Anda di halaman 1dari 21

TUGAS 3

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Belajar dan


Pembelajaran
Dibimbing oleh Bapak Syaad Patmanthara

Oleh:
Lina Dessy Lidyawati
150534603708
S1 PTE’15 OFF C

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
September 2016
Konsep Dasar
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa
dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam pembelajaran kooperatiff,yaitu (1) adanya
peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar; (4)adanya
tujuan yang harus dicapai.
Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok
belajar. Pengelompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa pendekatan,diantaranya
pengelompokan yang didasarkan atas minat dan bakat siswa,pengelompokan yang
didasarkan atas latar belakang kemampuan,pengelompokan yang didasarkan atas campuran
,baik campuran ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau dari kemampuan. Pendekatan
apapun yang digunakan,tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama.
Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang
terlibat,baik siswa sebagai peserta didik maupun siswa sebagai anggota kelompok.
Misalnya,aturan tentang pembagian tugas setiap angggota kelompok,waktu dan tempat
pelaksanaan,dan lain sebagainya.
Salah satu model dari model pembelajaran kelompok adalah model pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kelompok yang akhir-
akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan
sistem pengelompokan/tim kecil,yaitu antara empat sampai enam orang yang memiliki latar
belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,ras atau suku yang berbeda. Sistem penilaian
dilakukan terhadap kelompok.

Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional


Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar tradisional
- Adanya saling ketergantungan positif,saling -Guru sering membiarkan adanya siswa yang
membantu dan saling memberikan motivasi mendominasi kelompok atau
sehingga ada interaksi promotif menggantungkan diri pada kelompok
- Ada akuntabilitas individual yang -Akuntabilitas individual sering diabaikan
mengukur penguasaan materi pelajaran tiap sehingga tugastugas sering diborong oleh
kelompok salah seorang anggota kelompok.
-Kelompok belajar heterogen -Kelompok belajar biasanya homogen
Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar tradisional
-Pimpinan kelompok dipilih secara -Pemimpin kelompok sering ditentukan guru
demokratis atau bergilir untuk memberikan atau kelompok
pengalaman memimpin bagi para anggota
kelompok
-Keterampilan sosial yang diperlukan dalam -Keterampilan sosial sering tidak diajarkan
kerja gotong royong secara langsung
-Guru melakukan pemantauan melalui -Pemantauan melalui observasi dan
observasi dan melakukan intervensi jika intervensi sering dilakukan oleh guru pada
terjadi masalah dalam kerja sama antar saat belajar kelompok
anggota kelompok
-Guru memperhatikan secara langsung proses -Guru sering tidak memperhatikan proses
kelompok yang terjadi dalam kelompok- kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar kelompok belajar
-Penekanan tidak hanya pada penyelesaian -Penekanan sering hanya pada penyelesaian
tugas tetapi juga hubungan interpersonal tugas

Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif


Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif,seperti dijelaskan berikut ini.
a. Prinsip Ketergantungan Positif
Untuk tercipta kelompok kerja yang efektif,setiap anggota kelompok masing-masing
perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja
disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan
positif,artinya tugas kelompok tidak mungkin diselesaikan manakala ada anggota yang
tidak bisa menyelesaikan tugasnya,dan semua ini memerlukan kerjasama yang baik dari
masing-masing anggota . Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan
lebih,diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan
kelompok tergantung pada setiap anggota,maka setiap anggota kelompok harus memiliki
tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik
untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut,guru perlu memberikan
penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda,tetapi
penilaian kelompok harus sama.
c. Interaksi Tatap Muka
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yahng luas kepada setiap
anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling
membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga
kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama,menghargai setiap
perbedaan,memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota,dan mengisi kekuranggan
masing-masing.
d. Partisipasi dan Komunikasi
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di
masyarakat kelak. Oleh sebab itu,sebelum melakukan kooperatif,guru perlu membekali
siswa dengan kemampuan berkomunikasi,misalnya kemampuan mendengarkan dan
kemampuan berbicara,cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat
orang lain secara santun,tidak memojokkan,cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang
dianggapnya baik dan berguna.
Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap berikut.
a. Penjelasan Materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran
sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman
sisa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini,guru memberikan gambaran umum
tentang materi pelajaran yang harus dikuasai,yang selanjutnya siswa akan memperdalam
materi dalam pembelajaran kelompok. Pada tahap ini,guru menggunakan metode
ceramah,curah pendapat, dan tanya jawab,bahkan kalau perlu guru juga dapat
menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih
menarik siswa.
b. Belajar Dalam Kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang materi pokok-pokok materi
pelajaran,selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing
yang telah dibentuk sebelumnya.
c. Penilaian
Penilaian dalam model pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes
atau kuis dilakukan,baik secara individual maupun kelompok. Tes individual nantinya
akan memberikan informasi kepada setiap siswa,dan tes kelompok akan memberikan
informasi kepada setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan
keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam
kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam
kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.
d. Pengakuan Kelompok
Pengakuan kelompok adalah penetapan kelompok mana yang dianggap paling menonjol
atau kelompok mana yang paling berprestasi yang layak diberikan hadiah atau reward.
Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi kelompok
untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi kelompok lain untuk lebih
mampu meningkatkan prestasi mereka.
Model-model Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif,walaupun prinsip
dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah,jenis-jenis model tersebut,adalah
sebagai berikut.
1. Model Student Teams Achievement Division (STAD)
Model ini dikembangkan Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John
Hopkin.
Menurut Slavin (2007) model STAD (Student Teams Achievement Division)
merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga
sangat mudah diadaptasi,telah digunakan dalam matematika,IPA,IPS,bahasa
inggris,teknik dan banyak subjek lainnya,dan pada tingkat sekolah dasar sampai
perguruan tinggi.
Dalam STAD,siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang
beragam kemampuan,jenis kelamin,dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan
siswa-siswa didalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa
menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang
materi tersebut,dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain.
Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang
diperoleh sebelumnya,dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi
peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka
sebelumnya. Nilai-nilai ini kemudian dijumlah untuk mendapat nilai kelompok,dan
kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah-
hadiah yang lainnya. Keseluruhan siklus aktivitas itu,mulai dari paparan guru ke kerja
kelompok sampai kuis,biasanya memerlukan tiga sampai lima kali pertemuan kelas.
STAD adalah yang paling tepat untuk mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu
pasti,seperti perhitungan dan penerapan matematika,penggunaan bahasa dan
mekanika,geografi dan keterampilan perpetakan dan konsep-konsep sains lainnya.
Lebih jauh Slavin memaparkan bahwa: “Gagasan utama dibelakang STAD adalah
memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai
keterampilan yang diajarkan guru”. Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh
hadiah,mereka harus mendorong teman sekelompoknya untuk melakukan yang
terbaik,memperhatikan norma-norma bahwa belajar itu penting,berharga dan
menyenangkan. Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan
oleh guru,tetapi tidak saling membantu ketika menjalani kuis,sehingga setiap siswa harus
menguasai materi itu (tanggung jawab perseorangan). Para siswa mungkin bekerja
berpasangan dan bertukar jawaban,mendiskusikan ketidaksamaan,dan saling membantu
satu sama lain,mereka bisa mendiskusikan pendekatan-pendekatan untuk memecahkan
masalah itu,atau mereka bisa saling memberikan pertanyaan tentang isi dari materi yang
mereka pelajari itu. Mereka mengajari teman sekelompok dan menaksir kelebihan dan
kekurangan mereka untuk membantu agar bisa berhasil menjalani tes. Karena skor
kelompok didasarkan pada kemajuan yang diperoleh siswa atas nilai sebelumnya
(kesempatan yang sama untuk berhasil)siapapun dapat jadi “bintang” kelompok dalam
satu minggu itu,karena nilainya lebih baik dari nilai sebelumnya atau karena makalahnya
dianggap sempurna,sehingga selalu menghasilkan nilai yang maksimal tanpa
mempertimbangkan nilai rata-rata siswa yang sebelumnya.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Model STAD
a. Penyampaian Tujuan dan Motivasi
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan
memotivasi sisa untuk belajar.
b. Pembagian Kelompok
Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok,dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5
siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi
akademik,gender/jenis kelamin,ras atau etnik.
c. Presentasi dari Guru
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan
tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan
kreatif. Didalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media,demonstrasi,pertanyaan
atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang
keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa,tugas,dan pekerjaan yang
harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.
d. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja
sebagai pedoman bagi kerja kelompok,sehingga semua anggota menguasai dan masing-
masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja,guru melakukan
pengamatan,memberikan bimbingan ,dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini
merupakan ciri terpenting dari STAD.
e. Kuis ( Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang
dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing
kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini
dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri
sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan
untuk setiap soal,misalnya 60,75,84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan
siswa.
f. Penghargaan Prestasi Tim
Setelah pelaksanaan kuis,guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka
dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok
dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Menghitung Skor Individu
Menurut Slavin(Trianto,2007:55),untuk menghitung perkembangan skor individu
dihitung sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.2 sebagai berikut :
TABEL 7.2 Perhitungan Perkembangan Skor Individu
No Nilai Tes Skor Perkembangan
1 Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 0 poin
2 10 sampai 1 poin dibawah skor dasar 10 poin
3 Skor 0 sampai 10 poin diatas skor dasar 20 poin
No Nilai Tes Skor Perkembangan
4 Lebih dari 10 poin diatas skor dasar 30 poin
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor 30 poin
5
dasar)

