ANDALUSIA
Dosen Pengampu
Kadir Munir, S.Sos.I, S.Pd, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 8
1) Ainun nisa
2) Warda Tunnur
Semester : I – PAI
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Naik tahtanya Bani Umayah tidak hanya menunjukkan suatu perubahan
dinasti, tetapi juga berarti pemutarbalikan suatu prinsip dan lahirnya beberapa
faktor baru yang menggunakan pengaruh sangat kuat atas kekayaan kerajaan dan
perkembangan bangsa, sehingga dapat menjadikan pemerintahannya yang
makmur dan terjamin kehidupannya. Termasuk dalam masa pemerintahan Walid
bin Abdul Malik yang disebut-sebut sebagai masa kejayaan dari Daulah Bani
Umayah.
Pada zaman kekhalifahan Rasyidin, khalifah dipilih oleh rakyatdi
Madinah, dan pemilihan itu dihormati oleh bangsa-bangsa di luar bangsa Arab.
Akan tetapi, sejak zaman Mu‟awiyah penguasa yang sedang memerintah itu mulai
mencalonkan penggantinya dan tokoh kerajaan mengangkat sumpah setia
kepadanya dalam upacara kerajaan. Dan itu berlanjut secara turun-menurun dalam
sistem pemerintahan monarkhi. Termasuk dari pemerintahan Abdul Malik bin
Marwan kepada Walid bin Abdul Malik dalam pengalihan jabatan sebagai
khalifah menggunakan sistem pemerintahan monarkhi. Maka dari itu dalam
makalah ini akan menguraikan beberapa hal mengenai Peradaban Islam pada
masa Walid bin Abdul Malik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dinamika kepemimpinan Khalifah Walid bin Abdul Malik?
2. Bagaimana peradaban Islam di Spanyol dan Andalusia?
3. Bagaimana Andalusia Sebelum datangnya Islam dan sesudahnya?
4. Bagaimana kondisi Andalusia dan Spanyol saat ini?
5. Bagaimana perkembangan dinamika intelektual pada masa dinasti Abbasiyah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dinamika kepemimpinan Khalifah Walid bin Abdul Malik.
2. Untuk mengetahui peradaban Islam di Spanyol dan Andalusia.
1
3. Untuk mengetahui Andalusia Sebelum datangnya Islam dan sesudahnya.
4. Untuk mengetahui kondisi Andalusia dan Spanyol saat ini.
5. Untuk mengetahui perkembangan dinamika intelektual pada masa dinasti
Abbasiyah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Khalifah
1) Penaklukan dan pemerintahan
Al-Walid melanjutkan kebijakan ayahnya untuk meluaskan
wilayah kekhalifahan. Tidak ada yang menantang kedudukannya
sebagai khalifah sebagaimana pada masa tiga pendahulunya, sehingga
Al-Walid dapat lebih memusatkan perhatian pada upaya penaklukan di
timur dan barat. Masa pemerintahannya dipandang sebagai salah satu
periode terkuat kekhalifahan.
2) Peta perluasan wilayah kekhalifahan pada masa Umayyah
Keberhasilan dalam masa kekuasaan Al-Walid tidak terlepas
dari para gubernur berpengaruh yang berkuasa atas namanya.
Sepupunya, 'Umar bin 'Abdul 'Aziz, ditunjuk sebagai gubernur di
kawasan Hijaz dan dia berhasil meredakan ketegangan yang
disebabkan luka politik antara penduduk setempat dengan pihak
Umayyah.
Al-Walid menaruh perhatian besar pada pengembangan militer.
Dia membangun angkatan laut terkuat pada masa Umayyah dan
menjadi kunci penting penaklukan Iberia. Pada tahun 711, pasukan
kekhalifahan telah menyeberang Selat Gibraltar dan di bawah
kepemimpinan dari Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad, pasukan
Umayyah yang terdiri dari bangsa Arab dan Berber mulai
menaklukkan kawasan tersebut. Tahun 716, Umayyah sudah berhasil
menguasai Iberia dan sebagian Franka (Prancis).
Seperti ayahnya, ia melanjutkan untuk memberikan kebebasan
pada Al-Hajjaj bin Yusuf, dan kepercayaan tersebut berbuah
kemenangan. Al-Hajjaj bertanggung jawab memilih panglima yang
berhasil membawa kemenangan di timur. Muhammad bin Qasim
berhasil menundukkan Sindh pada 711, membuka jalan penaklukan
India pada masa-masa selanjutnya.] Qutaibah bin Muslim, salah satu
panglima Umayyah dan gubernur Khurasan, menaklukkan Samarkand,
dan mengirim duta ke Tiongkok.
4
Dalam menjalankan pemerintahan di kawasan timur, Al-Hajjaj
sendiri sangat keras dalam menekan para penentang Umayyah, di
antaranya adalah kelompok Syi'ah. Keadaan ini membuat mereka
mengungsi ke Madinah dan hidup dalam perlindungan 'Umar bin
'Abdul 'Aziz di sana. Al-Hajjaj mengkritik 'Umar karena dinilai terlalu
lemah terhadap para penentang yang berpotensi menggoyahkan
kekuasaan Umayyah sehingga dia meminta Al-Walid untuk
memberhentikan 'Umar. Al-Walid sepakat, kemudian mengangkat
'Utsman bin Hayyan sebagai Gubernur Makkah dan Khalid bin
'Abdullah sebagai Gubernur Madinah.
3) Kebijakan lain
Al-Walid merupakan penggemar arsitektur dan memerintahkan
berbagai pembangunan di masanya. Sekitar tahun 701 pada masa
kekuasaan ayahnya, Al-Walid memerintahkan pembangunan Jami' Al-
Aqsha, tempat shalat di Masjid Al-Aqsha bagian selatan. Pada tahun
707, Al-Walid memerintahkan perluasan Masjid Nabawi di Madinah.
Untuk pertama kalinya, menara masjid dibangun dengan didirikannya
empat menara di Masjid Nabawi. Al-Walid juga memerintahkan
pembangunan jalan dan sumur-sumur di Hijaz.
Di Damaskus, Al-Walid mengubah basilika Kristen yang
dipersembahkan untuk Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya dalam Islam)
menjadi masjid agung. Basilika ini sendiri awalnya adalah kuil
Romawi untuk pemujaan Dewa Yupiter. Masjid ini, kemudian dikenal
dengan Masjid Agung Umayyah, selesai dibangun pada 715, beberapa
saat setelah Al-Walid mangkat. Dikatakan bahwa kepala Nabi Yahya
dikebumikan di kompleks masjid ini.
Al-Walid juga termasuk yang pertama membangun rumah
perawatan untuk tunagrahita dan membangun rumah sakit pertama
yang menampung mereka sebagai bagian dari layanannya. Setiap
penderita juga memiliki perawat yang ditugaskan merawat mereka.[19]
Dia juga mengembangkan sistem kesejahteraan, lembaga pendidikan,
dan langkah-langkah untuk apresiasi seni.
5
Al-Walid juga dikenal karena kesalehan pribadinya dan banyak
cerita menyebutkan bahwa ia terus-menerus mengutip Al-Qur'an dan
selalu menjadi tuan rumah yang menyajikan jamuan besar untuk
orang-orang yang berpuasa selama bulan Ramadhan.
c. Pewaris takhta
Pada masa akhir kekuasaan 'Abdul Malik, Al-Walid diangkat
sebagai putra mahkota pertama dan Sulaiman, adik kandung Al-Walid,
sebagai putra mahkota kedua. Hal ini membuat saat Al-Walid menjadi
khalifah, Sulaiman berada di urutan pertama sebagai pewaris takhta
menurut keputusan 'Abdul Malik.
Meski demikian, Al-Walid berencana untuk mengangkat putranya
sendiri, 'Abdul 'Aziz, menjadi putra mahkota pertama menggantikan
Sulaiman. Rencana Al-Walid didukung oleh Al-Hajjaj dan Qutaibah bin
Muslim. Sulaiman sendiri menolak untuk menyerahkan kedudukannya
saat diminta Al-Walid. Saat Al-Walid mengundangnya ke Damaskus yang
direncanakan akan dilangsungkan peralihan posisi putra mahkota secara
resmi, Sulaiman mengulur waktu untuk memenuhi undangan tersebut. Al-
Walid mangkat pada tahun 715 sebelum rencana tersebut diresmikan.
Pemuka Umayyah kemudian melantik Sulaiman sebagai khalifah yang
baru. Al-Walid sendiri kemudian dikebumikan di pemakaman Bab ash-
Shaghir.
Dua putra Al-Walid baru menjadi khalifah pada masa-masa akhir
kekuasaan Umayyah di Syria.
2. Pembangunan dan Kondisi Negara di masa Walid bin Abdul Malik
Masa kekuasaan Walid bin Abdul Malik yang disebut-sebut sebagai
masa kemenangan yang luas. Pengepungan yang gagal atas kota
Konstantinopel di masa Muawiyah bin Abu Sofyan, dihidupkan kembali
dengan memberikan pukulan-pukulan yang cukup kuat. Walaupun cita-cita
untuk menundukkan ibu kota Romawi tetap saja belum berhasil, tetapi
tindakan itu sedikit banyak berhasil menggeser tapal batas pertahanan islam
lebih jauh ke depan, dengan menguasai basis-basis militer Kerajaan Romawi
di Mar‟asy dan „Amuriyah.
6
Perbaikan-perbaikan dalam negeri dengan karya-karya besar Al-Walid
diantaranya adalah:1
a. Mendirikan gedung-gedung, bangunan-bangunan dan pabrik-pabrik.
b. Mengumpulkan dan menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim piatu
serta mendirikan banyak sekolah serta para pendidik dengan jaminan
hidup dan gaji yang teratur.
c. Mendirikan rumah sakit khusus dan jaminan hidup kepada rakyatnya yang
kurang beruntung (orang buta, orang cacat, orang yang berpenyakit kusta,
dan orang lumpuh) serta pelayan atau perawat khusus untuk merawat dan
mengurusi mereka dengan perawatan yang sesuai syarat-syarat kesehatan,
dimana para perawat mendapatkan gaji tertentu.
d. Membangun jalan-jalan raya di seluruh kerajaan, terutama jalan yang
menuju ke tanah Hejaz .
e. Membuat sumur-sumur di sepanjang jalan dan pegawai-pegawai yang
bertugas mengurusi sumur-sumur ini dan menyediakan air kepada para
kafilah yang melewati jalan ini.
f. Membangun Masjid Jami‟ Damaskus dengan arsitektur yang indah dan
selesai di akhir masa pemerintahannya selama 10 tahun.
g. Membangun kembali dan memperluas Masjid Nabawi di Madinah oleh
gubernur Madinah, Umar bin Abdil Aziz. Dibongkar dan dibangun
kembali dengan memperluas serta menggabungkan bekas dari kamar-
kamar istri-istri Rasulullah.
h. Membangun masjid di setiap kota, semisal Masjid Aqsa di Yerusalem.
i. Al-Qur‟an dan Hadits dipelajari dengan penuh perhatian, baik di Kufah
maupun di Basrah.
j. Perdagangan tumbuh dengan pesat, khalifah sendiri mengunjungi pasar-
pasar.
k. Mengembangkan manufaktur dan desain.
Selain perbaikan dan pembangunan yang dilakukan di atas yang maju,
kondisi negara yang aman saat beliau memerintah juga sangat stabil di seluruh
1
Al-„Usairy, Ahmad Terj. Samson Rahman, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka
Sarana, 2003), h. 89
7
negeri, karena khawarij tidak memiliki gigi pergerakan dan tidak ada
pemberontakan di masa pemerintahannya. Masa pemerintahannya selama 10
tahun sangat sejahtera, aman, dan stabil.
Masa pemerintahan Al-Walid pada umumnya dapat disebut masa
kemakmuran, keamanan, kedamaian, dan ketentraman. Dengan adanya
kekayaan dan kesatuan bulat, terutama keteguhan iman Al-Walid. Dengan
menilainya dari awal hingga akhir, tidak salah kalau dikatakan pemerintahan
Walid bin Abdul Malik lebih gemilang dan lebih mengesankan dibandingkan
dengan pemerintahan siapapun dari pada pendahulu dan para penerusnya.
3. Penaklukan dan Perluasan Wilayah di masa Walid bin Abdul Malik
Pada masa pemerintahannya terjadi penaklukan yang demikian luas.
Penaklukan ini meliputi banyak kawasan, diantaranya:2
a. Kawasan Barat
Panglima pasukan Islam Maslamah bin Abdul Malik sampai di
daerah Amuriyah (dekat Ankara) dan Hiraqlah salah satu wilayah
Romawi, lalu berhasil menaklukannya pada tahun 89 H / 707 M. Kaum
muslimin berhasil mencapai Teluk Konstantinopel. Mereka juga
menyerang Azerbaijan yang penduduknya selalu melanggar kesepakatan
yang mereka lakukan. Di kawasan ini terjadi banyak peperangan pada
tahun 93 H / 711 M.
Laut Tengah. Pasukan Islam berhasil menaklukan kepulauan Sisilia
dan Merovits pada tahun 89 H / 707 M. .
Musa bin Nushair diangkat menjadi gubernur di pantai Laut
Tengah hingga ke selatan Mesir. Beliau melakukan beberapa penaklukan
besar di Barat. Beliau mengalahkan Bangsa Barbar dan menyebarkan
agama islam yang banyak menimbulkan kesulitan kepada para
pendahulunya dan mendirikan kembali kekuasaan khalifah hingga ke tepi
Lautan Atlantik. Beliau mengirim beberapa ekspedisi untuk melawan
Bangsa Romawi yang menimbulkan kerusuhan terhadap umat islam di
2
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997),
h. 174
8
Laut Tengah, dengan bantuan armada laut, merebut pulau Ivika, Minorca,
dan Majorca, dekat Pantai Spanyol.
Penaklukan Andalusia. Panglima kaum muslimin Musa bin
Nushair bertekad untuk menyeberangi selat yang memisahkan Benua
Afrika dan Eropa. Tujuannya untuk menyebarkan islam di Eropa dan
memasukannya menjadi bagian dari pemerintahan islam. Maka, Beliau
memberangkatkan panglima islam asal Barbar yang bernama Thariq bin
Ziyad ke Andalusia melalui Laut Merah dengan 7000 tentara merebut
benteng yang kemudian dinamai Jabal Al-Thariq. Beliau menyerbu dan
mengalahkan Roderic di tepi Sungai Guadalete dekat Medinia-Sidonia
pada bulan September 93 H / 711 M. Dalam pelariannya Roderic
tenggelam di Sungai Guadalete. Setelah itu Thariq bin Ziyad merebut
Sidonia, Carmona dan Granada. Setelah Kordoba di taklukan Beliau
menuju Toledo, ibukota Spanyol dalam waktu singkat sebagian besar
wilayah Spanyol tunduk akan kekuasaan islam.
Di antara perang yang paling terkenal adalah Perang Lembah
Langkah dimana Beliau berhasil mengalahkan Goth dan membunuh Raja
mereka, Ludzrig. Andalusia berhasil ditaklukan pada tahun 92 H / 710 M.
Kemudian Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair sampai di Pegunungan
Baranes dan berhasil menaklukan semua wilayah itu kecuali Jahiliyah.
b. Kawasan Timur
Kawasan Asia tengah, Qutaibah bin Muslim al-Bahili berhasil
menaklukan kota Tashkent pada tahun 87 H / 705 M. Masyarakat di
daerah ini selalu menimbulkan kesulitan bagi orang Islam dengan
melakukan pemberontakan. Untuk mengakhiri kerusuhan ini, Hajjaj bin
Yusuf memecat Yazid bin Muhallab yang gagal menundukkan mereka,
dan diganti oleh Qutaibah bin Muslim. Ternyata Beliau orang yang tepat
dalam memangku tugas yang dipercayakan kepadanya. Beliau membawa
seluruh Asia Tengah ke dalam kekuasaan Islam.
Pertama kali menyerbu Balkh dan Turkaristan pada tahun 88 H /
706 M. Raja dari tempat ini tunduk kepadanya dan setuju membayar upeti
kepada khalifah. Beliau menyerang negeri Saghd, Nasef, dan Kush pada
9
tahun 89 H / 707 M. Qutaiba bin Muslim berhasil menaklukan Bukhara
pada tahun 91 H / 709 M, kemudian menyeberangi Sungai Oxus dan
menyerbu Kawazhima. Mendengar kabar bahwa Samarkand telah
melepaskan diri dari kekuasaan islam maka Qutaibah bin Muslim beserta
pasukannya memerangi dan merebut kota ini pada tahun 93 H / 711 M.
Dan ini berlanjut hingga dua atau tiga tahun berikutnya, yaitu menyerang
wilayah Syasy dan Farghanag hingga mencapai Khauqand pada tahun 94
H / 712 M. Beliau juga berhasil membuka Kota Kabul pada tahun 94 H /
712 M, kemudian Kashgar (kini wilayah Turkistan Timur) pada tahun 96
H / 714 M. Kabarnya perluasan sampai perbatasan Cina di tahun 96 H /
714 M, menyerbu Cina, Turkestan, dan juga merebut kasygar.
Panglima Islam ini berhasil meluaskan penaklukannya hingga
wilayah-wilayah yang berada di antara dua sungai (wilayah yang dulu
sebagian besar masuk wilayah Uni Soviet dan Afghanistan). Beliau
melanjutkan misi militernya ini hingga sampai ke perbatasan Cina dan
mewajibkan penguasa di sana untuk membayar jizyah. Hingga di sini
Qutaibah bin Muslim berhenti melakukan ekspansi ke kawasan timur.
Qutaibah bin Muslim berhasil membuka wilayah yang sangat luas. Luas
wilayah taklukannya diperkirakan sekitar 4.000.000 kilometer persegi
yang memanjang dari bagian tengah negeri Kaukaz membentang ke bagian
selatan Laut Khazr. Sementara itu, ke bagian utara meliputi Asia Tengah,
ke timur bagian ke bagian Turkistan, dan ke barat ke Kabul (Afghanistan
dan Sajistan).
Wilayah Sind dan India. Yang disebut dengan Sind adalah provinsi
Sind yang berada di negara Islam Pakistan saat ini. Hajjaj bin Yusuf
mengirimkan pasukan dalam jumlah yang sangat besar ke negeri itu di
bawah pimpinan seorang panglima muda islam yang bernama Muhammad
bin Qasim ats-Tsaqafi (saudara sepupu Hajjaj bin Yusuf sendiri). Panglima
muda ini berhasil menorehkan kemenangan-kemenangan dan membunuh
Dahir, Raja Sind. Beliau berhasil menduduki wilayah Sind antara tahun
93-94 H / 711-714 M. Kemenangan ini merupakan kemenangan terbesar
10
yang dicapai pada saat itu. Penyebab ekspedisi ini adalah adanya gangguan
terhadap gubernur Arab oleh bajak laut dari Sind.
Raja Sind Dahir menolak mengabulkan permintaan gubernur itu.
Beberapa usaha dilakukan untuk menghukum raja di samping menghukum
para bajak laut, tetapi semua usaha tidak berhasil hingga Muhammad bin
Qasim dapat memulihkan prestise dan kehormatan gubernur Arab itu.
Beliau menyerang kerajaan Dahir. Dahir berusaha sekuat tenaga
menyelamatkan negerinya dari kekuasaan asing, tetapi akhirnya dia kalah
dan dibunuh. Kemudian Sind, Multan dan sebagian wilayah Punyab
diduduki dan dijadikan wilayah kerajaan Islam. Pasukan muslim juga
membuat kemajuan besar pada waktu ini di Armenia dan Asia Kecil. Akan
tetapi, semua penaklukan yang lain dari pemerintahannya menjadi pudar
sebelum penaklukan Barat. Pada masa inilah pemerintahan islam mencapai
wilayah yang demikian luas dalam rentang sejarahnya.3
3
Syalabi, Ahmad Terj. Mukhtar Yahya dkk, Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2,
(Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1997), h. 155
11
sisa musuh Islam di Spanyol yang tinggal di daerah pegunungan. Periode
para wali ini berakhir setelah datangnya „Abd Al-Rahman Al-Dahil ke
Spanyol pada tahun 755 M.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini Spanyol di bawah pemerintahan Abbasiyah di
Baghdad. Amir (panglima atau gubernur) yang pertama adalah
Abdurrahman I yang memasuki Spanyol, tahun 138 H/755 M dan diberi
gelar Al-Dahil (yang masuk ke Spanyol). „Abd AlRahman Al-Dahil adalah
keturunan dari Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani
Abbasiyah ketika Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Bani Umayyah
di Spanyol. Pada periode ini, umat Islam mulai memperoleh kemajuan, baik
dalam bidang politik atau pun peradaban. „Abd Al-Rahman Al-Dahil
mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar di
Spanyol.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan „Abd Al-
Rahman III yang bergelar “An-Nasir”. Pada periode umat Islam di Spanyol
mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi daulah Abbasiyah di
Baghdad. „Abd Al-Rahman mendirikan Universitas Cordova,
perpustakaannya memiliki ratusan buku. Pada masa ini, masyarakat dapat
menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada masa ini Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi beberapa
negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan pada periode ini
Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan
raja-raja golongan atau Al-mulukut Tawaif yang berpusat di suatu kota
seperti sevilla, Cordoba, Taledo dan sebagainya.
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa
negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan yakni kekuasaan Dinasti
Murabitun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahiddun (1146-1235 M). Dalam
perkembangan selanjutnya, pada periode ini kekuasaan Islam Spanyol
12
dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah sehingga mengakibatkan
beberapa wilayah Islam dapat dikuasai oleh kaum Kristen.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini Islam hanya berkuasa di Granada di bawah Dinasti
Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di
zaman „Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik dinasti ini hanya
berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan
pertahanan yang terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-
orang istana dalam memperebutkan kekuasaan.5
Pembangunan fisik juga mendapat perhatian umat Islam ketika itu.
Untuk melancarkan akses ekonomi dan perdagangan, jalan-jalan dan pasar
dibangun, bidang pertanian demikian juga. Sistem irigasi yang sebelumnya tidak
dikenal, kemudian diperkenalkan oleh orang Islam kepada masyarakat Spanyol.
Demikian pula bangunan dan gaya arsitektur yang diwariskan Islam kepada
Spanyol sangat berdampak besar bagi kemajuan Eropa hari ini. Diantara
bangunan-bangunan monumental yang bernilai arsitektur tinggi yang masih
tegak sampai saat ini adalah: Masjid Jami‟ dan Madinat Az-Zahra‟ di Cordova,
istana puri Al-Hamra‟ (Al-Hambra) di Granada serta Al-Cazar di Seville
(Shiddiqi, 1986). Masjid Jami‟ Cordova adalah salah satu contohnya yang
memiliki tiang berjumlah 1293 buah bagaikan pepohonan rimba yang menopang
atap dibangun pada masa pemerintahan Abdurrahman I ad-Dakhil (756-788 M)
dan selesai pada tahun 793 M pada masa pemerintahan Hisyam I (788-822 M)
(El-Haji, 2008).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam perkembangan
peradaban Islam di Spanyol ini, Islam telah berkuasa selama tujuh setengah
abad, dan sejarah panjang Islam di Spanyol tersebut dibagi dalam enam periode.
Pertama, dimana Spanyol masih berada di bawah pemerintahan para wali yang
diangkat oleh Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini
stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai sempurna, berbagai gangguan
masih terjadi baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Kedua,
Spanyol di bawah pemerintahan Abbasiyah di Baghdad. Amir (panglima
atau gubernur) yang pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol,
13
tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dahil (yang masuk ke Spanyol). Ketiga,
umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi
daulah Abbasiyah di Baghdad. „Abd Al-Rahman mendirikan Universitas
Cordova, perpustakaannya memiliki ratusan buku. Pada masa ini, masyarakat
dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi. Keempat, masa ini
Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil yang berpusat di
kota-kota tertentu. Kelima, dalam perkembangan selanjutnya, kekuasaan Islam
Spanyol dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah sehingga mengakibatkan
beberapa wilayah Islam dapat dikuasai oleh kaum Kristen. Keenam, Islam hanya
berkuasa di Granada di bawah Dinasti Ahmar (1232-1492). Kekuasaan Islam
yang merupakan pertahanan yang terakhir di Spanyol ini berakhir karena
perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan.
Berikut empat peninggalan kerajaan Andalusia yang mungkin jarang
diketahui :
1. Masjid Cordoba
Masjid Cordoba didirikan oleh Pangeran Abdul Rahman yang
sebelumnya diasingkan dari Dinasti Umayah di Damaskus. Dalam hal ini, dia
ingin membuat sebuah masjid yang bisa menyaingi masjid-masjid besar di
Baghdad dan Damaskus. Maka, dibuatlah masjid Cordoba.
2. The Alhambra
Alhambra ini berada di Granada. Letaknya di bukit berbatu yang sulit
diakses. Alhambra menjulang seperti kastil megah dengan keindahan
eksteriornya.
3. The Royal Alcazar
The Royal Alcazar terletak di Spanyol bagian selatan, tepatnya Kota
Sevilla. Bangunan ini merupakan istana kerajaan yang dibangun penguasa
Moor saat menduduki Andalusia
4. Medina Azahara
Sekitar tahun 936 ketika Abdul Rahman III berkuasa di Cordoba, dia
mulai pembangunan kota Islamnya yang megah. Dia memberinya nama
Madinat az-Zahra dan berlokasi sekitar 5 mil dari ibu kota Andalusia,
14
Cordoba.
15
memperluas wilayah kekuasaanya dengan menduduki Aljazair dan Maroko.
Selain itu, ia menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan
bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia
dan berjanji akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka
lakukan sebelumnya.
Dalam proses penaklukan Spanyol ada 3 pahlawan Islam yang memimpin
pasukan kesana yakni Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair.
