Anda di halaman 1dari 11

Paradigma Ilmu Pengetahuan Dan Teori Ada 3 tahapan dalam paradigma ilmu pengetahuan dam teori 1.

Tahap pertama Paradigma disini membimbing dan mengarahkan aktifitas ilmiah dalam masa ilmu normal (normal science). Disini para ilmuan berkesempatan menjabarkan dan mengembangkan paradigma sebagai model ilmiah yang di gelutinya secara rinci dan mendalam. Dalam tahapan ini para ilmuan tidak bersikap kritis terhadap paradigma yang membimbing aktifitas ilmiahnya selama menjalankan aktifitas para ilmuan menjumpai berbagai fenomena yang tidak dapat di terangkan dengan paradigma yang digunakan sebagai bimbingan atau arahan aktifitas/anomalinya, Anomaly merupakan suatu keadaan yang menunjukkan ketidak cocokan antara kenyataan dan paradigma yang di pakai. 2. Tahap ke dua Adanya anomaly tersebut menimbulkan kecurigaan/pradugaan sehingga mulai diperiksa dan dipertanyakan mengenai paradigma tersebut. 3. Tahap ke tiga Para ilmuan bisa kembali lagi ke jalan ilmiah yang sama dengan memperluas dan mengembangkan suatu paradigma tandingan yang dipandang bisa memecahkan masalah dan membimbing aktifitas ilmiah berikutnya. Proses perubahan atau peralihan paradigm lama ke paradigma baru inilah dinamakan revolusi ilmiah.

Macam macam paradigma ilmu pengetahuan 1. Paradigma kualitatif Proses penelitian berdasarkan metodologi yang menyelidiki fenomena social untuk menemukan teori dari lapangan secara deskriptif dengan menggunakan metode berfikir induktif 2. Paradigma deduksi-induksi Penelitian deduksi (penelitian dengan pendekatan kuantitatif). Analisis data-kesimpulan. Penelitian induksi(pendekatan kualitatif). Pengumpulan data-observasi-hipotesis-kesimpulan. 3. Paradigma piramida Kerangka berfikir/model penyelidikan ilmiah yang tahapannya menyerupai piramida. Terbagi menjadi: Piramida berlapis, yang menunjukkan semakin ke atas berarti tujuan semakin tercapai yaitu ditemukannya teori baru Paramida ganda, yang di buat berdasarkan piramida yang sudah ada Piramida terbalik, piramida yang di buat berdasarkan teori yang sudah ada 4. Paradigma siklus empiris Kerangka berfikir atau model penyelidikan ilmiah berupa siklus 5. Paradigma rekonstruksi teori. Model penyelidikan ilmiah yang berusaha merancang kembali teori atau metode yang telah ada dan digunakan dalam penelitian. Agar model rekonstruksi teori dapat di terapkan dengan baik, pemilihan dan penguasaan teori tertentu yang dianggap relevan dengan penelitian sangat menunjang keberhasilan teorinya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 tahap dalam paradigma ilmu pengetahuan yaitu tahap pertama, tahap ke dua, dan tahap ke tiga. Macam macam paradigm ilmu pengetahuan ada 5 yaitu paradigma kualitatif, deduktif dan induktif, piramida,siklus empiris dan paradigma rekonstruksi teori. Teori ilmu pengetahuan 1. Teori korespondensi Kebenaran atau keadaan benar apabila ada persesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan/pendapat dengan obyek yang dituju oleh pernyataan atau pendapat tersebut. 2. Teori koherensi Kebenaran atau keadaan benar apabila ada persesuaian antara pernyataan dengan pernyataan yang lain yang sudah lebih dulu diketahui, diterima dan diakui sebagai hal yang benar dan

berdasarkan pada penyaksian/justifikasi tentang kebenaran, karena putusan dianggap benar apabila mendapatkan persaksian oleh putusan yang lainnya yang sudah di ketahui/tahan uji. 3. Teori pragmatisme Menurut teori ini kebenaran atau keadaan benar semata mata tergantung dari kemanfaatannya.1[7] Dari pngertian diatas dapat disimpulkan bahwa teori ilmu pengetahuan ada yaitu teori korespondensi, koherensi dan teori pragmatisme.

