PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan pendidikan Program Diploma 3 Farmasi STIKES Al-Irsyad AlIslamiyah Cilacap adalah menghasilkan tenaga kesehatan yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT, sebagai bangsa Indonesia yang berfalsafah
Pancasila, UUD 1945 dan sebagai tenaga ahli madya farmasi yang mampu
menjalankan profesinya dalam pelayanan kesehatan pada umumnya, khususnya
dalam pelayanan kefarmasian. Berperan aktif dalam mengelola pelayanan
kefarmasian dengan menerapkan prinsip administrasi, organisasi, supervisi dan
evaluasi. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, bersifat
terbuka dapat menyesuaikan diri dengan perubahan iptek dan berorientasi ke
masa depan serta mampu memberikan penyuluhan kefarmasian kepada
masyarakat dengan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan.
Salah satu fungsi dari peran ahli madya farmasi dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan dibidang farmasi yaitu melaksanakan pelayanan kefarmasian di
Apotek. Sehingga untuk dapat melaksanakan fungsi tersebut secara professional,
perlu adanya konsep pembelajaran yang diberikan kepada mahasiswa terkait
dengan nilai kompetensi yang dimilikinya. Dalam hal ini Program Studi D3
Farmasi
STIKES
Al-Irsyad
Al-Islamiyah
Cilacap
mempunyai
konsep
mengikuti
mata
kuliah
ini
mahasiswa
dapat
2.2.1
2.2.2
kewenangannya
Mengidentifikasi resep, merencanakan, dan melaksanakan
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
2.2.7
2.2.8
kegunaannya
Menjelaskan cara penyimpanan dan perawatan alat kesehatan
Memahami program asuransi dan program kerjasama jaminan
2.2.9
1.3
Kompetensi
Melaksanakan komunikasi dengan pelanggan/pasien/tenaga kesehatan
lain sesuai kewenangannya
Target :
Mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam berkomunikasi
dengan pelanggan/pasien, dalam hal melakukan konfirmasi terkait
dengan resep yang diterima, mengenai identitas pasien, ketersediaan
obat di apotek, melakukan komunikasi dengan penerima obat di apotek
dan
mengkomunikasikan
harga
obat
kepada
pasien/pelanggan
3.2
Kompetensi
Mengidentifikasi resep, merencanakan, dan melaksanakan peracikan
obat yang tepat sesuai kewenangannya
Target :
Kompetensi
Melaksanakan pelayanan informasi obat sesuai kewenangannya
Target :
1. Mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam pelaksanaan
informasi etiket obat pada pasien
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam menulis etiket
aturan pakai obat
3.4
Kompetensi
Menerapkan pencatatan dan pelaporan obat
Target :
1. Mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam pencatatan
stock obat di apotek.
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman tentang pencatatan
dan pelaporan mengenai obat golongan narkotika dan
psikotropika
3. Mahasiswa mendapatkan pengalaman mendokumentasikan
resep di apotek.
3.5
Kompetensi
Menerapkan aturan penyimpanan obat di apotek
3
Target :
1. Mahasiswa mendapatkan pengalaman tentang aplikasi
penyimpanan obat di apotek dibandingkan dengan teori
yang didapatkan, yang meliputi :
1.1 Pengaruh Suhu
1.2 Pengaruh cahaya
1.3 Pengaruh kelembaban
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman mengenai cara
pemantauan atau pemeriksaan suhu, kelembaban dan
cahaya beserta pencatatannya.
3. Mahasiswa
mendapatkan
pengalaman
mengenai
Kompetensi
Mengidentifikasi macam-macam jenis alat kesehatan dan kegunaannya
Target :
1. Mahasiswa mendapatkan pengalaman mengenal namanama alat kesehatan dan fungsinya
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman mengkategorikan alat
kesehatan berdasarkan pemakaiannya :
2.1 Alat kesehatan reusable
2.2 Alat kesehatan disposable
3.7
Kompetensi
Kompetensi
Memahami program asuransi dan program kerjasama jaminan
kesehatan terkait dengan penggunaan obat di apotek
Target :
Mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam mengelola dan
melayani obat asuransi kesehatan dan program kerjasama
jaminan kesehatan yang lain.
3.9
Kompetensi
Memahami perilaku dan etika profesi selama menjalankan praktik di
apotek.
Target :
Mahasiswa dapat menerapkan perilaku yang baik/terpuji dan
menerapkan etika profesi selama menjalankan praktik di apotek
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Apotek
Menurut
Peraturan
diperbaharui
Menteri
dengan
Kesehatan
Surat
RI
Keputusan
Nomor
Menteri
922/MenKes/Per/X/1993
Kesehatan
RI
No.
2.2
2.3
Apoteker
6
Tugas Apoteker :
a. Memimpin seluruh kegiatan apotek
b. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi yang meliputi :
administrasi kefarmasian, administrasi keuangan, administrasi penjualan,
administrasi barang dagangan atau inventaris, administrasi personalia,
administrasi bidang umum.
c. Membayar pajak yang berhubungan dengan perapotekan.
d. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil
yang optimal sesuai rencana kerja.
Tanggung jawab Apoteker :
Bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya
dan bertanggung jawab kepada pemilik modal.
2. Asisten Apoteker
Tugas Asisten Apoteker :
a. Mengerjakan pekerjaan sesuai profesinya, yaitu :
- Dalam pelayanan obat bebas dan resep (mulai dari menerima resep
dari pasien sampai menyerahkan obat yang diperlukan)
- Menyusun buku defecta setiap pagi (membantu bagian pembelian),
memelihara buku harga sehingga selalu benar dan rapi.
- Mencatat dan membuat laporan keluar masuknya obat.
- Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal, digulung
kemudian disimpan
- Memelihara kebersihan ruang peracikan, lemari obat, gudang dan rak
obat.
b. Dalam hal darurat, dapat menggantikan pekerjaan sebagai kasir, penjual
obat bebas dan juru resep.
Tanggung jawab Asisten Apoteker :
Bertanggung jawab kepada apoteker dengan tugasnya, artinya bertanggung
jawab atas kebenaran segala tugas yang diselesaikannya, tidak boleh ada
kesalahan, kekeliruan, kekurangan, kehilangan dan kerusakan.
3. Seksi Pembelian
7
Tugas :
a. Melakukan pencatatan kegiatan pembelian ke buku pembelian
b. Melakukan tukar faktur kepada distributor.
c. Mempersiapkan kelengkapan pembayaran hutang dagang berupa faktur
asli, materai, faktur pajak asli dan faktur penerimaan barang.
d. Membuat surat pemesanan berdasarkan defecta barang dari gudang.
e. Melakukan pemesanan dan pembelian barang.
f. Memberi informasi perubahan harga dari PBF ke semua bagian,
dengan memasukkan data harga baru ke computer yang memiliki
jaringan online.
g. Memeriksa kebenaran faktur pembelian meliputi nama, jumlah barang,
harga dan potongan harga sesuai dengan surat pesanan.
Wewenang seksi pembelian :
Memilih distributor yang menguntungkan dari segi kualitas barang, harga
dan potongan harga, kecepatan pelayanan dan syarat pembayaran yang
ringan atas sepengetahuan kepala apotek.
4. Seksi Gudang
Tugas :
a. Menerima barang dari distributor
b. Menyimpan dan menyusun barang di gudang dan mengatur pengeluaran
barang dari gudang berdasarkan system FIFO (First In First Out).
c. Mengeluarkan barang berdasarkan Bon Permintaan Barang Apotek
(BPBA).
d. Mencatat barang yang masuk dan keluar dari gudang dalam kartu stok
gudang.
e. Memberikan informasi mengenai kondisi barang yang rusak atau
mendekati kadaluarsa kepada petugas untuk ditukar.
5. Seksi Penjualan
Tugas :
a. Merekapitulasi hasil dari penjualan tunai harian dan kredit.
b. Merekapitulasi jumlah harga obat dari resep-resep kredit berdasarkan
debiturnya masing-masing.
c. Memisahkan resep-resep kredit dan tunai setiap hari.
d. Membuat kwitansi atau faktur penjualan.
8
6. Seksi Peracikan
Tugas :
a. Memeriksa kerasionalan obat dan kelengkapan dari suatu resep yang
diterima serta memeriksa kembali resep-resep yang telah disiapkan dan
menyerahkannya.
b. Menghitung dosis, menimbang dan menyiapkan obat untuk racikan sesuai
dengan permintaan resep.
7. Seksi Tata Usaha
Tugas :
a. Mengkoordinir dan mengawasi seluruh kegiatan tata usaha.
b. Memeriksa laporan keuangan berupa kas, buku bank, buku penjualan,
buku pembelian, buku pajak dan buku memorial.
c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian
seperti absensi kehadiran karyawan dan gaji karyawan.
d. Memeriksa laporan hutang piutang.
Wewenang seksi tata usaha :
Mengatur jadwal tugas dan cuti pegawai di bagian tata usaha, mendelegasikan
sebagian tugasnya kepada bawahannya, memberikan teguran lisan atau tulisan
kepada bawahannya jika ia tidak disiplin.
2.4
pekerjaan
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur
dalam :
a. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
b. Perundangan Pemerintahan No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian.
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MenKes/Per/V/2011
tentang Registrasi Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MenKes/SK/2002
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
922/MenKes/Per/1993 tentang ketentuan dan tata cara pembuatan Izin Apotek.
2.5
Penggolongan Obat
Pengertian Obat
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan
atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses
hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun
untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat
untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar
10
Tumbuhan .Kuinin
Hewan .. Insulin
Mineral.. Koalin
Mikroorganisme Penisilin
Sintesa.......... Sulfonamida
Penggolongan Obat Berdasarkan Jenisnya
Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
11
diatur
berdasarkan
keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
13
tanpa
resep
dokter.
Menurut
keputusan
mentri
kesehatan
RI
6. Obat Psikotropika
Pengertian psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
tentang psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Contoh :
- Lisergida
- Amphetamin
- Codein
- Diazepam
- Nitrazepam
- Fenobarbital
Untuk Psikotropika penandaan yang dipergunakan sama dengan penandaan untuk
obat keras, hal ini karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika, maka obat-obat psikotropika termasuk obat keras, hanya saja karena efeknya
dapat mengakibatkan sidroma ketergantungan sehingga dulu disebut Obat Keras Tertentu.
Sehingga untuk Psikotropika penandaannya : lingkaran bulat berwarna merah, dengan huruf
K berwarna hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna hitam.
Psikotropika dibagi menjadi :
i. Golongan I : sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu pengetahuan,
dilarang diproduksi, dan digunakan untuk pengobatan. Contohnya : metilen dioksi
metamfetamin, Lisergid acid diathylamine (LSD) dan metamfetamin
ii. Golongan II, III dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah didaftarkan.
Contohnya : diazepam, fenobarbital, lorazepam dan klordiazepoksid.
Penggolongan Obat Berdasarkan Mekanisme Kerja
Dibagi menjadi 5 jenis penggolongan antara lain :
16
a. Obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri atau
mikroba, contoh antibiotic
b. Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit contoh vaksin,
dan serum.
c. Obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri contoh analgesik
d. Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang kurang,
contoh vitamin dan hormon.
e. Pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif,
khususnya pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit. contoh
aqua pro injeksi dan tablet placebo.Selain itu dapat dibedakan berdasarkan tujuan
penggunaannya, seperti obat antihipertensi, kardiak, diuretik, hipnotik, sedatif, dan
lain lain.
Penggolongan Obat Berdasarkan Lokasi Atau Tempat Pemakaian
Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian dibagi menjadi 2
golongan :
a. Obat dalam yaitu obat obatan yang dikonsumsi peroral, contoh tablet antibiotik,
parasetamol tablet
b. Obat luar yaitu obat obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar, contoh
sulfur, dll.
Penggolongan Obat Berdasarkan Cara Pemakaian
Dibagi menjadi beberapa bagian, seperti :
a. Oral : obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh tablet,
kapsul, serbuk, dll
b. Perektal : obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada pasien yang
tidak bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan terhindar dari pengaruh
pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di dalam tubuh
c. Sublingual : pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah., masuk ke
pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat hipertensi : tablet hisap, hormonhormon
17
d. Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik secara
intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.
e. Langsung ke organ, contoh intrakardial
f. Melalui selaput perut, contoh intra peritoneal
A. Antibiotik
Antibiotik adalah obat yang dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri penyebab infeksi. Obat ini telah digunakan untuk melawan infeksi berbagai
bakteri pada tumbuhan, hewan, dan manusia. Anti biotik di kategorikan berdasarkan
struktur kimia adalah sebagai berikut :
i. Penisilin (Penicillins)
Penisilin atau antibiotik beta-laktam adalah kelas antibiotik yang merusak
dinding sel bakteri saat bakteri sedang dalam proses reproduksi. Penisilin adalah
kelompok agen bakterisida yang terdiri dari penisilin G, penisilin V, ampisilin,
tikarsilin, kloksasilin, oksasilin, amoksisilin, dan nafsilin. Antibiotik ini digunakan
untuk mengobati infeksi yang berkaitan dengan kulit, gigi, mata, telinga, saluran
pernapasan, dan lain-lain. ). Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini
antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin.
ii. Sefalosporin (Cephalosporins)
Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati
infeksi saluran pencernaan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit
tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran
kemih (kandung kemih dan ginjal). Sefalosporin terdiri dari beberapa generasi, yaitu :
19
Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi
tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti
pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk
penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula
digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Adapun contoh obat yang
termasuk dalam golongan ini antara lain: Eritromisin, Azitromisin, Klaritromisin.
v. Sulfonamida (Sulfonamides)
Obat ini efektif mengobati infeksi ginjal, namun sayangnya memiliki efek
berbahaya pada ginjal. Untuk mencegah pembentukan Kristal obat, pasien harus
minum sejumlah besar air. Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini
antara lain : gantrisin.
vi. Fluoroquinolones
Fluoroquinolones adalah satu-satunya kelas antibiotic yang secara langsung
menghentikan sintesis DNA bakteri.
vii. Tetrasiklin (Tetracyclines)
Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti
yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik
Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli
kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat. Adapun contoh
obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Tetrasiklin, Klortetrasiklin,
Oksitetrasiklin.
viii. Polipeptida (Polypeptides)
Polipeptida dianggap cukup beracun sehingga terutama digunakan pada
permukaan kulit saja. Ketika disuntikan ke dalam kulit, polipeptida bisa menyebabkan
efek samping seperti kerusakan ginjal dan saraf. Adapun contoh obat yang termasuk
dalam golongan ini antara lain : gentamisin dan karbenisilin.
B. Anti Inflamasi
Pengobatan anti inflamasi mempunyai dua tujuan utama yaitu, meringankan rasa
nyeri yang seringkali merupakan gejala awal yang terlihat dan keluhan utama yang terus
20
menerus dari pasien dan kedua memperlambat atau membatasi perusakan jaringan
(Katzung, 2002). Berdasarkan mekanisme kerjanya, obata-obat anti inflamasi terbagi ke
dalam golongan steroid dan golongan non-steroid (Anonim, 1993) :
i. Obat Anti-inflamasi Nonsteroid
Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan
sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat
yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan
antiinflamasi (anti radang). Contoh : Aspirin
ii. Obat antiinflamasi Steroid
Adapun mekanisme kerja obat dari golongan steroid adalah menghambat
enzim fospolifase sehingga menghambat pembentukan prostaglandin maupun
leukotrien. Contoh : hidrokortison, deksametason, metil prednisolon, kortison asetat,
betametason, triamsinolon, prednison, fluosinolon asetonid, prednisolon, triamsinolon
asetonid dan fluokortolon.
C. Anti Hipertensi
Anti hipertensi digunakan untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas
cardiovascular. Obat anti hipertensi di bagi menjadi 5 kelompok, yaitu :
i. Obat Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida
sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Contohnya :
Hidroklorotiazid
ii. Obat Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik atau adrenolitik ialah golongan obat yang
menghambat perangsangan adrenergik. Berdasarkan cara kerjanya obat ini
dibedakan menjadi :
Penghambat adrenoseptor (adrenoseptor bloker) yaitu obat
yang menduduki adrenoseptor baik alfa (a) maupun beta (b) sehingga
menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat adrenergik.
21
otot
polos arteri,
Angiotensin-Converting
Enzime
(ACE-inhibitor)
dan
Antagonis
Reseptor Angiotensin II (Angitensin Receptor Blocker, ARB)
i. Angiotensin converting enzyme (ACE) berfungsi untuk memblokir
aksi hormon angiotensin II, yang mempersempit pembuluh darah.
Contoh : captopril, enalapril, perindopril, ramipril, quinapril dan
lisinopril
ii. Angiotensin receptor blocker berperilaku dengan cara yang sama
seperti ACE inhibitor. Contoh : candesartan, irbesartan, telmisartan,
eprosartan.
iii. Antagonis Kalsium
Antagonis Kalsium berfungsi untuk menghambat influx kalsium pada
sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Contoh : nifedipin.
22
D. Anti Konvulsan
Anti Konvulsan berfungsi untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi
(epileptic seizure) dan bangkitan non-epilepsi. Adapun contoh obat yang termasuk
dalam golongan ini antara lain : bromide, fenobarbital, fenitoin, karbamazepim.
E. Anti Koagulasi
Anti koagulasi digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan
menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah.
Antikoagulasi dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
i. Heparin
Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang diberikan secara
parenteral dan merupakan obat terpilih bila diperlukan efek yang cepat misalnya
untuk emboli paru-paru dan trombosis vena dalam. Contoh : Protamin Sulfat
ii. Antikoagulasi oral
terdiri dari derivat 4-hidroksikumarin misalnya : dikumoral, warfarin dan
derivate indan-1,3-dion misalnya : anisindion.
iii. Antikoagulasi yang bekerja dengan mengikat ion kalsium
Contoh : Natrium sitrat, Asam oksalat dan senyawa oksalat, dan natrium edetat.
F. Anti Histamin
Pada manusia histamin merupakan mediator yang penting pada reaksi alergi tipe
segera dan reaksi inflamasi. Berdasarkan mekanisme kerja Anti histamin digolongkan
mejadi 3 kelompok yaitu :
i. Antagonis H1
Antagonis H1 sering pula disebut anti histamin klasik atau anti histamin H1,
adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja
histamin pada jaringan yang mengandung reseptor H1. Penggunaan mengurangi gejala
alergi karena musim atau cuaca. Antagonis H1 terdiri dari : Difenhidramin
HCl (benadryl), Dimenhidrinat (Dramamim,Antimo), Karbinoksamin HCl (Clistin),
Klorfenoksamin HCl (systral), Klemestin Fumarat (Tavegyl), Piperinhidrinat (Kolton).
23
ii. Antagonis H2
Antagonis H2 adalah senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi
histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung.
Antagonis H2 terdiri dari :Semitidin (Cimet,Corsamet,Nulcer,Tagamet,Ulcadine),
Ranitidin,HCl (Ranin,Ranatin,Ranatac,Zantac,Zantadin),Famotidin (Facid,Famocid,G
asterRagastin,Restidin).
G. Psikotropika
Psikotropika adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi, dan
pikiran yang biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa.
Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropik dapat di bedakan menjadi 4 golongan:
i. Antipsikosis (major tranquilizer)
Antipsikosis bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik, suatu gangguan jiwa
yang berat.Contoh : Risperidon, Olanzapin, Zolepin
ii. Antiansietas (minor tranquilizer)
Antiansietas berguna untuk pengobatan simtomatik penyakit psikoneurosis, dan
berguna untuk terapi tambahan penyakit somatis. Contoh : klordiazepoksid, diazepam,
oksazepam
iii. Anti depresi
Anti depresi digunakan untuk mengobati gangguan yang heterogen. Contoh:
desipramin, nortriptilin
iv. Anti mania (mood stabilizer)
Anti mania berfungsi untuk mencegah naik turunnya mood pada pasien dengan
gangguan bipolar. Contoh : karbamazepin, asam valproat.
24
Jamu adalah bahan atau ramuan bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahan- bahan tersebut yang secara tradisional
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (data empiris). Umumnya, obat
tradisional ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur.
Klaim penggunaan jamu sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat
pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium. Jenis klaim penggunaan harus
diawali dengan kata- kata secara tradisional digunakan untuk ....... atau sesuai dengan yang
disetujui pada pendaftaran sediaan di BPOM.
Contoh Jamu : Produksi Sido Muncul, Nyonya Meneer, dan Air Mancur.
2. Obat Herbal Terstandar
25
OHT adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di
standarisasi. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih
kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung
dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Contoh OHT :
Diabmeneer, Diapet, Fitogaster, Fitolac, Glucogarp, Hi Stimuno, Irex Max, Kiranti
Pegel Linu, Kiranti Sehat Datang Bulan, Kuat Segar, Lelap, Prisidii, Reumakeur,
Sehat Tubuh, Sanggolangit, Stop Diar Plus, Virugon.
Kriteria obat herbal terstandar :
- Aman
- Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik
- Bahan baku yang digunakan telah terstandar
- Memenuhi persyaratan mutu
3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)
Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan
dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang
dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik akan
lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana
pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal
karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.
Fitofarmaka merupakan obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat
modern. Proses pembuatannya telah terstandar dan ditunjang oleh bukti ilmiah sampai
uji klinis pada manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya diperlukan peralatan
berteknologi modern, tenaga ahli, dan biaya yang tidak sedikit. Contoh Fitofarmaka :
26
2.6
Resep
Resep adalah permintaan tertulis seorang dokter, dokter gigi atau dokter
hewan yang diberi ijin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada
apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan bagi penderita.
Resep disebut juga formulae medicae, terdiri dari formulae officinalis (yaitu resep yang
tercantum dalam buku farmakope atau buku lainnya dan merupakan standar) dan formulae
magistralis (yaitu resep yang ditulis oleh dokter)
Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe (ambillah).
Dibelakang tanda ini (R/) biasanya baru tertera nama dan jumlah obat. Umumnya resep
ditulis dalam bahasa latin. Suatu resep yang lengkap harus memuat :
a.
b.
c.
d.
Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan
Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat
Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan perundang-
Yang berhak menulis resep adalah dokter, dokter gigi (terbatas pada pengobatan gigi dan
mulut) dan dokter hewan (terbatas pada pengobatan hewan). Dokter gigi diberi ijin
menulis resep dari segala macam obat untuk pemakaian melalui mulut, injeksi (parentral)
atau cara pemakaian lainnya, khusus untuk mengobati penyakit gigi dan mulut.
Sedangkan pembiusan / patirasa secara umum tetap dilarang bagi dokter gigi (S.E.)
Depkes No. 19/Ph/62 Mei 1962.
Resep untuk pengobatan segera
Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera dokter dapat memberi tanda :
a.
b.
c.
d.
Cito : segera
Urgent : penting
Statim : penting
P.I.M : Periculum In Mora = berbahaya bila ditunda
Pada bagian atas kanan resep, apoteker harus mendahulukan pelayanan resep ini termasuk
resep antidotum.
Bila dokter ingin agar resepnya dapat diulang, maka dalam resep ditulis Iteratie. Dan
ditulis berapa kali resep boleh diulang. Misalkan iteratie 3x, artinya resep dapat dilayani 1
+ 3 kali ulangan = 4x. Untuk resep yang mengandung narkotika, tidak dapat ditulis
iteratie tetapi selalu dengan resep baru.
Komponen Resep Menurut Fungsi
Menurut fungsi bahan obatnya resep terbagi atas :
a. Remidium Cardinal, adalah obat yang berkhasiat utama
b. Remidium Ajuvans, adalah obat yang menunjang bekerjanya bahan obat utama
c. Corrigens, adalah zat tambahan yang digunakan untuk memperbaiki warna, rasa dan
bau dari obat utama.
Corrigens dapat kita bedakan sebagai berikut :
a. Corrigens Actionis digunakan untuk memperbaiki kerja zat berkhasiat utama.
Contoh : pulvis doveri terdiri dari kalii sulfas, ipecacuanhae radix dan opii pulvis.
Opii pulvis sebagai zat berkhasiat utama menyebabkan orang sukar buang air
besar, karena itu diberi kalii sulfas sebagai pencahar sekaligus memperbaiki kerja
opii pulvis tersebut.
b. Corrigens Odoris digunakan untuk memperbaiki bau dari obat.
Contoh : Oleum Cinnamomi dalam emulsi minyak ikan.
c. Corrigens Saporis digunakan untuk memperbaiki rasa obat.
Contoh : saccharosa atau sirupus simplex untuk obat-obatan yang pahit rasanya.
28
perundang-undangan yang
berlaku (contohnya
petugas
seorang petugas apotek. Pada pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai
dengan bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4 dan ditandatangani oleh APA bersama
dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotek.
Apoteker tidak dibenarkan mengulangi penyerahan obat atas dasar resep yang sama
apabila pada resep aslinya tercantum tanda n.i. (ne iteratur = tidak boleh diulang) atau obat
narkotika atau obat lain yang oleh Menkes (khususnya Badan POM) yang ditetapkan sebagai
obat yang tidak boleh diulang tanpa resep baru dari dokter.
Pengadaan
Pengadaan barang baik obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya dilakukan
oleh karyawan dibidang perencanaan dan pengadaan dalam hal ini dilakukan oleh
asisten apoteker yang bertanggung jawab kepada Apoteker Pengelola Apotek.
Pengadaan barang dilakukan berdasarkan data yang tercatat pada buku defekta dan
perkiraan kebutuhan konsumen dengan arahan dan kendali APA. Kebutuhan barang
tersebut dimasukkan pada surat pemesanan barang.
1) Bagian pembelian membuat surat pesanan yang berisi nama distributor,
nama barang, kemasan, jumlah barang dan potongan harga yang kemudian
ditandatangani oleh bagian pembelian dan apoteker pengelola apotek. Surat
pesanan dibuat rangkap dua untuk dikirim ke distributor dan untuk arsip
apotek.
2) Setelah membuat surat pesanan, bagian pembelian langsung memesan
barang ke distributor. Bila ada pesanan mendadak maka bagian pembelian
akan melakukan pemesanan melalui telepon dan surat pesanan akan diberikan
pada saat barang diantarkan.
3) Pedagang Besar Farmasi akan mengantar langsung barang yang dipesan.
Pembelian obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak saja berasal dari
Pedagang Besar Farmasi Kimia Farma tetapi juga dari Pedagang Besar
Farmasi atau distributor lainnya. Adapun dasar pemilihan Pedagang Besar
Farmasi atau distributor adalah resmi (terdaftar), kualitas barang yang dikirim
dapat dipertanggungjawabkan, ketersediaan barang, besarnya potongan harga
(diskon) yang diberikan, kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu, dan
cara pembayaran (kredit atau tunai).
b. Penerimaan Barang
30
Setelah barang datang maka dilakukan penerimaan dan pemeriksaan barang. Petugas
kemudian mencocokkan barang dengan surat pesanan, apabila sesuai dengan surat pesanan,
maka surat tanda penerimaan barang di tanda tangani oleh petugas apotek, untuk pembayaran
itu tergantung kesepakatan antara PBF dan pihak pembelian di apotek, bisa secara tunai,
kredit, atau konsinyasi dan lain lain.
c. Penyimpanan barang
Penyimpanan obat atau pembekalan farmasi dilakukan oleh Asisten Apoteker. Setiap
pemasukan dan penggunaan obat atau barang diinput ke dalam sistem komputer dan dicatat
pada kartu stok yang meliputi tanggal penambahan atau pengurangan, nomor dokumennya,
jumlah barang yang diisi atau diambil, sisa barang dan paraf petugas yang melakukan
penambahan atau pengurangan barang. Kartu stok ini diletakan di masing-masing obat atau
barang. Setiap Asisten Apoteker bertanggung jawab terhadap stok barang yang ada di lemari.
Penyimpanan barang disusun berdasarkan jenis sediaan, bentuk sediaan dan alfabetis untuk
obat-obat ethical, serta berdasarkan farmakologi untuk obat-obat OTC (Over The Counter)
Penyimpanan obat atau barang disusun sebagai berikut :
1) Lemari penyimpanan obat ethical atau prescription drugs.
2) Lemari penyimpanan obat narkotik dan psikotropik dengan pintu rangkap dua dan
terkunci.
3) Lemari penyimpanan sediaan sirup, suspensi dan drops.
4) Lemari penyimpanan obat tetes mata dan salep mata.
5) Lemari penyimpanan salep kulit.
6) Lemari es untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti suppositoria, insulin
dan lain lain.
7) Lemari penyimpanan obat bebas, obat bebas terbatas dan alat kesehatan.
d. Pelayanan
Pelayanan dibagi menjadi pelayanan obat OTC (Over The Counter : Obat bebas dan
obat bebas terbatas) dan Resep dokter, baik secara tunai maupun non tunai. Pelayanan apotek
juga termasuk konseling, pelayanan swamedikasi, PIO, home care, dan sebagainya
e. Pelaporan
Umumnya untuk obat narkotika dan psikotropika, yang telah saya bahas sebelumnya,
pelaporan juga termasuk meliputi kinerja apotek; penjualan, pembelian, administrasi dan lainlainnya.
f.Pemusnahan
Umumnya untuk obat dan perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluarsa, melalui
sistem pelaporan, berita acara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
kesehatan yang dilakukan adalah pengumpulan data obat-obatan yang akan di tulis dalam
buku defecta.
Sesuai dengan peraturan Menkes No.1027 tahun 2004, dalam membuat perencanaan
ini bertujuan untuk menghindarkan zat-zat yang bersifat higroskopis demikian pula halnya
terhadap barang-barang yang mudah terbakar dan obat-obat yang mudah rusak dan meleleh
pada suhu kamar. Penyimpanan dilakukan dengan cara/ berdasarkan nama penyakit, khasiat
obat, dan nama generik dan paten untuk memudahkan pengambilan obat saat diperlukan.
Selanjutnya tahap penjualan atau distribusi obat.Obat digunakan untuk kegiatan
kefarmasian.Pelayanan non resep dan pelayanan obat menggunakan resep. Penjualan meliputi
obat bebas / obat bebas terbatas, kosmetik, alat kesehatan, serta barang lain yang dapat dijual
tanpa resep dokter. Misalnya : jamu dan fitofarmaka.Sedangkan pelayanan obat berdasarkan
resep meliputi resep yang berasal dari praktek dokter yang bekerjasama dengan apotek
maupun resep dokter yang tidak bekerjasama dengan apotek.
Adapun obat-obatan yang dapat diberikan secara langsung tanpa resep dokter harus
memiliki kriteria tertentu. Kriteria obat yang dapat diberikan tanpa resep dokter sesuai
permenkes No. 919 / Menkes / per / X / 1993 adalah sebagai berikut :
a) Tidak dikordinasikan pada wanita hamil atau anak-anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua
diatas 65 tahun.
b) Penggunaanya tidak menggunakan cara dan alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
c) Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksudkan tidak memberikan resiko pada kelanjutan
penyakit.
d) Penggunaannya dapat dilakukan dengan mudah untuk pasien.
e) Obat yang dimaksud memiliki rasio keamanan yang dapat dipertanggung jawabkan untuk
pengobatan sendiri.
f) Penggunaanya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
Administrasi Umum
Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumen sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Administrasi Pelayanan
Pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil
monitoring penggunaan obat.
Laporan Harian
Buku penjualan obat OTC, OWA, Resep
Laporan Bulanan
Buku kas bulanan, buku tuslah, buku embalase, laporan neraca dan rugi laba, laporan
pajak
Laporan tahunan
Laporan pajak tahunan, laporan neraca dan rugi laba
lain-lain.
Alat-alat yang penting, atau alat dengan waktu penyusutan lebih dari 5 tahun
35
Nama Alat
Leukoplast
2.
Handyplast
Gambar
36
3.
Gaas
4.
Gaas steril
5.
Perban elastis
6.
Cervical collar
7.
Breast pump
37
8.
9.
Rubber nipple
10.
Sling
11.
Eye cup
12.
Blood bag
13.
Urine bag
38
14.
Abbocath-t
15.
Nelaton catheter
16.
Catheter metal
17.
Baloon catheter
18.
Condom cathteter
39
19.
Oxygen catheter
20.
Maag slang
21.
Feeding tube
22.
Spinal needle
23.
Needle injection
24.
wing needle
40
25.
Hypodermic syringe
26
Disposable syringe
27.
Glycerine syringe
28.
Disposable insulin
syringe
29
Ear bulb
30.
Surgical needle
31.
Catgut
41
32.
Infus set
33.
Tranfusi set
34.
Masker
35.
Handscoon
36.
AKDR
42
37.
Kondom male
38.
Kodome female
39.
40.
Laminaria
PEMBAHASAN
1) Leukoplast
Kegunaan: Sebagai pembantu merekatkan GAAS.
Cara pemakaian: Plaster dibuka, kemudian digunting sesuai kebutuhan.
2) Handyplast
Kegunaan: Untuk menutup luka.
Cara pemakaian: Plaster dibuka, kemudian direkatkan pada luka kecil.
3) Gaas
Kegunaan: Menutup luka.
Cara pemakaian: Menggunakan plaster, direkatkan pada tubuh.
4) Gaas steril
Kegunaan: Menutup luka untuk mencegah kontaminasi.
Cara pemakaian: Menggunakan plaster, direkatkan pada tubuh.
43
5) Perban elastis
Kegunaan: Untuk fiksasi/perawatan pada kasus keseleo, letih otot dan pelebaran
pumbulu darah balik
Cara pemakaian: Gulungan dibuka, dililitkan pada bagian tertentu dengan pengait.
6) Cervical collar
Kegunaan: Untuk menahan agar pergerakan leher berkurang sehingga mempercepat
proses penyembuhan luka.
Cara pemakaian: Pengait dibuka kemudian dipasang pada leher
7) Breast pump
Kegunaan: Memacu pengeluaran air susu ibu.
Cara pemakaian: mulut pompa dipasang, dipompa.
8) Rubber breast pad
Kegunaan: Untuk melindungi puting susu wanita yang terluka.
Cara pemakaian: Alat dipasang pada permukaan puting susu wanita.
9) Rubber nipple
Kegunaan: Alat bantu pengganti ASI.
Cara pemakaian: Alat dipasang pada botol dot.
10) Sling
Kegunaan: Alat bantu cedera bahu.
Cara pemakaian: Dilipat segitiga kemudia ujung kedua kain diikat, dikaitkan di bahu
11) Eye cup
Kegunaan: Alat pencuci mata
Cara pemakaian: Tuang cairan pembersih mata, letakka dibola mata yang sakit.
12) Blood bag
Kegunaan: Tempat penyimpanan atau kantung darah.
Cara pemakaian: Ujung selang tranfusi set dipasang pada mulut kantung darah.
13) Urine bag
Kegunaan: Tempat pembuangan hasil sekresi urine.
Cara pemakaian: Ujung selang catheter dipasang pada kantung urine.
14) Abbocath-t
Kegunaan: Sebagai pena tambahan untuk pengobatan.
Cara pemakaian: Dimasukkan kedalam pembuluh daran vena, jangka waktu 48 jam.
15) Nelaton catheter
Kegunaan: kateter yang dimasukkan dalam uretra supaya mempermudah kencing
Cara pemakaian: dipasang pada ujung urine bag.
16) Catheter metal
Kegunaan: alat bantu memasukkan kateter.
Cara pemakaian: ujung catheter metal di masukkan dalam lubang kemaluan laki-laki.
17) Baloon catheter
Kegunaan: Untuk mengeluarkan/pengambilan urine.
Cara pemakaian: masukkan ujung kateter dalam lubang kemaluang laki-laki.
18) Condom cathteter
Kegunaan: Untuk menjaga jalan keluarnya urine.
Cara pemakaian: Dipakai seperti kondom male.
19) Oxygen catheter
Kegunaan: untuk mengalirkan lubang oxigen kedalam rongga paru.
Cara pemakaian: dimasukkan melalui lubang hidung masuk ke saluran pernapasan.
44
46
8)
Penyusunan obat dalam persediaan diatur menurut golongan secara sistem alfabetis.
Dapat pula diatur menurut pabrik. Obat antibiotik perlu diperhatikan mengenai tanggal
kadaluwarsa. Setiap terjadi mutasi obat segera dicatat dalam kartu stok.
Penyimpanan Perbekalan farmasi yang telah diterima kemudian disimpan didalam
gudang obat secara alfabetis yang tersedia di apotek dengan sebelumnya mengisi kartu stok
yang berisikan tanggal pemasukan obat, nomor dokumen, jumlah barang, sisa, nomor batch,
tanggal kadaluarsa, dan paraf. Contoh kartu stok obat.
Penyimpanan barang di Apotek dilaksanakan berdasarkan sistem FIFO (first in first
out) dan FEFO (first expired first out). Sistem FIFO (first in first out) adalah penyimpanan
barang dimana barang yang datang lebih dulu akan disimpan di depan sehingga akan
dikeluarkan lebih dulu dari yang lainnya, sedangkan barang yang terakhir datang ditaruh
dibelakang, demikian seterusnya. Sistem FEFO (first expired first out) adalah penyimpanan
barang dimana barang yang mendekati tanggal kadaluarsanya diletakkan di depan sehingga
akan dikeluarkan lebih dulu dari yang lainnya, sedangkan barang yang tanggal kadaluarsanya
masih lama diletakkan dibelakang, demikian seterusnya.
Alat kesehatan disimpan dalam etalase berdasarkan urutan abjad.Penyimpanan
dilakukan dalam suhu ruangan,dengan memperhatikan tanggal kadaluarsa dari alat kesehatan
tersebut.
47
Gejala ini juga penting untuk ditanyakan oleh petugas Apotek,karena gejala ini asih
dapat diterapi dan masih bisa disembuhkan ataukah penyakit tersebut sudah menjangkit lebih
jauh terhadap pasien.
3.Sudah berapa lama gejala tersebut berlangsung.
Faktor lamanya waktu gejala menentukan,apakah konsep swamedikasi dapat
dijalankan atau tidak.Bila memang sudah kronis atau akut,proses yang dapat di tempuh
adalah memeriksakan penyakit ini ke tenaga medis.Karena tenaga medis akan mendiagnosa
seberapa tingkat penyakit yang diderita pasien tersebut.
4.Tindakan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut.
Jika beberapa hal diatas sudah di analisa,maka petugas di Apotek akan
merekomendasikan terapi swamedikasi.
5.Obat-obat apa saja yang sedang digunakan oleh pasien.
Dengan menanyakan obat saja yang sudah dikonsumsi, maka petugas Apotek dapat
menyarankan untuk mengkonsumsi obat yang lebih tepat dengan memperhatikan efek
samping dari obat yang disarankan.
1. Kegotong-royongan antara yang kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua dan
muda, dan yang berisiko tinggi dan rendah.
2. Kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selektif. LihatPasal 19 Undang-Undang
No.40 Tahun 2004
3. Iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan.
4. Bersifat nirlaba.
Prinsip ekuitas yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan
medisnya, yang tidak terikat dengan besaran iuran yang telah dibayarkannya. Sesuai dengan
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bahwa
badan yang menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional adalah BPJS kesehatan. Untuk
menyelenggarakan jaminan kesehatan maka terdapat beberapa pihak yang terlibat yaitu,
badan penyelenggara dalam hal ini BPJS Kesehatan, fasilitas kesehatan, dan peserta hal ini
dapat dilihat dari bagan berikut :
Bagan I
Pihak Yang Terlibat Dalam Penyelenggaraan JKN
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
49
BPJS KESEHATAN
PESERTA JKN
FASILITAS KESEHATAN
a.
bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN,
prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu,
peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat
membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh
penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong royong jaminan
social dapat menumbuhkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
b.
Prinsip nirlaba
Pengelolaan dan amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah
nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk
memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat
adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya
untuk kepentingan peserta.
Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip prinsip
manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta
dan hasil pengembangannya.
c.Prinsip portabilitas
50
Peserta JKN merupakan setiap orang termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah. Masyarakat yang telah mendaftar dan membayar iuran, maka sudah secara
otomatis menjadi peserta JKN, namun apabila peserta tersebut tidak membayar iuran secara
berturut-turut selama 6 (enam) bulan atau meninggal dunia, maka kepesertaannya secara
otomatis pula telah berakhir. Kecuali bagi peserta yang merupakan pekerja yang tidak
mendapatkan pekerjaan setelah 6 (enam) bulan pasca Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan
tidak mampu. Pasal 4 huruf g Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial menyebutkan bahwa kepesertaan dalam program JKN bersifat
wajib, artinya seluruh warga masyarakat wajib menjadi peserta JKN.
51
Bagan II
Kepesertaan JKN
KEPESERTAAAN
PESERTA
IURAN
PENERIMA UPAH
WAJIB
NON PENERIMA
UPAH
PBI
PEKERJA &
PEMBERI KERJA
KELOMPOK/
KELUARGA/
INDIVIDU
PEMERINTAH
Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang
tidak mampu.
2.
Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu yang terdiriatas:
a. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
1) Pegawai Negeri Sipil.
2) Anggota TNI.
3) Anggota Polri.
4) Pejabat Negara.
52
BAB III
TINJAUAN UMUM
3.1 PROFIL APOTEK
3.1.1 Sejarah Berdiri Apotek Nur Assyia
Apotek Nur Assyifa beralamat di jalan Gatot Subroto nomor 177 Gunung
simping Cilacap. Apotek Nur Assyifa mendapat ijin Apotek (SIA) pada tanggal 10
Juni 2010. Persiapan yang dilakukan dalam membuka Apotek dilakukan selama tiga
hari yaitu dari tanggal 10 juni 2010 sampai dengan 13 juni 2010. Apotek Nur Assyifa
mulai resmi buka pada tanggal 14 juni 2010. Dokter praktek yang bekerjasama
dengan Apotek Nur Assyifa adalah dr.H.Marwanto Sp.Pd,beliau adalah Dokter
Spesialis Penyakit dalam.
