Anda di halaman 1dari 8

Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)

Vol. 7 No. 1 Maret 2023 – e. ISSN: 2550-0821

Evaluasi Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)


Abon Duri Lele di UMKM XYZ
1
Zahrotul Chumairo, 1Alifia Rosida, 1Riski Ayu Anggreini, 2Diana Aqidatun Nisa

1
Prodi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik
2
Prodi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Arsitektur dan Desain
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Jl. Rungkut Madya, Gunung Anyar Surabaya 60294

Email: riskiayua.tp@upnjatim.ac.id

Abstrak - Prosedur sanitasi memainkan peran penting dalam upaya mewujudkan keamanan pangan. Penerapan sanitasi
dalam industri pangan memiliki suatu standar prosedur yakni Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP). SSOP ini
penting diterapkan, tidak hanya pada industri besar tetapi juga pada usaha kecil dan menengah. UMKM XYZ berlokasi di
Mojokerto, Jawa Timur. UMKM ini bergerak di bidang olahan lele. Produk UMKM XYZ khususnya adalah abon daging
dan duri lele. Terdapat permasalahan terkait sanitasi di UMKM ini, seperti penggunaan air yang belum teruji untuk
produksi, pekerja yang kurang memahami prinsip sanitasi, tata letak ruang penyimpanan yang menyatu dengan ruang
produksi, hingga fasilitas sanitasi pekerja yang kurang dirawat kebersihannya. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan
evaluasi SSOP pada proses produksi yang merupakan lingkup kegiatan pengabdian masyarakat ini. Metode pelaksanaan
kegiatan pengabdian ini terdiri atas koordinasi internal serta koordinasi dengan mitra, pelaksanaan peninjauan SSOP
dengan observasi serta melalui wawancara mitra, hingga evaluasi hasil peninjauan dan Focus Group Discussion antara
tim dan mitra. Analisis data dilakukan berdasarkan 8 aspek kunci persyaratan SSOP. Hasil observasi dideskripsikan
dengan menggunakan tabel dan dijelaskan dalam bentuk naratif. Penerapan SSOP pada lingkup area produksi dan toilet
di UMKM XYZ telah sesuai atau memenuhi SSOP sebesar 57,57%. Parameter SSOP lainnya perlu diperbaiki dengan
peningkatan kualitas sanitasi, melalui penerapan solusi yang diberikan sesuai SSOP, sehingga diharapkan evaluasi ini
dapat menjamin mutu dan menambah daya saing produk di pasaran.

Kata Kunci - SSOP, Sanitasi, Abon Duri Lele

Abstract - Sanitary procedures play an important role in achieving food safety. The application of sanitation in the food
industry has a standard procedure, namely the Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP). SSOP is important to
apply, not only in large industries but also in small and medium enterprises. XYZ UMKM is located in Mojokerto, East
Java. This MSME is engaged in processed catfish. UMKM XYZ products in particular are shredded catfish meat and spines.
There are problems related to sanitation in these MSMEs, such as the use of untested water for production, workers who
do not understand the principles of sanitation, the layout of the storage room that is integrated with the production room,
to the workers' sanitation facilities that are not properly maintained for cleanliness. This situation can be corrected by
evaluating the SSOP in the production process which is the scope of this community service activity. The method of
implementing this community service activity consists of internal coordination and coordination with partners, carrying out
SSOP reviews by observation and through partner interviews, to evaluating the results of the review and Focus Group
Discussion between teams and partners. Data analysis was carried out based on 8 key aspects of SSOP requirements.
Observation results are described using tables and explained in narrative form. The implementation of SSOP in the scope
of the production area and toilets at UMKM XYZ is in accordance or meets the SSOP of 57.57%. Other SSOP parameters
need to be improved by improving the quality of sanitation, through the application of solutions provided according to
SSOP, so it is hoped that this evaluation can guarantee quality and increase product competitiveness in the market.