BAB 111 PENUTUP KESIMPULAN 1. Filsafat adalah pengetahuan yang berusaha untuk mengetahui hakikat segala sesuatu yang berkenaan dengan tuhan, manusia dan alam semesta dan bagaimana upaya yang dilakukan setelah mendapatkan pengetahuan tersebut. 2. Paradigma diartikan sebagai pandangan mendasar para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang senantiasa dipelajari oleh satu cabang ilmu pengetahuan. 3. Ilmu pengetahuan merupakan gabungan dari 2 kata science dan knowledge. Ilmu pengetahuan merupakan rangkaian aktifitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional mengenai suatu pengetahuan yang spesifik. 4. Teori secara sederhana diartikan sebagai statement yang sudah teruji kebenarannya. 5. Paradigma ilmu pengetahuan dan teori adalah asumsi dasar dan teoritis yang bersifat umum yang merupakan sumber nilai sehingga menjadi sumber hukum, metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, cirri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri dan terspesialisasi berdasar bidangnya masing masing. 6. Tahap dalam paradigma ilmu pengetahuan yaitu tahap pertama, tahap ke dua, dan tahap ke tiga. Macam macam paradigm ilmu pengetahuan ada 5 yaitu paradigm kualitatif, deduktif dan induktif, piramida,siklus empiris dan paradigma rekonstruksi teori. 7. Teori ilmu pengetahuan ada yaitu teori korespondensi, koherensi dan teori pragmatisme. DAFTAR PUSTAKA 1[7] Dr. Amtsal Bahktiar.MA. Filsafat Ilmu(Jakarta:PT Grafindo Persada. 2004) hal
112

Bakhtiar, Amsal, Dr, MA. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta:PT Grafindo Persada. Faruq, Ahmad. M. Fil.I. 2009. Filsafat Umum. Ponorogo: STAIN Po Press Surajiyo, Dr. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta:PT Bumi Aksara Tafsir, Ahmad, Dr, Prof. 2004. Filsafat Umum. Bandung:PT Remaja Rosdakarya Suriasumantri, S, Jujun. 2005. Filsafat Ilmu. Jakarta:PT Pustaka Sinar Harapan Ulum, Miftahul, Dr, M.Ag, dkk. 2010. Pengantar Filsafat Pendidikan. Ponorogo:STAIN Po Press http//id.shvoong.com./humanities/philosophy/1970149-Paradigma-IlmuPengetahuan/#ixzz1LYTIdv8w

2 3

[1] Ahmad faruq M Fil I. Filsafat umum. (ponorogo:STAIN Po Press.2009).hal 5 [2] Prof. ahmad tafsir. Filsafat umum. (bandung:PT Rosdakarya. 2005) hal.9 4 [3] Jujun S. suriasumantri. Filsafat ilmu. (Jakarta:pustaka sinar harapan. 2003). Hal 297 5 [4] Basuki asadi M.Ag dan Dr. miftahul ulum M.Ag. pengantar filfafat pendidikan.

(ponorogo:STAIN Po Press. 2010) hal 2 6 [5] http//id. Shuroong.com/humanities/philoshophy/1970149 paradigma-ilmupengetahuan/1x22ILYTI dv8w 7 [6] Drs. Surajiho. Filsafat ilmu dan perkembangannya di Indonesia.(Jakarta:PT Bumi aksara. 2007) hal 157
2 3 4 5 6 7

REVOLUSI ILMU PENGETAHUAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMIKIRAN ISLAM DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Desember 30, 2008 aa_Hikmat Tinggalkan Komentar Go to comments oleh: Hikmatulloh http://ahikmat.wordpress.com A. LATAR BELAKANG Revolusi adalah proses menjebol tatanan lama sampai ke akar-akarnya, kemudian menggantinya dengan tatanan yang baru. Begitu juga yang di maksud dengan revolusi sains atau revolusi sains muncul jika paradigma yang lama mengalami krisis dan akhirnya orang mencampakkannya serta mencita-gunakan paradigma yang baru yang sekiranya lebih rasional dan logis. Dulu misalnya, orang hanya mengetahui hanya ada lima planet di cakrawala kita. Kemudia dengan laju-pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka ditemukan kembali tiga planet baru dan ribuan planet kecil, hal ini mengindikasikan bahwasanya kemajuan dari aspek astronomi kian pesat. Setiap masyarakat yang beradap sekarang percaya bahwa bumi dengan semua anggota tata surya beredar mengelilingi matahari, padahal semula orang beranggapan, bahwa bumilah pusat alam semesta. Semua benda angkasa beredar mengelilingi bumi. Inilah yang di sebut revolusi astronomi. Transformasi-transformasi paradigma semacam ini adalah revolusi sains, dan transisi yang berurutan dari paradigma yang satu ke paradigma yang lainnya melalui revolusi, adalah pola perkembangan yang biasa dari sains yang telah matang. Menurut Khun, ilmu dapat berkembang maju dalam pengertian tertentu, jika ia tidak dapat mencapai kesempurnaan absolud dalam konotasi dapat dirumuskan dengan definisi teori. Oleh karena itu ia memandang bahwa ilmu itu berkembang secara open-endend atau sifatnya selalu terbuka untuk direduksi dan dikembangkan. B. PENGERTIAN PARADIGMA Pengertian paradigma menurut kamus filsafat adalah : 1 2 3 Cara memandang sesuatu Model, pola, ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari model-model ini fenomena dipandang dan dijelaskan. Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan dan menentukan atau mendefinisikan sutau study ilmiah kongkrit dan ini melekat di dalam praktek ilmiah pada tahap tertentu. Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem riset.

Istilah paradigma adalah sebuah istilah yang sangat penting sejak tahun 60-an dalam wacana keilmuan. Istilah ini pertama-tama diperkenalkan oleh Thomas Kuhn, seorang ahli fisika dan sejarah ilmu pengetahuan asal Amerika Serikat, ketika ia berbicara tentang revolusi ilmu pengetahuan. Dalam bukunya: The Structure of Scientific Revolutions (1962) Hans Kueng, salah seorang teolog Katolik asal Swis, mengartikan istilah paradigma itu sebagai models of interpretation, explanation, or understanding. Ian G. Barbour, salah seorang ahli studi agama-agama, memakai istilah paradigma untuk menunjuk kepada a tradition transmitted through historical examplars Dalam The structure of Science Revolution, Kuhn menggunakan paradigma dalam dua pengertian. Di satu pihak paradigma berarti keseluruan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat ilmiah tertentu. Di pihak lain paradigma menunjukan sejenis unsur dalam konstelasi itu dan pemecahan teka-teki yang kongkrit yang jika digunakan sebagai model, pola, atau contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang eksplisit sebagai dasar bagi pemecahan permasalahan dan teka-teki normal sains yang masih tersisa. Paradigma merupakan suatu keputusan yudikatif dalam hukum yang tidak tertulis. Secara singkat pengertian pradigma adalah Keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai dan teknik yang dimiliki suatu komunitas ilmiah dalam memandang sesuatu (fenomena). Paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan apa yang harus dijawab dan aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan jawaban yang diperoleh. C. PANDANGAN KUHN TENTANG PERKEMBANGAN ILMU Kuhn melihat adanya kesalahan-kesalahan fondamental tentang image atau konsep ilmu yang telah dielaborasi oleh kaum filsafat ortodoks, sebuah konsep ilmu yang dengan membabi-buta mempertahankan dogma-dogma yang diwarisi dari Empirisme dan Rasionalisme klasik. Dalam teori Kuhn, faktor Sosiologis Historis serta Phsikologis mendapat perhatian dan ikut berperan. Kuhn berusaha menjadikan teori tentang ilmu lebih cocok dengan situasi sejarah. Dengan demikian diharapkan filsafat ilmu lebih mendekati kenyataan ilmu dan aktifitas ilmiah sesungguhnya, yang dalam perkembangan ilmu tersebut adalah secara revolusioner bukan secara kumulatif sebagaimana anggapan kaum rasonalis dan empiris klasik. Adapun Skema progress Sains menurut Khun dapat sajikan sebagai berikut : Pra paradigma-prasscience -> Paradigma -> Norma Science -> Anomali Kritis -> Revolusi Paradigma Baru -> Ekstra ordinary Science (norma Science) -> Anomali Kritis -> Revolusi Paradigma Baru -> 1 Pra paradigma-Pra ilmu Pada stage ini terdapat persetujuan yang kecil bahkan tidak ada persetujuan tentang subjeck matter, problem-problem dan prosedur di antara para ilmuwan yang bersaing, karena tidak adanya suatu pandangan tersendiri yang diterima oleh semua ilmuan tentang suatu teori (fenomena), maka aktivitas-aktivitas ilmiah pada stage ini dilakukan secara terpisah dan tidak terorganisir. Sejumlah aliran yang bersaing, kebanyakan diantara mereka mendukung satu atau lain varian dalam teori tertentu, misalnya tentang sifat cahaya. Teori Epicurus, teori Aristoteles, atau teori Plato, satu kelompok menganggap cahaya sebagai partikel-partikel yang keluar dari benda-benda yang berwujud; bagi yang lain cahaya adalah modifikasi dari medium yang menghalang di antara benda itu dan mata; yang lain lagi menerangkan cahaya sebagai interaksi antara medium dan yang dikeluarkan oleh mata; di samping itu ada kombinasi dan modifikasi lain yang masing-masing aliran mendukung teorinya sendirisendiri. Sehingga sejumlah teori boleh dikatakan ada sebanyak jumlah pelaksanaannya di

lapangan dan setiap ahli teori itu merasa wajib memulai dengan yang baru dan membenarkan pendekatannya sendiri. Walaupun aktifitas ilmiah masing-masing aliran tersebut dilakukan secara terpisah, tidak terorganisir sesuai dengan pandangan yang dianut halini tetap memberikan sumbangan yang penting kepada jumlah konsep, gejala, teknik yang dari padanya suatu paradigma tunggal akan diterima oleh semua aliran-aliran ilmuan tersebut, dan ketika paradigma tunggal diterima, maka jalan menuju normal science mulai ditemukan. Dengan kemampuan paradigma dalam membanding penyelidikan, menentukan teknik memecahkan masalah, dan prosedur-prosedur riset, maka ia dapat menerima (mengatasi) ketergantungan observasi pada teori. 1 Paradigma normal science Para stage ini, tidak terdapat sengketa pendapat mengenai hal-hal fundamental di antara para ilmuan sehingga paradigma tunggal diterima oleh semuanya. Dan hal inilah merupakan ciri yang membedakan antara normal science dan pra science. Paradigma tunggal yang telah diterima tersebut dilindungi dari kritik dan falsifikasi sehingga ia tahan dari berbagai kritik dan falsifikasi. Paradigma yang membimbing eksperimen atau riset ilmiah tersebut memungkiri adanya definisi yang ketat, meskipun demkian, didalam paradigma tersebut tercakup : Beberapa komponen tipikal yang secara eksplisit akan mengemukakan hukum-hukum dan asumsi-asumsi teoritis. Dengan demikiann, hukum gerak Newton membentuk sebagian paradigma Newtonian. Dan hukum persamaan Maxwell merupakan sebagian paradigma yang telah membentuk teori elektromagnetik klasik. Beberapa cara yang baku dalam penggunaan hukum-hukum fundamental untuk berbagai tipe situasi. Beberapa instrumentasi dan teknik-tekniknya yang diperlukan untuk membuat agar hukumhukum paradigma itu dapat bertahan dalam dunia nyata dan di dalam paradigma itu sendiri. Beberapa prinsip metafisis yang sangat umum yang membimbing pekerjaan di dalam suatu paradigma. Bebrapa keterangan metodologis yang sangat umum yang memberikan cara pemecahan tekateki science. Normal science melibatkan usaha terperinci dan terorganisir untuk menjabarkan paradigma dengan tujuan memperbaiki imbangannya dengan alam (fenomena) dengan memecahkan teka-teki science, baik teka-teki teoritis maupun teka-teki eksperimental. Teka-teki teoritis (dalam paradigma Newtonian) meliputi perencanaan teknik matematik untuk menangani gerak suatu planet yang tergantung pada beberapa gaya tarik dan mengembangkan asumsi yang sesuai untuk penterapan hukum Newton pada benda cair. Teka-teki eksperimental meliputi perbaikan keakuratan observasi dan pengembangan teknik eksperimen sehingga mampu menghasilkan pengukuran yang dapat dipercaya. 1 Krisis Revolusi Walaupun sasaran normal adalah memecahkan teka-teki science dan bukan mengahsilkan penemuan-penemuan baru yang konseptual, gejala-gejala baru dan tidak terduga berulangkali muncul dan tersingkap oleh ilmiah tersebut yang diikuti dengan munculnya teori-teori baru. Apabila hal-hal baru yang terungkap tersebut tidak dapat diterangkan oleh paradigma dan kelainan-kelainan antara teori dan fakta menimbulkan problem yang gawat, dan anomalianomali tersebut secara fundamental menyerang paradigma maka dalam keadaan demikian,

kepercayaan terhadap paradigma mulai goyah yang kemudian terjadilah keadaan krisis yang berujung pada perubahan paradigma (revolusi). Anomali dipandang sebagai hal serius yang dapat menggoyahkan paradigma jika anomali tersebut : a) Menyerang hal-hal yang paling fundamental dari suatu paradigma dan secara gigih menentang usaha para ilmuan normal science untuk mengabaikannya. b) Mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan beberapa kebutuhan masyarakat yang mendesak. Krisis dapat diasumsikan sebagai pra kondisi yang diperlukan dan penting bagi munculnya teori-teori baru. Pada stage ini diantara para ilmuan normal science terjadi sengketa filosofis dan metafisis. Mereka membela penemuan baru dengan argumen-argumen filosofis yang dipandang dari sudut paradigma. Walaupun kemungkinan mereka kehilangan kepercayaan dan kemudian mempertimbangkan beberapa alternatif, mereka tidak meninggalkan paradigma yang telah membawa mereka kedalam krisis begitu saja. Sampai diterimanya suatu paradigma baru yang berbeda dari paradigma semula. Setiap krisis selalu diawali dengan penngkaburan paradigma serta pengenduran kaidahkaidah riset yang normal, sebagai akibatnya paradigma baru (paradigma rival) muncul, setidak-tidaknya sebagai embrio, sebelum krisis berkembang lebih jauh atau telah diakui dengan tegas. Setiap paradigma yang bersaing akan memandang dunia ini terbuat dari berbagai macam hal yang berlainan dan masing-masing paradigma tersebut akan melibatkan standar yang berlainan dan bertentangan dalam memandang dunia. Paradigma Aristotelian melihat alam semesta ini terbagi menjadi dua dunia dunia yang berlainan, dunia super-lunar (yang abadi dan tidak berubah-ubah) dan dunia sub-lunar (yang bisa musnah dan berubah-ubah). Paradigma yang muncul berikutnya melihat alam semesta terbuat dari bahan-bahan material yang sama. Kuhn beragumentasi bahwa, para penyususn paradigma baru (paradigma rival) hidup di dalam dunia yang berlainan. Oleh karena itu, dalam diskusi dan adu argumen antara pendukung paradigmayang bersaing tersebut adalah untuk mencoba meyakinkan dan bukan memaksakan paradigma. Sebab tidak ada argumen logis yang murni yang dapat mendemontrasikan superioritas satu paradigma atas lainnya, yang karenanya dapat memaksa seorang ilmuan yang rasional untuk melakukan perpindahan paradigma. Peristiwa perubahan kesetiaan para ilmuan ondividual dari satu paradigma ke paradigma lain disamakan oleh Kuhn dengan Gestalt Switch (perpindahan secara keseluruhan atau tidak sama sekali). Juga disamakan dengan religious conversion (pertukaran agama). Proses peralihan komunitas ilmiah dari paradigma lama ke paradigma baru yang berlawanan inilah yang dimaksud oleh Kuhn sebagai revolusi science. Oleh karena itu, menurut Kuhn, perkembangan ilmu itu tidak secara komulatif dan evolusioner tetapi, secara revolusioner, yakni membuang paradigma lama dan mengambil paradigma baru yang berlawanan dan bertentangan. Paradigma baru tersebut dianggap dan diyakini lebih memberikan janji atas kemampuannya memecahkan masalah untuk masa depan. Melalui revolusi science inilah menurut Kuhn perkembangan ilmu akan terjadi. Dengan paradigma baru para pengikutnya mulai melihat subjek maler dari sudut pandang yang baru dan berbeda dengan yang semula, dan teknik metodologinya lebih unggul dibanding paradigma klasik dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Berdasarkan paradigma baru inilah tradisi ektra ordinari science dilakukan oleh para komunitas ilmuan yang mendukungnya dan sampai pada tahap tertentu dapat meyakinkan para pendukung paradigma

klasik tentang keberadaan paradigma baru yang lebih mendekati kebenaran dan lebih unggul dalam mengatasi science di masa depan. Menurut Kuhn, tidak ada paradigma yang sempurna dan terbebas dari kelainan-kelainan (anomali), sebagai konsekwensinya ilmu harus mengandung suatu cara untuk mendobrak keluar dari satu paradigma ke paradigma lain yang lebih baik, inilah fungsi revolusi tersebut. D. REVOLUSI SAINS: PERMASALAHAN DAN KEUTAMAANNYA Sebagaimana telah disinggung dalam uraian terdahulu, revolusi sains muncul karena adanya anomali dalam riset ilmiah yang dirasakan semakin parah, dan munculnya krisis yang tidak dapat diselesaikan oleh paradigma yang dijadikan referensi riset. Revolusi sains di sini dianggap sebagai episode perkembangan non-kumulatif yang di dalamnya paradigma yang lama diganti sebagian atau seluruhnya oleh paradigma baru yang bertentangan. Adanya revolusi sains bukan merupakan hal yang berjalan dengan mulus tanpa hambatan. Sebagian ilmuwan atau masyarakat sains tertentu ada kalanya tidak mau menerima paradigma baru. Dan ini menimbulkan masalah sendiri yang memerlukan pemilihan dan legitimasi paradigma yang lebih definitif. Dalam pemilihan paradigma tidak ada standar yang lebih tinggi dari pada persetujuan masyarakat yang bersangkutan. Untuk menyingkapkan bagaimana revolusi sains itu dipengaruhi, kita tidak hanya harus meneliti dampak sifat dan dampak logika, tetapi juga teknik-teknik argumentasi persuasif yang efektif di dalam kelompok-kelompok yang sangat khusus yang membentuk masyarakat sains itu. Oleh karena itu permasalahan paradigma sebagai akibat dari revolusi sains, hanyalah sebuah konsensus yang sangat ditentukan oleh retorika di kalangan akademisi dan atau masyarakat sains itu sendiri. Semakin paradigma baru itu diterima oleh mayoritas masyarakat sains, maka revolusi sains kian dapat terwujud. Selama revolusi, para ilmuwan melihat hal-hal yang baru dan berbeda dengan ketika menggunakan instrumen-instrumen yang sangat dikenal untuk melihat tempat-tempat yang pernah dilihatnya. Seakan-akan masyarakat profesional itu tiba-tiba dipindahkan ke daerah lain di mana obyek-obyek yang sangat dikenal sebelumnya tampak dalam penerangan yang berbeda dan juga berbaur dengan obyek-obyek yang tidak dikenal. Kalaupun ada ilmuwan yang tidak mau menerima paradigma baru sebagai landasan risetnya, dan ia tetap bertahan pada paradigma yang telah dibongkar dan sudah tidak mendapat dukungan lagi dari mayoritas masyarakat sains, maka aktivitas-aktivitas risetnya hanya merupakan tautologi, yang tidak berguna sama sekali. E. DAMPAK REVOLUSI KUHN TERHADAP PEMIKIRAN ISLAM DAN PENDIDIKAN ISLAM Konsep Kuhn tentang science progres yang terdapat dalam bukunya The Structure Of Scientific Revolution yang berpusat pada paradigma, telah mendobrak adanya citra suatu pencapaian ilmiah yang absolut, atau suatu yang mempunyai kebenaran seakan-akan suigeneris dan objektif. Kuhn menyatakan bahwa, pengetahuan tidak terlepas dari ruang dan waktu. Konsep dan pandangan Kuhn tentang science progres tersebut memungkinkan terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat dengan revolusi besar menuju ke arah yang makin mendekati kesempurnaan dan lebih sesuai dengan kondisi sejarah dan zaman. Dengan konsep paradigmanya yang fleksibel dan tidak ketat di satu sisi, mampu mendukung adanya tradisi-tradisi ilmiah dan melepaskan adanya ketergantungan observasi pada teori. Di sisi lain, sifat paradigma yang tidak sempurna dan tidak terbebas dari anomali-anomali,

mampu mendorong terjadinya suatu revolusi science dan mencapai kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat. 1 Paradigma lahir menurut zamannya Setiap paradigma yang muncul adalah diperuntukkan mengatasi dan menjawab teka-teki atau permasalahan yang dihadapi pada zaman tertentu. Jika mengikuti pendapat Kuhn, bahwa ilmu pengetahuan itu terikat oleh ruang dan waktu, maka sudah jelas bahwa suatu paradigma hanya cocok dan sesuai untuk permasalahan yang ada pada saat tertentusaja. Sehingga apabila dihadapkan pada permasalahan berbeda dan pada kondisi yang berlainan, maka perpindahan dari satu paradigma ke paradigma yang baru yang lebih sesuai adalah suatu keharusan. Sebagaimana dalam ilmu-ilmu sosial yang berparadigma ganda, usaha-usaha dalam menemukan paradigma yang lebih mampu menjawab permasalahan yang ada sesuai perkembangan zaman terus dilakukan. Perpaduan antara paradigma fakta sosial, paradigma perilaku sosial, dan paradigma definisi sosial yang masing-masing mempunyai perbedaan dan berlawanan diformulasikan dalam suatu paradigma yang utuh yang dapat memecahkan permasalahan yang lebih kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Dari hal tersebut mencerminkan adanya suatu kemajuan dalam bidang tertentu jika terjadi revolusi-revolusi yang ditandai adanya perpindahan dari paradigma klasik ke paradigma baru. 1 Aplikasi Paradigma dalam Ilmu Agama Mungkinkan revolusi yang ditandai konversi paradigma tersebut terjadi dalam ilmu-ilmu agama? Pertanyaan itu paling tidak mengingatkan kita pada sejarah penetapan hukum oleh salah satu imam mazhab empat yang terkenal dengan qaul qadim dan jadidnya. Adanya perubahan (revolusi) tersebut terjadi karena dihadapkan pada perbedaan varian kondisi ruang dan waktu. Berpijak pada hal tersebut dan pola yang dikembangkan Kuhn maka sudah menjadi keniscayaan untuk menemukan paradigma baru dalam menjawab permasalahan dan tantangan zaman. Paradigma yang telah dibuat pijakan oleh para ulama terdahulu yang muncul sesuai dengan varian kondisi ruang dan waktunya serta kecenderungan profesionalnya perlu dipertanyakan dengan melihat kenyataan-kenyataan yang terjadi pada saat terakhir ini. Sebagai contoh, pemikir muslim Hasan Hanafi dengan konsep kiri Islamnya, telah mencoba menawarkan paradigma baru dalam ajaran pokok Islam, yakni Tauhid. Konsep atau ajaran Tauhid yang hanya dipandang dan dilekatkan pada ke-Esaan Tuhan perlu dirubah dan diperluas sebagai suatu konsep ketauhidanmakhlukNya sehingga akan terbentuk pola kehidupan umat yang seimbang antara ritual dan sosial, lahir dan batin, dunia dan akherat. Sehingga umat dapat melaksanakan tugas dan fungsinya di dunia dengan baik. Dan masih banyak lagi bidang-bidang yangperlu adanya pengembangan paradigma baru. 1 Aplikasi Paradigma dalam Pendidikan Agama Tidak terlepas dari pengaruh revolusi terhadap pemikiran Islam, maka dalam pelaksanaan pendidikan agamapun akan berubah sebagaimana perubahan dalam paradigma pemikiran Islam. Dari segi Materi jelas akan mengikuti perubahan pemikiran Islam tersebut. Dan dari segi teori belajar, akan memiliki perubahan yang signifikan. Istilah paradigma identik dengan skema dalam teori belajar. Skema adalah suatu struktur mental atau kognisi yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema ini akan beradaptasi dan berubah seiring perkembangan mental anak.

Perubahan skema ini bisa mengambil bentuk asimilasi atau akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. F. Kajian Pustaka Idris, Zilhardi. Manusia Ber Ilmu Yang Cinta Kearifan Sebuah Kajian Filsafat. http://eprints.ums.ac.id/86/1/suhuf_manusia_berilmu.doc Kuhn, Thomas S. The Structure Of Scientific Revolution: Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains. Bandung: Rosda. 2002. Najib, Aan. Paradigma dan Revolusi Sains: Telaah atas Konsep Pemikiran Thomas Samuel Kuhn dan Implikasinya dalam Wacana Pendidikan. http://us.geocities.com/rofiq-unique/j34.html Syah, Rangga Ramdan. Revolusi Ilmu Thomas Kuhn. http://slendangwetan29.blogspot.com/2008/02/revolusi-ilmu-thomas-khun.html Team Aqidah-Filsafat. Paradigm Shift Thomas Kuhn. http://loekisno.wordpress.com/page/5/

Anda mungkin juga menyukai