Anda di halaman 1dari 38

Teori koodinasi werner

FITRI YULIFAH ( 18630030 )


KIMIA C
TEORI KOORDINASI ALFRED
WERNER
Alfred Werner menjadi profesor kimia di Zurich dan
mendapat Noble Price pada tahun 1913, telah bekerja
lebih kurang 30 tahun (1891-1920) untuk menyelidiki
senyawa-senyawa kompleks.
Tahun 1891-1893 Werner memberikan teori tentang
senyawa-senyawa kompleks yang disebut TEORI
KOORDINASI, yang mempunyai tiga postulat
penting.
SEJARAH ALFRED WERNER
 Alfred Werner, anak seorang pengawas pabrik, J.A. Werner
dan istrinya, Jeanne (Nona Tesch), dilahirkan pada tanggal 12
Desember 1866 di Mulhausen, Alsace. Di sanalah Alfred
bersekolah. Ketika berusia 18 tahun, ia melakukan
penelitian kimia secara mandiri pertama kali.
 Tahun 1886 ia mengikuti kuliah di Federal Technical High
School di Zurich, dan pada tahun 1889 memperoleh
Diploma di bidang Kimia Teknik. Pada tahun 1889 ia
diangkat menjadi asisten di laboratorium Profesor Lunge di
Zurich Technical High School.
 Tahun 1890 ia memperoleh gelar pertamanya di University
of Zurich dengan tesis tentang pengaturan spasial atom-
atom dalam molekul-molekul yang mengandung nitrogen.
 Tahun 1895, ketika usianya baru 29 tahun, ia menjadi Profesor
Kimia di universitas itu, mengajar kuliah kimia organik sampai
tahun 1902 ketika mengambil alih kuliah-kuliah kimia anorganik.
 Tahun 1895 ia memperoleh kewarganegaraan Swiss dan meskipun
ia ditawari jabatan-jabatan di Wina, Basle, dan Wurzburg, ia
menampik semuanya dan lebih suka tetap tinggal di Zurich.
 Nama Werner akan selalu diasosiasikan dengan teori koordinasi
yang dibentuknya, dan dengan penelitiannya tentang hubungan
spasial atom-atom dalam molekul, yang dasarnya terdapat dalam
penelitian yang ia lakukan saat usianya baru 24 tahun, untuk
menyusun desertasi doktornya pada tahun 1892.
 Tahun 1891 ia mempublikasikan karyanya tentang teori
keserupaan dan valensi, yang di dalamnya menggantikan konsep
Kekule tentang valensi konstan. Konsepnya ini mengatakan
keserupaan adalah kekuatan menarik yang dihasilkan dari pusat
atom yang beraksi tidak sama terhadap seluruh bagian permukaan
atom
Tahun 1893, dalam makalahnya tentang senyawa-senyawa
mineral, ia mengemukakan teorinya tentang valensi variabel.
Teori itu menyatakan senyawa-senyawa molekuler anorganik
mengandung atom-atom tunggal yang bertindak sebagai
nuclei pusat (atom pusat). Di sekitar atom pusat ini
tersusunlah atom-atom lain dalam jumlah tertentu, molekul
radikal atau molekul-molekul lain dengan pola sederhana,
berjarak, dan geometris. Dengan demikian, pola yang
menunjukkan jumlah atom-atom tersebut membentuk
kelompok di sekitar atom pusat, oleh Werner disebut
Bilangan Koordinasi. Bilangan koordinasi yang paling
penting adalah 3, 4, 6, dan 8. Jumlah 6 paling banyak terjadi.
Ribuan senyawa molekuler bersesuaian dengan tipe jumlah 6,
dan dari keseluruhan itu terdapat sebuah atom pusat dengan
atom-atom yang berintegrasi di pusat-pusat limas segi enam
(oktahedron).
 Selama 20 tahun berikutnya, Werner dan rekan-rekan
sekerjanya meneliti dan menyiapkan rangkaian baru
senyawa molekuler dan mempelajari konfigurasinya,
menerbitkan banyak tulisan tentang masalah itu. Sebanyak
150 tulisan di antaranya disusunnya sendiri. Werner juga
meneliti sistem dengan jumlah koordinasi lain, terutama
jumlah 4, yang bentuknya bisa berupa tetrahedral atau segi
empat datar. Sementara itu, Paul Pfeiffer, dalam
penghargaanya terhadap penelitian Werner yang
dipublikasikan dengan judul Great Chemist (1961,
disunting Eduard Farber, Interscience, New York),
berkomentar bahwa teori koodinasi Werner meluas ke
seluruh peringkat kimia anorganik sistematis dan ke dalam
kimia organik. Berkat penelitiannya tersebut, Werner
mendapat Hadiah Nobel bidang Kimia pada tahun 1913.
 Werner adalah seorang yang ramah, gemar bermain biliar,
catur, dan permainan kartu Swiss, Jass. Ia menghabiskan
liburannya di daerah pegunungan dan banyak menghadiri
pertemuan ilmiah di luar Swiss. Sebagai dosen, ia adalah
pembicara yang meyakinkan dan bersemangat, dengan
bakat mampu menerangkan dengan jelas masalah-masalah
sulit.
 Ketika ia menerima Hadiah Nobel bidang Kimia, pada
tahun 1913, ia menderita penebalan dan kekakuan dinding
pembuluh darah. Akibat penyakit ini, tahun 1915 ia terpaksa
berhenti memberi kuliah kimia, dan tahun 1919 ia
melepaskan jabatan profesornya.

