Anda di halaman 1dari 50

TITRASI REDOKS

INDIKATOR
REDOKS
DEFINISI

Redoks Indikator Redoks adalah indikator yang berubah warnanya


karena terjadi reaksi reduksi-oksidasi (redoks).
INDIKATOR YANG DAPAT
DGUNAKAN DALAM TITRASI
REDOKS

Suatu substansi berwarna dapat bertindak sebagai indikatornya sendiri.


(Autoindikator)

• Sebagai contoh, larutan kalium permanganate memiliki warna yang begitu gelap sehingga
sedikit saja kelebihan dari reagen ini dalam sebuah titrasi dapat secara mudah terdeteksi.

Suatu indicator yang spesifik (indikator dalam)

• suatu substansi yang bereaksi dengan cara yang spesifik dengan salah satu dari reagen-reagennya dalam suatu
titrasi yang menghasilkan warna. Contoh-contohnya adala kanji, yang menghasilkan warna biru gelap dengan
iodine dan ion tiosianat, yang mengasilkan warna merah dengan ion besi (III).
Indicator-indikator luar atau spot test

• dipergunakan ketika indicator internal belum tersedia. Ion ferrisianida dipergunakan untuk mendeteksi ion
besi (II) melalui pembentukan besi (II) ferrisianida (biru Turnbull) pada sebuah piringan di luar bejana titrasi.

Indikator redoks sebenarnya

• indicator yang menjalani sendiri oksidasi-reduksi


Sebuah electron didapat oleh oksidan dan tidak ada ion hidrogen yang
terlibat dalam reaksi. Dapat dikatakan bahwa warna-warna dari bentuk
teroksidasi dan tereduksinya berbeda.
MEKANISME PERUBAHAN WARNA
Warna kompleks besi (III) adalah biru muda, sehingga sebuah perubaan
warna tajam akan muncul ketika besi (II) dioksidaasi menjadi besi (III)
dengan kehadiran 1,10-penantholin
TITRASI IODIMETRI
PRINSIP IODIMETRI
Titrasi Iodimetri adalah titrasi cara langsung berdasarkan reaksi oksidasi antara
iodin sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih
rendah dari sistem iodin-iodida dimana sebagai indikator digunakan larutan
kanji. Titrasi dilakukan dalam suasana netral sedikit asam (pH 5-8).
(Satiadarma, 2004).

Iodimetri dilakukan terhadap zat yang potensial reduksi lebih tinggi dari sistem
larutan iodin. Iodin merupakan oksidator yang lemah dengan nilai potensial
oksidasi sebesar +0,535 V. Pada saat reaksi oksidasi, iodin akan direduksi
menjadi iodida (Rohman, 2007).

Metode ini cukup akurat karena titik akhirnya cukup jelas sehingga
memungkinkan titrasi dengan larutan titer yang encer, yaitu 0,001N. Namun
jarang dilakukan karena iodin merupakan oksidator lemah (Bassett,1994).
SENYAWA IODINE
Senyawa- senyawa iodine yang penting yaitu :
a. Kalium Iodat (KIO3) yang ditambahkan pada
garam dapur agar tubuh kita memeperoleh iodine
b. Iodoform (CHI3) suatu zat organic yang penting
c. Perak Iodida (AgI) yang juga di gunakan dalam
film fotografi.
LARUTAN PENTITER
Pada titrasi iodimetri, digunakan larutan iodin sebagai larutan titer. Iodin adalah oksidator
lemah sedangkan iodida merupakan reduktor lemah. Iodin hanya larut sedikit dalam air,
namun larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. 

Larutan iodin standar dapat dibuat dengan melarutkan iodin dengan larutan KI pekat. Karena
iodin mudah menguap, maka larutan ini harus dibakukan dengan Natrium tiosulfat
(Na2S2O3) segera sebelum akan digunakan (Day, 2002). 

Kelemahan pelarut beriodida adalah ion ini dapat teroksidasi oleh O2 dari udara yang
dipercepat reaksinya dalam suasana asam atau oleh adanya cahaya, tetapi bersifat lambat
dalam suasana netral.

Selain itu, senyawa iodida (biasanya KI) yang digunakan dipersyaratkan agar bebas iodat
(karena iodat bereaksi dengan I- dalam suasana asam dengan membentuk I2). Persyaratan
harus dipenuhi bila larutan I2 dalam KI akan digunakan sebagai larutan baku (Mulyono,
2006).
LARUTAN BAKU
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah
natrium thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat
Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara
langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium
thiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama (Day & Underwood, 1981)

Penggunaan air yang masih mengandung CO2 sebagai pelarut, akan menyebabkan
peruraian S2O32- membentuk belerang bebas. Belerang ini menyebabkan
kekeruhan. Terjadinya peruraian dan kekeruhan itu juga dapat dipicu bakteri
Thiobacillus thioparus, yaitu bakteri yang memakan belerang dan jika masuk ke
larutan akan menghasilkan hasil metabolit berupa belerang koloidal. Belerang ini
yang akan menyebabkan kekeruhan, dan bila timbul kekeruhan larutan harus
dibuang.
REAKSI IODIMETRI
Dalam metode ini, suatu zat reduksi dititrasi secara langsung oleh
larutan iodium baku, misalnya pada titrasi Na2S2O3 oleh I2, dengan
reaksi :

2Na2S2O3 + I2 → 2NaI + Na2S4O6

Apabila larutan thiosulfat ditambahkan pada larutan iodine, hasil


akhirnya berupa perubahan penampakan dari tak berwarna menjadi
berwarna biru. Tetapi apabila larutan iodine ditambahkan kedalam
larutan thiosulfat maka hasil akhirnya berupa perubahan penampakan
dari berwarna menjadi berwarna biru.
Pada penetapan kadar CuSO4.5H2O terjadi reaksi :

2CuSO4.5H2O + 4KI → 2CuI + I2 + 2K2SO4 + 10H2O


 I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6

Reaksi dalam suasana asam, dengan menggunakan indikator larutan kanji


dimana titik akhir titrasi titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan
dari biru menjadi bening.
Pada pembakuan larutan natrium tiosulfat dengan standar primer KIO3

KIO3 + 5KI + 3H2SO4 → 3I2 + 3K2SO4 + 3H2O


I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
• Penambahan amilum (indikator kanji) dilakukan di akhir
supaya tidak mengganggu reaksi dan tidak menganggu
penetapan kadar sampel
INDIKATOR
Biasanya indikator yang digunakan adalah kanji/ amilum.
Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan.

Larutan kanji dengan iod memberi suatu kompleks yang tak


dapat larut dalam air, sehingga kanji tak boleh ditambahkan
terlalu dini dalam titrasi. Karena itu, dalam titrasi iod, larutan
kanji hendaknya tak ditambahkan sampai tepat sebelum titik
akhir ketika warna mulai memudar (Basset, 1994).

Larutan iod saat bereaksi dengan tepung kanji/amilum akan


memberikan warna biru.
BAHAN OBAT YANG DITETAPKAN KADARNYA
SECARA IODIMETRI

Asam askorbat
Natrium askorbat
Natrium tiosulfat
CONTOH
PERHITUNGAN
Asam askorbat pada tablet vitamin C ditentukan kadarnya
secara iodimetri dengan larutan I2 0,1 M dan indikator amilum.
Sebanyak 500 mg vitamin C dilarutkan hingga 100 ml dengan
aquades. Kemudian larutan vit C diambil 25 ml dan
ditambahkan dengan 5 ml H2SO4 1%. Jika larutan air jeruk
berubah menjadi coklat kehitaman ketika penambahan larutan
I2 sebanyak 0,65 ml, Hitunglah kadar asam askorbat pada air
jeruk.
CON’T
Langkah Pengamatan
Air jeruk + aquades Larutan berwarna kuning
Air jeruk + aquades + H2SO4 1% Larutan berwarna kuning
Air jeruk + aquades + H2SO4 1% + Larutan berwarna kuning
indikator amilum
Air jeruk + aquades + H2SO4 1% + Larutan berwarna kuning
indikator amilum + I2
Air jeruk + aquades + H2SO4 1% + Larutan berwarna coklat kehitaman
indikator amilum + I2 (berlebih)
CON’T
N(I2) = 0,1 N
V(I2) = 5 ml
BE vit C = 8,806 mg/ekuivalen

 
TITRASI
IODOMETRI
PRINSIP
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung
dan digunakan untuk menetapkan senyawa-
senyawa yang mempunyai potensial oksidasi
lebih besar dari sistem iodium-iodida atau
senyawa-senyawa yang bersifat oksidator
seperti CuSO4.5H2O.

Pada iodometri, sampel bersifat oksidator


direduksi dengan kalium iodida berlebih dan
akan menghasilkan iodium yang selanjutnya
dititrasi dengan larutan baku tiosulfat.

Banyaknya volume tiosulfat yang digunakan


sebagai titran setara dengan iodine yang
dihasilkan dan setara dengan banyaknya
sampel.
PROSEDUR KERJA
UMUM
Siapkan tempat untuk kita melakukan praktikum
Persiapkan alat-alat yang akan digunakan pada proses titrasi 3)
Cuci dan bersihkan alat -alat yang akan digunakan 4)
Siapkan bahan-bahan yang akan digunakan 5)
Pasang buret pada statif B.
PROSEDUR PEMBUATAN LARUTAN NA 2 S 2 O 3

1. 0,6205 gram Na2S2O3 ditimbang dalam gelas arloji pada


neraca analitik
2. Dimasukkan ke dalam gelas beaker kemudian dilarutkan
dengan 50 ml aquades dan ditambahkan 10 g Na2S2O3.
3. Larutan diaduk hingga homogen dan dipindahkan ke dalam
labu ukur 500 mL.
4. Larutan lalu diencerkan dengan air suling bebas
CO2 sampai volume larutan 500 mL
5. Simpan dalam botol yang tertutup dan diberi label.
PROSEDUR KERJA PEMBUATAN LARUTAN
H2SO4 4N

Siapkan labu ukur 250 ml kemudian diisi dengan aquades secukupnya


Ambil larutan H2SO4 4N sebanyak 27,7 ml dengan menggunakan pipet
gondok 25 ml dan pipet ukur 5 ml
Masukkan kedalam labu takar 250 ml yang telah diisi dengan aquades
tadi
Tambahkan aquades hingga tanda garis
Kocok-kocok dengan cara searah sehingga menjadi homogen
Apabila masih terasa panas masukkan atau rendam labu ukur tadi
kedalam air dan diamkan hingga dingin
Larutan H2SO4 telah siap digunakan untuk bahan tambahan pada
proses titrasi penentuan standarisasi KMnO4
PROSEDUR KERJA PEMBUATAN LARUTAN KALIUM
DIKROMAT DAN PENENTUAN STANDARISASI
LARUTAN TIOSULFAT.0,1N

 Timbang kalium dikromat (K2CrO7) 0,5 gram dengan menggunakan gelas


arloji dan neraca analitis
 Masukkan kedalam labu ukur 100 ml dan encerkan dengan aquades sampai
tanda garis 100 ml
 Ambil dengan menggunakan pipet gondok sebanyak 10 ml, masukkan
dalam erlenmeyer 100 ml, dan tambahkan 3 ml larutan KI 10% kemudian
tambahkan lagi 10 ml larutan H2SO4 4N kedalam larutan tersebut
 Kocok-kocok hingga sampai menjadi homogen
 Tutup rapat-rapat dan simpan ditempat yang gelap selama lebih kurang 3
menit
 Siapkan larutan tiosulfat (Na2S2O3) sebagai titran pada buret
CON’T
 Lakukan titrasi hingga terjadi perubahan warna pada campuran larutan
kalium dikromat dari warna coklat tua menjadi kuning kehijauan
 Tambahkan Amilum
 3-7 tetes hingga terjadi perubahan warna dari kuning kehijauan menjadi
biru tua kehitaman
 Lakukan titrasi kembali hingga berubah dari biru tua kehitaman menjadi
warna biru muda
 Lakukan titrasi sebanyak 3 kali agar mendapatkan hasil yang lebih tepat
 Hitung, catat dan rata-ratakan hasil volume larutan thiosulfat yang
terpakai.
PROSEDUR PENETAPAN KADAR CU(II)
DALAM CUPRI SULFAT

 Timbang 0,781 gram cupri sulfat (CuSO4) menggunakan gelas arloji dan
neraca analitik
 Larutkan dengan aquades dalam gelas bekker hingga menjadi larutan
homogen
 Masukkan kedalam labu ukur 50 ml dan encerkan dengan aquades hingga
tanda garis
 Kocok hingga menjadi larutan homogen
 Ambil sebanyak 10 ml dengan menggunakan pipet gondok 10 ml
 Masukkan dalam erlenmeyer 250 ml tambahkan larutan KI 10% sebanyak
5 ml dan H2SO4 4N sebanyak 10 ml. Larutkan sampai menjadi homogen
CON’T
 Tutup dengan plastik dan simpan ditempat yang gelap selama 3 menit
 Siapkan larutan thiosulfat sebagai larutan titran dalam buret
 Lakukan titrasi hingga terjadi perubahan warna dari warna coklat tua
menjadi warna kuning kehijauan.
 Tambahkan amilum 3-5 tetes sampai terjadi perubahan warna dari kuning
kehijauan menjadi biru tua
 Lakukan titrasi kembali sampai warnanya berubah menjadi putih susu
 Lakukan titrasi sebanyak 3 kali
 Catat volume thiosulfat yang dipakai dan jumlahkan jumlah rata-rata dari
ketiga titrasi tadi
HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN
Menghindari pH rendah.
Thiosulphate  (-) stabil pada
kondisi asam
S2O32-  +  2H+   H2SO3 + S
I- pada pH rendah : teroksidasi
oleh O2  I2 (fenomena Oxygen
Error)
O2 + 4I- + 4H+ ↔2I2 + 2H2O
Pencegahan :
 Suasana atm inert
 Penambahan CO2 padat atau NaHCO3
I2 dalam suasana basa (pH >8)
I2 + 2OH-  IO-(ion hipoiodit) + I- + H2O
3IO-  2I- + IO3- (ion iodat)
 Akibat : V titran turun  kesalahan hingga 4% terjadi pada pH
sekitar 11,5                
Amilum ditambah menjelang akhir reaksi
titrasi
 Indikator : Warna kuning muda ( jingga 
coklat, (+) I2 dalam jumlah banyak)
 Alasan :
 Disosiasi kompleks I2- amilum lambat 
I2 banyak diikat
 Menghindari hidrolisis amilum dalam
media asam.
Dilakukan cepat untuk menghindari oksidasi
I- oleh udara bebas
Dikocok
Tujuan : Menghindari penumpukan tiosulfat pada
area tertentu
Jika (+)  dekomposisi tiosulfat menghasilkan
belerang.
Indikator : (+) belerang dan
larutan menjadi bersifat koloid
(tampak keruh oleh kehadiran
S).
S2O32-  +  2H+  -> H2SO3 + S
I- ditambah berlebih
Tujuan : Semua analit tereduksi 
Akurat
Kelebihan I- : Kelarutan
n.b : Titrasi lebih lanjut karena I- dapat
teroksidasi oleh udara menjadi I2
BAHAN BAKU
OBAT YANG
DITITRASI
IODOMETRI
VITAMIN C

Berdasarkan NP VI th 1956

•Timbang seksama 300 mg


•Larutkan dalam 20 ml air bebas CO2, 5 ml H2SO4 encer.
Tambahkan 50 ml iodium 0,100 N.
•Titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N.

1 ml I2 0,100 N setara dengan 80 mg C6H6O6


KALOMEL
Berdasarkan FI III

•Timbang seksama 500 mg masukkan ke dalam labu iodium, tambahkan


10 ml air, 25 ml iodium 0,1 N dan 10 ml larutan natrium iodida P 20%
b/v.
•Tutup labu, goyangkan hingga reaksi sempurna.
•Titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N menggunakan indikator 3 ml
larutan kanji P.

1 ml larutan iodium 0,1 N setara dengan


23,607 mg Hg2Cl2
PERHITUNGAN KADAR
Dari suatu percobaan titrasi kalomel (Hg2Cl2) secara Iodometri,
didapatkan hasil berikut:

Berat sampel Pentiter Volume titrasi Indikator

500 mg Na2S2O3 0,1 N 2 ml Larutan kanji

 
IODATOMETRI
Iodatometri merupakan titrasi yang dilakukan secara langsung
dengan menggunakan larutan KIO3 sebagai titran & senyawa
pereduksi sebagai titran dlm suasana asam (0.1-2.0 M atau >
3M).
Iodat adalah oksidator yang lebih kuat daripada iodium.
Reaksi oksidasinya berlangsung dalam suasana asam dan iod
yang terbentuk ditunjukkan dengan indikator.
Reaksi antara KIO3 dan agen pereduksi seperti ion iodida atau arsen
(III) oksida di larutan asam berhenti saat iodat direduksi menjadi iodin:

Dengan reduktan yang lebih kuat, seperti titanium (III) klorida, iodat
direduksi menjadi iodida:
Dalam larutan asam yang lebih kuat (5-6 M HCl) reduksi terjadi
menjadi iodin monoklorida.

Dalam larutan HCl, iodin monoklorida membentuk sebuah kompleks


ion yang stabil dengan ion klorida:
Secara keseluruhan, reaksi setengah sel ditulis seperti berikut:

Potensial reduksi adalah 1,23 Volt, dengan demikian dalam


kondisi ini KIO3 bertindak sebagai agen pengoksidasi yang
sangat kuat.
PROSEDUR MENURUT
FI I
Larutkan zat di dalam air
Tambahkan HCl 2N
Tambahkan indikator (CHCl3)
Titrasi dengan KIO3 0.1 N
Sambil dikocok kuat-kuat pada setiap penambahannya
sampai warna ungu lapisan CHCl3 hilang
HAL YANG PERLU DIPERHARTIKAN
Pada kondisi (HCl 2.5-9.0 M), kanji tidak dapat digunakan sebagai indikator
karena karakteristik warna biru dari kompleks kanji-iodin tidak terbentuk
pada konsentrasi asam yang tinggi.

Pembuatan KIO3

Sebelum ditimbang, KIO3 dikeringkan dahulu pada suhu


1200C selama 1 jam  dinginkan dlm desikator.
Untuk dipakai pada HCl < 2N  0.1N KIO3 ~ 3.567 g/L
HCl > 3N  0.1N KIO3 ~ 5.35 g/L
Ditimbang secara seksama dan larutkan dlm labu takar ttt
utk digunakan sebagai titran.
DAFTAR PUSTAKA
Chemistry.tutorvista.com, (2014). Iodometric Titration, Uses of
Iodine | Chemistry@TutorVista.com. [online] Available at:
http://chemistry.tutorvista.com/analytical-chemistry/iodometric
-titration.html [Accessed 2 Dec. 2014].
Federica.unina.it, (2014). Iodometry and Iodimetry, Daniele
Naviglio « Analytical Chemistry « Facoltà di Agraria «
Federica e-Learning. [online] Available at:
http://www.federica.unina.it/agraria/analytical-chemistry/iodo
metry/ [Accessed 2 Dec. 2014].
Underwood, A.L. Day, R. A. Quantitative Analysis ed. 6th .
Jakarta: Erlangga. 2001
Mhiakhanpuspaningrum.blogspot.com, (2014). Iodometri -
Chemistry Analyst. [online] Available at:
http://mhiakhanpuspaningrum.blogspot.com/2011/05/iodometri.html
[Accessed 2 Dec. 2014].
Winblower.blogspot.com, (2012). julianblower: PROSES TITRASI
IODOMETRI Menetapkan kadar zat oksidator dalam contoh.
[online] Available at: http://winblower.blogspot.com/2012/11/proses-
titrasi-iodometri-menetapkan.html [Accessed 2 Dec. 2014].
http://www.academia.edu/6768812/METODE_IODOMETRI
Harmita, dkk. (2006). Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan
Farmasi. Depok: Departemen Farmasi FMIPA Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai