Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan pendidikan Program Diploma 3 Farmasi STIKES Al-Irsyad AlIslamiyah Cilacap adalah menghasilkan tenaga kesehatan yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT, sebagai bangsa Indonesia yang berfalsafah
Pancasila, UUD 1945 dan sebagai tenaga ahli madya farmasi yang mampu
menjalankan profesinya dalam pelayanan kesehatan pada umumnya, khususnya
dalam pelayanan kefarmasian. Berperan aktif dalam mengelola pelayanan
kefarmasian dengan menerapkan prinsip administrasi, organisasi, supervisi dan
evaluasi. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, bersifat
terbuka dapat menyesuaikan diri dengan perubahan iptek dan berorientasi ke
masa depan serta mampu memberikan penyuluhan kefarmasian kepada
masyarakat dengan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan.
Salah satu fungsi dari peran ahli madya farmasi dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan dibidang farmasi yaitu melaksanakan pelayanan kefarmasian di
Apotek. Sehingga untuk dapat melaksanakan fungsi tersebut secara professional,
perlu adanya konsep pembelajaran yang diberikan kepada mahasiswa terkait
dengan nilai kompetensi yang dimilikinya. Dalam hal ini Program Studi D3
Farmasi

STIKES

Al-Irsyad

Al-Islamiyah

Cilacap

mempunyai

konsep

pembelajaran Praktik Kerja Lapangan (PKL) Apotek, yang diharapkan dengan


adanya metode pembelajaran tersebut mahasiswa mendapatkan pengalaman
dalam melakukan praktik pelayanan farmasi apotek yang diharapkan dapat
berpengaruh kepada peningkatan nilai kompetensi yang dimiliki mahasiswa
terkait dengan layanan farmasi apotek.

1.2 Tujuan PKL Apotek


1.2.1 Tujuan Umum PKL Apotek
Setelah

mengikuti

mata

kuliah

ini

mahasiswa

dapat

menerapkan praktik layanan kefarmasian di apotek.

1.2.2 Tujuan Khusus PKL Apotek


Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiwa dapat diharapkan
mampu :
1

2.2.1

Melaksanakan komunikasi dengan pelanggan/pasien sesuai

2.2.2

kewenangannya
Mengidentifikasi resep, merencanakan, dan melaksanakan

2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6

percaikan obat yang tepat sesuai kewenangannya


Melaksanakan pelayanan informasi obat sesuai kewenangannya
Menerapkan pencatatan dan pelaporan obat
Menerapkan aturan penyimpanan obat di apotek
Mengidentifikasi macam-macam jenis alat kesehatan dan

2.2.7
2.2.8

kegunaannya
Menjelaskan cara penyimpanan dan perawatan alat kesehatan
Memahami program asuransi dan program kerjasama jaminan

2.2.9

kesehatan terkait dengan penggunaan obat di apotek.


Memahami perilaku dan etika profesi selama menjalankan
praktik di apotek.

1.3

Kompetensi dan Target


3.1

Kompetensi
Melaksanakan komunikasi dengan pelanggan/pasien/tenaga kesehatan
lain sesuai kewenangannya
Target :
Mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam berkomunikasi
dengan pelanggan/pasien, dalam hal melakukan konfirmasi terkait
dengan resep yang diterima, mengenai identitas pasien, ketersediaan
obat di apotek, melakukan komunikasi dengan penerima obat di apotek
dan

mengkomunikasikan

harga

obat

kepada

pasien/pelanggan

berdasarkan perhitungan HJA (Harga Jual apotek).

3.2

Kompetensi
Mengidentifikasi resep, merencanakan, dan melaksanakan peracikan
obat yang tepat sesuai kewenangannya
Target :

1. Mahasiswa mendapatkan pengalaman terlibat dalam alur


pelayanan resep di apotek mulai dari penerimaan hingga
peracikan resep.
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam hal :
2.1 Perhitungan Dosis
2.2 Penimbangan
2.3 Pembuatan racikan sediaan puyer
2.4 Pembuatan racikan sediaan kapsul
2.5 Pembuatan racikan sediaan sirup kering
2.6 Pembuatan salep
2.7 Pembuatan lotio
2.8 Penulisan copy resep, kwitansi dan bukti pembayaran.
3. Mahasiswa mendapatkan pengalaman tentang resep khusus
yang berisi obat golongan narkotika, psikotropika.
3.3

Kompetensi
Melaksanakan pelayanan informasi obat sesuai kewenangannya
Target :
1. Mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam pelaksanaan
informasi etiket obat pada pasien
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam menulis etiket
aturan pakai obat

3.4

Kompetensi
Menerapkan pencatatan dan pelaporan obat
Target :
1. Mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam pencatatan
stock obat di apotek.
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman tentang pencatatan
dan pelaporan mengenai obat golongan narkotika dan
psikotropika
3. Mahasiswa mendapatkan pengalaman mendokumentasikan
resep di apotek.

3.5

Kompetensi
Menerapkan aturan penyimpanan obat di apotek
3

Target :
1. Mahasiswa mendapatkan pengalaman tentang aplikasi
penyimpanan obat di apotek dibandingkan dengan teori
yang didapatkan, yang meliputi :
1.1 Pengaruh Suhu
1.2 Pengaruh cahaya
1.3 Pengaruh kelembaban
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman mengenai cara
pemantauan atau pemeriksaan suhu, kelembaban dan
cahaya beserta pencatatannya.
3. Mahasiswa
mendapatkan

pengalaman

mengenai

penyimpanan obat, berdasarkan :


3.1 Suhu
3.1.1 Disimpan pada suhu 2-80C
3.1.2 Disimpan pada suhu 8-150C
3.1.3 Disimpan pada suhu 250C
3.2 Golongan Narkotika dan Psikotropika
4. Mahasiswa mendapatkan pengalaman tentang metode
penyimpanan obat di apotek, berdasarkan :
4.1 Pengurutan secara alfabetis
4.2 Pengelompokan berdasarkan bentuk sediaan
4.3 Pengelompokan berdasarkan farmakologi
4.4 Pengelompokan berdasarkan kelas terapi
4.5 Pengelompokan berdasarkan metode FIFO dan FEFO
4.6 Pengelompokan berdasarkan kombinasi metode
5. Mahasiswa mendapatkan pengalaman tentang cara kontrol
waktu kadaluwarsa dan stabilitas obat di apotek.
3.6

Kompetensi
Mengidentifikasi macam-macam jenis alat kesehatan dan kegunaannya
Target :
1. Mahasiswa mendapatkan pengalaman mengenal namanama alat kesehatan dan fungsinya
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman mengkategorikan alat
kesehatan berdasarkan pemakaiannya :
2.1 Alat kesehatan reusable
2.2 Alat kesehatan disposable

3.7

Kompetensi

Menjelaskan cara penyimpanan dan perawatan alat kesehatan


Target :
Mahasiswa mendapatkan pengalaman mengelola penyimpanan
alat kesehatan yang digunakan di apotek
3.8

Kompetensi
Memahami program asuransi dan program kerjasama jaminan
kesehatan terkait dengan penggunaan obat di apotek
Target :
Mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam mengelola dan
melayani obat asuransi kesehatan dan program kerjasama
jaminan kesehatan yang lain.

3.9

Kompetensi
Memahami perilaku dan etika profesi selama menjalankan praktik di
apotek.
Target :
Mahasiswa dapat menerapkan perilaku yang baik/terpuji dan
menerapkan etika profesi selama menjalankan praktik di apotek

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pengertian Apotek
Menurut

Peraturan

diperbaharui

Menteri

dengan

Kesehatan

Surat

RI

Keputusan

Nomor
Menteri

922/MenKes/Per/X/1993
Kesehatan

RI

No.

1332/MenKes/Per/X/2002 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin. Apotek


yaitu suatu tempat tertentu, tempat dimana dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

2.2

Tugas dan Fungsi Apotek


Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan No. 51 Tahun 2009, Tugas dan Fungsi
Apotek adalah :
a. Tempat praktek profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpah.
b. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
c. Sarana yang digunakan untuk memproduksinya dan distribusi sediaan
farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional dan kosmetik.
d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengolahan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

2.3

Struktur Organisasi Apotek


1.

Apoteker
6

Tugas Apoteker :
a. Memimpin seluruh kegiatan apotek
b. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi yang meliputi :
administrasi kefarmasian, administrasi keuangan, administrasi penjualan,
administrasi barang dagangan atau inventaris, administrasi personalia,
administrasi bidang umum.
c. Membayar pajak yang berhubungan dengan perapotekan.
d. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil
yang optimal sesuai rencana kerja.
Tanggung jawab Apoteker :
Bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya
dan bertanggung jawab kepada pemilik modal.
2. Asisten Apoteker
Tugas Asisten Apoteker :
a. Mengerjakan pekerjaan sesuai profesinya, yaitu :
- Dalam pelayanan obat bebas dan resep (mulai dari menerima resep
dari pasien sampai menyerahkan obat yang diperlukan)
- Menyusun buku defecta setiap pagi (membantu bagian pembelian),
memelihara buku harga sehingga selalu benar dan rapi.
- Mencatat dan membuat laporan keluar masuknya obat.
- Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal, digulung
kemudian disimpan
- Memelihara kebersihan ruang peracikan, lemari obat, gudang dan rak
obat.
b. Dalam hal darurat, dapat menggantikan pekerjaan sebagai kasir, penjual
obat bebas dan juru resep.
Tanggung jawab Asisten Apoteker :
Bertanggung jawab kepada apoteker dengan tugasnya, artinya bertanggung
jawab atas kebenaran segala tugas yang diselesaikannya, tidak boleh ada
kesalahan, kekeliruan, kekurangan, kehilangan dan kerusakan.
3. Seksi Pembelian
7

Tugas :
a. Melakukan pencatatan kegiatan pembelian ke buku pembelian
b. Melakukan tukar faktur kepada distributor.
c. Mempersiapkan kelengkapan pembayaran hutang dagang berupa faktur
asli, materai, faktur pajak asli dan faktur penerimaan barang.
d. Membuat surat pemesanan berdasarkan defecta barang dari gudang.
e. Melakukan pemesanan dan pembelian barang.
f. Memberi informasi perubahan harga dari PBF ke semua bagian,
dengan memasukkan data harga baru ke computer yang memiliki
jaringan online.
g. Memeriksa kebenaran faktur pembelian meliputi nama, jumlah barang,
harga dan potongan harga sesuai dengan surat pesanan.
Wewenang seksi pembelian :
Memilih distributor yang menguntungkan dari segi kualitas barang, harga
dan potongan harga, kecepatan pelayanan dan syarat pembayaran yang
ringan atas sepengetahuan kepala apotek.
4. Seksi Gudang
Tugas :
a. Menerima barang dari distributor
b. Menyimpan dan menyusun barang di gudang dan mengatur pengeluaran
barang dari gudang berdasarkan system FIFO (First In First Out).
c. Mengeluarkan barang berdasarkan Bon Permintaan Barang Apotek
(BPBA).
d. Mencatat barang yang masuk dan keluar dari gudang dalam kartu stok
gudang.
e. Memberikan informasi mengenai kondisi barang yang rusak atau
mendekati kadaluarsa kepada petugas untuk ditukar.
5. Seksi Penjualan
Tugas :
a. Merekapitulasi hasil dari penjualan tunai harian dan kredit.
b. Merekapitulasi jumlah harga obat dari resep-resep kredit berdasarkan
debiturnya masing-masing.
c. Memisahkan resep-resep kredit dan tunai setiap hari.
d. Membuat kwitansi atau faktur penjualan.
8

6. Seksi Peracikan
Tugas :
a. Memeriksa kerasionalan obat dan kelengkapan dari suatu resep yang
diterima serta memeriksa kembali resep-resep yang telah disiapkan dan
menyerahkannya.
b. Menghitung dosis, menimbang dan menyiapkan obat untuk racikan sesuai
dengan permintaan resep.
7. Seksi Tata Usaha
Tugas :
a. Mengkoordinir dan mengawasi seluruh kegiatan tata usaha.
b. Memeriksa laporan keuangan berupa kas, buku bank, buku penjualan,
buku pembelian, buku pajak dan buku memorial.
c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian
seperti absensi kehadiran karyawan dan gaji karyawan.
d. Memeriksa laporan hutang piutang.
Wewenang seksi tata usaha :
Mengatur jadwal tugas dan cuti pegawai di bagian tata usaha, mendelegasikan
sebagian tugasnya kepada bawahannya, memberikan teguran lisan atau tulisan
kepada bawahannya jika ia tidak disiplin.

2.4

Peraturan Perundang-undangan Apotek


Pekerjaan kefarmasian dilakukan berdasarkan nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan,
keseimbangan dan perlindungan serta keselamatan pasien atau masyarakat yang
berkaitan dengan sediaan farmasi yang memenuhi standar dan persyaratan keamanan,
mutu dan kefarmasian.
Tujuan pengaturan pekerjaan kefarmasian untuk :

a. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam memperoleh atau


menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian.
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan

pekerjaan

kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta


peraturan perundang-undangan.
c. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan tenaga kefarmasian.
Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi :
a.
b.
c.
d.

Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi.


Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi.
Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Pekerjaan Sediaan Farmasi.
Pekerjaan Kefarmasian dalam Penyaluran Sediaan Farmasi.

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur
dalam :
a. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
b. Perundangan Pemerintahan No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian.
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MenKes/Per/V/2011
tentang Registrasi Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MenKes/SK/2002
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
922/MenKes/Per/1993 tentang ketentuan dan tata cara pembuatan Izin Apotek.

2.5

Penggolongan Obat
Pengertian Obat
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan
atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses
hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun
untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat
untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar

10

mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit.


(Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia).
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen
Kesehatan RI, 2005).
Obat diperoleh:

Tumbuhan .Kuinin
Hewan .. Insulin
Mineral.. Koalin
Mikroorganisme Penisilin
Sintesa.......... Sulfonamida
Penggolongan Obat Berdasarkan Jenisnya
Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

917/Menkes/Per/X /1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor


949/Menkes/Per/ VI/2000 penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan
keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi. Penggolongan obat
ini terdiri dari: obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras,
psikotropika dan narkotika.
1. Obat Bebas
Peratuan daerah Tingkat II tangerang yakni Perda Nomor 12 Tahun1994 tentang izin
Pedagang Eceran Obat memuat pengertian obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas
kepada umum tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat
keras, obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI. Contoh : Minyak Kayu Putih,
Tablet Parasetamol, tablet Vitamin C, B Compleks, E dan Obat batuk hitam Penandaan obat
bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor 2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus
untuk untuk obat bebas dan untuk obat bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu
bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut :

11

Penandaan obat bebas


2. Obat Bebas Terbatas
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat-obatan kedalam
daftar obat W (Waarschuwing) memberikan pengertian obat bebas terbatas adalah obat
keras yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya
atau pembuatnya.
b. Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda
peringatan. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam,berukuran panjang 5 cm,lebar 2
cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :

Peringatan Obat Bebas Terbatas


Penandaannya

diatur

berdasarkan

keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

No.2380/A/SK/VI/83 tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran


berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut:
12

Penandaan Obat Bebas Terbatas


3. Obat Keras
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan/memasukkan obatobatan kedalam daftar obat keras, memberikan pengertian obat keras adalah obat-obat
yang ditetapkan sebagai berikut :
a. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa obat itu
hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.
b. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk dipergunakan
secara parenteral.
c. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan
secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia.
Contoh :
- Andrenalinum
- Antibiotika
- Antihistaminika, dan lain-lain
Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.
02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus Obat Keras daftar G adalah Lingkaran bulat
berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan hurup K yang menyentuh garis
tepi, seperti yang terlihat pada gambar berikut:

13

Penandaan Obat Keras


4. Obat Wajib Apotek
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di
apotek

tanpa

resep

dokter.

Menurut

keputusan

mentri

kesehatan

RI

Nomor 347/Menkes/SK/VIII/1990 yang telah diperbaharui Mentri Kesehatan


Nomor 924/Menkes/Per/X/1993 dikeluarkan dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Pertimbangan utama untuk obat wajib apotek ini sama dengan pertimbangan
obat yang diserahkan tanpa resep dokter, yaitu meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah
kesehatan, dengan meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan
rasional.
b. Pertimbangan yang kedua untuk meningkatkatkan peran apoteker di apotek
dalam pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi serta pelayanan obat
kepada masyarakat
c. Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan
untuk pengobatan sendiri. Obat yang termasuk kedalam obat wajib apotek
misalnya : obat saluran cerna (antasida), ranitidine, clindamicin cream dan
lain-lain.
5. Obat Golongan Narkotika
Pengertian narkotika menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan kedalam
golongan I, II dan III.
Contoh :
14

- Tanaman Papaver Somniferum


- Tanaman Koka
- Tanaman ganja
- Heroina
- Morfina
- Ovium
- Kodeina
Obat narkotika penggunaannya diawasi dengan ketat sehingga obat golongan
narkotika hanya dapat diperoleh di apotek dengan resep dokter asli (tidak dapat menggunakan
copy resep). Dalam bidang kesehatan, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai
anestesi/obat bius dan analgetik/obat penghilang rasa sakit. Contoh obat narkotika adalah :
codipront (obat batuk), MST (analgetik) dan fentanil (obat bius).
1.Obat narkotika golongan I : hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya.
Contoh: Tanaman: Papaver somniferum L. (semua bag. termsk buah & jerami kec.
bijinya), Erythroxylon coca; Cannabis sp. Zat/senyawa : Heroin
2. Obat narkotika golongan II : dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Distribusi diatur oleh
pemerintah. Contoh: Morfin dan garam-gramnya Petidin
3. Obat narkotika golongan III : dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Distribusi diatur oeh
pemerintah. Contoh : Codein

Penandaan Obat Narkotika


15

6. Obat Psikotropika
Pengertian psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
tentang psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Contoh :
- Lisergida
- Amphetamin
- Codein
- Diazepam
- Nitrazepam
- Fenobarbital
Untuk Psikotropika penandaan yang dipergunakan sama dengan penandaan untuk
obat keras, hal ini karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika, maka obat-obat psikotropika termasuk obat keras, hanya saja karena efeknya
dapat mengakibatkan sidroma ketergantungan sehingga dulu disebut Obat Keras Tertentu.
Sehingga untuk Psikotropika penandaannya : lingkaran bulat berwarna merah, dengan huruf
K berwarna hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna hitam.
Psikotropika dibagi menjadi :
i. Golongan I : sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu pengetahuan,
dilarang diproduksi, dan digunakan untuk pengobatan. Contohnya : metilen dioksi
metamfetamin, Lisergid acid diathylamine (LSD) dan metamfetamin
ii. Golongan II, III dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah didaftarkan.
Contohnya : diazepam, fenobarbital, lorazepam dan klordiazepoksid.
Penggolongan Obat Berdasarkan Mekanisme Kerja
Dibagi menjadi 5 jenis penggolongan antara lain :

16

a. Obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri atau
mikroba, contoh antibiotic
b. Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit contoh vaksin,
dan serum.
c. Obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri contoh analgesik
d. Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang kurang,
contoh vitamin dan hormon.
e. Pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif,
khususnya pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit. contoh
aqua pro injeksi dan tablet placebo.Selain itu dapat dibedakan berdasarkan tujuan
penggunaannya, seperti obat antihipertensi, kardiak, diuretik, hipnotik, sedatif, dan
lain lain.
Penggolongan Obat Berdasarkan Lokasi Atau Tempat Pemakaian
Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian dibagi menjadi 2
golongan :
a. Obat dalam yaitu obat obatan yang dikonsumsi peroral, contoh tablet antibiotik,
parasetamol tablet
b. Obat luar yaitu obat obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar, contoh
sulfur, dll.
Penggolongan Obat Berdasarkan Cara Pemakaian
Dibagi menjadi beberapa bagian, seperti :
a. Oral : obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh tablet,
kapsul, serbuk, dll
b. Perektal : obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada pasien yang
tidak bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan terhindar dari pengaruh
pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di dalam tubuh
c. Sublingual : pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah., masuk ke
pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat hipertensi : tablet hisap, hormonhormon

17

d. Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik secara
intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.
e. Langsung ke organ, contoh intrakardial
f. Melalui selaput perut, contoh intra peritoneal

Penggolongan Obat Berdasarkan Efek Yang Ditimbulkan


Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan dibagi menjadi 2 :
a. sistemik : obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.
b. lokal : obat/zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian tertentu
tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dll
Penggolongan Obat Berdasarkan Daya Kerja Atau Terapi
Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi dibagi menjadi 2 golongan
a.farmakodinamik : obat obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis tubuh, contoh
hormon dan vitamin
b. kemoterapi : obat obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi parasit/bibit
penyakit, mempunyai daya kerja kombinasi.
Penggolongan Obat Berdasarkan Asal Obat Dan Cara Pembuatannya
Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya dibagi menjadi 2 :
a. Alamiah : obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral)
tumbuhan : jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung) dll
hewan : plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.
mineral : vaselin, parafin, talkum/silikat, dll
b. Sintetik : merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi kimia,
contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol dan asam
salisilat.
Penggolongan Obat Berdasarkan Golongan Kerja Obat
18

A. Antibiotik
Antibiotik adalah obat yang dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri penyebab infeksi. Obat ini telah digunakan untuk melawan infeksi berbagai
bakteri pada tumbuhan, hewan, dan manusia. Anti biotik di kategorikan berdasarkan
struktur kimia adalah sebagai berikut :
i. Penisilin (Penicillins)
Penisilin atau antibiotik beta-laktam adalah kelas antibiotik yang merusak
dinding sel bakteri saat bakteri sedang dalam proses reproduksi. Penisilin adalah
kelompok agen bakterisida yang terdiri dari penisilin G, penisilin V, ampisilin,
tikarsilin, kloksasilin, oksasilin, amoksisilin, dan nafsilin. Antibiotik ini digunakan
untuk mengobati infeksi yang berkaitan dengan kulit, gigi, mata, telinga, saluran
pernapasan, dan lain-lain. ). Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini
antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin.
ii. Sefalosporin (Cephalosporins)
Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati
infeksi saluran pencernaan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit
tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran
kemih (kandung kemih dan ginjal). Sefalosporin terdiri dari beberapa generasi, yaitu :

Sefalosporin generasi pertama, untuk infeksi saluran kemih.


Sefalosporin generasi kedua, untuk sinusitis
Sefalosporin generasi ketiga, untk meningitis
Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin,
Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin.
iii. Aminoglikosida (Aminoglycosides)
Jenis anti biotik ini menghambat pembentukan protein bakteri. Adapun
contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : amikasin, gentamisin,
neomisin sulfat, netilmisin.
iv. Makrolid (Macrolides)

19

Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi
tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti
pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk
penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula
digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Adapun contoh obat yang
termasuk dalam golongan ini antara lain: Eritromisin, Azitromisin, Klaritromisin.
v. Sulfonamida (Sulfonamides)
Obat ini efektif mengobati infeksi ginjal, namun sayangnya memiliki efek
berbahaya pada ginjal. Untuk mencegah pembentukan Kristal obat, pasien harus
minum sejumlah besar air. Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini
antara lain : gantrisin.
vi. Fluoroquinolones
Fluoroquinolones adalah satu-satunya kelas antibiotic yang secara langsung
menghentikan sintesis DNA bakteri.
vii. Tetrasiklin (Tetracyclines)
Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti
yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik
Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli
kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat. Adapun contoh
obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Tetrasiklin, Klortetrasiklin,
Oksitetrasiklin.
viii. Polipeptida (Polypeptides)
Polipeptida dianggap cukup beracun sehingga terutama digunakan pada
permukaan kulit saja. Ketika disuntikan ke dalam kulit, polipeptida bisa menyebabkan
efek samping seperti kerusakan ginjal dan saraf. Adapun contoh obat yang termasuk
dalam golongan ini antara lain : gentamisin dan karbenisilin.
B. Anti Inflamasi
Pengobatan anti inflamasi mempunyai dua tujuan utama yaitu, meringankan rasa
nyeri yang seringkali merupakan gejala awal yang terlihat dan keluhan utama yang terus
20

menerus dari pasien dan kedua memperlambat atau membatasi perusakan jaringan
(Katzung, 2002). Berdasarkan mekanisme kerjanya, obata-obat anti inflamasi terbagi ke
dalam golongan steroid dan golongan non-steroid (Anonim, 1993) :
i. Obat Anti-inflamasi Nonsteroid
Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan
sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat
yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan
antiinflamasi (anti radang). Contoh : Aspirin
ii. Obat antiinflamasi Steroid
Adapun mekanisme kerja obat dari golongan steroid adalah menghambat
enzim fospolifase sehingga menghambat pembentukan prostaglandin maupun
leukotrien. Contoh : hidrokortison, deksametason, metil prednisolon, kortison asetat,
betametason, triamsinolon, prednison, fluosinolon asetonid, prednisolon, triamsinolon
asetonid dan fluokortolon.
C. Anti Hipertensi
Anti hipertensi digunakan untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas
cardiovascular. Obat anti hipertensi di bagi menjadi 5 kelompok, yaitu :
i. Obat Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida
sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Contohnya :
Hidroklorotiazid
ii. Obat Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik atau adrenolitik ialah golongan obat yang
menghambat perangsangan adrenergik. Berdasarkan cara kerjanya obat ini
dibedakan menjadi :
Penghambat adrenoseptor (adrenoseptor bloker) yaitu obat
yang menduduki adrenoseptor baik alfa (a) maupun beta (b) sehingga
menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat adrenergik.
21

Penghambat saraf adrenergik yaitu obat yang mengurangi


respons sel efektor terhadap perangsangan saraf adrenergik. Obat ini
bekerja dengan cara menghambat sintesis, penyimpanan, dan
pelepasan neurotransmitter. Obat yang termasuk penghambat saraf
adrenergik adalah guanetidinbetanidin, guanadrel, bretilium, dan
reserpin. Semua obat golongan ini umumnya dipakai sebagai
antihipertensi.
Penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral yaitu

obat yang menghambat perangsangan adrenergik di SSP.


iii. Vasolidator
Vasolidator

berfungsi untuk mengendurkan

otot

polos arteri,

menyebabkan mereka untuk membesar dan dengan demikian mengurangi


resistensi terhadap aliran darah. Contoh : hydralazine dan minoxidil
iv. Penghambat

Angiotensin-Converting

Enzime

(ACE-inhibitor)

dan

Antagonis
Reseptor Angiotensin II (Angitensin Receptor Blocker, ARB)
i. Angiotensin converting enzyme (ACE) berfungsi untuk memblokir
aksi hormon angiotensin II, yang mempersempit pembuluh darah.
Contoh : captopril, enalapril, perindopril, ramipril, quinapril dan
lisinopril
ii. Angiotensin receptor blocker berperilaku dengan cara yang sama
seperti ACE inhibitor. Contoh : candesartan, irbesartan, telmisartan,
eprosartan.
iii. Antagonis Kalsium
Antagonis Kalsium berfungsi untuk menghambat influx kalsium pada
sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Contoh : nifedipin.

22

D. Anti Konvulsan
Anti Konvulsan berfungsi untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi
(epileptic seizure) dan bangkitan non-epilepsi. Adapun contoh obat yang termasuk
dalam golongan ini antara lain : bromide, fenobarbital, fenitoin, karbamazepim.
E. Anti Koagulasi
Anti koagulasi digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan
menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah.
Antikoagulasi dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
i. Heparin
Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang diberikan secara
parenteral dan merupakan obat terpilih bila diperlukan efek yang cepat misalnya
untuk emboli paru-paru dan trombosis vena dalam. Contoh : Protamin Sulfat
ii. Antikoagulasi oral
terdiri dari derivat 4-hidroksikumarin misalnya : dikumoral, warfarin dan
derivate indan-1,3-dion misalnya : anisindion.
iii. Antikoagulasi yang bekerja dengan mengikat ion kalsium
Contoh : Natrium sitrat, Asam oksalat dan senyawa oksalat, dan natrium edetat.
F. Anti Histamin
Pada manusia histamin merupakan mediator yang penting pada reaksi alergi tipe
segera dan reaksi inflamasi. Berdasarkan mekanisme kerja Anti histamin digolongkan
mejadi 3 kelompok yaitu :
i. Antagonis H1
Antagonis H1 sering pula disebut anti histamin klasik atau anti histamin H1,
adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja
histamin pada jaringan yang mengandung reseptor H1. Penggunaan mengurangi gejala
alergi karena musim atau cuaca. Antagonis H1 terdiri dari : Difenhidramin
HCl (benadryl), Dimenhidrinat (Dramamim,Antimo), Karbinoksamin HCl (Clistin),
Klorfenoksamin HCl (systral), Klemestin Fumarat (Tavegyl), Piperinhidrinat (Kolton).

23

ii. Antagonis H2
Antagonis H2 adalah senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi
histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung.
Antagonis H2 terdiri dari :Semitidin (Cimet,Corsamet,Nulcer,Tagamet,Ulcadine),
Ranitidin,HCl (Ranin,Ranatin,Ranatac,Zantac,Zantadin),Famotidin (Facid,Famocid,G
asterRagastin,Restidin).
G. Psikotropika
Psikotropika adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi, dan
pikiran yang biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa.
Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropik dapat di bedakan menjadi 4 golongan:
i. Antipsikosis (major tranquilizer)
Antipsikosis bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik, suatu gangguan jiwa
yang berat.Contoh : Risperidon, Olanzapin, Zolepin
ii. Antiansietas (minor tranquilizer)
Antiansietas berguna untuk pengobatan simtomatik penyakit psikoneurosis, dan
berguna untuk terapi tambahan penyakit somatis. Contoh : klordiazepoksid, diazepam,
oksazepam
iii. Anti depresi
Anti depresi digunakan untuk mengobati gangguan yang heterogen. Contoh:
desipramin, nortriptilin
iv. Anti mania (mood stabilizer)
Anti mania berfungsi untuk mencegah naik turunnya mood pada pasien dengan
gangguan bipolar. Contoh : karbamazepin, asam valproat.

24

H. Anti Jamur atau Anti Fungi


Anti jamur atau anti fungi berfungsi untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
jamur. Contoh : imidiazol, diazol dan anti biotic polien.
Penggolongan Obat Tradisional
Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu obat
tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Dengan semakin berkembangnya teknologi, telah
diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehingga industri
jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Pembuatan
sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan perkembangan penelitian sampai dengan
uji klinik. Saat ini obat tradisional dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
1. Jamu (Empirical based herbal medicine)

Jamu adalah bahan atau ramuan bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahan- bahan tersebut yang secara tradisional
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (data empiris). Umumnya, obat
tradisional ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur.
Klaim penggunaan jamu sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat
pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium. Jenis klaim penggunaan harus
diawali dengan kata- kata secara tradisional digunakan untuk ....... atau sesuai dengan yang
disetujui pada pendaftaran sediaan di BPOM.
Contoh Jamu : Produksi Sido Muncul, Nyonya Meneer, dan Air Mancur.
2. Obat Herbal Terstandar

25

OHT adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di
standarisasi. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih
kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung
dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Contoh OHT :
Diabmeneer, Diapet, Fitogaster, Fitolac, Glucogarp, Hi Stimuno, Irex Max, Kiranti
Pegel Linu, Kiranti Sehat Datang Bulan, Kuat Segar, Lelap, Prisidii, Reumakeur,
Sehat Tubuh, Sanggolangit, Stop Diar Plus, Virugon.
Kriteria obat herbal terstandar :
- Aman
- Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik
- Bahan baku yang digunakan telah terstandar
- Memenuhi persyaratan mutu
3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan
dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang
dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik akan
lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana
pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal
karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.
Fitofarmaka merupakan obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat
modern. Proses pembuatannya telah terstandar dan ditunjang oleh bukti ilmiah sampai
uji klinis pada manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya diperlukan peralatan
berteknologi modern, tenaga ahli, dan biaya yang tidak sedikit. Contoh Fitofarmaka :

26

Nodiar (Kimia Farma), Rheumaneer (Nyonya Meneer), Stimuno (Dexa Medica),


Tensigard Agromed (Phapros), X-Gra (Phapros).
Kriteria fitofarmaka :
- Aman
- Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan ujin klinis
- Menggunakan bahan baku terstandar
- Memenuhi persyaratan mutu

2.6

Resep
Resep adalah permintaan tertulis seorang dokter, dokter gigi atau dokter

hewan yang diberi ijin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada
apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan bagi penderita.
Resep disebut juga formulae medicae, terdiri dari formulae officinalis (yaitu resep yang
tercantum dalam buku farmakope atau buku lainnya dan merupakan standar) dan formulae
magistralis (yaitu resep yang ditulis oleh dokter)
Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe (ambillah).
Dibelakang tanda ini (R/) biasanya baru tertera nama dan jumlah obat. Umumnya resep
ditulis dalam bahasa latin. Suatu resep yang lengkap harus memuat :
a.
b.
c.
d.

Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan
Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat
Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.


e. Nama pasien, jenis hewan, umur, serta alamat/pemilik hewan
f. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya
melebihi dosis maximal.

Pembagian suatu resep yang lengkap :


a.
b.
c.
d.
e.

Tanggal dan tempat ditulisnya resep (inscriptio)


Aturan pakai dari obat yang tertulis (signatura)
Paraf/tanda tangan dokter yang menulis resep (subcriptio)
Tanda buka penulisan resep dengan R/ (invecatio)
Nama obat, jumlah dan cara membuatnya (praescriptio atau ordination)
27

Yang berhak menulis resep adalah dokter, dokter gigi (terbatas pada pengobatan gigi dan
mulut) dan dokter hewan (terbatas pada pengobatan hewan). Dokter gigi diberi ijin
menulis resep dari segala macam obat untuk pemakaian melalui mulut, injeksi (parentral)
atau cara pemakaian lainnya, khusus untuk mengobati penyakit gigi dan mulut.
Sedangkan pembiusan / patirasa secara umum tetap dilarang bagi dokter gigi (S.E.)
Depkes No. 19/Ph/62 Mei 1962.
Resep untuk pengobatan segera
Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera dokter dapat memberi tanda :
a.
b.
c.
d.

Cito : segera
Urgent : penting
Statim : penting
P.I.M : Periculum In Mora = berbahaya bila ditunda

Pada bagian atas kanan resep, apoteker harus mendahulukan pelayanan resep ini termasuk
resep antidotum.
Bila dokter ingin agar resepnya dapat diulang, maka dalam resep ditulis Iteratie. Dan
ditulis berapa kali resep boleh diulang. Misalkan iteratie 3x, artinya resep dapat dilayani 1
+ 3 kali ulangan = 4x. Untuk resep yang mengandung narkotika, tidak dapat ditulis
iteratie tetapi selalu dengan resep baru.
Komponen Resep Menurut Fungsi
Menurut fungsi bahan obatnya resep terbagi atas :
a. Remidium Cardinal, adalah obat yang berkhasiat utama
b. Remidium Ajuvans, adalah obat yang menunjang bekerjanya bahan obat utama
c. Corrigens, adalah zat tambahan yang digunakan untuk memperbaiki warna, rasa dan
bau dari obat utama.
Corrigens dapat kita bedakan sebagai berikut :
a. Corrigens Actionis digunakan untuk memperbaiki kerja zat berkhasiat utama.
Contoh : pulvis doveri terdiri dari kalii sulfas, ipecacuanhae radix dan opii pulvis.
Opii pulvis sebagai zat berkhasiat utama menyebabkan orang sukar buang air
besar, karena itu diberi kalii sulfas sebagai pencahar sekaligus memperbaiki kerja
opii pulvis tersebut.
b. Corrigens Odoris digunakan untuk memperbaiki bau dari obat.
Contoh : Oleum Cinnamomi dalam emulsi minyak ikan.
c. Corrigens Saporis digunakan untuk memperbaiki rasa obat.
Contoh : saccharosa atau sirupus simplex untuk obat-obatan yang pahit rasanya.
28

d. Corrigens Coloris digunakan untuk memperbaiki warna obat.


Contoh : obat untuk anak diberi warna merah agar menarik untuk diminum.
e. Corrigens Solubilis digunakan untuk memperbaiki kelarutan dari obat utama
Contoh : Iodium dapat mudah larut dalam larutan pekat Kl/Nal
d. Constituens/ Vehiculum/ Exipiens merupakan zat tambahan. Adalah bahan yang
bersifat netral dan dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi bentuk, sehingga
menjadi obat yang cocok. Contohnya laktosum pada serbuk, amylum dan talcum pada
bedak tabor.
Salinan Resep ( Copy Resep )
Salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh apotek, selain memuat semua
keterangan yang terdapat dalam resep asli juga harus memuat :
a.
b.
c.
d.

Nama dan alamat apotek


Nama dan nomor izin Apoteker Pengelola Apotek
Tanda tangan atau paraf Apoteker Pengelola Apotek
Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan dan tanda nedet (nedetur) untuk
obat yang belum diserahkan, pada resep dengan tanda ITER X diberi tanda tanda

detur orig / detur X


e. Nomor resep dan tanggal pembuatan
Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum, afschrif. Apabila
Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya, penandatanganan atau
pencantuman paraf pada salinan resep maka dilakukan oleh Apoteker Pendamping
atau Apoteker Pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status yang
bersangkutan.
Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang
merawat penderita, penderita sendiri dan petugas kesehatan atau petugas lain yang
berwenang menurut

perundang-undangan yang

berlaku (contohnya

petugas

pengadilan bila diperlukan untuk suatu perkara).


Penyimpanan Resep
Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep yang telah dikerjakan menurut urutan
tanggal dan nomor urut penerimaan resep. Resep harus disimpan sekurang-kurangnya selama
3 tahun. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya. Resep yang
disimpan melebihi jangka 3 tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang
memadai oleh Apoteker Pengelola Apotek bersama-sama dengan sekurang-kurangnya
29

seorang petugas apotek. Pada pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai
dengan bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4 dan ditandatangani oleh APA bersama
dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotek.
Apoteker tidak dibenarkan mengulangi penyerahan obat atas dasar resep yang sama
apabila pada resep aslinya tercantum tanda n.i. (ne iteratur = tidak boleh diulang) atau obat
narkotika atau obat lain yang oleh Menkes (khususnya Badan POM) yang ditetapkan sebagai
obat yang tidak boleh diulang tanpa resep baru dari dokter.

2.7 Penyimpanan Obat


a.

Pengadaan
Pengadaan barang baik obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya dilakukan

oleh karyawan dibidang perencanaan dan pengadaan dalam hal ini dilakukan oleh
asisten apoteker yang bertanggung jawab kepada Apoteker Pengelola Apotek.
Pengadaan barang dilakukan berdasarkan data yang tercatat pada buku defekta dan
perkiraan kebutuhan konsumen dengan arahan dan kendali APA. Kebutuhan barang
tersebut dimasukkan pada surat pemesanan barang.
1) Bagian pembelian membuat surat pesanan yang berisi nama distributor,
nama barang, kemasan, jumlah barang dan potongan harga yang kemudian
ditandatangani oleh bagian pembelian dan apoteker pengelola apotek. Surat
pesanan dibuat rangkap dua untuk dikirim ke distributor dan untuk arsip
apotek.
2) Setelah membuat surat pesanan, bagian pembelian langsung memesan
barang ke distributor. Bila ada pesanan mendadak maka bagian pembelian
akan melakukan pemesanan melalui telepon dan surat pesanan akan diberikan
pada saat barang diantarkan.
3) Pedagang Besar Farmasi akan mengantar langsung barang yang dipesan.
Pembelian obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak saja berasal dari
Pedagang Besar Farmasi Kimia Farma tetapi juga dari Pedagang Besar
Farmasi atau distributor lainnya. Adapun dasar pemilihan Pedagang Besar
Farmasi atau distributor adalah resmi (terdaftar), kualitas barang yang dikirim
dapat dipertanggungjawabkan, ketersediaan barang, besarnya potongan harga
(diskon) yang diberikan, kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu, dan
cara pembayaran (kredit atau tunai).
b. Penerimaan Barang

30

Setelah barang datang maka dilakukan penerimaan dan pemeriksaan barang. Petugas
kemudian mencocokkan barang dengan surat pesanan, apabila sesuai dengan surat pesanan,
maka surat tanda penerimaan barang di tanda tangani oleh petugas apotek, untuk pembayaran
itu tergantung kesepakatan antara PBF dan pihak pembelian di apotek, bisa secara tunai,
kredit, atau konsinyasi dan lain lain.
c. Penyimpanan barang
Penyimpanan obat atau pembekalan farmasi dilakukan oleh Asisten Apoteker. Setiap
pemasukan dan penggunaan obat atau barang diinput ke dalam sistem komputer dan dicatat
pada kartu stok yang meliputi tanggal penambahan atau pengurangan, nomor dokumennya,
jumlah barang yang diisi atau diambil, sisa barang dan paraf petugas yang melakukan
penambahan atau pengurangan barang. Kartu stok ini diletakan di masing-masing obat atau
barang. Setiap Asisten Apoteker bertanggung jawab terhadap stok barang yang ada di lemari.
Penyimpanan barang disusun berdasarkan jenis sediaan, bentuk sediaan dan alfabetis untuk
obat-obat ethical, serta berdasarkan farmakologi untuk obat-obat OTC (Over The Counter)
Penyimpanan obat atau barang disusun sebagai berikut :
1) Lemari penyimpanan obat ethical atau prescription drugs.
2) Lemari penyimpanan obat narkotik dan psikotropik dengan pintu rangkap dua dan
terkunci.
3) Lemari penyimpanan sediaan sirup, suspensi dan drops.
4) Lemari penyimpanan obat tetes mata dan salep mata.
5) Lemari penyimpanan salep kulit.
6) Lemari es untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti suppositoria, insulin
dan lain lain.
7) Lemari penyimpanan obat bebas, obat bebas terbatas dan alat kesehatan.
d. Pelayanan
Pelayanan dibagi menjadi pelayanan obat OTC (Over The Counter : Obat bebas dan
obat bebas terbatas) dan Resep dokter, baik secara tunai maupun non tunai. Pelayanan apotek
juga termasuk konseling, pelayanan swamedikasi, PIO, home care, dan sebagainya
e. Pelaporan
Umumnya untuk obat narkotika dan psikotropika, yang telah saya bahas sebelumnya,
pelaporan juga termasuk meliputi kinerja apotek; penjualan, pembelian, administrasi dan lainlainnya.
f.Pemusnahan
Umumnya untuk obat dan perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluarsa, melalui
sistem pelaporan, berita acara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

2.8 Alur Distribusi Obat


Perencanaan merupakan dasar tindakan manejer untuk dapat menyelesaikan tugasnya
dengan baik. Dalam perencanaan pengadaan sedian farmasi seperti obat-obatan dan alat
31

kesehatan yang dilakukan adalah pengumpulan data obat-obatan yang akan di tulis dalam
buku defecta.
Sesuai dengan peraturan Menkes No.1027 tahun 2004, dalam membuat perencanaan

pengadaan sedian farmasiperlu memperhatikan :


Pola peresepan
Pola penyakit
Tingkat perekonomian masyarakat
Budaya masyarakat
Ketersedian barang / perbekalan farmasi
Setelah tercatat dalam buku defecta,selanjutnya diadakan pengadaan obat.Pengadaan
biasanya di lakukan berdasarkan perencanaan yang telah di buat dan di sesuaikan dengan
anggaran keuangan yang ada. Pengadan barang meliputi: pemesanan, cara pemesanan,

mengatasi kekosongan dan pembayaran.


1) Pemesanan barang atau order dilakukan oleh Apoteker berdasarkan catatan yang ada dalam
buku habis berisi catatan barang-barang yang hampir habis atau yang sudah habis di apotek.
Sebelum dilakukan order, obat yang tertulis dalam buku habis dicocokkan dengan buku
defecta.
2) Cara pemesanan barang dilakukan dengan menuliskan surat pesanan (SP). Selain narkotika
dan psikotropika meliputi tanggal, nomor pesanan, kode supplie, nama barang, satuan barang,
dan jumlah barang. SP akan diambil selesman dari masing-masing PBF, apabila selesman
PBF tidak datang order bisa dilakukan melalui telpon (untuk obat selain narkotika dan
psikotropika)
3) Mengatasi kekosongan obat akibat waktu antara pemesanan dan kedatangan barang yang
lama.
4) Pembayaran dapat dilakukan dengan cara COD (Cast on delivery) atau kredit.
Setelah dilakukan pemesanan,selanjutnya dilakukan penerimaan obat.Penerimaan
barang harus dilakukan dengan mengecek kesesuain barang yang datang dengan faktur dan
SP. Kesesuain meliputi : nama barang, jumlah barang, satuan, harga, diskon, dan nama PBF
serta mengecek masa kadaluarsanya. Faktur di periksa tanggal pesan dan tanggal jatuh
temponya, lalu di tanda tangani dan di cap oleh Apoteker pengelola Apotek (APA) atau
Asisten Apoteker (AA), yang mempunnyai SIK. Kemudian faktur yang sudah di tanda
tangani tersebut di masukkan kedalam format pembelian.
Setelah obat diterima,selanjutnya dilakukan penyimpanan obat.Obat dan bahan obat
harus di simpan dalam wadah yang cocok dan harus memenuhi ketentuan pengemasan dan
penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Penyimpanan obat di golongkan berdasarkan bentuk bahan baku seperti : bahan padat
di pisahkan dari bahan cair atau bahan yang setengah padat di pisahkan dari bahan cair. Hal
32

ini bertujuan untuk menghindarkan zat-zat yang bersifat higroskopis demikian pula halnya
terhadap barang-barang yang mudah terbakar dan obat-obat yang mudah rusak dan meleleh
pada suhu kamar. Penyimpanan dilakukan dengan cara/ berdasarkan nama penyakit, khasiat
obat, dan nama generik dan paten untuk memudahkan pengambilan obat saat diperlukan.
Selanjutnya tahap penjualan atau distribusi obat.Obat digunakan untuk kegiatan
kefarmasian.Pelayanan non resep dan pelayanan obat menggunakan resep. Penjualan meliputi
obat bebas / obat bebas terbatas, kosmetik, alat kesehatan, serta barang lain yang dapat dijual
tanpa resep dokter. Misalnya : jamu dan fitofarmaka.Sedangkan pelayanan obat berdasarkan
resep meliputi resep yang berasal dari praktek dokter yang bekerjasama dengan apotek
maupun resep dokter yang tidak bekerjasama dengan apotek.
Adapun obat-obatan yang dapat diberikan secara langsung tanpa resep dokter harus
memiliki kriteria tertentu. Kriteria obat yang dapat diberikan tanpa resep dokter sesuai
permenkes No. 919 / Menkes / per / X / 1993 adalah sebagai berikut :
a) Tidak dikordinasikan pada wanita hamil atau anak-anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua
diatas 65 tahun.
b) Penggunaanya tidak menggunakan cara dan alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
c) Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksudkan tidak memberikan resiko pada kelanjutan
penyakit.
d) Penggunaannya dapat dilakukan dengan mudah untuk pasien.
e) Obat yang dimaksud memiliki rasio keamanan yang dapat dipertanggung jawabkan untuk
pengobatan sendiri.
f) Penggunaanya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.

2.9 Administrasi ( Pencatatan dan Pelaporan Obat )


Kegiatan Administrasi

Administrasi Umum
Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumen sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Administrasi Pelayanan
Pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil
monitoring penggunaan obat.

Kelengkapan administrasi apotek


1. Blangko pesanan obat
33

2. Blangko kartu stok


3. Blangko copy resep
4. Blangko faktur dan blangko nota penjualan
5. Buku pembelian dan pembelianobat
6. Buku penjualan obat
7. Buku keuangan
8. Buku pencatatan narkotika dan psikotropika
9. Blangko pemesanan obat narkotika dan pemesanan
10. Alat tulis dan kertas sesuai kebutuhan
Macam laporan yang akan dibuat
1. Laporan pemakaian narkotika dan psikotropik
2. Laporan penggunaan obat
3. Laporan keuangan
Laporan KeuanganApotek

Laporan Harian
Buku penjualan obat OTC, OWA, Resep

Laporan Bulanan
Buku kas bulanan, buku tuslah, buku embalase, laporan neraca dan rugi laba, laporan
pajak

Laporan tahunan
Laporan pajak tahunan, laporan neraca dan rugi laba

2.10 Alat Kesehatan dan Kegunaannya


Alat kesehatan (UU RI no 36 Tahun 2009 tentang kesehatan) adalah instrumen,
aparatus, mesin, implant yang mengandung obat, yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
Menurut PERMENKES RI NO 220/Men.Kes/Per/IX/1976, Alkes adalah barang,
instrumen, aparat atau alat termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapannya yang
diproduksi, dijual, atau dimaksudkan untuk digunakan dalam :
34

a. Pemeliharaan dan perawatan kesehatan, diagnosa, penyembuhan, peringanan atau


pencegahan penyakit, kelainan keadaan badan atau gejalanya pada manusia.
b. Pemulihan, perbaikan atau perubahan suatu fungsi badan atau struktur badan
manusia
c. Diagnosa kehamilan pada manusia atau pemeliharaan selama hamil dan setelah
melahirkan termasuk pemeliharaan bayi
d. Usaha untuk mencegah kehamilan pada manusia yang tidak termasuk golongan
obat.
Penggolongan Alat-Alat Kesehatan
Penggolongan ALKES bisa dibagi menurut macam-macam keadaan, ditinjau dari
segi apa, misalnya saja, menurut:
a. Fungsinya.
- Peralatan medis: Instrumen atau perlengkapan seperti (XRay, I.C.U.,
ICCU, Obgyn, Emergency dept, kardiologi,operating theatre dll.), Utensilien
seperti (Nierbekken,alatpembalut, urinal, bedpan, catheters dll.)
- Peralatan non-medis seperti:dapur, generator, keperluancucian (laundry), dll.
b. Sifat pemakaiannya.
- Peralatan yang habis dipakai (consumable).
- peralatan yang dapat digunakan secara terus-menerus.
c. Kegunaannya
Sesuai dengan kepentingan penggunaanya, peralatan itu dapat dibagi sebagai
berikut: Peralatan THT, peralatan Bedah,Peralatan obgyn ,peralatan gigi,
Peralatan orthopedi, dll.
d. Umur Peralatan
Termasuk disini juga system penghapusannya, misalnya saja:
- Yang tidak memerlukan pemeliharaan atau yang hanya untuk 1 x pakai
(disposable) atau yang habis terpakai (consumable) atau yang mempunyai
unit cost rendah seperti alat suntik, pinset. gunting, alat bedah, selimut dan
-

lain-lain.
Alat-alat yang penting, atau alat dengan waktu penyusutan lebih dari 5 tahun

seperti peralatan Laboratorium, peralatan ruang bedahdll.


Alat-alat berat dengan waktu penyusutan lebih dari 5 tahun atau dikaitkan
dengan bangunan dimana alat itu ditempatkan seperti alat X-Ray, alat

sterilisasi, perlengkapan dapur, pencucian dan lain lain.


e. Macam dan Bentuknya
- Alat-alat kecil dan yang umum, seperti jarum, semprit,alat bedah,alat THT,
alatgigi, catheter, alat orthopedic, film X-ray dan lain lain.

35

Alat perlengkapan rumah sakit, seperti meja operasi, autoclave, sterilizer,

lampu operasi, unit perlengkapan gigi dan lain lain.


- Alat laboratorium, seperti alat gelas, reagens, test kit diagnostic dan lain lain.
- Alat perlengkapan radiologi/nuklir, seperti XRay, Scanner dll.
f. Katalog-Katalog Pabrik Alat
Dari SMICRRC:
- Instrument gigi,
- Instrument untuk akupunktur,
- instrumen diagnostic,
- instrument bedah umum.
AESCULAP Jerman:
- AA : untuk keperluan postmortem (Autopsy Anatomy),
- AB : microscopy
- AC: alat untuk eksaminasi-diagnostik,
- AD: alat untuk mengukur,
- AJ: alat untuk vaksinasi.
Alat kesehatan yang diapotek
No.
1.

Nama Alat
Leukoplast

2.

Handyplast

Gambar

36

3.

Gaas

4.

Gaas steril

5.

Perban elastis

6.

Cervical collar

7.

Breast pump

37

8.

Rubber breast pad

9.

Rubber nipple

10.

Sling

11.

Eye cup

12.

Blood bag

13.

Urine bag

38

14.

Abbocath-t

15.

Nelaton catheter

16.

Catheter metal

17.

Baloon catheter

18.

Condom cathteter

39

19.

Oxygen catheter

20.

Maag slang

21.

Feeding tube

22.

Spinal needle

23.

Needle injection

24.

wing needle

40

25.

Hypodermic syringe

26

Disposable syringe

27.

Glycerine syringe

28.

Disposable insulin
syringe

29

Ear bulb

30.

Surgical needle

31.

Catgut

41

32.

Infus set

33.

Tranfusi set

34.

Masker

35.

Handscoon

36.

AKDR

42

37.

Kondom male

38.

Kodome female

39.

Alat kontrasepsi implan

40.

Laminaria

PEMBAHASAN
1) Leukoplast
Kegunaan: Sebagai pembantu merekatkan GAAS.
Cara pemakaian: Plaster dibuka, kemudian digunting sesuai kebutuhan.
2) Handyplast
Kegunaan: Untuk menutup luka.
Cara pemakaian: Plaster dibuka, kemudian direkatkan pada luka kecil.
3) Gaas
Kegunaan: Menutup luka.
Cara pemakaian: Menggunakan plaster, direkatkan pada tubuh.
4) Gaas steril
Kegunaan: Menutup luka untuk mencegah kontaminasi.
Cara pemakaian: Menggunakan plaster, direkatkan pada tubuh.
43

5) Perban elastis
Kegunaan: Untuk fiksasi/perawatan pada kasus keseleo, letih otot dan pelebaran
pumbulu darah balik
Cara pemakaian: Gulungan dibuka, dililitkan pada bagian tertentu dengan pengait.
6) Cervical collar
Kegunaan: Untuk menahan agar pergerakan leher berkurang sehingga mempercepat
proses penyembuhan luka.
Cara pemakaian: Pengait dibuka kemudian dipasang pada leher
7) Breast pump
Kegunaan: Memacu pengeluaran air susu ibu.
Cara pemakaian: mulut pompa dipasang, dipompa.
8) Rubber breast pad
Kegunaan: Untuk melindungi puting susu wanita yang terluka.
Cara pemakaian: Alat dipasang pada permukaan puting susu wanita.
9) Rubber nipple
Kegunaan: Alat bantu pengganti ASI.
Cara pemakaian: Alat dipasang pada botol dot.
10) Sling
Kegunaan: Alat bantu cedera bahu.
Cara pemakaian: Dilipat segitiga kemudia ujung kedua kain diikat, dikaitkan di bahu
11) Eye cup
Kegunaan: Alat pencuci mata
Cara pemakaian: Tuang cairan pembersih mata, letakka dibola mata yang sakit.
12) Blood bag
Kegunaan: Tempat penyimpanan atau kantung darah.
Cara pemakaian: Ujung selang tranfusi set dipasang pada mulut kantung darah.
13) Urine bag
Kegunaan: Tempat pembuangan hasil sekresi urine.
Cara pemakaian: Ujung selang catheter dipasang pada kantung urine.
14) Abbocath-t
Kegunaan: Sebagai pena tambahan untuk pengobatan.
Cara pemakaian: Dimasukkan kedalam pembuluh daran vena, jangka waktu 48 jam.
15) Nelaton catheter
Kegunaan: kateter yang dimasukkan dalam uretra supaya mempermudah kencing
Cara pemakaian: dipasang pada ujung urine bag.
16) Catheter metal
Kegunaan: alat bantu memasukkan kateter.
Cara pemakaian: ujung catheter metal di masukkan dalam lubang kemaluan laki-laki.
17) Baloon catheter
Kegunaan: Untuk mengeluarkan/pengambilan urine.
Cara pemakaian: masukkan ujung kateter dalam lubang kemaluang laki-laki.
18) Condom cathteter
Kegunaan: Untuk menjaga jalan keluarnya urine.
Cara pemakaian: Dipakai seperti kondom male.
19) Oxygen catheter
Kegunaan: untuk mengalirkan lubang oxigen kedalam rongga paru.
Cara pemakaian: dimasukkan melalui lubang hidung masuk ke saluran pernapasan.
44

20) Maag slang


Kegunaan: untuk mengumpulkan getah lambung, membilas, mencuci isi perut dan
serta pemberian obat-obatan.
Cara pemakaian: dimasukkan melalui saluran pencernaan.
21) Feeding tube
Kegunaan: untuk nutrisi/pemberian cairan makanan melalui mulut atau hidung.
Cara pemakaian: dimasukkan melalui saluran pernapasan atau pencernaan.
22) Spinal needle
Kegunaan: digunakan untuk lumbal punctie.
Cara pemakaian: Dimasukkan kedalam pembuluh daran vena, jangka waktu 48 jam.
23) Needle injection
Kegunaan: untuk menembus atau merobek kulit.
Cara pemakaian: ujung jarum yang tajam dimasukkan kedalam jaringan kulit.
24) wing needle
Kegunaan: untuk menembus atau merobek kulit, mengurangi resiko karna gerakan.
Cara pemakaian: Dimasukkan kedalam pembuluh daran vena, jangka waktu 48 jam.
25) Hypodermic syringe
Kegunaan: Untuk menyuntikkan cairan kedalam gigi atau gusi.
Cara pemakaian: di suntikkan pada jaring gusi mulut.
26) Disposable syringe
Kegunaan: Untuk menyuntikkan cairan kedalam tubuh.
Cara pemakaian: disuntikkan kedalam jaringan kulit atau pembulu darah.
27) Glycerine syringe
Kegunaan: Untuk menyemprokan lavement/olysma melalui anus.
Cara pemakaian: disuntikkan kedalam lubang anus atau dubur.
28) Disposable insulin syringe
Kegunaan: alat untuk memasukkan cairan insulin.
Cara pemakaian: jarum insulin dimasukkan kedalam jaringa lunak.
29) Ear bulb
Kegunaan: untuk menghisap cairan telinga.
Cara pemakaian: ujung penghisap dimasukkan, hisap cairan di dalam telinga.
30) Surgical needle
Kegunaan: jarum untuk menyatukan luka robek.
Cara pemakaian: digunakan bersamaan dengan benang jahit.
31) Catgut
Kegunaan: Benang jahit yang dapat diabsorbsi tubuh.
Cara pemakaian: menjahit pada jaringan lunak tubuh.
32) Infus set
Kegunaan: selang untuk pemberian cairan infus.
Cara pemakaian: hubungkan selang dengan abbocath dan ujung yang lain pada mulut
infus.
33) Tranfusi set
Kegunaan: selang untuk transfusi darah.
Cara pemakaian: hubungkan selang dengan abbocath dan ujung yang lain pada mulut
blood bag
34) Masker
Kegunaan: untuk meminimalisir kontaminasi udara.
Cara pemakaian: tali masker dikaitkan pada bagian belakang kepala.
35) Handscoon
45

Kegunaan: untuk meminimalisir kontaminasi pada tangan.


Cara pemakaian: masukkan ujung jari pada masker, tarik hinngga pass ditangan.
36) AKDR
Kegunaan: untuk menghambat pertemuan antara sperma dengan ovum.
Cara pemakaian: alat dimasukkan kedalam rahim wanita.
37) Kondom male
Kegunaan: mencegah kehamilan dan mengurangi resiko penyakit.
Cara pemakaian: masukkan pada lubang kondom, kendurkan kedalam.
38) Kodome female
Kegunaan: mencegah kehamilan dan mengurangi resiko penyebab penyakit
Cara pemakaian: masukkan pada lubang kondom, kendurkan kedalam.
39) Alat kontrasepsi implan
Kegunaan: untuk mencegah kesuburan dengan cara melepaskan hormon progesteron
sedikit demi sedikit.
Cara pemakaian: dimasukkan pada bagian bawah jaringan kulit.
40) Laminaria
Kegunaan: digunakan untuk membuka leher rahim guna evakuasi kehamilan.
Cara pemakaian: alat dipasang pada mulut rahim wanita.

2.11 Penyimpanan dan Perawatan Alat Kesehatan


Dalam penyimpanan obat digolongkan menurut :
1) Disimpan dalam wadah tertutup rapat, untuk obat yang mudah menguap seperti aether,
anaestheticus.
2) Disimpan terlindung dari cahaya untuk obat seperti tablet, kaplet, dan sirup.
3) Disimpan bersama zat pengering, penyerap lembab (kapur tohor) seperti kapsul.
4) Disimpan pada suhu kamar (pada suhu 15-30 C) untuk obat seperti tablet,kaplet, dan
sirup.
5) Disimpan pada tempat sejuk (pada suhu 5-15 C) untuk obat seperti salep mata, cream,
ovula,dan suppositoria.
6) Disimpan di tempat dingin (pada suhu 0-5 C) seperti vaksin.
7) Penyimpanan obat narkotika dilakukan dalam lemari khusus sesuai persyaratan peraturan
Menkes No.35 tahun 2009 Khusus untuk lemari tempat penyimpanan obat narkotika syarat
yang tercantum di pengaturan adalah sebagai berikut :
a) Ukuran lemari : 40 x 80 x 100
b) Bahan : kayu atau bahan lain yang kuat.
c) Lemari dibagi menjadi dua fungsi dengan kunci yang berlainan. Fungsi yang
pertama untuk perbekalan dan bahan baku morfin, petihidin, dan garam-garamnya.
d) Lemari khusus narkotika ditempatkan pada dinding tembok atau lantai, tidak
boleh digunakan untuk keperluan lain, tidak boleh dilihat oleh umum, dan kunci
dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai apotek yang dikuasakan.

46

8)

Penyusunan obat dalam persediaan diatur menurut golongan secara sistem alfabetis.

Dapat pula diatur menurut pabrik. Obat antibiotik perlu diperhatikan mengenai tanggal
kadaluwarsa. Setiap terjadi mutasi obat segera dicatat dalam kartu stok.
Penyimpanan Perbekalan farmasi yang telah diterima kemudian disimpan didalam
gudang obat secara alfabetis yang tersedia di apotek dengan sebelumnya mengisi kartu stok
yang berisikan tanggal pemasukan obat, nomor dokumen, jumlah barang, sisa, nomor batch,
tanggal kadaluarsa, dan paraf. Contoh kartu stok obat.
Penyimpanan barang di Apotek dilaksanakan berdasarkan sistem FIFO (first in first
out) dan FEFO (first expired first out). Sistem FIFO (first in first out) adalah penyimpanan
barang dimana barang yang datang lebih dulu akan disimpan di depan sehingga akan
dikeluarkan lebih dulu dari yang lainnya, sedangkan barang yang terakhir datang ditaruh
dibelakang, demikian seterusnya. Sistem FEFO (first expired first out) adalah penyimpanan
barang dimana barang yang mendekati tanggal kadaluarsanya diletakkan di depan sehingga
akan dikeluarkan lebih dulu dari yang lainnya, sedangkan barang yang tanggal kadaluarsanya
masih lama diletakkan dibelakang, demikian seterusnya.
Alat kesehatan disimpan dalam etalase berdasarkan urutan abjad.Penyimpanan
dilakukan dalam suhu ruangan,dengan memperhatikan tanggal kadaluarsa dari alat kesehatan
tersebut.

2.12 KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)


Swamedikasi adalah salah satu bentuk layanan kefarmasian di Apotek.Swamedikasi di
Apotek adalah usaha dari masyarakat yang ingin mengatasi masalah kesehatannya sendiri
dengan bantuan Apoteker,baik yang menggunakan sediaan farmasi atau hanya sekedar
informasi dan edukasi tanpa sediaan farmasi.Yang harus diperhatikan pada saat swamedikasi
adalah :

1.Untuk siapa obat tersebut


Petugas Apotek berhak menanyakan untuk siapa obat ini dikonsumsi nantinya.
2. Gejala apa yang dirasakan.

47

Gejala ini juga penting untuk ditanyakan oleh petugas Apotek,karena gejala ini asih
dapat diterapi dan masih bisa disembuhkan ataukah penyakit tersebut sudah menjangkit lebih
jauh terhadap pasien.
3.Sudah berapa lama gejala tersebut berlangsung.
Faktor lamanya waktu gejala menentukan,apakah konsep swamedikasi dapat
dijalankan atau tidak.Bila memang sudah kronis atau akut,proses yang dapat di tempuh
adalah memeriksakan penyakit ini ke tenaga medis.Karena tenaga medis akan mendiagnosa
seberapa tingkat penyakit yang diderita pasien tersebut.
4.Tindakan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut.
Jika beberapa hal diatas sudah di analisa,maka petugas di Apotek akan
merekomendasikan terapi swamedikasi.
5.Obat-obat apa saja yang sedang digunakan oleh pasien.
Dengan menanyakan obat saja yang sudah dikonsumsi, maka petugas Apotek dapat
menyarankan untuk mengkonsumsi obat yang lebih tepat dengan memperhatikan efek
samping dari obat yang disarankan.

2.13 Program Asuransi dan Program Kerjasama Jaminan Kesehatan


Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan
sosial. Bersifat wajib bagi seluruh masyarakat Indonesia dan orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan masyarakat yang layak, yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. JaminanKesehatan Nasional (JKN) diatur dalam
Pasal 19 Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi
social dan prinsip ekuitas, serta diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan. Maksud dari prinsip asuransi social disini meliputi :
48

1. Kegotong-royongan antara yang kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua dan
muda, dan yang berisiko tinggi dan rendah.
2. Kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selektif. LihatPasal 19 Undang-Undang
No.40 Tahun 2004
3. Iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan.
4. Bersifat nirlaba.
Prinsip ekuitas yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan
medisnya, yang tidak terikat dengan besaran iuran yang telah dibayarkannya. Sesuai dengan
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bahwa
badan yang menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional adalah BPJS kesehatan. Untuk
menyelenggarakan jaminan kesehatan maka terdapat beberapa pihak yang terlibat yaitu,
badan penyelenggara dalam hal ini BPJS Kesehatan, fasilitas kesehatan, dan peserta hal ini
dapat dilihat dari bagan berikut :

Bagan I
Pihak Yang Terlibat Dalam Penyelenggaraan JKN
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

49

BPJS KESEHATAN

PESERTA JKN

FASILITAS KESEHATAN

Sumber :Paparan Kebijakan Terkini Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional,


SekertarisJenderalKementrianKesehatan RI, Jakarta 6 November 2013.

a.

Prinsip kegotong royongan


Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam hidup

bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN,
prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu,
peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat
membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh
penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong royong jaminan
social dapat menumbuhkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
b.

Prinsip nirlaba
Pengelolaan dan amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah

nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk
memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat
adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya
untuk kepentingan peserta.
Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip prinsip
manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta
dan hasil pengembangannya.
c.Prinsip portabilitas

50

Prinsip portabilitas jaminan social dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang


berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Prinsip kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat
terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap
disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan
penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan
dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.
e Prinsip dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan badan
penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
Mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

f.Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk


pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

Peserta Jaminan Kesehatan Nasional

Peserta JKN merupakan setiap orang termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah. Masyarakat yang telah mendaftar dan membayar iuran, maka sudah secara
otomatis menjadi peserta JKN, namun apabila peserta tersebut tidak membayar iuran secara
berturut-turut selama 6 (enam) bulan atau meninggal dunia, maka kepesertaannya secara
otomatis pula telah berakhir. Kecuali bagi peserta yang merupakan pekerja yang tidak
mendapatkan pekerjaan setelah 6 (enam) bulan pasca Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan
tidak mampu. Pasal 4 huruf g Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial menyebutkan bahwa kepesertaan dalam program JKN bersifat
wajib, artinya seluruh warga masyarakat wajib menjadi peserta JKN.
51

Bagan II
Kepesertaan JKN

KEPESERTAAAN
PESERTA

IURAN

PENERIMA UPAH

WAJIB

NON PENERIMA
UPAH

PBI

PEKERJA &
PEMBERI KERJA
KELOMPOK/
KELUARGA/
INDIVIDU

PEMERINTAH

Sumber:Paparan Kebijakan Terkini Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional, Sekertaris


Jenderal Kementrian Kesehatan RI, Jakarta 6 November 2013.
Peserta meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI JKN dengan rincian
sebagai berikut:
1.

Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang
tidak mampu.

2.

Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu yang terdiriatas:
a. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
1) Pegawai Negeri Sipil.
2) Anggota TNI.
3) Anggota Polri.
4) Pejabat Negara.
52

5) Pegawai Pemerintah Non PegawaiNegeri.


6) Pegawai Swasta.
7) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima upah.
b. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
1) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan Pekerja yang tidak
termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.
2) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga Negara asing
yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
c. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:
1) investor;
2) pemberi kerja;
3) penerima pensiun;
4) veteran;
5) perintis kemerdekaan; dan
6) bukan pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang mampu
membayar iuran
d. Penerima pensiun terdiri atas:
1) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun.
2) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun.
3) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun.
4) Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c.
5) Janda,duda, atau anak yatim piatu dari penerima pension sebagaimana dimaksud
pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak pensiun.
53

Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:


a. Istri atau suami yang sah dari Peserta;
b. Anak kandung, anak tiri dan atau anak angkat yang sah dari peserta, dengan
kriteria:
1. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;
dan belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh
lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.
2. Peserta bukan PBI JKN dapat juga mengikut sertakan anggota keluarga yang
lain.
Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan tentunya memiliki hak dan kewajiban.
Setiap peserta berhak mendapatkan identitas Peserta dan manfaat pelayanan kesehatan di
Fasilitas Kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Kemudian berkewajiban
untuk membayar iuran dan melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS Kesehatan, dengan
menunjukkan identitas peserta pada saat pindah domisili dan atau pindah kerja.

BAB III
TINJAUAN UMUM
3.1 PROFIL APOTEK
3.1.1 Sejarah Berdiri Apotek Nur Assyia
Apotek Nur Assyifa beralamat di jalan Gatot Subroto nomor 177 Gunung
simping Cilacap. Apotek Nur Assyifa mendapat ijin Apotek (SIA) pada tanggal 10
Juni 2010. Persiapan yang dilakukan dalam membuka Apotek dilakukan selama tiga
hari yaitu dari tanggal 10 juni 2010 sampai dengan 13 juni 2010. Apotek Nur Assyifa
mulai resmi buka pada tanggal 14 juni 2010. Dokter praktek yang bekerjasama
dengan Apotek Nur Assyifa adalah dr.H.Marwanto Sp.Pd,beliau adalah Dokter
Spesialis Penyakit dalam.

3.1.2 Lokasi
54

Apotek Nur Asyifa berada di Kabupaten Cilacap,dengan alamat jalan Gatot


Subroto nomor 177 Cilacap.Adapun lokasi apotek digambarkan dalam denah sebagai
berikut :

3.1.3 Struktur Organisasi Beserta Peran dan Tugas Masing-Masing


Bidang

APOTEKER PENGELOLA
APOTEK
Dwi Wahyu Hartanti,S.F., Apt

ASISTEN APOTEKER

PEMILIK SARANA
APOTEK
Dr. Rama Elgi Oktavianto

TENAGA UMUM

55

Husna

Hani

Nurul

Tri

Pengelolaan Apotek Nur Assyifa dirancang oleh Apoteker Pengelola Apotek


bekerjasama dengan Pemilik Saran Apotek dan seluruh karyawan Apotek. Pengelolaan
Apotek

Nur Assyifa

secara

umum

meliputi

seleksi,perencanaan

dan

pengadaan

obat/perbekalan farmasi lainnnya,pemesanan,pembelian,penyimpanan,penjulana,pelayanan


resep,administrasi,pengembangan Apotek .
Sistem pelayanan Apotek Nur Assyifa meliputi pelayanan apotek yang dilakukan
secara menyeluruh dari awal proses penerimaan resep yang dibawa oleh pasien sampai
dengan penyerahan obat yang disertai informasi. Pelayanan Apotek juga dilakukan secara
maksimal untuk pelayanan pembelian Obat Wajib Apotek ( OWA),obat bebas,obat bebas
terbatas,obat keras. Sistem pelayanan yang dilakukan oleh karyawan Apotek Nur Assyifa
berlandaskan rasa saling menghormati dan kekeluargaan.
Struktur organisasi Apotek Nur Assyifa dibuat antara lain bertujuan untuk
memperjelas alur kerja karyawan. Apotek Nur Assyifa memiliki beberapa karyawan yang
terdiri dari Apoteker Pengelola Apotek (APA),Asisten Apoteker (AA) dan bagian
Administrasi.
Tugas kewajiban dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
A. Pemilik Sarana Apotek (PSA)
a.Bekerjasama dengan APA menentukan anggaran biaya keperluan Apotek.
b.Mengadakan kontrol terhadap jalannya Apotek.
c.Mengadakan penelitian kembali sistem pengelolaan Apotek akhir tahun untuk
mengevaluasi perkembangan Apotek.
B. Apoteker Pengelola Apotek (APA)
a.Tugas dan kewajiban APA adalah :
56

Memimpin

seluruh

kegiatan

termasuk

mengawasi

jalannya

kerja

karyawan,mengatur kerja serta pembagian tugas.


- Mengatur dan mengawasi penyimpanan dan kelengkapan teknis farmasi terutama di
ruang peracikan.
-

Pembinaan dan memberi petunjuk kepada karyawan dalam memberikan informasi


kepada pasien

Mempertimbangkan usul karyawan demi kemajuan Apotek.

b,Tanggung Jawab APA adalah memimpin kegiatan Apotek.


c.Wewenang APA adalah :
Apoteker berwenang untuk memimpin semua kegiatan Apotek diantaranya mengolah
kegiatan pelayanan kefarmasian dan karyawan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
C. Asisten Apoteker (AA)
a.Tugas dan kewajiban Asisten Apoteker adalah mengerjakan pekerjaan kefarmasian
sesuai dengan profesinya.
b.Tanggung jawab Asisten Apoteker adalah bertanggung jawab atas kebenaran tugas
dari APA yang sudah diselesaikan.
c.Wewenang Asisten Apoteker adalah untuk menyelesaikan tugas pelayanan
kefarmasian dengan batas pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.
D. Bagian Administrasi
a.Tugas

laporan

harian,pencatatan,penjualan,mencatat

pembelian

dan

buku

penerimaan barang,mencatat hasil penjualan serta tagihan dari distributor obat atau
pedagang besar farmasi (PBF).
b.Tanggung jawab bagian administrasi adalah sesuai tugas yang diberikan oleh APA.
c.Wewenang bagian administrasi adalah melaksanakan semua kegiatan administrasi
pembukuan yang diperintahkan oleh APA.

57

3.1.4 Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana yang tersedia di Apotek Nur Assyifa diauntaranya adalah
ruang

tunggu,ruang

administrasi,kasir,ruang

pelayanan,ruang
pelayanan

timbang,ruang

Apoteker,tempat

display

racik,ruang
obat

dan

alat

kesehatan,kamar mandi dan mushola dan juga lahan parkir.


3.1.4.1 Ruang tunggu konsumen/tamu/sales
Di Apotek Nur Assyifa terdapat tunggu,dimana ruang tunggu ini dapat
digunakan pasien untuk menunggu resep yang sedang dikerjakan. Ruang
tunggu ini dapat digunakan oleh sales atau tamu yang berkunjung ke
Apotek.Ruang tunggu terdiri dari dua kursi kayu panjang dan beberapa kursi
tinggi.
3.1.4.2 Ruang pelayanan umum dan resep.
Ruang pelayanan umum dan resep ini berada di bagian depan ruang
Apotek. Apoteker dan Asisten Apoteker dapat menerima resep,menyerahkan
obat dan melayani pembeli di bagian ruang depan Apotek. Di bagian ruang ini
pasien atau pembeli dapat bertatap muka langsung dengan Apoteker atau
Asisten Apoteker.
3.1.4.3 Ruang timbang
Ruang timbang berada di bagian tengah Apotek. Ruang timbang terdiri
dari meja,kursi,neraca atau timbangan,anak timbang dan kertas puyer yang
digunakan untuk alas bahan yang akan di timbang. Anak timbang yang
tersedia diantaranya dengan berat 50 mg,100 mg,200 mg,500 mg,1 gram,2
gram,5 gram,10 gram dan 20 gram.Ruang timbang ini digunakan untuk
menimbang bahan-bahan obat yang sedianya diperlukan untuk sediaan
racikan.
3.1.4.4 Ruang racik
Ruang racik obat berada di bagian tengah Apotek. Didalam ruang
racik,terdapat meja,kursi dan laci kecil. Didalam laci kecil terdapat etiket
kertas dan plastik obat beretiket. Etiket kertas yang tersedia ada dua,yaitu
58

etiket putih dan biru. Etiket putih digunakan untuk sediaan obat dalam.
Sedangkan etiket biru digunakan untuk sediaan obat luar. Plastik obat beretiket
tersedia dengan tiga ukuran,yaitu ukuran kecil,sedang dan besar. Di ruang
racik juga terdapat alat tulis,isolasi untuk menempelkan etiket kertas dan
keranjang obat. Keranjang obat digunakan sebagai tempat obat dari resep yang
sudah selesai dikerjakan.
3.1.4.5 Ruang administrasi,komputer
Ruang administrasi terletak di bagian tengah Apotek. Di dalam ruang
administrasi terdapat meja,kursi,alat tulis,buku administrasi dan computer.
Adapun kegiatan yang dapat dilakukan di dalam ruang administrasi di
antaranya sebagai temapat petugas Apotek untuk mencatat faktur pembelian
obat dalam buku catatan pembelian obat. Sebagai tempat Petugas Apotek
merekap laporan narkotika dan psikotropika. Ruangan ini juga digunakan
Petugas Apotek untuk membuat laporan pajak Apotek.
3.1.4.6 Tempat pembayaran / Kasir
Di dalam ruang kasir terdapat meja,kursi,alat tulis dan kalkulator.
Terdapat laci sebagai tempat penyimpanan uang. Ruang kasir ini terdapat di
Apotek sebelah kanan. Di depan ruang kasir terdapat kursi bagi konsumen.
Ruang kasir digunakan untuk transaksi pembayaran resep dan pembelian obat.
Ruang kasir juga digunakan sebagai tempat pembayaran faktur pembelian dari
distributor obat ( PBF ).
3.1.4.7 Ruang pelayanan Apoteker
Ruang pelayanan Apoteker terdapat di bagian kiri Apotek. Di dalam
ruang pelayanan Apoteker ini terdapat meja dan kursi. Di ruang Apoteker ini
pasien atau konsumen dapat berkonsultasi langsung dengan Apoteker. Ruang
pelayanan Apoteker ini digunakan untuk swamedikasi.
3.1.4.8 Tempat display obat dan alat kesehatan
Obat bebas,obat bebas terbatas dan alat kesehatan di Apotek Nur
Assyifa dipajang dalam etalase dan diletakkan pada ruang depan Apotek.
Terdapat lima etalase obat.Etalase yang pertama digunakan untuk memajang
59

alat kesehatan dan obat luar seperti betadine,minol dan beberapa jenis plester.
Untuk etalase kedua digunakan untuk memajang obat bebas dan bebas terbatas
diantaranya ultraflu, antimo, sanaflu, mixagrip, bodrex dan lain sebagainya.
Etalase yang ketiga digunakan untuk memajang obat luar seperti minyak kayu
putih,minyak urut,inyak gosok dan beberapa jenis salep. Etalase yang ke epat
digunakan untuk memajang suplemen obat dan beberapa obat herbal.
Sedangkan etalase yang kelima digunakan untuk memajang obat obat yang
sediaanya berupa syrup.
3.1.4.9 Gudang obat dan alat kesehatan
Gudang obat Apotek Nur Assyifa terletak pada bagian tengah
apotik.Gudang obat ini terdiri dari 4 lemari. Masing-masing lemari berfungsi
untuk menyimpan obat-obat untuk menjaga ketersediaan stok obat di Apotek
Nur Assyifa. Penyusunan obat dalam lemari penyimpanan obat berdasarkan
susunan abjad.Obat generik dan paten tidak di tempatkan dalam satu almari
yang sama. Pemisahan ini dilakukan untuk mempermudah penyimpanan dan
pengambilan obat. Pengambilan stok obat dalam gudang di catat dalam buku
pengeluaran obat.
3.1.4.10 Kamar mandi dan mushola
Kamar mandi dan mushola terletak di Apotek di bagian belakang.
Kamar mandi ini dapat digunakan untuk karyawan dan pasien atau konsumen
Apotek Nur Assyifa. Kamar mandi ini dapat di akses melalui pintu samping
oleh pasien. Kebersihan kamar mandi selalu terjaga karena dibersihkan setiap
hari oleh petugas kebersihan Apotek Nur Assyifa. Sedangkan mushola di
Apotek Nur Assyifa terletak di bagian belakang apotek. Tersedia perlatan
sholat yang sedianya dapat digunakan oleh karyawan untuk menjalankan
ibadah sholat.
3.1.4.11 Lahan parkir
Lahan parkir untuk karyawan Apotek Nur Assyifa terletak pada bagian
samping apotik. Tempat parkir untuk karyawan berupa garasi yang
mempunyai penutup sehingga keamanan kendaran dapat terjaga. Lahan parkir
untuk pengunjung Apotek Nur Assyifa terletak di bagian depan. Lahan parkir
60

ini di atur dan dijaga oleh petugas parkir, agar kendaraan tertata lebih rapih
dan aman.

3.2 KERJASAMA DENGAN DOKTER PRAKTEK


Apotek Nur Assyifa bekerjasama dengan dokter praktek spesialis dalam yaitu
dr.H.Marwanto Sp.Pd.

3.2.1.1 Praktek dokter umum


Untuk kerjasama dengan praktek dokter umum,Apotek Nur Assyifa tidak ada
kerjasama dengan praktik dokter umum.
3.2.1.2 Waktu praktik dokter umum
Karena tidak ada kerjasama dengan praktik dokter umum di Apotik Nur
Assyifa sehingga tidak ada waktu praktek atau jadwal praktek dokter umum yang
tersedia di Apotik Nur Assyifa.
3.2.1.3 Praktek dokter spesialis
Apotek Nur Assyifa bekerjasama dengan dokter spesialis penyakit dalam yaitu
dr.H.Marwanto Sp.Pd.Tempat praktek dari dr.H.Marwanto Sp.Pd ini terletak di
seberang Apotek Nur Assyifa, sehingga memudahkan pasien untuk segera menebus
resep setelah di periksa.
3.2.1.4 Waktu praktek dokter spesialis
Waktu praktik atau jadwal praktik dr.H.Marwanto Sp.Pd setiap hari kerja. Ada
dua jadwal yaitu praktik pagi dan sore hari.Jadwal praktik untuk pagi hari di mulai
dari pukul 06.30 Wib sampai dengan selesai pasien. Untuk jadwal sore hari di mulai
dari pukul 17.00 Wib sampai dengan selesai.
3.2.1.5 Ruang tunggu pasien

61

Ruang tunggu pasien terletak pada bagian depan dari ruang praktik dokter.
Terdiri dari beberapa kursi yang sedianya digunakan pasien untuk menunggu sebelum
di periksa. Jumlah kursi sangat memadai untuk tempat duduk pasien.

3.3. LABORATORIUM
Apotek Nur Assyifa tidak bekerjasama dengan salah satu laboratorium. Jika
ada pasien yang di perlukan untuk di cek secara laboratorium,disarankan ke
laboratorium yang terdekat.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengelolaan Apotek
Apotek Nur Assyifa adalah Apotek yang berada di jalan Gatot Subroto nomor
177 Gunung Simping Cilacap. Ditinjau dari lokasinya,Apotek Nur Assyifa berada di
jalur lalu lintas yang ramai sehingga sangat baik untuk pelayanan kesehatan. Selain
terletak di kawasan yang lalu lintasnya ramai,Apotek Nur Assyifa tidak jauh dari
sarana umum RSUD Cilacap.
Hal yang berhubungan dengan bangunan secara fisik telah memenuhi syarat
yang ada karena Apotek Nur Assyifa memiliki sarana yang cukup lengkap untuk
apotek.Apotek Nur Assyifa bekerja sama dengan praktek dokter dalam menunjang
pelayanannya, yaitu dokter spesialis penyakit dalam.
Pengelolaan di Apotek Nur Assyifa meliputi pengelolaan obat,pengelolaan
resep ,administrasi,penyimpanan obat,pemusnahan resep,pelayanan kefarmasian dan
pelayanan KIE yang akan di bahas sebagai berikut :
1.Pengelolaan obat
Pengelolaan obat di Apotek Nur Assyifa meliputi perencanaan, pengadaan,
penyimpanan dan pelayanan. Setelah apoteker memilih PBF yang sesuai yaitu memberikan
keuntungan dari segala sudut pandang. Semisal harga yang ditawarkan sesuai,ketepatan
waktu pengiriman dan diskon yang diberikan sesuai, barulah diadakan pengadaan obat.
62

Pengadaan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan di sesuaikan dengan
anggaran dana yang ada. Setelah obat yang dipesan datang, obat disimpan dalam tempat yang
sesuai dan memenuhi ketentuan yang berlaku. Obat di Apotek Nur Assyifa disusun
berdasarkan jenis sediaan obat dan alfabetis. Hal ini dilakukan untuk memudahkan petugas
Apotek dalam melaksanakan tugas. Pengelolaan obat di Apotek Nur Assyifa sudah sesuai
dengan literature yang telah ada.
2.Pengelolaan Resep
Resep yaitu permintaan tertulis dari dokter,dokter gigi,dokter hewan kepada Apoteker
Pengelola Apotek (APA). Dalam pengelolaan resep harus dilakukan skrining resep, yaitu
persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Resep yang masuk
dapat berupa racikan dan bukan racikan. Kemudian dilakukan skrining administrasi dengan
cara menanyakan nama pasien dan alamat pasien. Selanjutnya resep dihitung jumlah
harganya, setelahnya dilakukan pengambilan obat dan peracikan. Obat yang diracik harus
sesuai prosedur yaitu meperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat. Setelahnya dilakukan
penulisan etiket yang benar. Penulisan resep dan pengemasan obat dilakukan dengan rapih.
Tahapan terahir Apoteker akan melakukan skrining farmasetik, semisal berupa kesesuaian
dosis dan skrining klinis. Apoteker akan memberikan informasi obat yang benar, jelas dan
mudah di mengerti oleh pasien. Kesimpulannya yaitu pengelolaan resep di Apotek Nur
Assyifa sudah baik.
3.Administrasi
Administrasi di Apotek Nur Assyifa dilakukan oleh karyawan-karyawan yang
bertanggung jawab pada baginannya masing-masing. Dalam kegiatan administrasi ini
memerlukan sarana berupa buku administrasi dan komputer. Sarana dan prasarana dalam
kegiatan administrasi di Apotek Nur Assyifa telah memadai.
4.Penyimpanan obat
Penyimpanan obat dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan karyawan
Apotek untuk mencari obat yang di maksud. Penyimpanan obat ini di tempat yang aman,
bersih dan terlindung dari sinar matahari langsung sehingga kualitas obat tetap terjaga.
Penyusunan obat dilakukan dengan cara mengelompokan berdasarkan bentuk sediaan dan
alfabetis. Penyusunan tersebut ialah sebagai berikut :

63

a. Sediaan kapsul,kaplet dan tablet yang berupa strip dan blister disimpan dalam kotak atau
keranjang obat dengan diberikan nama obat pada bagian depan kotak atau keranjang obat
tersebut.
b. Obat-obat dalam bentuk sirup disimpan dalam kemasannya dan disusun pada rak
tersendiri, penyusunan sirup berdasarkan alfabetis.
c. Obat tetes mata dan tetes telinga disimpan dalam kemasannya masing-masing dan disusun
pada rak berdasarkan alfabetis.
d. Salep dan krim disusun pada rak tersendiri dan susunannya berdasarkan alfabetis.
e. Obat-obatan yang dalam penyimpanannya memerlukan kondisi suhu tertentu seperti
vaksin, injeksi dan suppositoria disimpan dalam kulkas.
f. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus dan terkunci.
g. Obat-obatan generic disimpan dalam rak dan disusun berdasarkan alfabetis.
h. Bahan-bahan baku untuk keperluan peracikan serta wadahnya disimpan pada rak
tersendiri.
i. Obat bebas,obat bebas terbatas dan alat kesehatan disimpan dalam etalase di Apotek bagian
depan.
5. Pemusnahan resep
Resep yang telah disimpan selama tiga tahun dimusnahkan oleh Apoteker dengan cara
dibakar atau dengan cara lain yang disaksikan oleh sekurang-kurangnya satu petugas Apotek
Nur Assyifa dan disaksikan oleh satu petugas yang ditunjuk oleh Kepala BPOM Semarang
dan selanjutnya dibuatkan berita acaranya. Laporan pemusnahan resep dibuat sebanyak
empat rangkap seperti yang telah ditetapkan oleh Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No.280/SK/Menkes/1981.
B. Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan resep meliputi :
a. Untuk pelayanan resep-resep obat keras dan psikotropika harus dengan resep dokter atau
dengan copy resep yang berlaku.
64

b. Obat narkotika pelayanannya harus menggunakan resep asli,jika dengan menggunakan


copy resep maka harus dari Apotek Nur Assyifa sendiri,Jika copy resep berasal dari apotek
lain tidak dapat dilayani.
2. KIE (Komunikasi,Informasi dan Edukasi)
Salah satu cara pemilihan obat oleh pasien sebagian besar hanya berdasarkan iklan
dari media cetak maupun elektronik, sehingga informasi yang diketahui kurang lengkap.
Untuk itu peranan Apoteker dalam memberikan inforasi obat sangatlah penting. Sebagai
upaya dalam melaksanakan fungsi Apotek dengan baik,Apotek Nur Assyifa melaksanakan
KIE kepada setiap pasien yang membutuhkan.
Setiap penyerahan obat diberikan informasi mengenai obat tersebut baik oleh
Apoteker maupun Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Hal ini dilakukan untuk
pengembangan apotek. Dengan memperoleh informasi yang diperlukan,maka pasien akan
merasa senang dengan pelayanan di Apotek, sehingga dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan.

65

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
Kesimpulan dari praktik kerja lapangan/Prakerin yang dimulai tanggal 05
Desember 31 Desember 2016 yang telah dilaksanakan dapat dibuat kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pelayanan yang dilakukan di Apotek Nur Assyifa mencakup pelayanan resep,
penjualan obat bebas terbatas, swamedikasi, alat kesehatan dan barang-barang
perlengkapan, seperti : susu, kosmetika, vitamin dan lain-lain.
2. Pelayanan di Apotek Nur Assyifa sudah cukup baik, namun perlu ditingkatkan
lagi agar Apotek dapat semakin berkembang.
3. Penyimpanan perbekalan farmasi di Apotek Nur Assyifa dilakukan berdasarkan
bentuk sediaan alfabetis.

5.2

Saran
1. Untuk meningkatkan pelayanan sebaiknya item obat semakin dilengkapi serta
peningkatan pelayanan KIE kepada pasien.
2. Kerja sama antar Apotek Nur Assyifa dengan STIKES AL-IRSYAD ALISLAMIYAH CILACAP agar terus dikembangkan serta dipertahankan untuk
tahun-tahun selanjutnya.
3. Kontrol terhadap stok barang sehingga tidak dapat terjadi kekosongan stok dan
teliti terhadap pengisian kartu stok.
4. Pengecekan rutin terhadap barang.
5. Kemudahan dalam membayar dan mengembalikan uang perlu ditingkatkan.

66

DAFTAR PUSTAKA
Arief, 1995. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM
Anonim, 2001. Undang-undang Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Anonin, 1992. UU RI No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan. Depkes RI Jakarta
Anonim, 2006. KepMenKes Standar Pelayanan Kefarmasian
Anonim, 2001. Informasi Spesialite Obat. PT. IAI Penerbit, Jakarta.

67

Anda mungkin juga menyukai