Sumber :
Seabad Pemenang Hadiah Nobel Kimia, 2002, Jakarta : Abdi Tandur
POSTULAT TEORI
KOODINASI
Tiga postulat penting teori koordinasi werner:

1. Kebanyakan unsur mempunyai dua jenis valensi :


a. valensi primer (---) yang sekarang disebut
elektrovalensi atau bilangan oksidasi  dapat
terionisasi
b. valensi sekunder ( ), yang sekarang disebut
kovalensi atau bilangan koordinasi  tidak dapat
terionisasi
2. Valensi sekunder harus dipenuhi oleh
anion atau molekul netral (dengan
pasangan elektron bebas), misal : halida,
sianida, amonia, air.
3. Valensi sekunder memiliki ruang dan
struktur geometri tertentu.
Aplikasi Postulat Teori Koordinasi

Berdasarkan tiga postulat tersebut, Werner


mencoba menggambarkan struktur
kompleks-kompleks berikut:

CoCl3.6NH3
CoCl3.5NH3
CoCl3.4NH3
CoCl3.3NH3
Penentuan Struktur Senyawa
Kompleks oleh Werner
Menurut Werner :
1. Kompleks CoCl3.6NH3 mempunyai struktur V dan
rumusnya dituliskan sebagai : [Co(NH3)6]Cl3.
 Valensi primer (bil. Oksidasi) dari Kobalt (III) adalah 3,
dan dijenuhkan oleh tiga ion Cl¯.
 Valensi sekunder (bil. Koordinasi) dari Kobalt (III) adalah
6.

Apakah Bilangan Koordinasi (Coordination


Number) itu?
Bil. Koordinasi adalah jumlah atom atau molekul yang
terikat langsung pada atom logam
Contoh Struktur Kompleks
Werner
 Amoniak yang diikat dengan valensi sekunder disebut LIGAN
(ligand).
Ligan adalah Molekul atau ion yang diikat secara langsung
oleh logam pusat.

Ligan-ligan berada di dalam DAERAH KOORDINASI


(Coordination Sphere)
Daerah Koordinasi adalah atom atau molekul (ligan) terikat
langsung dengan atom logam

Dalam senyawa CoCl3.6NH3 atau [Co(NH3)6]Cl3 yang berfungsi


sebagai ligan adalah NH3, sedangkan Cl ada di luar daerah
koordinasi.
Dalam larutan, senyawa kompleks ini terion menjadi empat ion,
dan tiga ion Cl- yang ada mudah diendapkan dengan larutan perak
nitrat.
[Co(NH3)6]Cl3  [Co(NH3)6]3+ + 3Cl-
3Cl- + AgNO3  3AgCl
2. Dalam senyawa CoCl3.5NH3, jumlah amoniak hanya
ada 5 sehingga satu atom Cl mempunyai dua fungsi,
yaitu menjenuhkan valensi sekunder dan valensi
primer.
 Dalam struktur VI, fungsi ganda atom Cl ini
digambarkan dengan dua garis ikatan ------
 Atom Cl berada dalam daerah koordinasi, sehingga
rumus kompleks dituliskan sebagai [Co(NH3)5Cl]Cl2.
 Ionisasi kompleks ini menghasilkan 3 ion dimana
dua ion Cl- dapat diendapkan dengan penambahan
larutan perak nitrat.
[Co(NH3)5Cl]Cl2  [Co(NH3)5Cl]2+ + 2Cl-
2Cl- + AgNO3  2AgCl
Contoh Struktur Kompleks
Werner
3. Senyawa kompleks struktur III & IV
mempunyai rumus :
CoCl3.4NH3  [Co(NH3)4Cl2]Cl Struktur VII
CoCl3.3NH3  [Co(NH3)3Cl3] Struktur VIII
 Struktur [Co(NH3)4Cl2]Cl dapat terion, tetapi
[Co(NH3)3Cl3] tidak terion.
[Co(NH3)4Cl2]Cl  [Co(NH3)4Cl2]+ + Cl-
[Co(NH3)3Cl3]
Contoh Struktur Kompleks
Werner
Penentuan Struktur Geometri
Senyawa Kompleks oleh Werner
Sebelum ditemukan sinar X, para ahli kimia
menentukan struktur geometri dari molekul-
molekul dengan cara membandingkan isomer-
isomer yang telah dikenal dengan struktur
yang mungkin, yang diperoleh secara teoritis.
Dengan cara demikian itu, dapat ditetapkan
bahwa beberapa struktur tidak benar dan
struktur tertentu benar karena sesuai dengan
hasil percobaan.
Langkah-langkah ahli kimia terdahulu tersebut juga
dilakukan oleh Werner untuk menentukan struktur
geometri senyawa kompleks dengan bilangan
koordinasi 6.
Werner melakukan langkah demikian berdasarkan
anggapan bahwa ligan-ligan pada senyawa kompleks
mempunyai jarak yang sama dari atom pusat.
Langkah Werner :
“Isomer-isomer yang mungkin dari struktur teoritis
dibandingkan dengan isomer-isomer menurut hasil
eksperimen”.
Berdasarkan anggapan tersebut, maka struktur yang
mungkin dari kompleks dengan bilangan koordinasi 6
adalah :
1. Planar segienam,
2. Trigonal prisma,
3. Oktahedral.
Contoh Penentuan Struktur Geometri
Senyawa Kompleks oleh Werner
Tabel . Isomer-isomer yang dikenal
Kompleks Isomer Planar Trigonal oktahedral
dikenal segienam prisma

