Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ANALISIS KIMIA LINGKUNGAN

TENTANG

LIMBAH RUMAH SAKIT DAN PENANGGULANGANNYA

Di Susun Oleh :

Nama : Ayu Indah Purna

Nim : 51603070

Kelas : 7.B

Dosen Pembimbing : Dr.dr.Ibrahim Edy Sapada, M.Kes

PRODI S1 FARMASI

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
DAFTAR ISI

Sampul.....................................................................................................................1

Kata pengantar........................................................................................................2

Daftar isi...................................................................................................................3

BAB I Pendahuluan.................................................................................................4

1.1. Latar belakang.............................................................................................4

1.2. Rumusan masalah.......................................................................................4

1.3. Tujuan...........................................................................................................5

1.4. Manfaat........................................................................................................5

BAB II Pembahasan.............................................................................................5-6

2.1. Karakterristik limbah rumah sakit...........................................................6-7

2.2. Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kesehatan….........................…….8

2.3. Pengelolah limbah rumah sakit……………............................................…......9

2.4. Pelaksanaan pengelolaan……………..............................................…......10-16

BAB III kebijakan pencegahan dan penanggulangan dampak limbah rumah


sakit terhadap lingkungan hidup....................................................................…..17

3.1. Tindakan pencegahan………………..........................................................


……..17

3.2. Tindakan penanggulangan……………...................................................……....17

3.3. Peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangan….........................17

BAB VI Penutup…………………………..…........................................................
……..………18

4.1. Kesimpulan………..…………….............................................……….…..............
…...18

4.2. Saran………………………..............................................………...................
…….…….18

2
DAFTAR PUSTAKA…………………............................................………...
………….............19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Limbah Rumah
Sakit Dan Penanggulangannya” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Dr.dr.Ibrahim Edy Sapada,M.Kes pada mata kuliah Analisis Kimia Lingkungan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Limbah
Rumah Sakit Dan Penanggulangannya” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Dr.dr.Ibrahim Edy Sapada,M.Kes yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Palembang, 27 January 2021

Penulis
Ayu Indah Purna

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan


pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Kegiatan tersebut akan
menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif adalah meningkatnya
derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya antara lain adalah
sampah dan limbah medis maupun non medis yang dapat menimbulkan penyakit dan
pencemaran yang perlu perhatian khusus. Oleh karenanya perlu upaya penyehatan
lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dan karyawan
akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari sampah maupun limbah
rumah sakit. Sampah atau limbah rumah sakit dapat mengandung bahaya karena dapat
bersifat racun, infeksius dan juga radioaktif.

Karena kegiatan atau sifat pelayanan yang diberikan, maka rumah sakit menjadi
depot segala macam penyakit yang ada di masyarakat, bahkan dapat pula sebagai
sumber distribusi penyakit karena selalu dihuni, dipergunakan, dan dikunjungi oleh
orang-orang yang rentan dan lemah terhadap penyakit. Di tempat ini dapat terjadi
penularan baik secara langsung (cross infection), melalui kontaminasi benda-benda
ataupun melalui serangga (vector borne infection) sehingga dapat mengancam
kesehatan masyarakat umum.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 bagaimana dampak limbah rumah sakit terhadap lingkungan.

Rumah sakit merupakan salah satu tempat yang mengharuskan penanganan


kebersihan dengan standar yang tinggi. Karena Limbah medis rumah sakit merupakan
limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Limbah rumah sakit jika tidak tertangani
dengan baik akan berdampak bagi manusia, mahluk hidup, serta lingkungan di sekitar
rumah sakit. Dampak tersebut dapat berupa pencemaran air, pencemaran daratan,
serta pencemaran udara.

4
1.2.2 bagaimana pencegahan dan penanggulangan dampak limbah rumah
sakit

Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai


macam cara, yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Selain itu, perlindungan terhadap bahaya
pencemaran lingkungan juga perlu diberi perhatian khusus .

Rumah sakit merupakan sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan


pelayanan kesehatan dan dapat dimanfaatkan pula sebagai lembaga pendidikan tenaga
kesehatan dan penelitian. Pelayanan kesehatan yang dilakukan rumah sakit berupa
kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan serta jiwa.

1.3. Tujuan

· Agar masyarakat mengetahui sifat dan pengaruh limbah rumah sakit terhadap
kesehatan.

· Mengetahui jenis-jenis limbah rumah sakit.

1.4. Manfaat

· Dari gagasan dipemerintah dapat mengetagui potensi dari limbah dengan baik
tidak hanya membuang dengan begutu saja.

