Anda di halaman 1dari 13

Analisis Makanan dan Kontaminan

PENETAPAN BILANGAN PEROKSIDA DALAM LEMAK

M. Thoriq Zulfahmi, Amalia Oktarina, Salsabila Zahra, Nurul Kartika,


Valentine Sofiani, Ulvi Zasvia, Melissa

Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran Jatinangor

ABSTRAK
Minyak merupakan golongan lipid yang secara struktur kimia terdiri dari ester asam
lemak dan gliserol. Minyak goreng adalah produk yang berasal dari lemak tumbuhan
atau hewan yang dimurnikan dalam bentuk cair, digunakan untuk menggoreng bahan
makanan. Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang
teroksidasi, sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi minyak serta kualitas
minyak tersebut. Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk menentukan bilangan
peroksida pada minyak dan mengetahui kualitas minyak. Metode yang digunakan
adalah titrasi iodometri. Hasilnya, bilangan peroksida pada sampel minyak belum
digoreng sebesar 229,792 mEq/kg.
Kata kunci: Minyak goreng, lipid, bilangan peroksida, titrasi iodometri

ABSTRACT
A class of lipid oil that is the chemical structure consisting of fatty acid esters and
glycerol. Cooking oil is a product derived from plants or animal fat that is purified in
liquid form, is used for frying foodstuffs. Peroxide number is the index number of
the fat or oil is oxidized, it is important to assess the level of oxidation of the oil and
the oil quality. The purpose of this lab is to determine the peroxide value in oil and
know the quality of the oil. The method used is iodometric titration. As a result, the
peroxide value of oil samples have not been fried by 229.792 mEq / kg.
Keyword: Edible oils, lipids, peroxide, iodometric titration

:
Analisis Makanan dan Kontaminan

PENDAHULUAN
Minyak merupakan zat Minyak terdapat pada hampir
makanan yang penting untuk menjaga semua bahan pangan dengan
kesehatan tubuh manusia. Selain itu kandungan yang berbeda-beda. Tetapi
minyak juga merupakan sumber minyak seringkali ditambahkan
energi yang lebih efektif dengan sengaja ke bahan makanan
dibandingkan karbohidrat dan dengan berbagai tujuan. Dalam
protein. Satu gram minyak dapat pengolahan bahan pangan, minyak
menghasilkan 9 kkal, sedangkan berfungsi sebagai media penghantar
karbohidrat dan protein hanya panas, seperti minyak goreng,
menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak, mentega dan margarin. 3
khususnya minyak nabati, Sebagai penghantar panas
mengandung asam-asam lemak minyak akan mengalami pemanasan
esensial seperti asam linoleat, yang menyebabkan perubahan fisika-
lenolenat, dan arakidonat yang dapat kimia sehingga berpengaruh terhadap
mencegah penyempitan pembuluh minyak tersebut dan bahan yang
darah akibat penumpukan kolesterol. digoreng. Menggoreng bahan pangan
Minyak juga berfungsi sebagai merupakan metoda pemasakan bahan
sumber dan pelarut bagi vitamin- pangan. 1
vitamin A, D, E dan K.3 Kerusakan minyak selama
Minyak goreng adalah salah proses penggorengan akan
satu kebutuhan pokok masyarakat mempengaruhi mutu dan nilai dari
Indonesia dalam rangka pemenuhan minyak dan bahan yang digoreng.
kebutuhan sehari-hari. Minyak Pada minyak yang rusak terjadi
goreng yang kita konsumsi sehari-hari proses oksidasi, polimerisasi dan
sangat erat kaitannya dengan hidrolisis. Proses tersebut
kesehatan kita. Masyarakat kita menghasilkan peroksida yang bersifat
sangat majemuk dengan tingkat toksik dan asam lemak bebas yang
ekonomi yang berbeda-beda. Ada sukar dicerna oleh tubuh.2
masyarakat yang menggunakan Senyawa polimer yang
minyak goreng hanya untuk sekali dihasilkan akibat pemanasan yang
pakai, namun ada juga masyarakat berulang-ulang dapat menimbulkan
yang menggunakan minyak goreng gejala keracunan antara lain iritasi
untuk berkali-kali pakai dengan saluran pencernaan, pembengkaan
tujuan tertentu. 3 organ tubuh, diare, kanker dan depresi
Analisis Makanan dan Kontaminan

peroksida dan hidroperoksida yang


pertumbuhan. terbentuk pada tahap awal reaksi
Selain itu akan timbul rasa oksidasi lemak. Bilangan peroksida
tengik akibat oksidasi yang yang tinggi mengindikasikan lemak
pengaruhnya tidak diharapkan pada atau minyak sudah mengalami
bahan pangan yang digoreng. oksidasi, namun pada angka yang
Pengaruh tersebut antara lain lebih rendah bukan selalu berarti
mengakibatkan kerusakan gizi, menunjukkan kondisi oksidasi yang
tekstur dan cita rasa. 2 masih dini. Angka peroksida rendah
Beberapa jenis makanan dapat bisa disebabkan laju pembentukan
memicu kanker atau bersifat peroksida baru lebih kecil
karsinogenik. Salah satu contohnya dibandingkan dengan laju
yaitu makanan yang mengalami degradasinya menjadi senyawa lain,
pengolahan tidak tepat seperti mengingat kadar peroksida cepat
penggorengan berulang atau mengalami degradasi dan bereaksi
penggunaan minyak goreng itu dengan zat lain.1
sendiri yang berulang. Angka Syarat baku mutu minyak
peroksida yang tinggi bersifat sebagai goreng dari Departemen
radikal bebas di dalam tubuh.4 Perindustrian2 :
Indikator kerusakan minyak
antara lain adalah angka peroksida
dan asam lemak bebas. Angka
peroksida menunjukkan banyaknya
kandungan peroksida di dalam
minyak akibat proses oksidasi dan
polimerisasi. Asam lemak bebas
menunjukkan sejumlah asam lemak
bebas yang dikandung oleh minyak
yang rusak, terutama karena peristiwa
oksidasi dan hidrolisis.2
Pengukuran angka peroksida
pada dasarnya adalah mengukur kadar
Analisis Makanan dan Kontaminan

METODE PENELITIAN larutan kalium iodida jenuh sebanyak


Alat yang digunakan dalam 0,5 ml lalu didiamkan selama 2 menit
percobaan ini adalah batang dalam ruang gelap sambil digoyang.
pengaduk, beaker glass, buret, Ditambahkan 30 ml aquadest.
erlenmeyer, gelas ukur, kantong Kelebihan Iod dititrasi dengan larutan
hitam , klem dan statif, neraca natrium tiosulfat 0,167 N. Saat akan
analitik, pipet tetes, plat tetes. mendekati titik akhir , batang
Bahan yang digunakan adalah pengaduk dicelupkan ke dalam
aquadest, indikator kanji, kalium larutan analit dan digoreskan pada
iodat (KIO3), kalium iodida (KI), plat tetes yang berisi indikator kanji.
minyak Bimoli yang belum Ditentukan bilangan peroksida
mengalami penggorengan, natrium blanko.
tiosulfat (Na2S2O3), pelarut (60% Penentuan Bilangan Peroksida
asam asetat glasial dan 40% Sampel Minyak Bimoli (belum
kloroform). digoreng)
Pembakuan Natrium Tiosulfat Ditimbang 5 g sampel dan
(Na2S2O3) dimasukkan ke erlenmeyer 250 ml.
Ditimbang 0,3567 gram kalium iodat Ditambahkan pelarut 30 ml lalu
(KIO3) dan dilarutkan ke dalam 100 dikocok larut. Ditambahkan 0,5 ml
ml aquadest ( 0,1 N ). Larutan natrium larutan kalium iodida jenuh lalu
tiosulfat dimasukkan ke dalam buret didiamkan 2 menit dalam ruang gelap
50 ml. Larutan kalium iodat sambil digoyang. Ditambahkan 30 ml
dimasukkan ke dalam erlenmeyer aquadest. Larutan dibagi 3 bagian dan
sebanyak 10 ml dan ditambahkan dilakukan titrasi triplo. Kelebihan Iod
kalium iodida sebanyak 0,5 ml dan dititrasi dengan larutan natrium
kanji 3 tetes. Dilakukan titrasi dan tiosulfat 0,167 N. Saat akan
diamati perubahan warna. Normalitas mendekati titik akhir, batang
natrium tiosulfat ditentukan. pengaduk dicelupkan ke larutan analit
Penentuan Bilangan Peroksida dan digoreskan pada plat tetes yang
Blanko berisi indikator kanji. Ditentukan
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 30 bilangan peroksida sampel.
ml pelarut dan dikocok. Ditambahkan
Analisis Makanan dan Kontaminan