2) Menghitung Skor Kelompok


Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota
kelopok,yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota
kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata
skor perkembangan kelompok,diperoleh skor kelompok sebagaimana dalam Tabel 7.3
sebagai berikut :
No Rata-rata skor Kualifikasi
1 0≤N≤5 -
2 6≤ N ≤ 15 Tim yang baik (Good Team)
3 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang baik sekali (Great Team)
4 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang istimewa (Super Team)

3) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok


Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh predikat,guru memberikan
hadiah atau penghargaan kepada masingmasing kelompok sesuai dengan prestasinya
(kriteria tertentu yang ditetapkan guru).
STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas bukan metode
pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu,guru menggunakan pelajaran dan materi
mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk
sisa,tetapi kebanyakan guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau
mengganti mater-materi ini.
2. Model Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di
Universitas Texas.
Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya
dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran
kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara kerja sebuah gergaji (zigzag),yaitu
siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain
untuk mencapai tujuan bersama.
Pada dasarnya,dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam
kelompok/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-
masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk
kelompok lagi terdiri atas dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam (a)
belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; (b) merencanakan bagaimana
mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu,siswa
tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan
mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam
subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk
menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan
demikian,setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a. siswa dikelompokkan dengan anggota 4 orang;
b. tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda;
c. anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok
baru(kelompok ahli);
d. setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai;
e. tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;
f. pembahasan;
g. penutup.
Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif
yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti
diungkapkan oleh Lie (1999:73) bahwa “pembelajaran kooperatif model Jagsaw ini
merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling
ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri".
Dalam model kooperatif Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesem patan untuk
mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasi. anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan
kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan
informasinya kepada kelompok lain.
Lei(1994) menyatakan bahwa Jigsaw merupakan salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Banyak riset telah dilakukan berkaitan dengan
Pcmbelajaran kooperatifdengan dasar Jigsaw. Riset tersebut secara konsisten menunjukkan
bahwa siswa yang terlibat di dalam pembelajaran model kooperatif model Jigsaw ini
memperoleh prestasi lebih baik, sikap yang lebih baik dan terhadap pembelajaran, di
samping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain.
Jhonson and Jhonson(dalam Teti sobari 2006:31) melakukan penelitian tentang
pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi
kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh
positirtersebut adalah :
a. meningkatkan hasil belajar;
b. meningkatkan daya ingat;
c. dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi;
d. mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik(kesadaran individu);
e. meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen;
f. meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah;
g. meningkatkan sikap positif terhadap guru;
h. meningkatkan harga diri anak;
i. meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan
j. meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.
Pembelajaran model Jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena
anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan
yang dihadapi setiap kelompok sama,setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas
materi yang sama,kita sebut sebagai tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang
dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada
anggota kelompoknya.
Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Melakukan membaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topik-topik
permasalahan untuk dibaca,sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan
tersebut.
b. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik perma- salahan yang
sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk
membicarakan topik permasalahan tersebut.
c. Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil
yang didapat dari diskusi tim ahli.
d. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibica rakan tadi.

5. Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.


Stephen, sikes and snapp(1978),mengemukakan langkah-langkah pembelajaran
kooperatif model Jigsaw sebagai berikut :
a. Siswa dikelompokkan ke dalam 1 sampai 5 anggota tim;
b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda;
c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan;
d. Dari yang berbeda yang telah mempelajar bagian/subbab yang sama bertemu dalam
kelompok baru(kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka;
e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap
anggota lainnya dengarkan dengan saksama;
f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;
g. Guru memberi evaluasi;
h. Penutup.

3. Investigasi Kelompok (Group Investigation)


Strategi belajar kooperatif Gl dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di
Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan
menggunakan teknik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan
beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit
materi(pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan
laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan
laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan
mereka(Burns, et al., tanpa tahun). Menurut Slavin(1995a),strategi kooperatir GI sebenarnya
dilandasi oleh filosofi belajar John Dewey. Teknik kooperatif ini telah secara meluas
digunakan dalam penelitian dan memperlihatkan kesuksesannya terutama untuk program-
program pembelajaran dengan tugas-tugas spesifik.
Pengembangan belajar kooperatif GI didasarkan atas suatu premis bahwa proses belajar di
sekolah menyangkut kawasan dalam domain sosial dan intelektual, dan proses yang terjadi
merupakan kedua domain tersebut (Slavin,1995a). Oleh karena itu, group investigation tidak
dapat diimplementasikan ke dalam pendidikan yang tidak bisa mendukung terjadinya dialog
interpersonal(atau tidak kepada dimensi sosial afektif pembelajaran). Aspek sosial-afektif
kelompok,pertukaran intelektualnya dan materi yang bermakna,merupakan sumber primer
yang cukup penting dalam memberikan dukungan terhadap usaha-usaha belajar siswa.
Interaksi dan komunikasi yang bersifat kooperatif di antara siswa dalam satu kelas dapat
dicapai dengan baik, jika pembelajaran dilakukan lewat kelompok kelompok belajar kecil.
Belajar kooperatif dengan teknik G1 sangat cocok untuk bidang kajian yang
memerlukan kegiatan studi proyek terintegrasi (Slavin, 1995a), yang mengarah pada
kegiatan perolehan,analisis,dan sintesis informasi dalam upaya untuk memecahkan suatu
masalah. Oleh karenanya, kesuksesan implementasi teknik kooperatif GI sangat tergantung
dari pelatihan awal dalam penguasaan keterampilan komunikasi dan sosial. Tugas-tugas
akademik harus diarahkan kepada pemberian kesempatan bagi anggota kelompok untuk
memberikan berbagai macam kontribusinya, bukan hanya sekadar didesain untuk mendapat
jawaban dari suatu pertanyaan yang bersifat faktual(apa, siapa, di mana, atau sejenisnya).
Menurut slavin(1995a),strategi belajar kooperatif GI sangatlah ideal diterapkan dalam
pembelajaran biologi (IPA). Dengan topik materi IPA yang cukup luas dan desain tugas-
tugas atau sub-sub topik yang mengarah kepada kegiatan metode ilmiah, diharapkan siswa
dalam kelompoknya dapat saling memberi kontribusi berdasarkan pengalaman sehari-harinya
Selanjutnya,dalam tahapan pelaksanaan investigasi para siswa mencari informasi dari
berbagai sumber, baik di dalam maupun di luar kelas sekolah. Para siswa kemudian
melakukan evaluasi dan sintesis terhadap informasi yang telah didapat dalam upaya untuk
membuat laporan ilmiah sebagai hasil kelompok.
Implementasi strategi belajar kooperatif GI dalam pembelajaran,secara umum dibagi
menjadi enam langkah yaitu: (1) mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok (para siswa menelaah sumber-sumber informasi, memilih topik, dan
mengategorisasi saran-saran; para siswa bergabung ke dalam kelompok belajar dengan
pilihan topik yang sama; komposisi kelompok didasarkan atas ketertarikan topik yang sama
dan heterogen; guru membantu atau memfasilitasi dalam memperoleh informasi); (2)
merencanakan tugas-tugas belajar (direncanakan secara bersama-sama oleh para siswa dalam
kelompoknya masing-masing, yang meliputi: apa yang kita selidiki; bagaimana kita
melakukannya, siapa sebagai apa-pembagian kerja; untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi);
(3) melaksanakan investigasi (siswa mencari informasi, menganalisis data, dan membuat
kesimpulan; setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada usaha kelompok; para
siswa ber tukar pikiran,mendiskusikan,mengklarifikasi,dan mensintesis ide-ide); (4)
menyiapkan laporan akhir (anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial proyeknya;
merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya;
membentuk panitia acara untuk mengoordinasikan rencana presentasi); (5)
mempresentasikan laporan akhir(presentasi dibuat untuk keseluruhan kelas dalam berbagai
macam bentuk; bagian-bagian presentasi harus secara aktif dapat melibatkan pendengar
(kelompok lainnya); pendengar mengevaluasi kejelas presentasi menurut kriteria yang telah
ditentukan keseluruhan kelas) (6) evaluasi (para siswa berbagi mengenai balikan terhadap
topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan, dan pengalaman-pengalaman afektifnya;
guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran; asesmen diarahkan untuk
mengevaluasi pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis).
Di dalam implementasinya pembelajaran kooperati tipe group investigation setiap
kelompok presentasi atas hasil investigasi mereka depan kelas. Tugas kelompok lain, ketika
satu kelompok present di depan kelas adalah melakukan evaluasi sajian kelompok.
Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat di guru untuk
mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model
pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggungjawab
ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial
(Mafune,2005:4). Model pembelajaran kooperatif dipandang sebagai proses pembelajaran
yang aktif, sebab siswa akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan(contructing)
dan penciptaan. kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab
individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.
Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan Model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation, yaitu (I) untuk meningkatkan kemampuan kreativitas
siswa dapat ditempuh melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan
pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung kreativitas, (2) komponen
emosional lebih penting daripada intelektual, yang tak rasional lebih penting daripada yang
rasional dan (3) untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah
harus lebih dahulu memahami komponen emosioanl dan irrasional.
Model pembelajaran kooperatif tipe group investivigation langkah-langkah
pembelajarannya adalah:
a. membagi siswa ke dalarn kelompok kecil yang terdiri dari ± 5 siswa;
b. memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis;
c. mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab perta nyaan
kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.
4. Model Make a Match(Membuat Pasangan)
Metode Make a Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode
dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran(1994).
Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik,dalam suasana yang menyerangkan.
Penerapan metode ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan
kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat
mencocokkan kartunya diberi poin.
Langkah-Langkah pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk
sesi review(satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).
b. Setiap siswi mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang
dipegang.
c. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya(kartu
soal kartu jawaban).
d. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
e. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda
dari sebelumnya,demikian seterusnya.
f. Kesimpulan.
5. Model TGT(Teams Games Tournaments)
Menurut Saco(2006), dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-
anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.Permainan
dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang
berkaitan dengan kelompok(identitas kelompok mereka).
Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu
kartu yang diberi angka.Tiap siswa,misalnya,akan mengambil sebuah kartu yang diberi
angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut.
Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat
kemampuan(kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya,
soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar.
Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi
kelompoknya.Permainan yang dikemas dalam bentuk tumamen ini dapat berperan sebagai
penilaian alternatif atau dapat pula sebagai review materi pembelajaran.
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki
kemampuan jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi,
dan siswa bekerja dalam kelompok mercka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru
memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-
sama dengan anggata kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak
mengerti dengan tugas yang diberikan,maka anggota kelompok yang lain bertanggung
jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan
tersebut guru.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan,
yaitu tahap penyajian kelas(class precentation),belajar dalam kelompok (teams),
permainan(games),pertandingan(tournament).dan perhargaan kelompok(team
recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran
kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil;
b. games tournament;
c penghargaan kelompok.

