1. Periode Rasulullah,Periode Sahabat, Periode Tabi’in, Periode Madzhab,
Periode Kemunduran, Periode Kebangkitan Sekarang. Peiode Rasulullah: Pada periode ini fiqih masih dipahami sebagai segala yang dikandung Al-Qur’an dan Hadist. Hal ini mencangkup pada persoalaan aqidah, ibadah, muamalah, dan adab. Imam Al- Gazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan tentang fiqih pada masa Rasulullah mengandung ilmu yang menuju jalan akhirat. Periode Sahabat : Periode sahabat atau disebut juga periode empat khalifah. Pada saat Rasulullah SAW masih hidup, para sahabat belum pernah berpikir sama sekali tentang permasalahan hukum karena semua hal dirujuk pada diri Rasulullah. Namun pada saat Rasulullah SAW wafat, para sahabat berani berijtihad untuk memecahkan masalah yang ada. Ketika para sahabat menghadapi masalah hal pertama yang mereka lakukan adalah dengan mencari jawaban di Al-Qur’an, jika tidak mendapati jawaban dalam Al- Qur’an maka mencari jawaban di Hadist dan apabila masih tidak menemukan jawaban maka para sahabat berijtihad dan bersandar pada prinsip-prinsip yang ditingalakn oleh Rasulullah SAW. Periode Tabi’in : Pada periode ini disebut juga periode pembinaan dan pembukuuan islam. Periode Madzhab : Pada periode ini umat islam mengalami masa keemasan yang ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai sekarang. Pada masa ini muncul mazhab-mazhan fiqih yang berpengaruh terhadap hukum islam diantaranya perkembangan ilmu fiqih pada masa Imam Abu Hanifah, perkembangan ilmu fiqih pada masa Imam Malik, perkembangan fiqih pada masa Imam As-Syafi’i, perkembangan fiqih pada masa Imam Ahmad Bin Hambal. Periode Kemunduran : Pada periode ini semangat para ulama untuk meakukan ijtihad mulai melemah. Para ahli fiqih lebih fokus kepada pengkajian pada pendapat-pendapat yang ada didalam madzhab masing-masing. Kajian itu berupa penjelasan, penerapan, dan penetapan buku fiqih mazhab mereka. Periode Kebangkitan Sekarang : Pada periode ini lahirnya kondifikasi fiqih sesuai tuntunan zaman, meluasnya kondifikasi hukum yang tak hanya pada hukum perdata, tetapi juga pidana, acara, dan hukum administrasi negara. 2. Fiqih Pada masa Rasulullah SAW disebut sebagai periode pertumbuhan karena pada saat itu periode fiqih baru terbentuk. Pada masa ini segala permasalahan segala hal berkaitan dengan permasalahn fiqih diserahkan sepenuhnya kepada Nabi muhammad SAW. Pada saat itu sumber hukum islam adalah wahyu dari Allah SWT dan perkatan maupun perilaku Nab Muhammad SAW. Periode pertumbuhan sendiri dibagi menjadi dua yaitu periode makkah dan periode madianah. Periode Makkah berlangsung selama 12 tahun. Pada fase ini ayat- ayat mulai turun. Dan ayat-ayat yang turun di makkah disebuat ayat makkiyah. Ayat Al-Qur’an yang turun pada periode makkiyah hanyalah sedikit yaitu 2/3 dari kandungan yang ada didalam Al- Qur’an dan tidak banyak mengandung syariat hukum fiqih karena ayat-ayat yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW lebih banyak merujuk pada masalah ketauhidan dan keimanan. Periode Madinah berlangsung sekitar 10 tahun. Ketika Rasulullah SAW berhijrah ke madinah membawa dampak yang sangat baik yaitu banyak sekali orang-orang madinah yanga berbondong- bondong masuk agama islam. Dan pada saat Raulullah SAW berhijrah ke madinah, baru pertama kalinhya orang-orang muslim dan Rasulullah SAW memiliki negara di madinah. Karena kepemilikan negara tersebut, tentu saja mereka membutuhkan peraturan perundang-undangan yang mengatur hubungan individu, kelompok maupun negara. Akibat kebutuhan tersebut maka turunlah ayat-ayat madani atau disebut juga ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di madinah. Ayat-ayat ini berkaitan dengan syariat hukum fiqih. Bahkan 1/3 kandungan dari Al-Qur’an diturunkan di madinah. 3. Al-Qur’an, Hadist, Ijma’, dan Qiyas Contoh penggunaan sumber hukum fiqih pada masa khulafaurrasiddin : Pada masa Khalifah Abu Bakar RA didatangi oleh seorang nenek. Beliau menayakan perihal hak waris baginya. Abu Bakar menjawab : Aku tidak tau engkau mempunyai bagian dalam Al-Qur’an dan aku juga tidak tau bahwa Rasulullah SAW menyebutkan sesuatu , yang disebut hak waris bagimu. Akan tetapi aku akan bertanya kepada salah satu dari mereka yang tau akan hal itu. Saat itu Al-Mughiroh Bin Sukhbah berdiri dan berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW mengatakan 1/6. Lalu Abu Bakar mecari orang lain yang tau akan hal itu selain Al-Mughiroh. Maka pendapat Al-Mughiroh itu dibenarkan oleh Muhammad Bin Maslamah. Kemudian setelah itu Abu Bakar memutuskan perkara si nenek tadi dengan hadist tersebut. 4. Perkembangan ilmu fiqih pada masa tabi’in dimulai tahun persatuan ( aamul jamaah ) yaitu peristiwa penyerahan jabatan khalifah kepada Muawiyah bin Abi Sufyan oleh Hasan bin Ali yang terjadi pada tahun 41 H. Semua kaum muslimin bersatu dibawah kepemimpinan Muawiyah Bin Abi Sufyan. Tabi’in sendiri mempunyai arti yaitu generasi setelah sahabat. Pada masa ini fiqih islam mengalami kemajuan yang sangat pesat. Penulisan hukum islam dan pembukuan hukum islam dilakukan dengan insentif , baik berupa penulisan hadist Nabi Muhammad SAW , fatwa- fatwa para sahabat dan tabi’in, tafsir Al-Qur’an, kelompok pendapat imam-imam fiqih, dan penyusunan ushul fiqih. Metode istinbath tabi’in umumnya tida sama berbeda dengan metode istinbath sahabat. Namun pada masa tabi’in muncul dua fenomena penting yaitu pemalsuan hadist dan perdebatan mengenai rayu’ yang memunculkan kelompok ahlu al- ra’yi dan ahlu al-hadist. Ahlu Hadist Didalam masyarakat islam terdapat adanya kelompok yang metode pemahamannya tentang ajaran wahyu sangat terikat oleh informasi yang diberikan Nabi Muhammad SAW. Bisa disebut dengan kata lain ajaran islam tersebut diperoleh dari Al-Qur’an dan petunjuk dari Nabi Muhammad SAW atau disebut hadist. Karena pada saat itu kelompok ini disebut ahlu hadist. Awalnya mulanya aliran ini berasal dari Hijaz, terutamanya di kota Madinah. Disebabkan penduduk Hijaz yang lebih banyak mengetahui Al-Qur’an dan tradisi Rasulullah SAW dibandingkan dengan penduduk luar Hijaz. Di kota Madinah yang sebagai ibukota islam, banyak beredar hadist Nabi Muhammad SAW dan hadits tersebut sangat lengkap dibandingkan dengan daerah lain. Semua persoalan hukum dan budaya yang ada sudah terjawab oleh Al-Qur’an dan Al-Hadist. Sehinga pada saat itu Hijaz terkenal sebagai pusat hadist. Ketika masa tabi’in ini terdapat penambahan sumber hukum yaitu fatwa sahabat. Saat sahabat menentukan suatu hukum, tidak ditemukan jawaban dari keduanya yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist, maka ijtihad atau memberikan fatwa adalah jalannya. Ahlur Ra’yu Istilah ahlu ra’yu ini digunakan untuk menyebut kelompok hukum islam yang memberikan pemikiran melalui akal lebih banyak dibandingkan dengan pemikiran lainnya. Bila kelompok lain dalam menjawab persoalaan hukum terikat kepada Al-Qur’an dan Hadist sedangkan kelompok ini tidak terikat, sebaliknya yaitu leluasa menggunakan pendapat akal fikiran. Sebenarnya kelompok ini bukanlah berarti kelompok yang anti(meningalkan) Al-Qur’an dan Hadist untuk menetapkan hukum sebuah persoalan. Mereka para golongan ahlu ra’yu tetap menggunakan hadist sebagai penetap hukum. Hanya saja mereka golongan ahlu ra’y dalam penetapan sebuah hukum berpendapat bahwa nash syar’i itu mempunyai tujuan tertentu yaitu mendatangkan kemaslhatan bagi manusia. 5. Perkembangan fikih pada masa madzhab dimulai pada saat keruntuhan Daulah Ummayah digantikan oleh Daulah Abbasiyah. Masa Abbasiyah dimulai pada pertengahan abad ke 2 h sampai pertengahan abad ke 4h. Perkembangan fiqih pada masa madzhab ini mengalami masa keemasan dan pada masa ini muncul madzhab-madzhab fiqih yaitu : Perkembangan Ilmu Fiqih Pada Masa Imam Abu Hanifah Abu Hanifah adalah seorang mujtahid dan pendiri madzhab hanafi. Lahir di Kuffah, Irak pada tahun 80 H/ 699 M dan meninggal di Baghdad, Irak pada tahun 150 H/ 767 M. Beliau merupakan tabi’in yakni, generasi setelah sahabat Nabi Muhammad SAW. Salah satu guru Abu Hanifah dalam bidang ilmu fiqih adalah Syaikh Hammad Bin Abi Sulaiman. Imam Abu Hanifah berguru selama 18 tahun. Ketika sang guru wafat, beliau mengantikan posisi gurunya sebagai guru besar. Imam Abu Hanifah mempunyai banyak murid dan yang paling terkenal adalah Syaikh Abu Yusuf. Dari Syaikh Abu Yusuf inilah madzhab Hanafi terus berkembang samapai sekarang. Perkembanga Ilmu Fiqih Pada Masa Imam Malik Imam Malik lahir di Madinah pada tahun 714M/93H dan wafat pada tahun 800M/179H. Beliau mempunyai kecerdasaan yang sangat luar biasa. Beliau memiliki kitab yang dikarang sendiri yaitu kitab Al-Muwattha. Kitab yang memuat kompilasi hadist dan ucapan para sahabat. Beliau adalah pendiri madzab maliki. Madzhab Maliki sendiri sering digunakan di Makkah dan M adinah. Salah satu guru beliau adalah Nafi’ bin Abi Nu’aim. Dan murid-murid beliau diantaranya adalah Ibnul Mubarok danSufyan At-Tsauri. Perkembangan Ilmu Fiqih Pada Mass Imam Syafi’i Imam Syafi’i lahir di Palestina tahun 150H/767M dan wafat di Mesir tahun 204H/819M . Pada saat Imam Syafi’i berguru kepada Imam Malik bin Anas. Beliau mengaji kitab Muwattha kepada Imam Malik dan mampu menghafalkannya hanya dalam 9 malam saja. Beliau mulai berijtihad dan berfatwa dan menulis kitab-kitab. Dari ijtihad beliau menghasilakan sebuah madzhab yang banyak penganutnya yaitu madzhab safi’i. Perkembangan Fiqih Pada Masa Imam Ahmad Bin Hambal Imam Ahmad Bin Hambal adalah sosok yang cerdas beliau mampu menghafal Al-Qur’an di usian belia, beliau juga megumpulkan hadist dan mendalami ilmu fiqih sejak umur 15 tahun. Beliau berguru kepada guru yang tersohor yaitu Syekh Abu Yusuf. Imam Abu Hanifah sendiri mendirikan sebuah majlis. Dari majlis ini Imam Ahmad bin Hambal mulai merumuskan dasar-dasar madzhabnya yaitu madzhab Imam Ahmad. Terdapat madzhab lain yang terkenla pada masa itu antara lain Madzhab Atho, Madzhab Ibnu Sirin, Mdzhab Zhoiri, Madzhab Asya’bi, Madzhab Imam An-Nakho’i. Tetapi madzhab-madzhab tersebut tidak berkembang sama sekali seiring perjalanaan waktu. 6. Sikap fanatisme madzhab, dipilhnya hakim yang hanya bertaqlid pada satu madzhab, munculnya buku-buku fiqih yang disusun oleh masing-masing madzhab. 7. Ditandai dengan munculnya Majalah Al-Ahkam, Al-Adhliyah pada tahun 1286. Berkembangnya upaya kondifikasi hukum islam. Munculnya pemikiran untuk memanfaatkan berbagai pendapat yang ada diseluruh madzhab sesuai kebutuhan zaman