3.1.2 Lokasi
54
APOTEKER PENGELOLA
APOTEK
Dwi Wahyu Hartanti,S.F., Apt
ASISTEN APOTEKER
PEMILIK SARANA
APOTEK
Dr. Rama Elgi Oktavianto
TENAGA UMUM
55
Husna
Hani
Nurul
Tri
Nur Assyifa
secara
umum
meliputi
seleksi,perencanaan
dan
pengadaan
Memimpin
seluruh
kegiatan
termasuk
mengawasi
jalannya
kerja
laporan
harian,pencatatan,penjualan,mencatat
pembelian
dan
buku
penerimaan barang,mencatat hasil penjualan serta tagihan dari distributor obat atau
pedagang besar farmasi (PBF).
b.Tanggung jawab bagian administrasi adalah sesuai tugas yang diberikan oleh APA.
c.Wewenang bagian administrasi adalah melaksanakan semua kegiatan administrasi
pembukuan yang diperintahkan oleh APA.
57
tunggu,ruang
administrasi,kasir,ruang
pelayanan,ruang
pelayanan
timbang,ruang
Apoteker,tempat
display
racik,ruang
obat
dan
alat
etiket putih dan biru. Etiket putih digunakan untuk sediaan obat dalam.
Sedangkan etiket biru digunakan untuk sediaan obat luar. Plastik obat beretiket
tersedia dengan tiga ukuran,yaitu ukuran kecil,sedang dan besar. Di ruang
racik juga terdapat alat tulis,isolasi untuk menempelkan etiket kertas dan
keranjang obat. Keranjang obat digunakan sebagai tempat obat dari resep yang
sudah selesai dikerjakan.
3.1.4.5 Ruang administrasi,komputer
Ruang administrasi terletak di bagian tengah Apotek. Di dalam ruang
administrasi terdapat meja,kursi,alat tulis,buku administrasi dan computer.
Adapun kegiatan yang dapat dilakukan di dalam ruang administrasi di
antaranya sebagai temapat petugas Apotek untuk mencatat faktur pembelian
obat dalam buku catatan pembelian obat. Sebagai tempat Petugas Apotek
merekap laporan narkotika dan psikotropika. Ruangan ini juga digunakan
Petugas Apotek untuk membuat laporan pajak Apotek.
3.1.4.6 Tempat pembayaran / Kasir
Di dalam ruang kasir terdapat meja,kursi,alat tulis dan kalkulator.
Terdapat laci sebagai tempat penyimpanan uang. Ruang kasir ini terdapat di
Apotek sebelah kanan. Di depan ruang kasir terdapat kursi bagi konsumen.
Ruang kasir digunakan untuk transaksi pembayaran resep dan pembelian obat.
Ruang kasir juga digunakan sebagai tempat pembayaran faktur pembelian dari
distributor obat ( PBF ).
3.1.4.7 Ruang pelayanan Apoteker
Ruang pelayanan Apoteker terdapat di bagian kiri Apotek. Di dalam
ruang pelayanan Apoteker ini terdapat meja dan kursi. Di ruang Apoteker ini
pasien atau konsumen dapat berkonsultasi langsung dengan Apoteker. Ruang
pelayanan Apoteker ini digunakan untuk swamedikasi.
3.1.4.8 Tempat display obat dan alat kesehatan
Obat bebas,obat bebas terbatas dan alat kesehatan di Apotek Nur
Assyifa dipajang dalam etalase dan diletakkan pada ruang depan Apotek.
Terdapat lima etalase obat.Etalase yang pertama digunakan untuk memajang
59
alat kesehatan dan obat luar seperti betadine,minol dan beberapa jenis plester.
Untuk etalase kedua digunakan untuk memajang obat bebas dan bebas terbatas
diantaranya ultraflu, antimo, sanaflu, mixagrip, bodrex dan lain sebagainya.
Etalase yang ketiga digunakan untuk memajang obat luar seperti minyak kayu
putih,minyak urut,inyak gosok dan beberapa jenis salep. Etalase yang ke epat
digunakan untuk memajang suplemen obat dan beberapa obat herbal.
Sedangkan etalase yang kelima digunakan untuk memajang obat obat yang
sediaanya berupa syrup.
3.1.4.9 Gudang obat dan alat kesehatan
Gudang obat Apotek Nur Assyifa terletak pada bagian tengah
apotik.Gudang obat ini terdiri dari 4 lemari. Masing-masing lemari berfungsi
untuk menyimpan obat-obat untuk menjaga ketersediaan stok obat di Apotek
Nur Assyifa. Penyusunan obat dalam lemari penyimpanan obat berdasarkan
susunan abjad.Obat generik dan paten tidak di tempatkan dalam satu almari
yang sama. Pemisahan ini dilakukan untuk mempermudah penyimpanan dan
pengambilan obat. Pengambilan stok obat dalam gudang di catat dalam buku
pengeluaran obat.
3.1.4.10 Kamar mandi dan mushola
Kamar mandi dan mushola terletak di Apotek di bagian belakang.
Kamar mandi ini dapat digunakan untuk karyawan dan pasien atau konsumen
Apotek Nur Assyifa. Kamar mandi ini dapat di akses melalui pintu samping
oleh pasien. Kebersihan kamar mandi selalu terjaga karena dibersihkan setiap
hari oleh petugas kebersihan Apotek Nur Assyifa. Sedangkan mushola di
Apotek Nur Assyifa terletak di bagian belakang apotek. Tersedia perlatan
sholat yang sedianya dapat digunakan oleh karyawan untuk menjalankan
ibadah sholat.
3.1.4.11 Lahan parkir
Lahan parkir untuk karyawan Apotek Nur Assyifa terletak pada bagian
samping apotik. Tempat parkir untuk karyawan berupa garasi yang
mempunyai penutup sehingga keamanan kendaran dapat terjaga. Lahan parkir
untuk pengunjung Apotek Nur Assyifa terletak di bagian depan. Lahan parkir
60
ini di atur dan dijaga oleh petugas parkir, agar kendaraan tertata lebih rapih
dan aman.
61
Ruang tunggu pasien terletak pada bagian depan dari ruang praktik dokter.
Terdiri dari beberapa kursi yang sedianya digunakan pasien untuk menunggu sebelum
di periksa. Jumlah kursi sangat memadai untuk tempat duduk pasien.
3.3. LABORATORIUM
Apotek Nur Assyifa tidak bekerjasama dengan salah satu laboratorium. Jika
ada pasien yang di perlukan untuk di cek secara laboratorium,disarankan ke
laboratorium yang terdekat.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Apotek
Apotek Nur Assyifa adalah Apotek yang berada di jalan Gatot Subroto nomor
177 Gunung Simping Cilacap. Ditinjau dari lokasinya,Apotek Nur Assyifa berada di
jalur lalu lintas yang ramai sehingga sangat baik untuk pelayanan kesehatan. Selain
terletak di kawasan yang lalu lintasnya ramai,Apotek Nur Assyifa tidak jauh dari
sarana umum RSUD Cilacap.
Hal yang berhubungan dengan bangunan secara fisik telah memenuhi syarat
yang ada karena Apotek Nur Assyifa memiliki sarana yang cukup lengkap untuk
apotek.Apotek Nur Assyifa bekerja sama dengan praktek dokter dalam menunjang
pelayanannya, yaitu dokter spesialis penyakit dalam.
Pengelolaan di Apotek Nur Assyifa meliputi pengelolaan obat,pengelolaan
resep ,administrasi,penyimpanan obat,pemusnahan resep,pelayanan kefarmasian dan
pelayanan KIE yang akan di bahas sebagai berikut :
1.Pengelolaan obat
Pengelolaan obat di Apotek Nur Assyifa meliputi perencanaan, pengadaan,
penyimpanan dan pelayanan. Setelah apoteker memilih PBF yang sesuai yaitu memberikan
keuntungan dari segala sudut pandang. Semisal harga yang ditawarkan sesuai,ketepatan
waktu pengiriman dan diskon yang diberikan sesuai, barulah diadakan pengadaan obat.
62
Pengadaan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan di sesuaikan dengan
anggaran dana yang ada. Setelah obat yang dipesan datang, obat disimpan dalam tempat yang
sesuai dan memenuhi ketentuan yang berlaku. Obat di Apotek Nur Assyifa disusun
berdasarkan jenis sediaan obat dan alfabetis. Hal ini dilakukan untuk memudahkan petugas
Apotek dalam melaksanakan tugas. Pengelolaan obat di Apotek Nur Assyifa sudah sesuai
dengan literature yang telah ada.
2.Pengelolaan Resep
Resep yaitu permintaan tertulis dari dokter,dokter gigi,dokter hewan kepada Apoteker
Pengelola Apotek (APA). Dalam pengelolaan resep harus dilakukan skrining resep, yaitu
persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Resep yang masuk
dapat berupa racikan dan bukan racikan. Kemudian dilakukan skrining administrasi dengan
cara menanyakan nama pasien dan alamat pasien. Selanjutnya resep dihitung jumlah
harganya, setelahnya dilakukan pengambilan obat dan peracikan. Obat yang diracik harus
sesuai prosedur yaitu meperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat. Setelahnya dilakukan
penulisan etiket yang benar. Penulisan resep dan pengemasan obat dilakukan dengan rapih.
Tahapan terahir Apoteker akan melakukan skrining farmasetik, semisal berupa kesesuaian
dosis dan skrining klinis. Apoteker akan memberikan informasi obat yang benar, jelas dan
mudah di mengerti oleh pasien. Kesimpulannya yaitu pengelolaan resep di Apotek Nur
Assyifa sudah baik.
3.Administrasi
Administrasi di Apotek Nur Assyifa dilakukan oleh karyawan-karyawan yang
bertanggung jawab pada baginannya masing-masing. Dalam kegiatan administrasi ini
memerlukan sarana berupa buku administrasi dan komputer. Sarana dan prasarana dalam
kegiatan administrasi di Apotek Nur Assyifa telah memadai.
4.Penyimpanan obat
Penyimpanan obat dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan karyawan
Apotek untuk mencari obat yang di maksud. Penyimpanan obat ini di tempat yang aman,
bersih dan terlindung dari sinar matahari langsung sehingga kualitas obat tetap terjaga.
Penyusunan obat dilakukan dengan cara mengelompokan berdasarkan bentuk sediaan dan
alfabetis. Penyusunan tersebut ialah sebagai berikut :
63
a. Sediaan kapsul,kaplet dan tablet yang berupa strip dan blister disimpan dalam kotak atau
keranjang obat dengan diberikan nama obat pada bagian depan kotak atau keranjang obat
tersebut.
b. Obat-obat dalam bentuk sirup disimpan dalam kemasannya dan disusun pada rak
tersendiri, penyusunan sirup berdasarkan alfabetis.
c. Obat tetes mata dan tetes telinga disimpan dalam kemasannya masing-masing dan disusun
pada rak berdasarkan alfabetis.
d. Salep dan krim disusun pada rak tersendiri dan susunannya berdasarkan alfabetis.
e. Obat-obatan yang dalam penyimpanannya memerlukan kondisi suhu tertentu seperti
vaksin, injeksi dan suppositoria disimpan dalam kulkas.
f. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus dan terkunci.
g. Obat-obatan generic disimpan dalam rak dan disusun berdasarkan alfabetis.
h. Bahan-bahan baku untuk keperluan peracikan serta wadahnya disimpan pada rak
tersendiri.
i. Obat bebas,obat bebas terbatas dan alat kesehatan disimpan dalam etalase di Apotek bagian
depan.
5. Pemusnahan resep
Resep yang telah disimpan selama tiga tahun dimusnahkan oleh Apoteker dengan cara
dibakar atau dengan cara lain yang disaksikan oleh sekurang-kurangnya satu petugas Apotek
Nur Assyifa dan disaksikan oleh satu petugas yang ditunjuk oleh Kepala BPOM Semarang
dan selanjutnya dibuatkan berita acaranya. Laporan pemusnahan resep dibuat sebanyak
empat rangkap seperti yang telah ditetapkan oleh Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No.280/SK/Menkes/1981.
B. Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan resep meliputi :
a. Untuk pelayanan resep-resep obat keras dan psikotropika harus dengan resep dokter atau
dengan copy resep yang berlaku.
64
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktik kerja lapangan/Prakerin yang dimulai tanggal 05
Desember 31 Desember 2016 yang telah dilaksanakan dapat dibuat kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pelayanan yang dilakukan di Apotek Nur Assyifa mencakup pelayanan resep,
penjualan obat bebas terbatas, swamedikasi, alat kesehatan dan barang-barang
perlengkapan, seperti : susu, kosmetika, vitamin dan lain-lain.
2. Pelayanan di Apotek Nur Assyifa sudah cukup baik, namun perlu ditingkatkan
lagi agar Apotek dapat semakin berkembang.
3. Penyimpanan perbekalan farmasi di Apotek Nur Assyifa dilakukan berdasarkan
bentuk sediaan alfabetis.
5.2
Saran
1. Untuk meningkatkan pelayanan sebaiknya item obat semakin dilengkapi serta
peningkatan pelayanan KIE kepada pasien.
2. Kerja sama antar Apotek Nur Assyifa dengan STIKES AL-IRSYAD ALISLAMIYAH CILACAP agar terus dikembangkan serta dipertahankan untuk
tahun-tahun selanjutnya.
3. Kontrol terhadap stok barang sehingga tidak dapat terjadi kekosongan stok dan
teliti terhadap pengisian kartu stok.
4. Pengecekan rutin terhadap barang.
5. Kemudahan dalam membayar dan mengembalikan uang perlu ditingkatkan.
66
DAFTAR PUSTAKA
Arief, 1995. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM
Anonim, 2001. Undang-undang Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Anonin, 1992. UU RI No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan. Depkes RI Jakarta
Anonim, 2006. KepMenKes Standar Pelayanan Kefarmasian
Anonim, 2001. Informasi Spesialite Obat. PT. IAI Penerbit, Jakarta.
67