ANORGANIK
SENYAWA KOORDINASI
Oleh
:
Nama
NIM
:
21030112140038
Kelas
:A
SENYAWA KOORDINASI
Senyawa koordinasi atau senyawa kompleks adalah senyawa yang
terbentuk karena ikatan kovalen koordinasi atom-atomnya. Ikatan
kovalen
koordinasi
terjadi
karena pemakaian bersama pasangan
elaektron yang berasal dari salah satu atomnya.
Senyawa kompleks harus memiliki Ion kompleks yaitu ion yang terdiri dari ion
pusat bermuatan positif dan anion yang mengelilinginya (ligan). Ion kompleks
juga memerlukan counter ion agar muatannya bersifat netral.
Atom donor setiap ligan : ligan dari ion kompleks adalah molekul
atau anion dengan satu atau lebih atom donor yang masingmasing memberikan pasangan elektron pada ion pusat untuk
berikatan kovalen. Berasal dari golongan 5A(15), 6A(16), atau
7A(17
).
2+
(ion pusat)
menjad
i
= muatan ion
= (2-) (4-) = 2+
ligan tersebut. Jadi, ion kompleks yang memiliki dua buah ligan
etilenediamin diberi nama bis(etilendiamin).
5. Tingkat oksidasi dari beberapa ion pusat yang mempunyai lebih
dari satu tingkat ditulis dengan angka romawi (I), (II), (III) atau (IV).
3+
3+
Misalnya
[Co(H2O)6]
heksaaquokobalt(II)
dan
[Cu(NH3)4]
tetraamintembaga(II).
6. Jika ion kompleks adalah anion maka akhiran nama ion pusat adalah
nama latin ditambah at, contoh K[Pt(NH3)Cl5] yang diberi nama
Kalium amina pentakloro platinat(IV).
ion logam yang sama dengan muatan negatif. Valensi sekunder biasa
disebut bilangan koordinasi adalah jumlah kesatuan total dari anion atau
ligan netral dalam ion kompleks. Data Werner menunjukkan bahwa
jumlah total ligan pada masing-masing senyawa adalah
sama, walaupun jumlah dan molekul NH3 pada ion kompleks berbeda.
ion Cl
Rangkuman
Senyawa koordinasi terdiri dari ion kompleks dan counter ion dimana ion
kompleks
terdiri dari ion pusat (kation) yang dikelilingi oleh ligan netral atau anion,
yang memiliki satu atau lebih atom donor yang masing-masing
menyediakan pasangan elektron bebas. Kebanyakan bentuk senyawa
koordinasi adalah oktahedral (ikatan atom dengan enam ligan).
Rumus dan penamaan senyawa koordinasi
mengikuti aturan yang
sistematik. Werner menetapkan struktur dasar senyawa koordinasi.
Senyawa koordinasi memiliki isomer konstitusional (koordinasi dan
linkage) dan stereoisomer (isomer geometri dan
optik
).
Gambar A
: Gambaran ikatan valensi ion [Cr(NH3)6]
Gambar B
: Pengisian 6 pasang elektron NH3 bergabung
3+
dengan Cr mengisi
dua 3d, satu 4s dan tiga 4p
membentuk d2sp3
Kompleks Oktahedral
3+
Kompleks Tetrahedral
Gambar 11.
Enam buah ligan yang bergerak menuju atom logan untuk
membentuk geometri oktahedral. Ligan menghampiri atom
pusat untuk meminimalisir energi pada sistem
13.
Gambar tersebut memperlihatkan pada gelas A
2+
larutan [V(H2O)6] berwarna ungu berbeda dengan larutan
yang memiliki ligan yang sama namun ion logamnya
3+
berbeda seperti [V(H2O)6]
yang berwarna kuning. Hal
3+
serupa juga terlihat pada gambar B, senyawa [Cr(NH3)6]
yang berwarna kuning memiliki perbedaan warna
2+
dengan[Cr(NH3)6] yang berwana ungu.
Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa warna pada
logam transisi dipengaruhi oleh jenis ligan.
Gambar
Gambar 15. Pemisahan orbital d oleh bidang ligan segi empat planar
Rangkuman
Teori ikatan valensi menggambarkan ikatan dalam ion kompleks
yang timbul dari ikatan kovalen koordinasi antara basa lewis (ligan) dan
asam lewis (ion logam). Sepasang ligan bebas menempati orbital ion
logam untuk membentuk ion kompleks dengan bentuk yang khas.
Teori bidang kristal menjelaskan secara jelas mengenai warna dan
sifat magnetik suatu senyawa. Sebagai akibat dari mengelilingi bidang
ligan, energi orbital d membagi ion logam. Sifat magnetik dari pembagian
bidang kristal membelah energi bergantung pada tuntutan ion logam
dan kekuatan bidang kristal ligan. Hasilnya mempengaruhi energi
foton untuk menyerap warna dan jumlah elektron yang tidak
berpasangan.