Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KIMIA

ANORGANIK
SENYAWA KOORDINASI

Oleh
:
Nama

: Panji Nugraha Gomis

NIM
:
21030112140038
Kelas

:A

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012

SENYAWA KOORDINASI
Senyawa koordinasi atau senyawa kompleks adalah senyawa yang
terbentuk karena ikatan kovalen koordinasi atom-atomnya. Ikatan
kovalen
koordinasi
terjadi
karena pemakaian bersama pasangan
elaektron yang berasal dari salah satu atomnya.
Senyawa kompleks harus memiliki Ion kompleks yaitu ion yang terdiri dari ion
pusat bermuatan positif dan anion yang mengelilinginya (ligan). Ion kompleks
juga memerlukan counter ion agar muatannya bersifat netral.

Gambar 1: A. Model (atas), gambar prespektif (tengah), rumus


(bawah). Gambar tersebut terdiri dari ion pusat dan enam
buah ligan yang mengelilinginya membentuk model
oktahedral
B. Ion kompleks dengan ion pusat dan empat buah ligan yang
membentuk segi
empat planar
Senyawa koordinasi dapat bersifat elektrolit jika berada dalam air.
Ion kompleks dan counters ion terpisah antara satu dengan yang lainnya,
tetapi ion kompleks bersifat seperti ion polyatomik.

Ion kompleks: bilangan koordinasi, geometri dan ligan


Ion kompleks merupakan bagian dari senyawa kompleks yang terdiri
dari ion pusat (kation) serta ligan yang mengelilinginya. Strukturnya
tersusun dari bilangan koordinasi, geometri dan banyaknya atom donor
dari setiap ligannya.

Bilangan koordinasi : yaitu banyaknya ligan dalam suatu ion


kompleks yang berikatan langsung dengan ion pusat. Bilangan
3+
3+
koordinasi ion CO dalam [Co(NH3)6] adalah 6 karena ad 6 ligan
(NH3) tarikat dengan ion pusat.

Geometri : bentuk ion kompleks bergantung pada bilangan


koordinasi dan sifat dasar dari ion logam. Penulisannya memiliki
kesamaan dengan teori VSEPR.

Gambar 2. Bilangan koordinasi dan bentuk beberapa ion kompleks.


Bentuk ion kompleks berdasarkan bilangan koordinasi 2, 4, dan 6. Bilangan
koordinasi 4 memiliki dua bentuk yaitu segi empat planar dan
8
10
tetrahedral. Ion logam d berbentuk segi empat planar dan d berbentuk
tetrahedral.

Atom donor setiap ligan : ligan dari ion kompleks adalah molekul
atau anion dengan satu atau lebih atom donor yang masingmasing memberikan pasangan elektron pada ion pusat untuk
berikatan kovalen. Berasal dari golongan 5A(15), 6A(16), atau
7A(17
).

Ligan diklasifikasikan berdasarkan jumlah atom donor yang


digunakan untuk mengikat atom pusat.

Gambar 3 : Beberapa ligan yang biasa dalam senyawa koordinasi.


Monodentat adalah ligan yang memiliki 1 atom donor, biedentat
adalah ligan yang memiliki 2 atom donor dan polydentat ligan
yang memiliki lebih dari 2 atom donor.

Rumus dan Nama Senyawa Koordinasi


Ada tiga aturan penting dalam penulisan rumus senyawa koordinasi :
1. Anion ditulis sebelum kation
2. Muatan kation harus seimbang dengan muatan anion
3. Dalam ion kompleks, ligan anionik ditulis setelah ligan netral, dan
rumus ion tersebut diletakkan
didalam tanda kurung
Penerapan aturan tersebut untuk menentukan muatan ion-ion
+
pada senyawa koordinasi. Contoh K2[Co(NH3)2Cl4], dua K bermuatan
2+ sama dengan muatan anion
2sebag
kompleks [Co(NH3)2Cl4] yaitu 2-, terdiri dari dua molekul NH3
ai
dan empat ion Cl
ligan. Dua NH3 netral,
bermuatan 4- dan ion kom pleks bermuatan 2-,
empat Cl
sehingga
muatan Co
adalah :

2+

(ion pusat)

Muatan ion kompleks = muatan ion pusat + muatan ligan


total
2-

menjad
i

= muatan ion

pusat + { (2x0) + (4x1-) } Jadi, muatan


ion logam

= (2-) (4-) = 2+

Penamaan senyawa koordinasi


bil

Gambar 4. Nama Beberapa Ligan Netral dan Anionik

4. Nama imbuhan angka pada ligan menunjukkan jumlah ligan itu


sendiri. Contoh
tetraamin menunjukkan empat NH3 dan dikloro menunjukkan dua
Cl . Imbuhan lain
seperti tri, penta, dan heksa. Imbuhan ini tidak berpengaruh pada
urutan abjad. Beberapa ligan yang sudah memiliki imbuhan angka
didalamnya (seperti etilenediamin) digunakan bis(2), tris(3), atau
tetrakis(4) untuk menunjukkan jumlah

ligan tersebut. Jadi, ion kompleks yang memiliki dua buah ligan
etilenediamin diberi nama bis(etilendiamin).
5. Tingkat oksidasi dari beberapa ion pusat yang mempunyai lebih
dari satu tingkat ditulis dengan angka romawi (I), (II), (III) atau (IV).
3+
3+
Misalnya
[Co(H2O)6]
heksaaquokobalt(II)
dan
[Cu(NH3)4]
tetraamintembaga(II).
6. Jika ion kompleks adalah anion maka akhiran nama ion pusat adalah
nama latin ditambah at, contoh K[Pt(NH3)Cl5] yang diberi nama
Kalium amina pentakloro platinat(IV).

Gambar 5. Nama Beberapa ion logam pada


anion kompleks

Sejarah Perspektif: Alfred Werner dan Teori Koordinasi


Senyawa koordinasi sudah dikenal hampir 200 tahun. Ditemukan
oleh Alfred Werner. Dia meneliti senyawa kobalt yang masing-masing
mengandung satu ion kobalt(III), 3 ion klorida dan molekul amonia.
Werner mengukur konduktivitas masing-masing senyawa dalam larutan
untuk menentukan jumlah ion yang terurai. Dia menambahkan AgNO3
excess
untuk
sebagai AgCl dan menentukan bebas setiap
mengendapkan Cl
jumlah ion Cl unit
formula. Sebelumnya dia mempelajari bahwa NH3 tidak bebas dalam
larutan.

Gambar 6. Beberapa hasil percobaan cobalt dari senyawa koordinasi oleh


Warner.

Ion logam pusat yang dikelilingi oleh jumlah total konstan


molekul/anion yang terikat kovalen. Kompleks koordinasi dapat netral dan
bermuatan, jika bermuatan dikombinasikan dengan muatan counter ion
-

yang berlawanan. Dalam kasus ini adalah Cl membentuk senyawa netral.

Werner mengemukakan dua jenis valensi untuk ion logam yaitu


valensi primer dan valensi sekunder. Valensi primer sekarang disebut
oxidation state adalah muatan positif

ion logam yang sama dengan muatan negatif. Valensi sekunder biasa
disebut bilangan koordinasi adalah jumlah kesatuan total dari anion atau
ligan netral dalam ion kompleks. Data Werner menunjukkan bahwa
jumlah total ligan pada masing-masing senyawa adalah
sama, walaupun jumlah dan molekul NH3 pada ion kompleks berbeda.
ion Cl

Isomer Dalam Senyawa Koordinasi


Isomer adalah senyawa yang memiliki rumus kimia sama tapi
struktur dan sifatnya berbeda.
1. Isomer Konstitusional
Yaitu senyawa dengan rumus sama tapi terikat pada atom yang
berbeda. Biasa juga disebut dengan isomer struktur. Isomer ini dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu:
Isomer koordinasi, terjadi jika komposisi ion kompleksnya
berubah, tetapi
senyawanya
tetap.
Isomer Linkage, terjadi jika komposisi ion kompleksnya sama tetapi
ikatan ligan atom donornya berubah.
2. Isomer Stereoisometri
Yaitu senyawa yang memiliki ikatan atom yang sama tetapi tempat
penyusunannya berbeda. Terbagi menjadi 2, yaitu:
Isomer Geometri, biasa juga disebut isomer cis-trans atau
diastereomers terjadi
ketika beberapa atom disusun pada tempat yang berbeda tetapi
merupakan ion yang sama. Isomer cis terjadi jika ion yang sama
berada dalam ruang yang sama, sedangkan isomer tras terjadi
jika ion yang sama berada dalam ruang yang berbeda.

Gambar 7. Isomer cis-trans.

Isomer Optik, biasa disebut enansiomer adalah isomer yang


didasarkan kepada arah rotasi terhadap sumbu polarisasi.

Rangkuman
Senyawa koordinasi terdiri dari ion kompleks dan counter ion dimana ion
kompleks
terdiri dari ion pusat (kation) yang dikelilingi oleh ligan netral atau anion,
yang memiliki satu atau lebih atom donor yang masing-masing
menyediakan pasangan elektron bebas. Kebanyakan bentuk senyawa
koordinasi adalah oktahedral (ikatan atom dengan enam ligan).
Rumus dan penamaan senyawa koordinasi
mengikuti aturan yang
sistematik. Werner menetapkan struktur dasar senyawa koordinasi.
Senyawa koordinasi memiliki isomer konstitusional (koordinasi dan
linkage) dan stereoisomer (isomer geometri dan
optik
).

TEORI DASAR IKATAN DAN


SIFAT KOMPLEKS
Penerapan Teori Ikatan Valensi pada ion kompleks
Teori ikatan valensi digunakan untuk membantu mengetahui
ikatan dan struktur golongan utama suatu senyawa. Teori ini juga
digunakan untuk menjelaskan ikatan pada ion kompleks. Ligan
menyumbangkan pasangan elektron dan ion logam menerimanya untuk
membentuk suatu ikatan kovalen menjadi ion kompleks.

Gambar 8. Ikatan dan ikatan hibrida pada ion Oktahedral


3+

Gambar A
: Gambaran ikatan valensi ion [Cr(NH3)6]
Gambar B
: Pengisian 6 pasang elektron NH3 bergabung
3+
dengan Cr mengisi
dua 3d, satu 4s dan tiga 4p
membentuk d2sp3

Kompleks Oktahedral
3+

Sebagai contoh adalah ion heksaaminakromiun(III), Cr


memiliki 6
orbital kosong yang energinya lebih rendah yaitu dua 3d, satu 4s dan
tiga 4p membentuk d2sp3. Enam molekul NH3 menyumbangkan sepasang
dari nitrogennya untuk membentuk enam ikatan logam-ligan.

Kompleks Segi Empat Planar


8

Ion logam dengan konfigurasi d biasanya membentuk square


planar complexes.
Contohnya ion [Ni(CN)4]2- . Model ini mengusulkan satu orbtal 3d, satu orbital
4s dan dua orbital
2+
2
4p dari Ni membentuk empat orbital dsp .

Gambar 9. Ikatan dan orbital pada segi empat planar

Berdasarkan gambar tesebut ion Ni2+ memiliki dua orbital 3d yang


berisi masingmasing satu elektron, kemudian bergabung, empat pasang ion CN
mengisi satu orbital 3d, satu orbital 4s dan dua orbital 4p membentuk
2
dsp .

Kompleks Tetrahedral

Gambar 10. Ikatan dan orbital


tetrahedral

Dari gambar 9 terlihat orbital 3d sudah terisi penuh sehingga empat


ion OH mengisi
3
orbital 4s dan 4p membentuk sp .

Teori Bidang Kristal


Teori ni menjelaskan sedikit pengertian ikatan metal-ligan, warna
dan sifat magnetik kompleks. Dia juga menyoroti energi orbital d ion pusat
oleh ligan yang mengikatnya.

Pemisahan Orbital d pada Ligan Oktahedral


Teori ini menjelaskan mengenai sifat kompleks hasil dari pemisahan
energi orbital d. Pemisahan ini didasarkan pada interaksi elektrostatis
antara ion logam dengan ligan. Model ini mengasumsikan bahwa ion
kompleks terbentuk dari hasil tarikan elektrostatis antara logam positif
dengan ion negatif dari ligan.

Gambar 11.
Enam buah ligan yang bergerak menuju atom logan untuk
membentuk geometri oktahedral. Ligan menghampiri atom
pusat untuk meminimalisir energi pada sistem

Gambar 12. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa 5 orbital d memiliki


energi
yang
lebih tinggi dalam membentuk kompleks
dibandingkan ion logam bebas, tapi energi orbital d dibagi lagi
menjadi 2 dimana 2 buah orbital lebih tinggi dari yang lainnya.

Pemisahan energi pada orbital d seperti yang terlihat pada gambar


diatas disebut efek bidang kristal. Perbedaan energi antara 2 orbital d
dengan 3 orbital d lainnya disebut energi pemisah kristal. Ligan terbagi
menjadi ligan kuat yaitu ligan yang memiliki energi pemisah besar serta
ligan lemah yaitu ligan yang memiliki energi pemisah yang kecil.

Penjelasan Warna pada Logam Transisi


Beberapa warna dari senyawa koordinasi berasal dari perbedaan
energi pada orbital dalam ion kompleks. Elektron berpindah dari energi
yang rendah ke energi tinggi ketika ion menyerap warna. Perbedaan
energi pada orbital sebanding dengan energi penyerapan foton.

13.
Gambar tersebut memperlihatkan pada gelas A
2+
larutan [V(H2O)6] berwarna ungu berbeda dengan larutan
yang memiliki ligan yang sama namun ion logamnya
3+
berbeda seperti [V(H2O)6]
yang berwarna kuning. Hal
3+
serupa juga terlihat pada gambar B, senyawa [Cr(NH3)6]
yang berwarna kuning memiliki perbedaan warna
2+
dengan[Cr(NH3)6] yang berwana ungu.
Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa warna pada
logam transisi dipengaruhi oleh jenis ligan.
Gambar

Penjelasan Sifat Magnetik Logam Transisi Kompleks


Pemisahan tingkat energi berpengaruh terhadap sifat logam
mengakibatkan sejumlah elektron pada orbital d ion logam tidak
berpasangan. Sesuai aturan Hud, elektron menempati satu orbital selama
dalam tingkatan yang sama.
Cara orbital mempengaruhi ligan ada 2, yaitu:
Weak-field ligans and hight-spin complexes. Ligan H2o pada mn2+
memiliki kecil sehingga energi untuk berpindah kecil dan energi
untuk berpasangan lebih besar dibandingkan energi pemisahan

Strong-field ligans and low-spin complexes. Ligan CN- pada Mn2+


memiliki besar sehingga energi untuk berpindah besar dan energi
untuk berpasangan lebih kecil dari energi pemisahan

Tempat Pemisahan Kristal dalam Tetrahedral


Empat ligan mengelilingi ion logam juga menyebabkan orbital d
berpisah, tapi besar dan pola pemisahan bergantung pada apakah ligan
tersusun tetrahedral atau segi empat planar.

Gambar 14. Pemisahan orbital d oleh bidang ligan tetrahedral

Gambar 15. Pemisahan orbital d oleh bidang ligan segi empat planar

Rangkuman
Teori ikatan valensi menggambarkan ikatan dalam ion kompleks
yang timbul dari ikatan kovalen koordinasi antara basa lewis (ligan) dan
asam lewis (ion logam). Sepasang ligan bebas menempati orbital ion
logam untuk membentuk ion kompleks dengan bentuk yang khas.
Teori bidang kristal menjelaskan secara jelas mengenai warna dan
sifat magnetik suatu senyawa. Sebagai akibat dari mengelilingi bidang
ligan, energi orbital d membagi ion logam. Sifat magnetik dari pembagian
bidang kristal membelah energi bergantung pada tuntutan ion logam
dan kekuatan bidang kristal ligan. Hasilnya mempengaruhi energi
foton untuk menyerap warna dan jumlah elektron yang tidak
berpasangan.

Anda mungkin juga menyukai