6. Model Struktural
Menurut pendapat Spencer dan Miguel Kagan(Shlomo Sharan,2009:267)bahwa
terdapat enam komponen utama di dalam Pembelajaran Kooperatif tipe Pendekatan
Struktural. Keenam komponen adalah sebagai berikut.
a. Struktur dan Konstruk yang Berkaitan
Premis dasar dari pendekatan struktural adalah bahwa ada hubungan yang kuat antara
yang siswa lakukan dengan yang siswa pelajari, yaitu interaksi kuat antara di dalam kelas
telah memberi pengaruh besar pada perkembangan siswa pada sisi sosial. kognitif dan
akademisnya. Konstruksi dan pemerolehan pengetahuan, perkembangan bahasa dan
kognisi, dan perkembangan keterampilan sosial merupakan fungsi dari situasi di mana
siswa berinteraksi.
b. Prinsip-prinsip Dasar
Ada empat prinsip dasar yang penting untuk pendekatan struktural pembelajaran
kooperatif yaitu interaksi serentak, partisipasi sejajar, interdependensi positif, dan
akuntabilitas perseorangan.
c. Pembentukan Kelompok dan Pembentukan Kelas
Kagan (Shlomo Sharan,2009: 287) membedakan lima tujuan pembentukan kelompok
dan memberikan struktur yang tepat untuk masing-masing. Kelima tujuan pembentukan
kelompok itu adalah: (1) agar dikenal; (2) identitas kelompok; (3) dukungan timbal
balik; (4) menilai perbedaan; dan (5) mengembangkan sinergi.
d. Kelompok
Kelompok belajar kooperatif memiliki identitas kelompok yang kuat, yang idealnya
terdiri dari empat anggota yang berlangsung lama. Kagan (Shlomo Sharan, 2009: 288)
membedakan empat tipe kelompok belajar tersebut adalah: (1) kelompok heterogen; (2)
kelompok acak; (3) kelompok minat; dan (4) kelompok bahasa homogen.
e. Tata Kelola
Dalam kelas kooperatif ditekankan adanya interaksi siswa dengan siswa,untuk itu
manajemen melibatkan berbagai keterampilan berbeda.Beberapa dari perhatian
manajemen diperkenalkan bersamaan dengan pengenalan kelompok, termasuk susunan
tempat duduk, tingkat suara, pemberian arahan, distribusi dan penyimpanan materi
kelompok, serta metode pembentukan sikap kelompok.
f. Keterampilan Sosial
The Structured Natural Approach untuk pemerolehan keterampilan sosial
menggunakan empat alat, yakni (1) peran dan gerakan pembuka; (2) pemodelan dan
penguatan; (3) struktur dan penstrukturan; dan (4) refleksi dan waktu perencanaan.
Perbandingan karakteristik dari masing-masingmodel pembelajaran kooperatif dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL 7.4. Perbandingan Karakteristik Model-model Pembelajaran Kooperatif


INVESTIGASI
STAD JIGSAW STRUKTURAL
KELOMPOK
Tujuan Informasi Informasi Informasi Informasi akademik
Kognitif akademik akademik akademik tingkat sederhana
sederhana sederhana tinggi dan
keterampilan
inquiry
Tujuan Kerja Kerja kelompok Kerja sama dalam Keterampilan
Sosial kelompok dan kerja sama kelompok kelompok dan
dan kerja kompleks keterampilan sosial
sama
Struktur Kelompok Kerja kelompok Kelompok belajar Bervariasi
Tim belajar dan kerja sama dengan 5-6 berdua,bertiga,kelo
heterogen anggota homogen mpok dengan 4-6
dengan 4-5 anggota
orang
anggota
Pemilihan Biasanya Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru
Topik guru
Pelajaran
Tugas Siswa dapat Sisa Siswa Siswa mengerjakan
Utama menggunaka mempelajari menyelesaikan tugas-tugas yang
n lembar materi dalam inquiry kompleks diberikan sosial dan
kegiatan dan kelompok kognitif
saling “ahli”,kemudia
membantu n membantu
untuk anggota
menuntaskan kelompok
materi “asal”
belajarnya mempelajari
materi itu
Penilaian Tes Bervariasi,dapa Menyelesaikan Bervariasi
mingguan t berupa tes proyek dan
mingguan menulis
laporan,dapat
menggunakan tes
essai
Pengakua Lembar Publikasi lain Lembar Bervariasi
n pengetahuan pengetahuan dan
dan publikasi publikasi lain
lain

