Anda di halaman 1dari 13

Ragam Agama Lokal

di Indonesia
Anggota Kelompok 4
Pengenalan Agama-Agama :

Ni’mah Afifah 1817402284


Novian Enda A 1817402285
Nur Azizah Endah S 1817402286
Nuri Safitri 1817402287
Pengertian Agama Lokal
Agama lokal, dalam hal ini agama asli adalah sebuah
bisa dinamakan dengan agama yang bukan datang
penggunaan istilah agama dari luar suku penganutnya
asli atau agama pribumi

Agama
Lokal
Sejarah Agama lokal atau kepercayaan Muncul dan berkembangnya
Agama Lokal lokal lahir dari hasil proses
perkembangan budaya, buah
kepercayaan-kepercayaan
lokal dilatarbelakangi oleh
di Indonesia renungan, dan filsafat nenek kehidupan, tradisi, adat
moyang yang kemudian istiadat dan kultur berbeda-
terpaku menjadi adat istiadat beda.
masyarakat dan turun temurun
sampai sekarang.
Jenis-Jenis Agama Lokal di Indonesia
Towani Tolotang
01 Dianut masyarakat Sindenreng Rappang
(di Sulawesi Selatan).
Secara turun-menurun diwariskan dari generasi ke generasi
melalui jalur keturunan dan konversi agama.

Kaharingan
02 Kaharingan atau yang disebut pemerintah Hindu-
Kaharingan merupakan salah satu agama asli yang berasal
dari kepercayaan kesukuan Dayak di wilayah Kalimantan.
Kaharingan memiliki ciri politeisme, namun tetap
memiliki dewa tertinggi yang disebut dengan Raying
Hattala.
Jenis-Jenis Agama Lokal di Indonesia
Aluk To Dolo
03 Berarti agama leluhur.
Disebut aluk to dolo karena setiap upacara pemujaan atau
membuat kegiatan terlebih dahulu melakukan upacara
persaksian dengan sajian kurban persembahan kepada
leluhur Yng Ilahi dalam Aluk To Dolo Puang Matuan.
04 Sunda Wiwitan
Agama asli masyarakat di tanah Pasundan. Wilayah yang masih
menjaga kepecayaan sunda wiwitan, yaitu di Cigugur,
Kabupaten Kuningan.
Ajaran Sunda Wiwitan sangat menekankan keberadaan ilahi.
dua ajaran pokok dalam Sunda Wiwitan, yaitu: Cara-ciri
manusia dan Cara-ciri bangsa.
Jenis-Jenis Agama Lokal di Indonesia
05 Kejawen
Dianut oleh masyarakat Pulau Jawa.
Ciri-ciri: religiusita, non doktriner, toleran, akomodatif,
dan optimistik.
Ciri khas dari kejawen: adanya perpaduan animisme,
agama Hindu dan Budha.
Marapu
06 Berasal dari dua kata, yakni ma dan rappu. Ma bermakna
“yang”, dan rappu bermakna “dihormati”, “disembah”,
dan “didewakan”, marappu merujuk pada arti sesuatu
yang dihormati, disembah, atau didewakan. Kepercayaan
Marappu ini terdapat di daerah Sumba.
Jenis-Jenis Agama Lokal di Indonesia
Ugamo Malim
07 Salah satu agama lokal masyarakat Batak. Hingga kini,
masih ada masyarakat yang manganut kepercayaan nenek
moyang.
Agama Djawa Sunda (ADS) /
08 Mandraisme
Berdiri tahun 1848 di desa Cigugur, Kabupaten
Kuningan, Jawa Barat. Mengambil nama pendirinya,
Pangeran Madrais Alibasa Widjaja Ningrat,
Ajarannya mendasarkan kepada kepercayaan atau ajaran
Sunda Kuno yang dikenal dengan Pikukuh Tilu.
Perkembangan Agama Lokal di Indonesia
Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1973-22 Maret 1973 mengakui eksistensi
aliran kebatinan di Indonesia dengan nama lain yakni ”Aliran Kepercayaan”.

Secara legalitas diakui Dalam praktek kebijakan-kebijakan


keberadaannya di Indonesia kerapkali berperilaku tidak adil dan
diskriminatif.

Pemerintah menuding agama atau kepercayaan masyarakat adat


sebagai agama sempalan yang harus kembali ke agama induknya.
Kepercayaan lokal tumbuh melalui jalur geneologi, yaitu
warisan untuk memeluk kepercayaan tertentu secara
turun-temurun.

Meskipun agama lokal ini masih ada sampai saat


ini, namun jumlah penganutnya berangsur
menurun oleh karena faktor eksternal.
Perkembangan agama Towani Tolotang di Sulawesi Selatan

01 02 03 04
Adanya instruksi Menolak Bermigrasi Bertahan dan terus
penguasa yang berkembang
menyerukan
penduduknya memeluk
Islam
Perkembangan Ajaran Sunda Wiwitan aliran Madrais atau Adat Karuhun Urang di Cigugur
Kuningan

01 02 03 04
Pada tahun 1964 Pada tahun 1982 Kepercayaan Djawa Sunda
Mandrais lebih
Madrais dilarang oleh muncul kembali dibubarkan oleh
memilih agama
PAKEM (Pengawas kekhawatiran dari pemerintah. Pangeran
Katolik.
Aliran Kepercayaan pastoral dengan Djatikusuma berinisiatif
Masyarakat) di bawah kembalinya menjadikan ajaran Madrais
Kejaksaan Negeri penganut Katolik ke sebagai Adat Sunda dan
setempat. agama Djawa mengembangkan ajarannya
Sunda dengan leluasa dan masih eksis
hingga saat ini
Perkembangan Agama Hindu Kaharingan di Kalimantan Selatan
Perkembangan agama Hindu Kaharingan sejak tahun 1942. Pada kaali pertama Agama Suku diangkat
dan diterima seagai agama yang terpandang dan dianggaap serius menjadi partner dalaam hal-hal
kebudayaan dan diindahkan.

Seorang penghulu, J. Saalillah, atas desakan Jepang membina agama suku itu dan memberi nama
“Kaharingan” (artinya membangkitkan hidup, membuat hidup) di Kalimantan Selatan. Desakan untuk
memeluk sebuah agama, yang diakui oleh pemerintah Indonesia, menyebabkan agama Hindu
Kaharingan mencapai sasarannya yang dituju: tahun 1971 Majelis Kaharingan di Ibukota provinsi telah
didirikan; tahun 1973 membuat kitab Kaharingan yang pertama (“Panaturan” berisi mitos kejadian),
diterbitkan dan sesudah tahun 1979 mencari hubungan dengan Agama Hindu Bali. Pada tahun 1980
Agama Hindu Kaharingan diakui Negara. Mulai tahun 1981 dilakukan kebaktiaan Kaharingan yaitu
pada Hari Kamis malam secara teratur.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai