknas Nomor 20
kurikulum inti yang ditetapkan oleh Tahun 2003 Pasal 49 ayat (1) dikemukakan
pemerintah pusat, sedangkan muatan lokal bahwa “Dana pendidikan selain gaji pendidik
dalam persentase yang cukup signifikan dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
diserahkan pada masing-masing daerah atau minimal 20% dari APBN pada sektor
bahkan langsung pada masing-masing sekolah. pendidikan dan minimal 20% dari APBD
Saat ini kurikulum sepenuhnya ditentukan oleh
81
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 15 No.28 Oktober 2017
82
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 15 No.28 Oktober 2017
83
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 15 No.28 Oktober 2017
keuangan masing-masing daerah. Semua ini porsi dari anggaran pendapatan daerah
tidak pernah diterima oleh para guru pada era (APBD) untuk membangun atau membantu
sebelumnya (era sentralisasi pendidikan). operasional pendidikan Islam. Padahal
Namun pemberian bantuan dalam bentuk eksistensi Pendidikan Islam di suatu daerah
bangunan fisik dari dana APBD belum begitu tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan
nampak jelas dan kalaupun ada tidak merata. sumber daya manusia (SDM) dan pembinaan
akhlak spiritual bangsa.
F. Penutup
Disentralisasi pendidikan didefinisikan
oleh Hamzah, sebagai upaya untuk
mendelegasikan sebagian atau seluruh
wewenang di bidang pendidikan yang
seharusnya dilakukan oleh unit atau pejabat
pusat kepada unit atau pejabat di bawahnya,
atau dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah, atau dari pemerintah kepada
masyarakat. Salah satu wujud dari
disentralisasi ialah terlaksananya proses
otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan
Disentralisasi pendidikan merupakan
angin segar bagi dunia pendidikan, karena
salah satu tujuan Disentralisasi pendidikan
adalah untuk mengurangi campur tangan atau
intervensi pusat terhadap persoalan-persoalan
pendidikan yang semestinya bisa diputuskan
dan dilaksanakan oleh unit di tataran bawah
yakni pemerintah daerah. Sehingga dengan itu
pendidikan bisa dirancang dan dilaksanakan
oleh masing-masing daerah yang ada di
Indonesia sesuai dengan karakteristik daerah
tersebut. Di samping itu manajeman
pendidikan dapat dikelola oleh daerah sampai
kepada masyarakat bahkan di sekolah dengan
mengembangkan base school management
(MBS). Tapi tentu saja setiap kebijakan yang
dibuat tak lepas dari permasalahan di sana-
sini, begitu pula dengan Disentralisasi
pendidikan di Indonesia tak terlepas dari plus-
minus-nya.
Pelaksanaan Disentralisasi pendidikan
yang selama ini dilaksanakan belum
berdampak positif terhadap Pendidikan Islam,
di mana pendidikan Islam tidak mendapat
84
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 15 No.28 Oktober 2017
85