Anda di halaman 1dari 6

NAMA : MAULIDA NOVI RAHMAWATI

NI M : 206210088

KELAS : MPI.C IAIN PONOROGO

1. Periode Rasulullah,Periode Sahabat, Periode Tabi’in, Periode Madzhab,


Periode Kemunduran, Periode Kebangkitan Sekarang.
 Peiode Rasulullah: Pada periode ini fiqih masih dipahami sebagai
segala yang dikandung Al-Qur’an dan Hadist. Hal ini mencangkup
pada persoalaan aqidah, ibadah, muamalah, dan adab. Imam Al-
Gazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan tentang fiqih pada
masa Rasulullah mengandung ilmu yang menuju jalan akhirat.
 Periode Sahabat : Periode sahabat atau disebut juga periode empat
khalifah. Pada saat Rasulullah SAW masih hidup, para sahabat
belum pernah berpikir sama sekali tentang permasalahan hukum
karena semua hal dirujuk pada diri Rasulullah. Namun pada saat
Rasulullah SAW wafat, para sahabat berani berijtihad untuk
memecahkan masalah yang ada. Ketika para sahabat menghadapi
masalah hal pertama yang mereka lakukan adalah dengan mencari
jawaban di Al-Qur’an, jika tidak mendapati jawaban dalam Al-
Qur’an maka mencari jawaban di Hadist dan apabila masih tidak
menemukan jawaban maka para sahabat berijtihad dan bersandar
pada prinsip-prinsip yang ditingalakn oleh Rasulullah SAW.
 Periode Tabi’in : Pada periode ini disebut juga periode pembinaan
dan pembukuuan islam.
 Periode Madzhab : Pada periode ini umat islam mengalami masa
keemasan yang ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai sekarang. Pada masa ini
muncul mazhab-mazhan fiqih yang berpengaruh terhadap hukum
islam diantaranya perkembangan ilmu fiqih pada masa Imam Abu
Hanifah, perkembangan ilmu fiqih pada masa Imam Malik,
perkembangan fiqih pada masa Imam As-Syafi’i, perkembangan
fiqih pada masa Imam Ahmad Bin Hambal.
 Periode Kemunduran : Pada periode ini semangat para ulama untuk
meakukan ijtihad mulai melemah. Para ahli fiqih lebih fokus
kepada pengkajian pada pendapat-pendapat yang ada didalam
madzhab masing-masing. Kajian itu berupa penjelasan, penerapan,
dan penetapan buku fiqih mazhab mereka.
 Periode Kebangkitan Sekarang : Pada periode ini lahirnya
kondifikasi fiqih sesuai tuntunan zaman, meluasnya kondifikasi
hukum yang tak hanya pada hukum perdata, tetapi juga pidana,
acara, dan hukum administrasi negara.
2. Fiqih Pada masa Rasulullah SAW disebut sebagai periode pertumbuhan
karena pada saat itu periode fiqih baru terbentuk. Pada masa ini segala
permasalahan segala hal berkaitan dengan permasalahn fiqih diserahkan
sepenuhnya kepada Nabi muhammad SAW. Pada saat itu sumber hukum
islam adalah wahyu dari Allah SWT dan perkatan maupun perilaku Nab
Muhammad SAW. Periode pertumbuhan sendiri dibagi menjadi dua yaitu
periode makkah dan periode madianah.
 Periode Makkah berlangsung selama 12 tahun. Pada fase ini ayat-
ayat mulai turun. Dan ayat-ayat yang turun di makkah disebuat
ayat makkiyah. Ayat Al-Qur’an yang turun pada periode makkiyah
hanyalah sedikit yaitu 2/3 dari kandungan yang ada didalam Al-
Qur’an dan tidak banyak mengandung syariat hukum fiqih karena
ayat-ayat yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW lebih banyak merujuk pada masalah ketauhidan
dan keimanan.
 Periode Madinah berlangsung sekitar 10 tahun. Ketika Rasulullah
SAW berhijrah ke madinah membawa dampak yang sangat baik
yaitu banyak sekali orang-orang madinah yanga berbondong-
bondong masuk agama islam. Dan pada saat Raulullah SAW
berhijrah ke madinah, baru pertama kalinhya orang-orang muslim
dan Rasulullah SAW memiliki negara di madinah. Karena
kepemilikan negara tersebut, tentu saja mereka membutuhkan
peraturan perundang-undangan yang mengatur hubungan individu,
kelompok maupun negara. Akibat kebutuhan tersebut maka
turunlah ayat-ayat madani atau disebut juga ayat-ayat Al-Qur’an
yang diturunkan di madinah. Ayat-ayat ini berkaitan dengan syariat
hukum fiqih. Bahkan 1/3 kandungan dari Al-Qur’an diturunkan di
madinah.
3. Al-Qur’an, Hadist, Ijma’, dan Qiyas
Contoh penggunaan sumber hukum fiqih pada masa khulafaurrasiddin :
Pada masa Khalifah Abu Bakar RA didatangi oleh seorang nenek. Beliau
menayakan perihal hak waris baginya. Abu Bakar menjawab : Aku tidak
tau engkau mempunyai bagian dalam Al-Qur’an dan aku juga tidak tau
bahwa Rasulullah SAW menyebutkan sesuatu , yang disebut hak waris
bagimu. Akan tetapi aku akan bertanya kepada salah satu dari mereka
yang tau akan hal itu. Saat itu Al-Mughiroh Bin Sukhbah berdiri dan
berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW mengatakan 1/6. Lalu Abu
Bakar mecari orang lain yang tau akan hal itu selain Al-Mughiroh. Maka
pendapat Al-Mughiroh itu dibenarkan oleh Muhammad Bin Maslamah.
Kemudian setelah itu Abu Bakar memutuskan perkara si nenek tadi
dengan hadist tersebut.
4. Perkembangan ilmu fiqih pada masa tabi’in dimulai tahun persatuan (
aamul jamaah ) yaitu peristiwa penyerahan jabatan khalifah kepada
Muawiyah bin Abi Sufyan oleh Hasan bin Ali yang terjadi pada tahun 41
H. Semua kaum muslimin bersatu dibawah kepemimpinan Muawiyah Bin
Abi Sufyan. Tabi’in sendiri mempunyai arti yaitu generasi setelah sahabat.
Pada masa ini fiqih islam mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Penulisan hukum islam dan pembukuan hukum islam dilakukan dengan
insentif , baik berupa penulisan hadist Nabi Muhammad SAW , fatwa-
fatwa para sahabat dan tabi’in, tafsir Al-Qur’an, kelompok pendapat
imam-imam fiqih, dan penyusunan ushul fiqih. Metode istinbath tabi’in
umumnya tida sama berbeda dengan metode istinbath sahabat. Namun
pada masa tabi’in muncul dua fenomena penting yaitu pemalsuan hadist
dan perdebatan mengenai rayu’ yang memunculkan kelompok ahlu al-
ra’yi dan ahlu al-hadist.
 Ahlu Hadist
Didalam masyarakat islam terdapat adanya kelompok yang metode
pemahamannya tentang ajaran wahyu sangat terikat oleh informasi
yang diberikan Nabi Muhammad SAW. Bisa disebut dengan kata
lain ajaran islam tersebut diperoleh dari Al-Qur’an dan petunjuk
dari Nabi Muhammad SAW atau disebut hadist. Karena pada saat
itu kelompok ini disebut ahlu hadist.
Awalnya mulanya aliran ini berasal dari Hijaz, terutamanya di kota
Madinah. Disebabkan penduduk Hijaz yang lebih banyak
mengetahui Al-Qur’an dan tradisi Rasulullah SAW dibandingkan
dengan penduduk luar Hijaz. Di kota Madinah yang sebagai
ibukota islam, banyak beredar hadist Nabi Muhammad SAW dan
hadits tersebut sangat lengkap dibandingkan dengan daerah lain.
Semua persoalan hukum dan budaya yang ada sudah terjawab oleh
Al-Qur’an dan Al-Hadist. Sehinga pada saat itu Hijaz terkenal
sebagai pusat hadist. Ketika masa tabi’in ini terdapat penambahan
sumber hukum yaitu fatwa sahabat. Saat sahabat menentukan suatu
hukum, tidak ditemukan jawaban dari keduanya yaitu Al-Qur’an
dan Al-Hadist, maka ijtihad atau memberikan fatwa adalah
jalannya.
 Ahlur Ra’yu
Istilah ahlu ra’yu ini digunakan untuk menyebut kelompok hukum
islam yang memberikan pemikiran melalui akal lebih banyak
dibandingkan dengan pemikiran lainnya. Bila kelompok lain dalam
menjawab persoalaan hukum terikat kepada Al-Qur’an dan Hadist
sedangkan kelompok ini tidak terikat, sebaliknya yaitu leluasa
menggunakan pendapat akal fikiran. Sebenarnya kelompok ini
bukanlah berarti kelompok yang anti(meningalkan) Al-Qur’an dan
Hadist untuk menetapkan hukum sebuah persoalan. Mereka para
golongan ahlu ra’yu tetap menggunakan hadist sebagai penetap
hukum. Hanya saja mereka golongan ahlu ra’y dalam penetapan
sebuah hukum berpendapat bahwa nash syar’i itu mempunyai
tujuan tertentu yaitu mendatangkan kemaslhatan bagi manusia.
5. Perkembangan fikih pada masa madzhab dimulai pada saat keruntuhan
Daulah Ummayah digantikan oleh Daulah Abbasiyah. Masa Abbasiyah
dimulai pada pertengahan abad ke 2 h sampai pertengahan abad ke 4h.
Perkembangan fiqih pada masa madzhab ini mengalami masa keemasan
dan pada masa ini muncul madzhab-madzhab fiqih yaitu :
 Perkembangan Ilmu Fiqih Pada Masa Imam Abu Hanifah
Abu Hanifah adalah seorang mujtahid dan pendiri madzhab hanafi.
Lahir di Kuffah, Irak pada tahun 80 H/ 699 M dan meninggal di
Baghdad, Irak pada tahun 150 H/ 767 M. Beliau merupakan tabi’in
yakni, generasi setelah sahabat Nabi Muhammad SAW. Salah satu
guru Abu Hanifah dalam bidang ilmu fiqih adalah Syaikh Hammad
Bin Abi Sulaiman. Imam Abu Hanifah berguru selama 18 tahun.
Ketika sang guru wafat, beliau mengantikan posisi gurunya sebagai
guru besar. Imam Abu Hanifah mempunyai banyak murid dan
yang paling terkenal adalah Syaikh Abu Yusuf. Dari Syaikh Abu
Yusuf inilah madzhab Hanafi terus berkembang samapai sekarang.
 Perkembanga Ilmu Fiqih Pada Masa Imam Malik
Imam Malik lahir di Madinah pada tahun 714M/93H dan wafat
pada tahun 800M/179H. Beliau mempunyai kecerdasaan yang
sangat luar biasa. Beliau memiliki kitab yang dikarang sendiri yaitu
kitab Al-Muwattha. Kitab yang memuat kompilasi hadist dan
ucapan para sahabat. Beliau adalah pendiri madzab maliki.
Madzhab Maliki sendiri sering digunakan di Makkah dan M
adinah. Salah satu guru beliau adalah Nafi’ bin Abi Nu’aim. Dan
murid-murid beliau diantaranya adalah Ibnul Mubarok danSufyan
At-Tsauri.
 Perkembangan Ilmu Fiqih Pada Mass Imam Syafi’i
Imam Syafi’i lahir di Palestina tahun 150H/767M dan wafat di
Mesir tahun 204H/819M . Pada saat Imam Syafi’i berguru kepada
Imam Malik bin Anas. Beliau mengaji kitab Muwattha kepada
Imam Malik dan mampu menghafalkannya hanya dalam 9 malam
saja. Beliau mulai berijtihad dan berfatwa dan menulis kitab-kitab.
Dari ijtihad beliau menghasilakan sebuah madzhab yang banyak
penganutnya yaitu madzhab safi’i.
 Perkembangan Fiqih Pada Masa Imam Ahmad Bin Hambal
Imam Ahmad Bin Hambal adalah sosok yang cerdas beliau mampu
menghafal Al-Qur’an di usian belia, beliau juga megumpulkan
hadist dan mendalami ilmu fiqih sejak umur 15 tahun. Beliau
berguru kepada guru yang tersohor yaitu Syekh Abu Yusuf. Imam
Abu Hanifah sendiri mendirikan sebuah majlis. Dari majlis ini
Imam Ahmad bin Hambal mulai merumuskan dasar-dasar
madzhabnya yaitu madzhab Imam Ahmad.
Terdapat madzhab lain yang terkenla pada masa itu antara lain
Madzhab Atho, Madzhab Ibnu Sirin, Mdzhab Zhoiri, Madzhab
Asya’bi, Madzhab Imam An-Nakho’i. Tetapi madzhab-madzhab
tersebut tidak berkembang sama sekali seiring perjalanaan waktu.
6. Sikap fanatisme madzhab, dipilhnya hakim yang hanya bertaqlid pada satu
madzhab, munculnya buku-buku fiqih yang disusun oleh masing-masing
madzhab.
7. Ditandai dengan munculnya Majalah Al-Ahkam, Al-Adhliyah pada tahun
1286. Berkembangnya upaya kondifikasi hukum islam. Munculnya
pemikiran untuk memanfaatkan berbagai pendapat yang ada diseluruh
madzhab sesuai kebutuhan zaman

Anda mungkin juga menyukai