Keywords - SSOP, Sanitation, Catfish Bone Floss

1. PENDAHULUAN membuat konsumen pun lebih meningkatkan


Maraknya perkembangan industri kini keinginan akan produk yang bersih, sehat, dan aman.
membuat masing-masing pemilik usaha berusaha Masyarakat selaku konsumen memiliki jaminan
memberikan produk dengan kualitas dan mutu lebih untuk dilindungi dari peredaran pangan yang tidak
baik, sehingga dapat bersaing di pasaran. Salah satu aman [1]. Oleh karena itu, pemilik usaha produksi
standar yang penting pada industri pangan adalah pangan harus bisa memastikan bahwa produk yang
keamanan pangan tersebut. Semakin majunya dihasilkan aman untuk dikonsumsi sekaligus
teknologi untuk mengakses informasi produk, memberi kepuasan pada konsumen.

Dosen Indonesia Semesta (DIS)-DPD Jatim 27


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 7 No. 1 Maret 2023 – e. ISSN: 2550-0821

Dalam upaya mewujudkan keamanan kecil dan menengah seperti UMKM. Masih banyak
pangan, prosedur sanitasi memainkan peran penting. industri skala rumah tangga yang belum
Sanitasi didefinisikan sebagai usaha pencegahan menerapkannya, membutuhkan perhatian lebih
penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur sebab keamanan pangan produk yang dihasilkan
faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam belum terjamin [8].
rantai perpindahan penyakit tersebut. Jika diterapkan
dalam industri pangan, definisi sanitasi adalah
melindungi pangan dari kontaminasi selama proses 2. ANALISIS SITUASI
produksi hingga sampai ke tangan konsumen. UMKM XYZ merupakan industri rumah
Lingkup kegiatan sanitasi pada industri pangan tangga yang memproduksi berbagai olahan pangan
adalah kegiatan-kegiatan aseptis dalam persiapan, berbasis ikan lele, diantaranya adalah abon lele dan
pengolahan, pengepakan, pembersihan, sanitasi abon duri lele. Kegiatan pengolahan ikan umumnya
pabrik serta lingkungan, dan kesehatan pekerja [2]. menghasilkan limbah tulang ikan dalam jumlah
Penerapan sanitasi dalam industri pangan besar, yang biasanya dibuang. Padahal tulang ikan
tentu memiliki suatu standar prosedur yang ini kaya akan kalsium karbonat, yang potensial
mencakup seluruh area produksi mulai dari digunakan kembali untuk regenerasi atau
kebijakan perusahaan, tahapan kegiatan sanitasi, penggantian jaringan tulang dalam aplikasi medis
pekerja yang bertanggung jawab melakukan sanitasi, [9]. Hal ini mendasari pembuatan produk berbasis
cara pemantauan, hingga cara pendokumentasiannya tulang ikan.
[3]. Standar sendiri berarti persyaratan teknis yang Ikan lele yang digunakan UMKM XYZ
ditetapkan termasuk metode yang disusun sebagai bahan dasar pembuatan berbagai produk
berdasarkan keputusan pihak terkait dengan memiliki kualitas yang baik dan segar karena
pertimbangan aspek keselamatan, keamanan, merupakan hasil budidaya mandiri yang dikelola
kesehatan, lingkungan, perkembangan pengetahuan sendiri oleh UMKM XYZ. Abon produksi UMKM
dan teknologi, serta pengalaman di masa sekarang XYZ juga dibuat dari bahan-bahan rempah dan
dan masa depan guna memaksimalkan manfaat yang bumbu alami lainnya tanpa penambahan pengawet
diperoleh [4]. Standar prosedur pelaksanaan untuk sintetis, sehingga dihasilkan rasa yang sedap dan
sanitasi sendiri disebut dengan Sanitation Standard masa simpan yang cukup panjang. UMKM XYZ
Operating Procedure (SSOP). memanfaatkan potensi gizi dari duri lele yang
Sanitation Standard Operating Procedure biasanya dianggap sebagai limbah, diolah menjadi
(SSOP) tergolong salah satu cara untuk menjaga produk Abon Duri Lele.
keamanan dan kebersihan pangan. SSOP harus Kekurangan UMKM XYZ adalah minimnya
menjelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pengetahuan terkait penerapan sanitasi yang baik
oleh industri pangan tersebut setiap hari, sebelum sesuai dengan SSOP industri pangan olahan.
dan selama proses produksi, yang cukup untuk Penerapan SSOP selama proses produksi Abon Duri
mencegah kontaminasi langsung atau pemalsuan Lele ini menjadi salah satu hal yang memerlukan
produk [5]. Persyaratan sanitasi dalam SSOP terdiri perhatian lebih sebab didapati beberapa aspek
atas delapan kunci, yakni (1) keamanan air (2) sanitasi yang belum memenuhi SSOP. SSOP perlu
kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dijalankan dengan baik dan konsisten dengan tujuan
dengan bahan pangan (3) pencegahan kontaminasi untuk menghasilkan produk Abon Duri Lele yang
silang (4) menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi memenuhi standar keamanan pangan. Adanya
dan toilet (5) proteksi dari bahan-bahan kontaminan permasalahan penerapan SSOP tersebut terkait erat
(6) pelabelan dan penyimpanan bahan yang benar (7) dengan keamanan, mutu produk, dan kepuasan
pengawasan kondisi kesehatan pekerja (8) konsumen. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan
pengendalian hama pada unit pengolahan (pest evaluasi SSOP pada produksi Abon Duri Lele
control) [6]. UMKM XYZ. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian
SSOP adalah prosedur tertulis yang masyarakat ini bertujuan agar UMKM XYZ
dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa kondisi memiliki aspek-aspek SSOP yang memenuhi standar
tempat dan peralatan proses penyiapan produk SSOP industri pangan olahan. Diharapkan evaluasi
tersanitasi dengan baik. Titik kritis keamanan ini dapat menjamin mutu dan menambah daya saing
pangan dapat diketahui dengan pendekatan SSOP, produk di pasaran. UMKM XYZ bukan merupakan
guna mencegah kemungkinan adanya mikroba nama asli mitra, melainkan sebutan yang diberikan
pembusuk dan patogen dalam makanan [7]. Oleh karena UMKM XYZ tidak berkenan namanya
karena itu, prosedur ini dibuat untuk membantu dipublikasi.
industri pangan dalam menerapkan, monitoring, dan
memelihara prosedur dan praktek sanitasi [3].
Penerapan terkait SSOP ini penting dilakukan, tidak
hanya pada industri besar tetapi juga pada usaha

Dosen Indonesia Semesta (DIS)-DPD Jatim 28


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 7 No. 1 Maret 2023 – e. ISSN: 2550-0821

3. SOLUSI DAN LUARAN Peninjauan SSOP oleh tim dilakukan


Perencanaan terhadap proses produksi abon duri lele pada lingkup
Perencanaan dilakukan dengan cara area produksi dan toilet. Data yang terkumpul
koordinasi internal antara peserta dan pembimbing dikompilasi kemudian dianalisis secara deskriptif
program Matching Fund serta koordinasi dengan dan dideskripsikan dengan menggunakan tabel.
UMKM XYZ sebagai mitra. Koordinasi internal Hasil ini dijelaskan dalam bentuk naratif. Analisis
dilakukan oleh tim yang terdiri dari 4 orang dosen data dilakukan dengan melihat 33 poin dari 8 aspek
dan 2 orang mahasiswa untuk membahas tujuan kunci persyaratan Sanitation Standard Operating
kegiatan, arah kegiatan, penentuan UMKM XYZ Procedures (SSOP) yang harus diterapkan dalam
sebagai mitra, dan gambaran rencana pelaksanaan suatu perusahaan terutama dalam memproduksi
awal. Koordinasi internal dilaksanakan beberapa pangan dan bahan pangan.
kali sejak sebelum kegiatan, saat pelaksanaan
kegiatan, hingga setelah kegiatan. Evaluasi
Koordinasi bersama mitra dilakukan oleh tim Proses menilai hasil peninjauan SSOP oleh
dengan menyampaikan program yang akan tim dilakukan dengan membandingkan penerapan
dijalankan dan gambaran rencana pelaksanaan awal SSOP proses produksi abon duri lele pada lingkup
kepada UMKM XYZ sebagai mitra (Gambar 1). area produksi dan toilet, dengan standar SSOP yang
Pihak mitra juga turut mengenalkan industri, ada. Berdasarkan perbandingan tersebut didapatkan
menjelaskan proses produksi, memberi gambaran penerapan SSOP di UMKM XYZ yang sudah dan
lingkungan dan budaya kerja. Dalam koordinasi belum memenuhi standar SSOP. Penerapan SSOP
awal tim dengan mitra ini juga menentukan lingkup yang belum sesuai dengan standar SSOP dievaluasi
area kegiatan dan timeline pelaksanaan kegiatan. hingga didapatkan luaran sebagai hasil evaluasi.
Dari koordinasi antara tim dan mitra, dihasilkan Penyampaian hasil kegiatan peninjauan
rencana pelaksanaan kegiatan peninjauan SSOP penerapan SSOP proses produksi abon duri lele
proses produksi abon duri lele pada lingkup area dilakukan oleh tim kepada mitra dalam sesi Focus
produksi dan kamar mandi di UMKM XYZ. Group Discussion (FGD, Gambar 3). Dalam sesi
FGD, tim bersama mitra mendiskusikan penerapan
SSOP yang menyesuaikan kondisi produksi abon
duri lele. Penerapan SSOP yang sudah sesuai perlu
dipertahankan dan tetap dilakukan secara rutin,
sedangkan yang belum sesuai perlu dilakukan tindak
lanjut agar aspek-aspek SSOP tersebut dapat
diperbaiki dan memenuhi standar SSOP.

Gambar 1. Koordinasi dengan Mitra

Pelaksanaan
Jenis pengabdian masyarakat yang dilakukan
tergolong observasional deskriptif yang teknik
pengumpulan datanya diperoleh melalui observasi
langsung dan wawancara (Gambar 2). Observasi
dilakukan dengan pengamatan langsung oleh tim Gambar 3. Focus Group Discussion
terhadap delapan kunci aspek SSOP dalam proses
produksi abon duri lele pada lingkup area produksi Hasil kegiatan pengabdian ini berupa
dan toilet di UMKM XYZ. penerapan SSOP yang telah sesuai standar dan dapat
diterapkan di UMKM XYZ. Serangkaian proses
produksi abon duri lele serta fasilitas sanitasi pada
lingkup area produksi dan kamar mandi di UMKM
XYZ dinyatakan cukup baik dari aspek SSOP untuk
skala industri kecil menengah. Hal ini didasarkan
pada penerapan 19 poin dari 8 aspek kunci SSOP
yang telah dilaksanakan dengan cukup baik dan
efektif sesuai dengan standar prosedur yang telah
Gambar 2. Wawancara Pihak Mitra ditetapkan dalam industri khususnya industri yang
bergerak dalam bidang pangan. Delapan aspek kunci
SSOP yang telah dipenuhi adalah sebagai berikut:

Dosen Indonesia Semesta (DIS)-DPD Jatim 29


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 7 No. 1 Maret 2023 – e. ISSN: 2550-0821

1) Keamanan Air
Air sumur yang digunakan sebagai sumber
air utama UMKM XYZ memiliki karakteristik
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
menghasilkan endapan setelah dimasak, dan tidak
mengandung bahan tersuspensi ataupun bahan
penyebab keruh. Air sumur dipompa menggunakan
pompa air dan dialirkan ke dalam tandon penampung
air melalui pipa. Dari tandon penampung air tersebut
kemudian air dapat dialirkan menuju titik-titik kran Gambar 4. Penyimpanan Duri Ikan Lele
air untuk proses-proses produksi di industri melalui
pipa-pipa yang teridentifikasi dengan jelas, sehingga 4) Fasilitas Cuci Tangan, Sanitasi, dan Toilet
dapat dipastikan air yang disalurkan adalah air Terdapat 1 toilet yang berfungsi di UMKM
sumur. Hal ini sesuai dengan kunci SSOP keamanan XYZ dan telah memenuhi kebutuhan seluruh pekerja
air bahwa saluran air dalam industri perlu yang berjumlah 6 orang. Hal ini sesuai dengan teori
diidentifikasi. Tandon tertutup dan hanya dibuka fasilitas cuci tangan, sanitasi, dan toilet [3] [12]. Di
saat akan dilakukan sanitasi berkala yang dilakukan UMKM XYZ, toilet ditempatkan pada area yang
rutin setiap 3-4 bulan sekali [10]. mudah dijangkau seluruh pekerja tetapi tidak
berdekatan dengan area produksi. Toilet yang
2) Kondisi dan Kebersihan Permukaan yang berfungsi tersebut selalu dijaga kebersihannya dan
Kontak dengan Bahan Pangan dilakukan sanitasi secara rutin. Hal ini dapat dilihat
Sanitasi pada mesin, peralatan, dan benda- dari lantai yang bersih, WC yang tidak berkerak,
benda yang kontak langsung dengan bahan pangan tidak ada sampah berserakan, dan bak air bersih
dilakukan setelah proses produksi. Mesin dan tanpa kotoran. Terdapat 2 fasilitas cuci tangan yang
peralatan dibersihkan dengan cara dicuci berfungsi di area toilet. Kedua fasilitas cuci tangan
menggunakan sabun/cairan pembersih piring dengan tersebut dilengkapi dengan air mengalir yang bersih
bantuan spons atau sikat hingga dirasa bersih. dan sabun pembersih/ pencuci tangan berbentuk cair.
Setelah dicuci mesin dan peralatan dikeringkan atau Namun fasilitas cuci tangan belum dianggap lengkap
diangin-anginkan pada suhu ruang hingga kering karena belum dilengkapi alat pengering.
untuk kemudian disimpan. Material/bahan dasar
mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi 5) Proteksi dari Bahan-Bahan Kontaminasi
memiliki sifat yang sesuai dengan teori kunci SSOP Bahan pembersih yang digunakan untuk
poin kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak sanitasi secara umum di UMKM XYZ berupa sabun
dengan bahan pangan yaitu mudah dibersihkan, anti- pencuci piring berbentuk cair. Ini dipilih karena
karat, tahan perlakuan sanitasi, tidak beracun, ekonomis, tidak beracun, tidak bersifat korosif, tidak
bersifat inert, tidak mengkontaminasi, tidak mudah menggumpal, tidak berdebu, tidak bereaksi selama
pecah atau terkikis, dan tidak membahayakan penyimpanan, dan mudah larut. Meskipun demikian,
pekerja [3]. Namun peralatan penunjang lain yang hal ini kurang sesuai dengan teori proteksi bahan-
digunakan belum sesuai. bahan kontaminan [3].

3) Pencegahan Kontaminasi Silang 6) Pelabelan dan Penyimpanan Bahan yang


Penyimpanan bahan baku/raw material Benar
dilakukan secara terpisah dari produk akhir maupun Produk akhir abon duri lele dikemas dalam
bahan-bahan kimia yang digunakan. Bahan baku kemasan yang dilengkapi dengan label yang mudah
berupa duri ikan lele dan bahan produksi lainnya dibaca, informatif, dan menambah daya tarik
disimpan dalam satu freezer yang sama namun konsumen. Namun informasi pada label belum
dipisahkan dalam wadah yang berbeda (Gambar 4). lengkap karena meskipun telah memuat nama
Hal ini sesuai dengan teori pencegahan kontaminasi produk, petunjuk penggunaan produk, instruksi
silang [11] [12]. Penyimpanan mesin dan peralatan penyimpanan, komposisi, dan tanggal kadaluarsa di
produksi juga ditata pada sebuah rak di dalam dalamnya, tetapi belum memuat tabel kandungan
ruangan yang diatur penempatannya dengan rapi. nutrisi. Hal ini kurang sesuai dengan teori pelabelan,
Penempatan diatur sesuai ukuran, bentuk, maupun penyimpanan, dan penggunaan bahan toksik [3].
kegunaannya. Kebersihan lingkungan produksi di
UMKM XYZ terjaga dengan baik, dimana tidak 7) Pengawasan Kondisi Kesehatan Pekerja
ditemukan sampah tercecer, limbah ikan lele Pekerja UMKM XYZ yang bertugas atau
dibuang segera untuk menghindari penumpukan, memasuki area produksi telah dipastikan dalam
serta sanitasi lingkungan dilakukan secara rutin. keadaan sehat, hal ini sesuai dengan teori
pengawasan kesehatan karyawan [10]. Pekerja

Dosen Indonesia Semesta (DIS)-DPD Jatim 30


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 7 No. 1 Maret 2023 – e. ISSN: 2550-0821

UMKM XYZ juga melakukan cuci tangan dengan kontaminasi maupun kontaminasi silang pada
sabun cair sebelum proses produksi. Hal ini sangat produk. Hasil pengamatan penerapan SSOP
sesuai dengan pendapat Thaheer [3]. Tidak produksi abon duri lele di UMKM XYZ dapat dilihat
ditemukan pekerja UMKM XYZ yang membawa pada Tabel 1. Dari 33 poin dalam 8 kunci SSOP
ataupun mengonsumsi makanan atau minuman yang ditinjau, terdapat 14 aspek yang belum sesuai
selama bekerja atau dalam area produksi. acuan standar. Temuan ini merupakan luaran hasil
evaluasi agar aspek-aspek SSOP tersebut dapat
8) Pengendalian Hama pada Unit Pengolahan diperbaiki dan dilakukan pemenuhan standar untuk
(pest control) aspek-aspek yang belum dijalankan.
Tidak dilakukan pembasmian serangga Pelaksanaan program pengabdian
menggunakan pestisida di UMKM XYZ. Hal ini masyarakat dalam kerangka Matching Fund ini
tidak sesuai dengan teori pengendalian hama pada dapat menjadi jembatan keilmuan antara tim dan
unit pengolahan [3], dengan alasan tidak UMKM. Tim dapat mengetahui proses produksi
ditemukannya serangga di area produksi sejauh ini. abon duri lele yang dilakukan di UMKM, serta
Dirasa tidak diperlukan pembasmian serangga berkontribusi melakukan evaluasi terkait penerapan
menggunakan pestisida Di UMKM XYZ, mengingat SSOP di UMKM. Hasil dari evaluasi ini
pembasmian serangga menggunakan pestisida disampaikan oleh tim sebagai solusi dan saran untuk
merupakan tindakan penanggulangan. perbaikan. Kegiatan ini juga turut memberikan
penyuluhan materi terkait standar keamanan pangan
Penyimpangan penerapan SSOP dapat kepada para pekerja di UMKM, dimana SSOP
mempengaruhi keamanan pangan dan kondisi adalah salah satu materinya.
lingkungan industri. Hal itu bisa menyebabkan

Tabel 1. Evaluasi Kunci SSOP di UMKM XYZ


No. Kunci SSOP Acuan Kondisi di Industri Hasil

1 Keamanan Air Air sumur sebagai air yang Belum pernah dilakukan Perlu dilakukan pengujian
digunakan untuk pengolahan dalam pengujian laboratorium pada laboratorium terhadap air
industri pangan harus memenuhi kualitas air sumur yang sumur baik yang telah atau
standar air minum [10, 13]. digunakan di dalam proses belum direbus.
pengolahan pangan maupun air
sumur yang telah direbus hingga
mendidih yang digunakan
sebagai bahan baku tambahan.

2. Kondisi dan Melakukan sanitasi area produksi Sanitasi setelah produksi Selain dengan sabun, Sanitasi
Kebersihan dengan larutan sanitizer sodium dilakukan menggunakan cairan area produksi perlu dilakukan
Permukaan yang hipoklorit 100 mg/L atau alkalin pencuci piring. menggunakan sanitizer sodium
Kontak dengan terklorinasi dalam air hangat hipoklorit 100 mg/L atau
Bahan Pangan menggunakan sikat [12]. alkalin terklorinasi dalam air
hangat.

3 Pencegahan Tata letak industri pangan yang Area penyimpanan peralatan Perlu memberi sekat pada
Kontaminasi Silang benar [11,12]. terletak di area produksi. ruang penyimpanan peralatan
di dalam area produksi.

4 Fasilitas Cuci Toilet harus dilengkapi dengan Plafon terbuka di atas toilet Barang-barang non-produksi
Tangan, Sanitasi, ventilasi dalam kondisi higienis, air dijadikan penyimpanan barang yang disimpan di plafon
dan Toilet yang mengalir, pintu yang dapat non-produksi dengan kurang terbuka perlu dipindahkan ke
tertutup otomatis, dan area cuci diperhatikan. tempat yang semestinya
tangan [3,12]. karena dapat menghambat
proses sanitasi pada toilet.

Area cuci tangan perlu dilengkapi Area cuci tangan belum Perlu melengkapi fasilitas cuci
dengan air yang mengalir, sabun dilengkapi dengan alat pengering tangan dengan salah satu alat
pembersih berbentuk cair, berupa alat pengering tangan pengering, seperti tisu, lap
desinfektan, dan alat pengering (hand dryer), tisu, atau kain lap. kain, dan mesin pengering
berupa alat pengering tangan (hand tangan (hand dryer).
dryer), tisu, atau kain lap [12].

5 Proteksi dari Bahan pembersih perlu Bahan pembersih yang Bagian-bagian yang
Bahan-Bahan menyesuaikan jumlah cemaran digunakan untuk sanitasi memerlukan perlakuan sanitasi
kontaminan yang akan dibersihkan, sifat keseluruhan adalah sama, yaitu lebih, seperti area proses
material permukaan yang akan cairan/ sabun cuci piring. pencucian, perlu dibersihkan

Dosen Indonesia Semesta (DIS)-DPD Jatim 31


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 7 No. 1 Maret 2023 – e. ISSN: 2550-0821

No. Kunci SSOP Acuan Kondisi di Industri Hasil

dibersihkan, sifat fisik senyawa menggunakan pembersih yang


bahan pembersih, metode lebih sesuai, yaitu cairan
pembersihan/ sanitasi, dan mutu air pembersih lantai kamar mandi.
yang tersedia [3].

6 Pelabelan, Pelabelan produk akhir pangan Belum memuat tabel kandungan Kemasan perlu dicantumkan
Penyimpanan, dan harus dilakukan dengan benar [3]. nutrisi. tabel kandungan nutrisi
Penggunaan Bahan produk.
Toksin yang Benar

7 Pengawasan Pekerja harus menggunakan Pekerja tidak menggunakan Perlu menyediakan seragam
Kesehatan Pekerja seragam kerja yang telah ditentukan seragam kerja khusus. khusus bagi para pekerja,
[3]. seperti celemek, penutup
mulut, penutup kepala khusus
untuk digunakan saat bekerja
di area produksi.

Pekerja dilarang menggunakan Terdapat beberapa pekerja yang Pekerja perlu melepas dan
perhiasan, parfum, minyak rambut, menggunakan parfum dan menyimpan aksesoris yang
maupun aksesoris lain [3]. aksesoris. digunakan serta tidak
menggunakan parfum sebelum
memasuki area produksi.

Pekerja dihimbau untuk Ditemukan pekerja yang Pekerja tidak diperkenankan


mengurangi kontak dengan hal lain menyentuh ponsel di tengah menggunakan ponsel di dalam
di luar kebutuhan produksi [3]. proses produksi. area produksi.

8 Pengendalian Pemasangan perangkap tikus pada Tidak terdapat perangkap tikus Pemasangan perangkap tikus
Hama pada Unit beberapa titik yang dan insect killer yang dipasang. maupun insect killer tetap
Pengolahan (pest berkemungkinan menjadi celah perlu dilakukan dalam rangka
control) bagi masuknya tikus dan antisipasi.
Pemasangan insect killer di depan
pintu masuk area produksi [3].

Pengkondisian akses area produksi Area produksi dalam kondisi Perlu dibangun sekat berupa
[3]. terbuka tanpa sekat. tembok, kaca, ataupun kayu,
sebagai pembatas area
produksi dengan area luar
produksi.

4. KESIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH


Penerapan SSOP pada lingkup area produksi Tim Penulis mengucapkan terima kasih
dan toilet di UMKM XYZ 57,57% telah sesuai atau kepada UMKM XYZ beserta pengurusnya sebagai
memenuhi standar SSOP, namun parameter SSOP mitra usaha yang telah memberi kesempatan dan
lainnya perlu dilakukan peningkatan kualitas meluangkan waktu untuk terselenggaranya kegiatan
sanitasi untuk mencapai standar. Hal itu bisa pengabdian, serta Kemdikbudristek melalui program
dilakukan dengan memperbaiki kekurangan dan Kedai Reka-Matching Fund 2021 atas bantuan
memenuhi standar SSOP yang belum dijalankan, pendanaan dalam kegiatan ini. Selain itu terima
seperti mencantumkan tabel kandungan nutrisi kasih pada rekan sesama mahasiswa yang turut
produk pada kemasan, menyediakan seragam bagi berperan membantu selama pengabdian masyarakat.
pekerja, melengkapi bahan dan fasilitas sanitasi,
menunjang tata letak dengan pemberian sekat antar DAFTAR PUSTAKA
ruang, dan mengupayakan kedisiplinan pekerja [1] Lestari, T. R. P. 2020. Keamanan Pangan
khususnya dalam hal sanitasi saat proses produksi. Sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan Hak
Selain itu perlu juga dilakukan uji laboratorium Masyarakat Sebagai Konsumen. Aspirasi:
terhadap kualitas air sumur yang digunakan di Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 11(1), 57–72.
UMKM XYZ untuk menjamin air yang digunakan [2] Djukic, D., Moracanin, S. V., Milijasevic, M.,
sesuai dengan standar air minum (air sumur dengan Babic, J., Memisi, N., Mandic, L. 2016. Food
pemasakan) dan air industri pangan (air sumur tanpa Safety and Food Sanitation. Journal of
pemasakan). Hygienic Engineering and Design, Vol. 14, 25-
31.

Dosen Indonesia Semesta (DIS)-DPD Jatim 32


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 7 No. 1 Maret 2023 – e. ISSN: 2550-0821

[3] Thaheer. 2005. Sistem Manajemen Mutu [9] Corrêa, T. H. A dan Holanda, J. N. F. 2019.
HACCP. Jakarta : Bumi Aksara. Fish Bone as a Source of Raw Material for
[4] [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2014. Synthesis of Calcium Phosphate. Materials
UU 20 Tahun 2014 Tentang SPK1 Research., 22(suppl. 1), 1-5.
[5] Keener, K. M. 2019. Food regulations. [10] Susiwi. 2009. (GMP) Good Manufacturing
Handbook of Farm, Dairy and Food Practice Cara Pengolahan Pangan yang
Machinery Engineering, 15-44. Baik.http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JU
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-814803- R._PEND._KIMIA/195109191980032-
7.00002-6 SUSIWI/SUSIWI-29%29._GMP. Diakses 12
[6] Winarno, F.G., dan Surono. 2004. Penerapan Juni 2022.
HACCP pada Industri Pangan. Bogor: MBRIO [11] Silviana, E. 2010. Penerapan Sanitation
Press. Standard Operating Procedures.
[7] Harkalih, G. B. 2015. Identifikasi Titik Kritis http://www.scribd.com/doc/74340141/50/Sani
Kehalalan dan Keamanan Pengolahan Mie tation-standart-operating-procedure-SSOP.
Goreng Skala kecil di Sekitar Kampus Kota Diakses 12 Juni 2022.
Malang. Tugas Akhir. Teknologi Pertanian [12] Susianawati, R. 2006. Kajian Penerapan GMP
Universitas Brawijaya. dan SSOP pada produk Ikan Asin Teri Kering
[8] Rianti, A., Christopher, A., Lestari, D., & El dalam Upaya Preningkatan Keamanan Pangan
Kiyat, W. 2018. Penerapan keamanan dan di Kabupaten Kendal. Tesis. Universitas
sanitasi pangan pada produksi minuman sehat Diponegoro, Semarang.
kacang-kacangan UMKM Jukajo Sukses Mulia [13] Purnawijayanti, H. 2001. Sanitasi, Higiene, dan
di Kabupaten Tangerang. Jurnal Keselamatan Kerja dalam Pengolahan
Agroteknologi, 12(02), 167-175. Makanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Dosen Indonesia Semesta (DIS)-DPD Jatim 33


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 7 No. 1 Maret 2023 – e. ISSN: 2550-0821

Dosen Indonesia Semesta (DIS)-DPD Jatim 34

Anda mungkin juga menyukai