MA5B Satu Satu Satu Satu


MA4B2 Dua Tiga (1,2; Tiga (1,2; Dua (1,2;
1,3; 1,4) 1,4; 1,6) 1,6)
Dua Tiga Tiga Dua (1,2,3;
MA3B3
(1,2,3; (1,2,3; 1,2,6)
1,2,4; 1,2,4;
1,3,5) 1,2,6)
KAIDAH BILANGAN ATOM
EFEKTIF
(Meramalkan kestabilan senyawa koodinasi
berdasarkan kaidah bilangan atom efektif)

Fitri yulifah 18630030


Kimia C
KAIDAH BILANGAN ATOM EFEKTIF (EAN RULE)
Diajukan oleh : Nevil Vincent Sidgwick (1927
1. Ligan sebagai basa lewis, atom pusat sebagai asam lewis.
2. Ion-ion kompleks cendrung menambah elektronnya
sampai jumlah elektronya sama dengan jumlah elektron
unsur gas mulia terdekat.
3. Jumlah elektron atom pusat dengan ligan disebut bilangan
atom efektif.
4. Apabila jumlah elektronya sama dengan elektron gas mulia
pada Kr (36), Xe(54), Ra(86)maka senyawa tersebut stabil.
5. Alternatif lain adalah apabila konfigurasi atom pusat (n-
1)d   10 ns  2 np6  , kompleks bersangkutan stabil (kaidah
18 elektron)
 Jumlah elektron yang didonorkan oleh ligan (J.E) pada
atom pusat

Ligan J.E Ligan J.E


Alkadiena 4 Nitrosil 3
Alkena   2 Sikloheptatrienil 7
Alkil   1 Siklopentadienil   5
Alil   3 AsR3 2
Asil 1 F¯, Cl¯, Br¯, 2
Bensena 6 IPR3, NR3 2
Hidrogen 1 PX3 2
Karbonil 2

R=H, alkil atau aril; X= F,Cl, Br,I


Contoh 1 : [Co(NH₃)₆]³⁺
Co³⁺= 24 e
6 NH₃ = 12 e +
36 e
Bersifat stabil karena sama dengan jumlah elektron
kripton(Kr).

Contoh 2 : [Pt(NH₃)₂Cl₄]
Pt⁴⁺= 74 e
2NH₃ = 4 e
4 Cl¯ = 8 e +
86 e
Bersifat stabil karena sama dengan jumlah elektron Radon(Ra).
Contoh 3 : [Ni(NH₃)₆]²⁺
Ni²⁺= 26 e
6 NH₃ = 12 e +
38 e
Bersifat tidak stabil karena jumlah elektronnya tidak
memenuhi EAN atau kaidah 18 elektron
Contoh 4 : [Cr(CO)₄]³⁺
Cr³⁺ = 21 e
6 NH₃ = 12 e +
33 e
Bersifat tidak stabil karena jumlah elektronnya tidak
memenuhi EAN atau kaidah 18 elektron
Hampir semua unsur transisi dapat membentuk
komplek dengan ligan CO (karbonil). Ada tiga hal
menarik berkaitan dengan senyawa kompleks yang
terbentuk:
1. CO dapat dianggap sebagai basa lewis yang tidak
kuat , tetapi dapat membentuk ikatan yang kuat dengan
logam transisi.
2.  Atom logam pada senyawa kompleks karbonil memiliki
bilangan positif nol, positif kecil atau negatif kecil.
3. Kaidah EAN dipenuhi oleh sekitar 90% senyawa
kompleks karbonil yang ada.
Contoh : [Cr(CO)₆] 
Cr = 24 e
6 CO = 12 e +
36 e

Canto 2 : [Fe(CO)₅] 
Fe = 26 e
6 CO = 10 e +
36 e
Atom logam dengan jumlah elektron ganjil tidak
memenuhi kaidah EAN;
 Contoh 1 : [Mn(CO)₅] 
Mn = 25 e
5 CO = 10 e +
35 e
Contoh 2 : [Co(CO)4] 
Co = 27 e
4 CO = 8 e +
33 e
Senyawa kompleks karbonil yang tidak memenuhi
kaidah EAN bersifat tidak stabil dan tidak pernah bisa
disintesis. Kesetabilan bisa diperoleh dengan cara:

A. Menangkap sebuah elektron dari suatu reduktor atau


menangkap atom atau gugus yang memiliki sebuah
elektron tidak berpasangan.
[Mn(CO₅] + e [Mn(CO)₅]
[Mn(CO)₅] + Cl [Mn(CO)₅]Cl 
B. Membentuk dimer
2 [Mn(CO)₅] [Mn₂(CO)₁₀]

Struktur [Mn₂(CO)₁₀]
CO CO CO CO

OC Mn Mn CO

CO CO CO CO
C. Substitusi dengan ligan NO

[Fe(CO)5] + 2NO [Fe(CO)2(NO)2] + 3CO


Fe = 26 e
2 CO = 4 e
2 NO = 6 e +
36 e
TETAPAN STABILITAS ION KOMPLEKS
Ion kompleks dalam larutan terbentuk secara bertingkat;
 Ag⁺ + NH₃ [AgNH₃]⁺   …………. K1 [AgNH₃]⁺ + NH₃
[Ag(NH₃)₂]⁺  ………. K2
 
K1 = [Ag(NH₃)⁺]
[Ag⁺] [NH₃]
K2 = [Ag(NH3)²⁺]
[Ag⁺] [N₃][NH₃]

K1 dan K2 disebut tetapan stabilitas berurutan


 Ag⁺ + NH₃ [AgNH₃]⁺
β1 = [Ag(NH₃)⁺]
[Ag⁺] [NH₃]  

Ag⁺ + 2NH₃ [Ag(NH₃)₂]⁺


β2 = [Ag(NH₃)₂]⁺
[Ag⁺] [NH₃]₂

β2 = K1 x K2 β = tetapan stabilitas total


Nilai K dan βn merupakan ukuran kesetabilan suatu
senyawa kompleks, makin besar nilainya makin stabil
senyawanya. Sebagai petunjuk kasar bahwa ion kompleks
bersifat stabil bila βn lebih besar dari 108
  
Faktor–faktor yang mempengaruhi stabilitas
ion kompleks:
1. Pengaruh ion pusat
a. besar dan muatan dari ion
makin kecil ion logamnya makin besar medan listriknya makin stabil
ion kompleks yang dibentuk.
Kompleks: BeOH⁺ , MgOH⁺, CaOH⁺, BaOH⁺
K : 10⁷ 120 30 4
makin besar muatan kation makin besar medan listriknya makin stabil ion
kompleks yang dibentuk.
Kompleks : LiOH+ , YOH2+, ThOH3+ 
K : 2 10⁷ 10¹⁰
b. faktor distribusi muatan Logam dibagi menjadi dua kelas: logam klas a dan b.
logam klas a adalah logam elektropositif, seperti logam alkali, alkali tanah, logam
transisi deret pertama, lantanida dan aktinida. Logam ini membentuk kompleks
yang
stabil dengan ligan yang atom donornya N,O atau F seperti NH3 dan H2O.
Logam klas b adalah logam yang lebih elektronegatif, seperti Pt, Ag, Hg dan Pb
serta logam transisi ringan dengan bilangan oksidasi rendah. Logam ini
membentuk
kompleks yang
stabil dengan ligan yang atom donornya lebih berat dari N, O dan F seperti P,S dan I
Pengaruh Ligan
a. besar dan muatan dari ion
untuk ligan yang bermuatan, makin besar muatan
dan makin kecil jari-jari makin stabil kompleks yang
dibentuk.
Contohnya FeF ²⁺ (K = 10⁶ ); FeI ²⁺ (K = 20)
b . sifat basa makin besar sifat basa dari ligan, makin
stabil kompleks yang dibentuk dengan logam klas a. F-
> Cl- > Br- > I
NH3 > H2O > HF
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai