Nama : Fadly
PENDAHULUAN
rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik bersifat total ataupun parsial. Trauma
Penderita trauma yang datang ke rumah sakit tak jarang dijumpai dengan
trauma wajah dan sebagian besar melibatkan mandibula. Trauma yang melibatkan
dari bagian-bagian mandibula pada saat buka mulut. Fraktur mandibula dua kali
stabilnya jalan napas dan hemodinamik, penanganan trauma serius lainnya seperti
trauma kepala, dada dan skeletal. Hal-hal tersebut masih merupakan masalah
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2. Fraktur dengan terbukanya tulang disertai dengan kerusakan yang hebat dari
jaringan lunak
mandibula mudah menjadi sasaran pukulan dan benturan. Daerah yang lemah
mentalis.
2.1.2 Etiologi
yang lain. Fraktur mandibula lebih sering terjadi daripada fraktur tulang wajah
yang lain karena bentuk mandibula yang menonjol sehingga sensitif terhadap
langsung.
Fraktur mandibula dapat disebabkan oleh trauma maupun proses
patologik.
b. Terjatuh (22.3%)
2. Fraktur patologik
2.1.3 Klasifikasi
1. Tipe fraktur
a. Fraktur simple atau fraktur tertutup, yaitu keadaan fraktur dengan jaringan
c. Fraktur komunisi, yaitu fraktur yang terjadi pada satu daerah tulang yang
tulang mengalami fraktur sedangkan pada sisi yang lain tulang masih
2. Lokasi fraktur
a. Dentoalveolar
b. Kondilus
c. Koronoideus
d. Ramus
e. Sudut mandibula
f. Korpus mandibula
g. Simfisis
h. Parasimfisis
3. Pola fraktur
a. Fraktur unilateral adalah fraktur yang biasanya tunggal pada satu sisi
mandibula saja.
trauma langsung dan tidak langsung, terjadi pada kedua sisi mandibula.
c. Fraktur multipel adalah variasi pada garis fraktur dimana bisa terdapat dua
atau lebih garis fraktur pada satu sisi mandibula. Lebih dari 50% dari
Gejala yang timbul dapat berupa dislokasi, yaitu berupa perubahan posisi
rahang yang menyebabkan maloklusi atau tidak berkontaknya rahang bawah dan
rahang atas. Jika penderita mengalami pergerakan abnormal pada rahang dan rasa
yang sakit jika menggerakkan rahang, Pembangkakan pada posisi fraktur juga
dapat menetukan lokasi fraktur pada penderita. Krepitasi berupa suara pada saat
pemeriksaan akibat pergeseran dari ujung tulang yang fraktur bila rahang
digerakkan, laserasi yang terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan daerah
mandibula dapat terjadi stagnasi makanan dan hilangnya efek self cleansing
Gangguan jalan nafas pada fraktur mandibula juga dapat terjadi akibat
hematom, edema pada jaringan lunak. Jika terjadi obtruksi hebat saluran nafas
harus segera dilakukan trakeostomi, selain itu juga dapat terjadi anasthesi pada
satu sisi bibir bawah, pada gusi atau pada gigi dimana terjadi kerusakan pada
tidak jelas.
- CT scan juga memungkinkan dokter untuk survei fraktur wajah daerah lain,
- CT scan juga ideal untuk fraktur condylar, yang sulit untuk memvisualisasikan
2.1.6 Penatalaksanaan
fraktur (secara tertutup (close reduction) dan secara terbuka (open reduction)),
fiksasi fragmen fraktur dan imobilisasi, sehingga fragmen tulang yang telah
dikembalikan tidak bergerak sampai fase penyambungan dan penyembuhan tulang
selesai.
2.2 Intubasi
2.2.1 Definisi
atau pipa melaluimulut atau melalui hidung, dengan sasaran jalan nafas bagian
pipa endotrakha ke dalam trakheasehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas
2.2.2 Tujuan
mempertahankankelancaran pernafasan.
tekanankarbondioksida di arteri.
c. Mulut yang panjang dan sempit dengan arcus palatum yang tinggi.
leher.
h. Fraktur servicali.
k. Trismus.
Hal yang perlu dilakukan apabila terjadi keadaan gagal intubasi adalah
cukup tinggi adalah laryngeal mask airway (LMA) atau sungkup laring. Selain itu
a. Selama Intubasi
- Aspirasi
- Spasme Bronchus
b. Setelah Intubasi
- Spasme laring
- Aspirasi
- Gangguan fonasi
- Edema glottis
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MA
Umur : 14 tahun
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien masuk dengan keluhan patah pada kedua gigi depan atas dan depan
bawah. Keluhan tersebut dialami pasien sejak 5 hari yang lalu oleh karena
kecelakaan lalu lintas. Selain itu pasien juga mengalami nyeri pada rahang
bawah sebelah kiri terutama pada saat membuka mulut. Tidak ada keluhan
nyeri kepala, batuk, dan muntah. Tidak ada gangguan pada BAB dan BAK.
Tidak ada
Riwayat Imunisasi
Lengkap
Keadaan Umum
Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,8C
Pernapasan : 22 x/menit
Kepala Leher
- Normocephali,
- Sianosis (-)
- Malposisi incicivus atas kanan dan kiri serta malposisi incicivus bawah
Thoraks
Paru : Jantung :
wheezing (-/-)
Abdomen
Distensi (-)
Ekstremitas
Kreatinin = 0,94
SGOT = 53,6
V. DIAGNOSIS
VI. TERAPI
wire)
Posisi : Supine
PEMBAHASAN
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Status fisik pada pasien ini
terdapat keterbatasan fungsional dan aktivitas sehari-hari) dalam hal ini pasien
1. Usia
Premedikasi dan induksi pada anak merupakan tantangan bagi ahli anestesi
karena pada waktu induksi sering menjadi trauma psikis pada anak. Begitu juga
dosis obat anestesi harus disesuaikan dengan usia dan berar badan anak. Pada
anak usia 6 18 tahun, walaupun rasa takut, cemas, dan khawatir masih menonjol,
biasanya anak sudah bersifat koperatif dan mengerti tindakan apa yang akan
pasien. Pada pasien ini dipilih teknik general anestesi inhalasi dengan teknik
intubasi. Pada fraktur mandibula, proses intubasi akan sulit dan intubasi sebaiknya
melalui oral pada fraktur mandibula, yaitu jika fraktur telah terjadi selama 3 bulan
dan belum dikoreksi, pembentukan hard callus selama proses bone healing akan
intubasi melalui oral dengan pertimbangan bahwa fraktur baru terjadi 5 hari yang
lalu sehingga belum terbentuk hard callus. Selain itu, penggunaan intubasi melalui
Premedikasi yang diberikan pada pasien ini bergantung pada kondisi dan
riwayat penyakit pasien. Dari anamnesis diketahui bahwa pasien memiliki riwayat
yang dapat merangsang bronkokonstriksi. Pada pasien ini tidak diberikan Petidine
mengadakan observasi pasien lebih efisien secara terus menerus. Selama operasi
berlangsung juga tetap diberikan cairan intravena RL. Setelah operasi selesai,
Sjamsuhidajat R. Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. Edisi kedua. Jakarta: EGC,
2005: 91-4.
Latief said A., Suryadi kartini A., Daehlan M. Ruswan, Petunjuk praktis
anestesiologi.2nd edition, Bagian anestesiologi dan terapi intensif Fakultas
Kedokteran UniversitasIndonesia, 2002.