Anda di halaman 1dari 8

Proposal Magang

PENERAPAN PROGRAM SANITASI DALAM UPAYA


MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS CPO DI PT PERKEBUNAN
NUSANTARA I LANGSA, ACEH

Oleh :

Apris Mahendra
1905105010025

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS


PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2023
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sanitasi merupakan upaya dalam mewujudkan dan menjamin
kondisi lingkungan yang telah memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Sanitasi hadir sebagai bentuk untuk meningkatkan kesehatan manusia
dengan mencegah timbulnya penyakit menggunakan cara pengendalian
faktor lingkungan fisik yang berhubungan dengan rantai penularan
penyakit. Salah satu contohnya adalah sanitasi pabrik atau di lingkungan
industri.
Sanitasi merupakan Perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup
bersih, sehingga mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan
bahan buangan berbahaya lainnya agar dapat menjaga dan meningkatkan
kesehatan manusia.
Prosedur-prosedur standar operasi sanitasi sangat perlu dalam
penerapan prinsip pengelolaan lingkungan yang dilakukan melalui kegiatan
sanitasi dan higiene. Dalam hal ini, SSOP (Sanitation Standart Operating
Procedures) menjadi program sanitasi wajib suatu industri untuk
meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan menjamin sistem
keamanan produksi pangan. Prinsip-prinsip sanitasi untuk diterapkan dalam
SSOP dikelompokkan menjadi 8 aspek kunci sebagai persyaratan utama
sanitasi dan pelaksanaannya, yaitu (1) keamanan air (2) kondisi dan
kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan (3) pencegahan
kontaminasi silang (4) menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi dan toilet (5)
proteksi dari bahan-bahan kontaminan (6) pelabelan, penyimpanan, dan
penggunaan bahan toksin yang benar (7) pengawasan kondisi kesehatan
personil yang dapat mengakibatkan kontaminasi (8) menghilangkan hama
pengganggu dari unit pengolahan (Winarno dan Surono, 2004).
Keamanan pangan dapat diwujudkan salah satunya dengan menerapkan
prinsip-prinsip sanitasi dalam suatu industri. Seiring dengan perkembangan
industri pangan yang semakin meningkat maka dituntut pula untuk
menghasilkan produk yang mampu memenuhi standar keamanan pangan serta
sekaligus dapat memenuhi kepuasan konsumen secara menyeluruh. Salah satu
cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengupayakan penerapan prinsip
sanitasi pada industri pangan. Penerapan sistem sanitasi merupakan dasar
untuk menerapkan HACCP, dimana HACCP tidak hanya diperuntukkan bagi
industri pangan skala besar namun juga industri pangan skala kecil (Soeprapto
dan Adriyani, 2009).
HACCP harus menjadi dasar untuk dapat mencegah, menanggulangi,
dan mengurangi potensi bahaya mulai dari bahan pangan hingga siap
diberikan pada konsumen agar dapat mencapai tujuan. Sistem HACCP bukan
sebuah sistem yang menjamin bahwa sebuah proses produksi akan aman
100% dari resiko bahaya, tetapi sistem ini akan meminimalkan resiko bahaya
keamanan pangan. Fokus dari HACCP adalah antisipasi bahaya dan
identifikasi titik kontrol. HACCP lebih mengutamakan tindakan pencegahan
daripada inspeksi produk akhir.
Sistem HACCP menggunakan pendekatan sistematik, proaktif,
kerjasama tim, dan teknik praktis sehingga sistem ini menjadi hidup dan
dinamik. Sistem ini bukan menjamin tidak ada resiko atau zero risk,  namun
dapat meminimalkan resiko sampai pada batas yang dapat diterima.
Salah satu cara untuk mengukur mutu produk ialah penerapan quality
control dengan peta kontrol (control charts). Fungsi penerapan quality control
tersebut adalah untuk melakukan pengendalian terhadap mutu dari input awal
berupa penyelesaian bahan baku, proses produksi, sampai kepada proses
output barang jadi (finished goods). Dengan adanya penerapan quality control
maka perusahaan dapat melakukan efesieni proses produk, khususnya dalam
industri pengolahan CPO kelapa sawit ( Diniaty et al., 2019).
Pengendalian kualitas merupakan salah satu teknik yang perlu
dilakukan mulai dari sebelum proses produksi berjalan, pada saat proses
produksi, hingga proses produksi berakhir dengan menghasilkan produk akhir.
Pengendalian kualitas dilakukan agar dapat menghasilkan produk berupa
barang atau jasa yang sesuai dengan standar yang diinginkan dan
direncanakan, serta memperbaiki kualitas produk yang belum sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan dan sebisa mungkin mempertahankan kualitas
yang sesuai (Supriyadi, 2018).
Tujuan pengendalian kualitas adalah terdapatnya peningkatan kepuasan
konsumen, proses produksi dapat dilaksanakan dengan biaya serendah-
rendahnya serta selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Tujuan
akhir dari pengendalian kualitas adalah sebagai alat yang efektif dalam
pengurangan variabilitas produk (Elmas, 2017).
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari magang ini adalah untuk mengetahui bagaimana
penerapan sanitasi pada proses pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan
CPO yang berkualitas di Pt Perkebunan Nusantara I Langsa.
I.3 Manfaat
Berikut manfaat yang bisa di dapat dari kegiatan magang :
- Pengalaman pekerjaan
- Mengembangkan keterampilan
- Meningkatkan relasi dalam lingkungan profesional
- Menambah pengalaman kerja pada resume
- Meningkatkan kualitas diri
- Membuka wawasan
- Meningkatkan kepercayaan diri
- Eksplore berbagai karier
I.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup magang meliputi beberapa aspek :
- Program sanitasi untuk meningkatkan produktivitas CPO.
- Metode dan prinsip kerja alat yang di gunakan dalam proses penanganan
kelapa sawit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa sawit ialah jenis tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup
tinggi, hal ini disebabkan jenis tanaman ini dapat menghasilkan buah, dimana
buah ini dapat diolah menjadi minyak nabati. Buah sawit merupakan buah
hasil perkebunan yang dimanfaatkan bijinya untuk diproses menjadi minyak
makan. Tidak hanya minyak makan, buah sawit dapat diolah menjadi
beberapa produk seperti margarin, pasta gigi bahkan produk kosmetik. Namun
kebanyakan buah sawit ini lebih berfokus pada pembuatan bahan pangan
seperti minyak goreng, margarin dan vanaspati (Maulinda et al., 2017).
Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan salah satu jenis
tanaman dari famili Arecaceae yang menghasilkan minyak nabati yang dapat
dimakan (edible oil). Disamping digunakan sebagai bahan industri pangan,
minyak kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan baku industri non
pangan. Komoditi kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan
yang sangat diminati untuk dikelola dan ditanam dalam skala kecil oleh
masyarakat maupun skala besar oleh perusahaan perkebunan (Rosa, 2017).
Salah satu perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia yaitu PT.
Perkebunan Nusantara I. PT. Perkebunan Nusantara I merupakan salah satu
anak perusahaan BUMN perkebunan kelapa sawit yang berada di Kota Langsa
sehingga menjadikannya sebagai salah satu sektor yang menunjang
perekonomian. Dewasa ini, Ada beberapa permasalahan yang dihadapi dalam
budidaya tanaman kelapa sawit, salah satunya fluktuatifnya produksi yang
disebabkan oleh faktor pemeliharaan seperti pemupukkan hingga adanya
serangan hama dan penyakit (Afrilia, 2019).
Berdasarkan dasar tersebut menjadikan Industri pengolahan kelapa
sawit merupakan industri hulu yang sangat penting. Hal ini sejalan dengan
semakin meningkatnya luas areal perkebunan kelapa sawit. Sejak saat ini
Indonesia dikenal sebagai penghasil perkebunan kelapa sawit terluas. Pada
permulaan perkebunan, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai
170.000 hektar. (Niabaho, 2011). Bahan baku makanan, kosmetik, sabun dan
cat merupakan industri yang menggunakan bahan dasar kelapa sawit. Bahkan
akhir-akhir ini ada upaya penggunaan minyak kelapa sawit sebagai bahan
baku pembuatan bahan bakar alternatif. Kondisi ini memacu perkembangan
industri pengolahan kelapa sawit, baik kebutuhan dalam negeri maupun
ekspor. Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya luas areal perkebunan
kelapa sawit. (Rante, 2013).
Dalam proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak mentah (crude
palm oil) dan inti sawit (kernel) diperlukan beberapa tahap proses yaitu proses
penerimaan buah, proses perebusan, proses penebah, proses pengempa dan
proses pemurnian. Pemurnian adalah proses yang paling penting yaitu proses
pemurnian minyak yang terkandung kadar-kadar didalamnya baik kadar
kotoran maupun kadar air yang dapat merugikan hasil produksi CPO. Pada
dasarnya mekanisme dari proses pemisah kadar (pemurnian) berlangsung
dengan tujuan agar produksi minyak mentah menghasilkan minyak dengan
kualitas kadar air 0,2% dan 0,04% kotoran. Maka dari itu pabrik kelapa sawit
Tanjung Seumantoh melakukan proses pemurnian minyak agar mendapatkan
harga jual yang layak. Proses pemurnian ini merupakan lanjutan dari proses
Screw Press atau proses pengempaan dimana buah kelapa sawit yang telah di
kempa akan menghasilkan minyak, namun minyak yang dihasilkan dari proses
pengempaan masih banyak terdapat kadar-kadar kotoran seperti slude, pasir,
lumpur dan kadar air. Hal tersebut yang membuat pabrik kelapa sawit
melanjutkan proses pemurnian minyak agar mendapatkan kualitas minyak
yang sempurna. (Sunarko, 2009).
BAB III
METODE PELAKSANAAN

III.1 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan 2 metode, yaitu
metode primer dan metode sekunder. Metode primer meliputi pengamatan
langsung di lapangan dan wawancara dengan produsen kelapa sawit. Adapun
metode sekunder meliputi pengumpulan data dari literatur kepustakaan, baik
berupa artikel, buku, jurnal, atau sumber bacaan lainnya.
III.2 Waktu Dan Tempat
Kegiatan magang ini berlangsung di PTPN 1 Langsa, magang ini akan
dilaksanakan selama 3 bulan hari kerja yaitu sejak bulan Maret 2023 sampai
Juni 2023. PTPN 1 Langsa beralamatkan di Jalan Kebun Baru, Pd. Klp.,
Langsa Baro, Kota Langsa.
III.3 Matriks Kerja
No Rencana Kegiatan Waktu
. (Bulan)

5 6 7

1. Pertemuan awal

2. Wawancara dengan
supervisor terkait
program sanitasi pada
penanganan kelapa
sawit hingga
menghasilkan CPO

3. Mempelajari proses
pengolahan kelapa
sawit dan metode kerja
mesin

4. Pengumpulan data

5. Kepulangan
DAFTAR PUSTAKA

Afriliya, F. (2019). Keanekaragaman Jenis-Jenis Penyakit dan Cara


Pengendaliannya di Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis Guinensis Jacq)
PT. Perkebunan Nusantara I Langsa. BIOLOGICA SAMUDRA, 1(1),
34-40.
Diniaty, D., Hanum, F., & Hamdy, M. I. (2019). Analisis Pengendalian Mutu
(Quality Control) CPO (Crude Palm Oil) pada PT. XYZ. J. Tek. Ind,
5(2), 92-99.
Elmas, M. S. H., Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode Statistical
Quality Control (SQC) untuk Meminimumkan Produk Gagal pada Toko
Roti Barokah Bakery. Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA, 7(1),
2017, pp.15-22.
Maulinda, L., Nasrul, Z. A., & Nurbaity, N. 2018. Hidrolisis Asam Lemak Dari
Buah Sawit Sisa Sortiran. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 6(2), 1-15.
Rante R,S.E, 1997, Pengolahan Kelapa Sawit Dan Limbah Pabrik Kelapa Sawit,
Tim Standarisasi Pengolahan Kelapa Sawit, 3Derektiorat Jendral
Perkebunan, Jakarta.
Supriyadi, E., Analisis Pengendalian Kualitas Produk dengan Statistical Proces
Control (SPC) di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. JITMI, 1(1), 2018,
pp.63-73.
Sunarko, 2009. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit Dengan Sistem
Kemitraan. Jakarta. Agromedia Pustaka.
Soeprapto, F dan R, Adriyani. 2009. Penilaian GMP dan SSOP pada Bagian
Pengolahan Makanan di Katering X Surabaya dengan Metode Skoring
sebagai Prasyarat Penerapan HACCP. The Indonesian Journal of Public
Health 6 (1): 30-37.
Winarno, F., G dan Surono. 2004. HACCP dan Penerapannya dalam Industri
Pangan. Bogor: M-Brio Press.

Anda mungkin juga menyukai