Namun, yang sebagai perintis dan penyelidik kedatangan Islam ke Andalusia
adalah Tariq ibn Ziyad.Ia yang telah memimpin pasukan tentera menyeberangi
lautan Gibralta (Jabal Thariq) menuju ke semenanjung Iberia. Musa ibn Nushair
pada tahun 711 M, mengirim pasukan Islam dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad
yang hanya berjumlah 7000 orang dan tambahan pasukan 5000 personel yang
memang tak sebanding dengan tentera pasukan Gothik yang berkekuatan 100.000
lengkap bersenjata. Namun, pada akhirnya, Thariq bin Ziyad mencapai
kemenangan, dengan mengalahkan Raja Foderick di Bakkah dan menaklukan
kota-kota penting seperti Cordova, Granada, Toledo dan hingga akhirnya
menguasai seluruh kota penting di Spanyol.
Kemenangan-kemenangan Islam terlihat nampak begitu mudah. Tentu hal
ini didorong oleh faktor-faktor baik karena tokoh-tokoh pejuang dan prajurit Islam
yang kuat, kompak dan penuh percaya diri dan juga didorong oleh faktor-faktor
yang menguntungkan Islam yakni kondisi sosial, politik dan ekonomi Spanyol
yang buruk pada waktu itu.
16
mereka terusir dari tanahnya sendiri. Atau bagi yg ingin menetap Spanyol siap-
siap untuk menjadi murtad.
Perlu diketahui bahwa biasanya wilayah muslim merupakan penduduk
setempat yang ketika Islam datang mereka memilih memeluk agama Islam.
Sehingga banyak juga yg merasa berat meninggalkan Andalusia karena tanah
kelahirannya sendiri. Namun dengan masuknya kembali kekuasaan Raja
Ferdinand, penduduk Andalusia diikat dengan perjanjian ethnis cleansing tersebut.
hanya yg beragama Kristen yg boleh tinggal disana, sedangkan Islam dan Yahudi
harus meninggalkan Andalusia atau Murtad. Melihat mereka yg murtad masih saja
berdialek dengan bahasa lama, masih memakai pakaian muslim dan berbahasa
Arab, makin besarlah kekejaman Inkusisi untuk membunuh orang-orang murtad
yg masih setengah-setengah ini. (ya namannya juga dipaksa murtad demi
menyelamatkan diri)
Dengan cara itulah Muslim Andalusia hilang dan lenyap, melalui ethnis
cleansing atau pembunuhan yg tidak manusia dibawah Mahkamah Inkuisisi
Spanyol Setelah itu, umat muslim di Semenanjung Iberia banyak yang masuk
Kristen dan sebagian lainnya dibiarkan menjadi Islam minoritas. Pada dasarnya,
peristiwa Reconquista telah membalikkan status muslim dan Kristen di Spanyol.
Orang-orang Kristen kemudian didorong untuk bermigrasi ke selatan dan banyak
masjid yang dialihfungsikan menjadi gereja.
17
Spanyol.4 Adapun kemajuan intelektual yang pernah dicapai masyarakat Spanyol
saat itu adalah sebagai berikut.
a. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat
brilian, ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu
pengetahuan Yunani Arab ke Eropa. Minat terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke 9 selama pemerintahan
Muhammad ibn Abdurrahman (832-886).5 Kemudian atas inisiatif al-Hakam,
karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah yang besar,
sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitasnya mampu menyaingi
Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan didunia Islam.
Tokoh utama pertama dalam filsafat Arab-Spanyol adalah Ibn Bajjah,
ia dilahirkan di Saragosa kemudian ia pindah ke Sevilla dan Granada. Masalah
yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis, magnum opusnya adalah
Tadbir al Mutawahhid. Tokoh utama kedua adalah Ibnu Thufail, ia adalah
penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada. Ia
banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya
yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan. Bagian akhir abad ke 12 M
muncul seorang pemikir besar pengikut Aristoteles yaitu Ibn Rusyd, ia lahir
tahun 1126 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-
naskah Aristoteles dan kehati-hatiannya dalam menggeluti tentang keserasian
filsafat dan agama. Dia juga ahli di bidang fiqih dengan karyanya Bidayah al-
Mujtahid.
b. Sains
Ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain
juga berkembang baik di Spanyol saat itu. Orang yang paling masyhur dalam
bidang ilmu kimia dan astronomi adalah Abbas ibn farnas, dialah yang
menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash
terkenal dalam ilmu astronomi, ia dapat menentukaan waktu terjadinya
gerhana matahari dan lamanya, juga berhasil membuat teropong modern yang
4
Luthfi Abd al-Badi‟, Al-Islam Fi isbaniya, (Kairo:Maktabah Al-Nandhah Al-Mishriyah,
1969), h. 38
5
Majid Fajhri, Sejarah Filsafat Islam, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1986), h. 357
18
dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas
dari Cordova adalah ahli di bidang obat-obatan. Umm al-Hasan-Hafidz adalah
ahli kedokteran dari kalangan wanita. Dalam bidang sejarah dan geografi,
lahir banyak pemikir terkenal, di antaranya adalah Ibn Zubair dari Valencia, ia
telah menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia, Ibn
Batuthah dari Tangier telah berhasil mencapai Samudra Pasai dan Cina, Ibn
Khatib telah berhasil menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun
adalah perumus filsafat sejarah.6
c. Fikih
Di bidang Fikih, Islam Spanyol dikenal sebagai penganut madzhab
Maliki yang dikenalkan oleh Ziyad ibn Abdurrahman. Perkembangan
selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadli pada masa Hisyam
ibn Abdurrahman. Adapun ahli fikih lainnya di antaranya adalah Abu Bakr ibn
Quthiyah, Munzir ibn Sa‟id al-Baluthi dan Ibn Hazm. Musik dan kesenian Di
bidang musik dan seni suara, tokoh yang terkenal adalah al-Hasan ibn Nafi
yang dijuluki Zaryab, ia juga terkenal sebagai penggubah lagu, kemudian ilmu
yang dimilikinya diturunkan kepada anak-anaknya dan budak-budak sehingga
kemasyhurannya tersebar luas.7
d. Bahasa dan sastra
Di bidang bahasa, bahasa arab telah menjadi bahasa administrasi
dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Sehingga mereka banyak yang mahir
dalam bahasa arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa, mereka
antara lain adalah : Ibn Sayyidah, Ibn Malik, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hallaj, Abu
Ali al-Isybili, Abu al-Hasan ibn Usfur dan Hayyan al-Gharnathi. Karya sastra
yang muncul saat itu di antaranya adalah al-„Iqd al-Farid karya Ibn Abd
Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, kitab al-
Qalaid karya al-Fath ibn Khaqan.
6
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2008), h.
102
7
A. Syalbi. op.cit. h. 169
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nama lengkapnya adalah Walid bin Abdul Malik bin Marwan. Dilahirkan
pada tahun 50 H. Dalam masa pemerintahannya dilakukan perbaikan dan
pembangunan di bidang sosial yang lebih maju diantaranya pembangunan rumah
sakit bagi penderita cacat, sekolah bagi anak-anak yatim piatu dan fakir miskin,
pembuatan jalan dan sumur-sumur di sepanjang jalan tersebut dan lain
sebagainya, serta kondisi negara yang aman saat beliau memerintah juga sangat
stabil di seluruh negeri.
Islam memainkan peran yang sangat besar. Islam di Spanyol telah
berkuasa selama tujuh setengah abad, sejarah panjang Islam di Spanyol tersebut
dibagi dalam enam periode, yaitu:
1. Periode Pertama (711-755 M)
2. Periode Kedua (755-912 M)
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Penaklukan dan perluasan wilayah di kawasan barat dan di kawasan timur,
kawasan barat sampai pada afrika, sedangkan kawasan timur sampai pada cina
oleh beberapa panglima perang diantaranya: Musa bin Nashir, Thariq bin Ziyad,
Qutaibah bin Muslim, dan Muhamad bin Qashim Ats-Tsaqafi. Adapun kemajuan
intelektual yang pernah dicapai masyarakat Spanyol saat itu adalah dibidang,
Filsafat, Sains, Fikih dan Bahasa dan sastra
B. Saran
Demikianlah penyusunan makalah ini, kami sebagai penyusun makalah ini
sangat menyadari bahwa isi makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karenanya kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk proses
penyusunan makalah selanjutnya yang lebih baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
Al-„Usairy, Ahmad Terj. Samson Rahman, 2003. Sejarah Islam, Jakarta: Akbar
Media Eka Sarana.
Ali, Terj. Adang Affandi, 2000. Studi Sejarah Islam, Bandung: Putra A Bardin.
Mufrodi, Ali, 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu.
Syalabi, Ahmad Terj. Mukhtar Yahya dkk, 1997. Sejarah dan Kebudayaan Islam
Jilid 2, Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
21