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Cooperatif Learning


Nama Sekolah : SMP Pelita Bangsa
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : IX/1
Aspek : Membaca
Standar Kompetensi : Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku
kumpulan cerpen.
Kompetensi Dasar : Menemukan tema, latar penokohan pada cerpen-cerpen dalam
satu buku kumpulan cerita pendek (cerpen).
Indikator : 1. Siswa dapat menyimpulkan tema cerpen.
2. Siswa dapat menentukan latar dan penokohan pada cerpen.
Alokasi Waktu : 2 X 45 menit
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan mampu:
a. Menyimpulkan tema cerpen.
b. Menentukan latar dan penokohan cerpen.
Materi Pembelajaran
Menemukan tema,latar dan penokohan.
Model dan Metode Pembelajaran
a. Model : Cooperatif Learning
b. Metode : Ceramah interaktif,diskusi kelompok,dan tanya jawab.
Media Pembelajaran
a. LCD (presentasi Power Point guru)
b. Hand out cerpen.
Sumber Belajar
Buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas IX.
Langkah-Langkah Pembelajaran
No. Kegiatan Waktu
Kegiatan awal
a.Mengkondisikan kelas
 Menyapa dan mengabsen siswa
 Mengkondisikan kelas
 Mempersiapkan siswa secara fisik dan psikis
 Membagi siswa menajdi beberapa
1 kelompok,1 kelompok terdiri atas 2-3 orang 5 menit
b. Memiliki apersepsi dan motivasi
Guru memotivasi siswa dengan merelevansikan
materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan
yang dimiliki para siswa
c.Menyampaikan tujuan pembelajaran
 Menyampaikan kompetensi dasar dan
indikator
 Menjelaskan tujuan dan proses pembelajaran

Kegiatan Inti
a) Guru menjelaskan definisi cerpen
b) Guru menjelaskan unsur-unsur intrinsik
cerpen
c) Guru menjelaskan mengenai latar dan
penokohan
2 d) Siswa membaca cerpen “Air dan Api” yang 80 menit
terdapat dalam buku paket hal 9-11
e) Siswa mendiskusikan tema,latar dan
penokohan cerpen “Air dan Api”
f) Siswa mempresentasikan hasil diskusinya
didepan kelas secara bergantian
g) Siswa yang tidak tampil ke depan kelas
mengungkapkan dan menanggapi hasil
diskusi kelompok
3. Kegiatan Akhir 5 menit
Review
Memberikan kesimpulan serta penguatan atau follow
up atas materi yang sudah disampaikan
Penugasan
Siswa diberikan tugas untuk membaca cerpen “Anak
Penyapu Jalanan” yang terdapat dalam buku paket
hal 15 dan dipelajari tema,latar,dan penokohannya

Penilaian
Bentuk Instrumen
Tes tulisan

Contoh instrumen
a. Tentukan tema dari cerpen tersebut!
b. Tentukan perwatakan tokoh dalam cerpen tersebut!
c. Tentukan latar pada masing-masing cerita,baik latar tempat maupun latar waktu!
d. Buatlah kesimpulan dari cerpen tersebut!

Rubrik Penskoran
No. Aspek Penilaian Skor
1 Siswa menentukan tema dengan tepat 5
Siswa menentukan tema kurang tepat 3
Siswa tidak menentukan tema 0
2 Siswa menentukan karakter tokoh dengan tepat 5
Siswa menentukan karakter tokoh kurang tepat 3
Siswa tidak menentukan karakter tokoh 0
3 Siswa menentukan latar cerita dengan tepat 5
Siswa menentukan latar cerita kurang tepat 3
Siswa tidak menentukan latar cerita 0
4 Siswa menuliskan kesimpulan secara lengkap 5
Siswa menuliskan kesimpulan kurang lengkap 3
Siswa tidak menuliskan kesimpulan 0
Skor
Maksimal 20

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


Nilai = × 100 % = ….
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

DAFTAR RUJUKAN
- Hamdayana,Jumanta.2014. Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan
Berkarakter.Bogor:Ghalia Indonesia
- Rusman.2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai