Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Nizwardi Jalinus, M.Ed
Dr. Waskito, M.T
Disusun Oleh :
Andika Riyadi Jasril 1309240
A. Pendahuluan
Dalam manajemen pendidikan dikenal dua mekanisme pengaturan, yaitu
sistem sentralisasi dan desentralisasi. Dalam sistem sentralisasi, segala sesuatu
yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan diatur secara ketat oleh
pemerintah pusat. Sementara dalam sistem desentralisasi, wewenang pengaturan
tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah. Kedua sistem tersebut dalam
prakteknya tidak berlaku secara ekstrem, tetapi dalam bentuk kontinum; dengan
pembagian tugas dan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
(lokal). Hal ini juga berlaku dalam manajemen pendidikan di Indonesia,
sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan UUSPN 1989 bahwa pendidikan
nasional diatur secara terpusat (sentralisasi), namun penyelenggaraan satuan dan
kegiatan pendidikan dilaksanakan secara tidak terpusat (desentralisasi). Hal
tersebut cukup beralasan karena masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan sehingga untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dan
mengurangi segi-segi negatif, pengelolaan pendidikan tersebut memadukan
sistem sentralisasi dan desentralisasi.
B. Konsep Sentralisasi dan Desentralisasi Pendidikan
1. Konsep Sentralisasi Pendidikan
Sentralisasi adalah seluruh wewenang terpusat pada pemerintah pusat.
Daerah tinggal menunggu instruksi dari pusat untuk melaksanakan kebijakankebijakan yang telah digariskan menurut Undang-Undang. Menurut ekonomi
manajemen sentralisasi adalah memusatkan semua wewenang kepada
sejumlah kecil manager atau yang berada di suatu puncak pada sebuah
struktur organisasi. Sentralisasi banyak digunakan pemerintah sebelum
otonomi daerah. Kelemahan sistem sentralisasi adalah dimana sebuah
kebijakan dan keputusan pemerintah daerah dihasilkan oleh orang-orang yang
1
daerah
otonomi
dan
pokok-pokok
penyelenggaraan
pemerintahan yang menjadi tugas pusat dan daerah. Dan terdapat pula pada
PP No. 45 tahun 1992 dan dikuatkan lagi melalui PP No. 8 tahun 1995.
Menurut UU No.22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, desentralisasi
dikonsepsikan sebagai penyerahan wewenang yang disertai tanggung jawab
pemerintah oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom.
Beberapa alasan yang mendasari perlunya desentralisasi :
a. Mendorong terjadinya partisipasi dari bawah secara lebih luas.
b. Mengakomodasi terwujudnya prinsip demokrasi.
Pengalaman
berbagai
negara
menunjukkan
bahwa
sekolah
yang
memiliki
karakteristik
seperti
itu
harus
jarang sekali yang menyinggung masalah isi (content) yang tak lain
merupakan
hakikat
desentralisasi
itu
sendiri.
Hakikat
desentralisasi
pendidikan adalah apa dan kepada siapa (what and to whom) dan bukan
aturan-aturannya (regulation).
Menurut Wohlstetter dan Mohrman (1993) terdapat empat sumber
daya yang harus didesentralisasikan yaitu power/authority, knowledge,
information dan reward.
a. kekuasaan/kewenangan (power/authority) harus didesentralisasikan ke
sekolah-sekolah secara langsung yaitu melalui dewan sekolah. Sedikitnya
terhadap tiga bidang penting yaitu budget, personnel dan curriculum.
Termasuk dalam kewenangan ini adalah menyangkut pengangkatan dan
pemperhentian kepala sekolah, guru dan staff sekolah.
b. pengetahuan (knowledge) juga harus didesentralisasikan sehingga
sumberdaya manusia di sekolah mampu memberikan kontribusi yang
berarti bagi kinerja sekolah. Pengetahuan yang perlu didesentralisasikan
meliputi : keterampilan yang terkait dengan pekerjaan secara langsung
(job skills), keterampilan kelompok (teamwork skills) dan pengetahuan
keorganisasian (organizational knowledge). Keterampilan kelompok
diantaranya adalah pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan
keterampilan
berkomunikasi.
Termasuk
dalam
pengetahuan
lain
yang
harus
didensentralisasikan
adalah
informasi
(reward)
adalah
hal
penting
lainnya
yang
harus
masing-masing
daerah,
mematikan
kemampuan
inovasi,
tingkat
relevansinya
baik
dari
segi
kehidupan
anak
dan
juga
mengakibatkan
kesenjangan
mutu
pendidikan
serta
10
yang
ditempuh
sangat
menentukan
tingkat
efektifitas
implementasi
potensi
daerahnya
masing-masing
secara
optimal,
pendidikan
berarti
lebih
mendekatkan
proses
11
12
13