HASIL
A. Pembakuan 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3
No Perlakuan Hasil Gambar
1. Ditimbang 𝐾𝐼𝑂3 0,3567 gr 𝐾𝐼𝑂3
2. 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 dimasukkan ke 50 mL 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3
dalam buret 50 mL
3. 𝐾𝐼𝑂3 10 mL dimasukkan ke Warna biru
dalam erlenmeyer dan menjadi bening
ditambahkan KI 0,5 mL dan
kanji 3 tetes
4. Dititrasi dan amati perubahan Terjadi
warna perubahan warna
5. Ditentukan nilai normalitas 0,167 N
𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3

B. Penentuan Bilangan Peroksida Blanko

No Perlakuan Hasil Gambar


1. Ditambahkan pelarut 30ml dan Sampel larut
dikocok sampai semua sampel minyak dalam
larut pelarut

2. Ditambahkan 0,5ml larutan kalium Larutan


iodida jenuh, didiamkan selama 2 sampel
menit di ruang gelap serta digoyang berwarna
dan ditambahkan 30ml aqua destilata kuning
dan dibagi menjadi tiga bagian
Analisis Makanan dan Kontaminan

3. Kelebihan iod pada larutan pertama V= 0,25 ml


dititrasi dengan larutan natrium
tiosulfat 0,167 N.

5 Kelebihan iod pada larutan kedua V= 0,2ml


dititrasi dengan larutan natrium
tiosulfat 0,167 N.

6 Kelebihan iod pada larutan ketiga V= 0,2ml


dititrasi dengan larutan natrium
siosulfat 0,167.

7 Setelah mendekati titik akhir titrasi Berwarna


batang pengaduk dicelupkan ke biru samar
larutan analit yang kemudian
digoreskan dengan indikator pati

C. Penentuan Bilangan Peroksida Sampel

No Perlakuan Hasil Gambar


1 5 gram sampel minyak 5 gram sampel di
ditimbang ke dalam erlenmeyer dalam
250ml erlenmeyer
250ml
Analisis Makanan dan Kontaminan

2 Ditambahkan pelarut 30ml dan Sampel larut


dikocok sampai semua sampel dalam pelarut
minyak larut

3 Ditambahkan 0,5ml larutan Larutan sampel


kalium iodida jenuh, didiamkan berwarna kuning
selama 2 menit di ruang gelap
serta digoyang dan
ditambahkan 30ml aqua
destilata dan dibagi menjadi tiga
bagian
4 Kelebihan iod pada larutan V= 2,7ml
pertama dititrasi dengan larutan
natrium tiosulfat 0,167 N.

5 Kelebihan iod pada larutan V= 2,3ml


kedua dititrasi dengan larutan
natrium tiosulfat 0,167 N.

6 Kelebihan iod pada larutan V= 2,1ml


ketiga dititrasi dengan larutan
natrium siosulfat 0,167.

7 Setelah mendekati titik akhir Berwarna biru


titrasi batang pengaduk samar dengan
dicelupkan ke larutan analit bilangan
yang kemudian digoreskan
Analisis Makanan dan Kontaminan

dengan indikator pati dan peroksida:


ditentukan bilangan peroksida 229,792 meq/kg

Perhitungan
1. Pembakuan natrium tiosulfat
N1V1 = N2V2
0,1.10=N2.6
N2 = 0,167 N

2. Perhitungan KIO3 0,1 N/100


𝑔𝑟 1000
𝑁 = 𝑀𝑟 × 𝑉

𝑔𝑟 1000
0,1 = 35,67 × 100

gr = 0,3567 gr/100ml
3. Rata-rata volume sampel

Volume sampel x faktor pengenceran (3)


V1 = 2,7ml x 3 = 8,1 ml
V2 = 2,3ml x 3 = 6,9 ml
V3 = 2,1ml x 3 = 6,3 ml
(8,1+6,9+6,3)𝑚𝑙 21,3𝑚𝑙
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = = = 7,1𝑚𝑙
3 3

4. Rata-rata volume blanko

V1 = 0,25 ml
V2 = 0,22 ml
V3 = 0,22 ml
(0,25+0,22+0,22)𝑚𝑙 0,67𝑚𝑙
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 = = = 0,22𝑚𝑙
3 3
1000
5. 𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎 (𝑀𝑒𝑞 ) = 𝐴 × 𝑁 × 𝐺
1000
= (7,1 − 0,22)𝑚𝑙 × 0,167𝑁 × = 229,792 𝑚𝑒𝑞/𝑘𝑔
5
Analisis Makanan dan Kontaminan

PEMBAHASAN percobaan ini yang digunakan untuk


Bilangan peroksida menentukan bilangan peroksida dari
didefinisikan sebagai jumlah meq minyak yang belum digunakan , yaitu
peroksida dalam setiap 1000 g (1 kg) mengambil 5 gram sampel minyak
minyak atau lemak. Bilangan yang berwujud cair berwana kuning
peroksida menunjukkan derajat jernih dicampur dengan 30mL pelarut
kerusakan pada minyak atau lemak. campuran dengan larutan asam asetat
Asam lemak tak jenuh dapat mengikat glasial dan kloroform perbandingan
oksigen pada ikatan rangkapnya 3:2 (18 mL dan 12mL)
membentuk peroksida dan yang berwujud cairan tak berwarna.
selanjutnya terbentuk senyawa Kemudian dilarutkan hingga
aldehid, senyawa lakton, maupun sempurna dan warna larutan berubah
senyawa akrolein. Hal inilah yang menjadi kuning muda.
menyebabkan bau dan rasa tidak enak Fungsi dari penambahan kloroform a
serta ketengikan minyak. Semakin dalah sebagai pelarut karena minyak
besar nilai bilangan peroksida berarti merupakan golongan lipid, yaitu
semakin banyak peroksida yang senyawa organik yang terdapat di
terdapat pada sampel. alam serta tidak larut dalam air, tetapi
Langkah pertama, dilakukan larut dalam pelarut organik non-polar
dahulu pembakuan terhadap Na2S2O3 misalnya, kloroform (CHCl3),
dengan KIO3 karena Na2S2O3 benzena dan hidrokarbon lainnya,
merupakan larutan baku sekunder lemak dan minyak dapat larut dalam
yang belum diketahui konsentrasinya pelarut tersebut karena minyak
maka harus dibaku kan terlebih mempunyai polaritas yang sama
dahulu menggunakan larutan baku dengan pelarut tersebut. Sedangkan
primer.Untuk mengetahui titik akhir digunakan larutan asam asetat glasial
titrasi, maka harus digunakan juga karena alkali iodida akan bereaksi
indikator luar (pati). sempurna dalam larutan bersuasana
Metode yang digunakan untuk asam.
menentukan angka peroksida adalah Kemudian ditambahkan 0,5 mL
dengan metoda titrasi larutan KI jenuh yang berwujud cair,
iodometri. Prosedur pertama pada kuning jernih dan larutan menjadi
Analisis Makanan dan Kontaminan

kuning. Fungsi dari penambahan KI kuning pada sampel. Pada tahap ini,
adalah untuk membebaskan iodin terjadi reaksi sebagai berikut:
yang ditandai terbentuknya warna
L-OOH + 2KI + H2O  L-OH + I2 + 2 KOH
(clear) (yellow)
I2 + 2 Na2S2O3  Na2S4O6 + 2NaI
(yellow) (colorless)
(Ross dan Lie, 2013)
Kemudian mendiamkan larutan yang didapat, dikalikan faktor
selama 2 menit dan sesekali digoyang pengenceran (3) kemudian dikurangi
agar reaksi terjadi sempurna dan rata-rata volume Natrium Tiosulfat
menambah 30 mL aquades agar yang dibutuhkan untuk mentitrasi
larutan bisa bercampur merata. larutan blanko sehingga didapat nilai
Larutan dibagi tiga karena titrasi A yang nantinya digunakan untuk
dilakukan triplo. Lalu titrasi dengan menetapkan angka peroksida.
Na2S2O3, ketika warna larutan Setelah itu juga dilakukan
menjadi kuning pudar-bening, titrasi iodometri terhadap blanko
digoreskan pada indikator pati yang (hanya berisi pelarut campuran
berfungsi sebagai indikator adanya I2 dengan diberi perlakuan yang sama
atau untuk mengetahui apakah titik terhadap sampel). Dari data yang
akhir titrasi telah dicapai atau belum dapat, diketahui bahwa volume total
(apabila tidak menghasilkan warna Natrium Tiosulfat yang dibutuhkan
biru, maka dapat diketahui telah untuk menitrasi larutan blanko
mencapai titik akhir titrasi). dengan bantuan indikator amilum 1%
Dari data yang dapat, diketahui untuk mengetahui titik akhir titrasi,
bahwa volume total Natrium Tiosulfat masing-masing sebesar 0,25 mL; 0,2
yang dibutuhkan untuk menitrasi mL ; dan 0,2 mL dimana hasil ini
larutan sampel minyak goreng merek dapat digunakan untuk
Bimoli dengan bantuan indikator menentukan/menetapkan angka
amilum 1% untuk mengetahui titik peroksida pada sampel.
akhir titrasi, masing-masing sebesar Salah satu parameter penurunan
2,7 mL; 2,3 mL; dan 2,1mL. Hasil mutu minyak goreng dilihat dari nilai
Analisis Makanan dan Kontaminan

bilangan peroksidanya. Pengukuran Bilangan peroksida yang tinggi


angka peroksida pada dasarnya adalah mengindikasikan lemak atau minyak
mengukur kadar peroksida dan sudah mengalami oksidasi , namun
hidroperoksida yang terbentuk pada pada angka peroksida yang rendah
tahap awal reaksi oksidasi lemak. bukan berarti menunjukkan kondisi
Peroksida terbentuk pada tahap oksidasi yang baru terjadi. Angka
inisiasi oksidasi , pada tahap ini peroksida yang rendah dapat
hidrogen diambil dari senyawa disebabkan karena laju pembentukan
oleofin menghasilkan radikal bebas. peroksida baru lebih kecil jika
Keberadaan cahaya dan logam dibandingkan dengan laju degradasi
berperan dalam proses pengambilan senyawa lain , mengingat kadar
hidrogen tersebut. Radikal bebas yang peroksida cepat mengalami degradasi
terbentuk bereaksi dengan oksigen dan bereaksi dengan zat lain. Mutu
membentuk radikal peroksi, dari suatu minyak dapat diketahui dari
selanjutnya dapat mengambil warna, rasa, dan aromanya. Minyak
hidrogen dari molekul tak jenuh lain yang memiliki mutu yang tidak baik
menghasilkan peroksida dari radikal biasanya memiliki bau dan aroma
bebas yang baru. yang tengik. Minyak dapat ditentukan
Hasil yang diperoleh dari bilangan peroksidanya karena minyak
penentuan bilangan peroksida pada merupakan asam lemak tidak jenuh
sampel minyak yang belum digoreng dimana oksigen akan terikat pada
(Bimoli) diperoleh hasil sebesar ikatan rangkap pada minyak dan
229,792 mEq/kg. Hasil tersebut membentuk peroksida aktif.
diperoleh dari hasil titrasi secara
iodometri dengan menggunakan
pentiter larutan natrium tiosulfat 0,1
N yang sebelumnya telah dibakukan
dengan larutan KIO3 0,1 N. Hasil Reaksi Pembentukan Peroksida
bilangan peroksida yang diperoleh Senyawa ini sangat reaktif dan
tersebut dihitung dengan dapat membentuk hidroperoksida
menggunakan rumus sebagai berikut: yang bersifat sangat tidak stabil dan
mudah pecah menjadi senyawa
Analisis Makanan dan Kontaminan

dengan rantai karbon yang lebih sudah mengalami beberapa proses


pendek berupa asam-asam lemak , penggorengan memiliki bilangan
aldehida- aldehida dan keton yang peroksida yang tinggi ditandai dengan
bersifat volatil/ mudah menguap. Hal adanya endapan , warna keruh ,
inilah yang menjadi tanda terjadinya berbuih sehingga membuat minyak
pemecahan dan kerusakan pada menjadi kental, dan biasanya tingkat
minyak. Faktor-faktor yang dapat ketengikan berbanding lurus dengan
mempercepat terjadinya proses jumlah peroksidanya . Standar mutu
oksidasi dan nilai dari bilangan menurut SNI menyebutkan bahwa
peroksida yang tinggi adalah pertama kriteria minyak goreng yang baik
disebabkan karena paparan dengan digunakan adalah berwarna muda dan
udara langsung ( oksigen), paparan jernih , serta baunya normal dan tidak
cahaya langsung ( cahaya dapat tengik.
mempercepat terjadi reaksi fotolisis Pada pengujian penentuan
ini diakibatkan karena adanya bilangan peroksida pada sampel
pancaran foton sehingga minyak yang belum digoreng
mempercepat terjadinya proses diperoleh bilangan peroksida yang
oksidasi, selanjutnya karena suhu tinggi , hal tersebut dapat terjadi
tinggi biasanya pada saat proses karena beberapa faktor: 1, Pada saat
penggorengan dengan menggunakan penyimpanan minyak tidak pada suhu
api yang besar sehingga proses kamar dan terkena paparan sinar
oksidasi dari minyak terjadi sangat matahari langsung , oleh karena itu
cepat dan bisa disebabkan pada bilangan peroksidanya tinggi
sampel makanan terdapat logam- meskipun belum digunakan.
logam berat seperti Pb, Fe, Cu, dll. 2.Terdapat zat pengotor yang dapat
Selain sebagai indikator memengaruhi pengujian bilangan
kerusakan pada minyak , peroksida peroksida tersebut. Menurut SNI ,
juga dapat menyebabkan destruksi bilangan peroksida yang memenuhu
beberapa macam vitamin dalam mutu standar dari suatu minyak
bahan pangan berlemak ( misalnya goreng adalah 1 mEq/kg. Jika
vitamin A,C,D,E, K dan sejumlah bilangan peroksidanya melebihi 100
kecil vitamin B) . Pada minyak yang mEq/kg hal ini dapat menyebabkan
Analisis Makanan dan Kontaminan

iritasi saluran pencernaan , diare, kebutuhan vitamin E akan semakin


kanker , dan bahkan jika peroksidanya besar. Padahal vitamin E dibutuhkan
berikatan dengan sistem peredaran tubuh untuk menangkal radikal bebas.
darah , maka akan menyebabkan

SIMPULAN
Kualitas minyak dapat diketahui dari
bilangan peroksidanya. Bilangan
peroksida pada sampel minyak
belum digoreng (Bimoli ) sebesar
229,792 mEq/kg dapat ditentukan
dengan menggunakan titrasi
Iodometri.

DAFTAR PUSTAKA Bias. Berkala Fisika. Vol. 11, No.


1. Aminah, S. 2010. Bilangan 2.
Peroksida Minyak Goreng Curah 4. Tapan, E. 2005. Kanker,
dan Sifat Organoleptik Tempe Antioksidan dan Terapi
Pada Pengulangan Komplementer. Jakarta: PT Elex
Penggorengan. Jurnal Pangan dan Media Komputindo.
Gizi. Vol. 01, No.01.
2. Gunawan, dkk. 2003. Analisis
Pangan: Penentuan Angka
Peroksida dan Asam Lemak Bebas
Pada Minyak Kedelai Dengan
Variasi Menggoreng. JSKA. Vol.
VI, No. 3.
3. Sutiah, dkk. 2008. Studi Kualitas
Minyak Goreng Dengan
Parameter Viskositas dan Indeks

Anda mungkin juga menyukai