· Masyarakat juga mengharapkan kepada pemerintah agar menangni limbah


dengan baik.pada sat ini masih banyak janjangn kosong yang belum
dimanfatkan sebagai mana mestinya.

BAB II

PEMBAHASAN

5
2.1. Karakteristik Limbah Rumah Sakit

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.Apabila
dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah
dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan
limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah
klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi,
veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan
yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa
membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu.

Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang


terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) Limbah benda tajam

adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian
menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik,
perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda
tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan
atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah,
cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.

2) Limbah infeksius

Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:

a. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular
(perawatan intensif)

b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari


poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.

3) Limbah jaringan tubuh

Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh,
biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.

4) Limbah sitotoksik

adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat


sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah
yang terdapat limbah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan
suhu diatas 1000oc.

6
5) Limbah farmasi

Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat,
obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan limbah yang
dihasilkan selama produksi obat-obatan.

6) Limbah kimia

adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan
medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.

7) Limbah radioaktif

adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari
penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara lain :
tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk
padat, cair atau gas. Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai
karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.

8) Limbah Plastik

adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan
kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga
pelapis peralatan dan perlengkapan medis.

Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan
sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini
bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng,
botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa
pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang
dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung
pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis
sarana yang ada (laboratorium, klinik dll).

Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen.
Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan
organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air
kotor pada umumnya seperti BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan lain - lain.

Melihat karakteristik yang ditimbulkan oleh buangan/limbah rumah sakit seperti


tersebut diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan
berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai Sistem Manajemen
Lingkungan (Environmental Managemen System) dan diadopsi Internasional
Organization for Standar (ISO) sebagai salah satu sertifikasi internasioanal di bidang

7
pengelolaan lingkunan dengan nomor seri ISO 14001 perlu diterapkan di dalam
Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.

2.2. Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan Kesehatan

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat
menimbulkan berbagai masalah seperti :

a. Gangguan kenyamanan dan estetika

Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan
rasa dari

bahan kimia organik.

b. Kerusakan harta benda

Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air yang
berlumpur dan

sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit.

c. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang

Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam
nutrien

tertentu dan fosfor.

d. Gangguan terhadap kesehatan manusia

Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia,
pestisida,

serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi.

e. Gangguan genetik dan reproduksi

Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun


beberapa

senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem


reproduksi

manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif.

2.3. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

8
(A) Limbah padat

Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan, perlu


dilakukan penggolongan limbah. Dalam kaitan dengan pengelolaan, limbah klinis
dikategorikan menjadi 5 golongan sebabagi berikut :

Golongan A :

(1) Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar bedah.

(2) Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.

(3) Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai/jaringan


hewan dari

laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan dreesing.

Golongan B :

- Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam lainnya.

Golongan C :

- Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk dalam
golongan A.

Golongan D :

- Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.

Golongan E :

- Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.

2.4. Pelaksanaan pengelolaan

Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah klinis perlu dilakukan pemisahan


penampungan, pengangkutan, dan pengelolaan limbah pendahuluan.

1) Pemisahan

Golongan A

Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang terkontaminasi dari
ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam bak penampungan limbah klinis yang
mudah dijangkau bak sampah yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat produksi
sampah Kantong plastik tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali
atau bila sudah mencapai tiga perempat penuh. Kemudian diikat kuat sebelum
diangkut dan ditampung sementara di bak sampah klinis.

9
Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila mencapai tiga
perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah tersebut
kemudian dibuang dengan cara sebagai berikut :

a) Sampah dari haemodialisis

Sampah hendaknya dimasukkan dengan incinerator. Bisa juga digunakan


autoclaving, tetapi kantung harus dibuka dan dibuat sedemikian rupa sehingga uap
panas bisa menembus secara efektif.

(Catatan: Autoclaving adalah pemanasan dengan uap di bawah tekanan dengan tujuan
sterilisasi terutama untuk limbah infeksius).

b) Limbah dari unit lain :

Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak mungkin bisa


menggunakan cara lain, misalnya dengan membuat sumur dalam yang aman.

· Prosedur yang digunakan untuk penyakit infeksi harus disetujui oleh pimpinan
yang bertanggungjawab, kepala Bagian Sanitasi dan Dinas Kesehatan c/q Sub
Din PKL setempat.

· Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada bak
limbah klinis atau kantong lain yang tepat kemudian dimusnahkan dengan
incinerator.

· Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan dengan


incinerator. Incinerator harus dioperasikan di bawah pengawasan bagian
sanitasi atau bagian laboratorium.

Golongan B

Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan tertutup.

Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam yang bilamana
penuh (atau dengan interval maksimal tidak lebih dari satu minggu) hendaknya diikat
dan ditampung di dalam bak sampah klinis sebelum diangkut dan dimasukkan dengan
incinerator.

- Penampungan 7

Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan.


Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incinerator atau pengangkutan
oleh dinas kebersihan (atau ketentuan yang ditunjuk), sampah tersebut hendaknya :

a) Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.

10
b) Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang disesuaikan dengan
frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang telah
ditentukan secara terpisah.

c) Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak rembes,


dan disediakan sarana pencuci.

d) Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari binatang, dan bebas
dari

infestasi serangga dan tikus.

e) Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila mungkin)

Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan (jadi bisa


digolongkan dalam sampan klinis), dapat ditampung bersama sampah lain sambil
menunggu pengangkutan.

- Pengangkutan

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu ; pengangkutan intenal dan


eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat
pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal
biasanya digunakan kereta dorong.

Kereta atau troli yang digunakan untuk pengangkutan sampah klinis harus
didesain sedemikian rupa sehingga :

a) Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus

b) Tidak akan menjadi sarang serangga

c) Mudah dibersihkan dan dikeringkan

d) Sampan tidak menempel pada alat angkut

e) Sampan mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali

Bila tidak tersedia sarana setempat dan sampah klinis harus diangkut ke tempat
lain :

a) Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengangkut.

Dan harus dilakukan upaya untuk men-cegah kontaminasi sampah lain yang
dibawa.

b) Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak terjadi

11
kebocoran atau tumpah.

(B) Limbah Cair

Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme, bahan-


bahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit Pengelolaan
Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut :

1) Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)

Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah lahan, karena
kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas; maka biasanya dianjurkan untuk
rumah sakit di luar kota (pedalaman) yang biasanya masih mempunyai lahan yang
cukup.

Sistem ini terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana yakni :

1. Pump Swap (pompa air kotor).

2. Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.

3. Bak Klorinasi

4. Control room (ruang kontrol)

5. Inlet

6. Incinerator antara 2 kolam stabilisasi

7. Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.

2) Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System)

Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di kota, karena tidak
memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasi dibuat bulat atau elips, dan air limbah
dialirkan secara berputar agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen
dari udara (aerasi). Kemudian air limbah dialirkan ke bak sedimentasi untuk
mengendapkan benda padat dan lumpur. Selanjutnya air yang sudah jernih masuk ke
bak klorinasi sebelum dibuang ke selokan umum atau sungai. Sedangkan lumpur yang
mengendap diambil dan dikeringkan pada Sludge drying bed (tempat pengeringan
Lumpur).

Sistem kolam oksidasi ini terdiri dari :

1. Pump Swap (pompa air kotor)

2. Oxidation Ditch (pompa air kotor)

3. Sedimentation Tank (bak pengendapan)

12
4. Chlorination Tank (bak klorinasi)

5. Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2 petak).

6. Control Room (ruang kontrol)

3) Anaerobic Filter Treatment System

Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui


filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah mengalami pretreatment dengan
septic tank (inchaff tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya akan
menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan senyawa
anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses oksidasinya. Oleh sebab
itu sebelum effluent dialirkan ke bak klorida ditampung dulu di bak stabilisasi untuk
memberikan kesempatan oksidasi zat-zat tersebut di atas, sehingga akan menurunkan
jumlah klorin yang dibutuhkan pada proses klorinasi nanti.

Sistem Anaerobic Treatment terdiri dari komponen-komponen antara lain


sebagai berikut :

1. Pump Swap (pompa air kotor)

2. Septic Tank (inhaff tank)

3. Anaerobic filter.

4. Stabilization tank (bak stabilisasi)

5. Chlorination tank (bak klorinasi)

6. Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)

7. Control room (ruang kontrol)

Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga tergantung dari besar
kecilnya rumah sakit, atau jumlah tempat tidur, maka kontruksi Anaerobic Filter
Treatment System dapat disesuaikan dengan kebutuhan tersebut, misalnya :

a) Volume septic tank

b) Jumlah anaerobic filter

c) Volume stabilization tank

d) Jumlah chlorination tank

e) Jumlah sludge drying bed

13
f) Perkiraan luas lahan yang diperlukan

Secara singkat pengelolaan pengelolaan dan pembuangan limbah medis adalah


sebagai berikut :

a. Penimbulan ( Pemisahan Dan Pengurangan )

Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu
yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan
penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3
dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan
pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas
dan pembuangan.

b. Penampungan

Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau
berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload.
Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi
kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna
seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana
kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius,
kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong
berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong
berwarna hitam dengan tulisan domestik.

c. Pengangkutan

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal.


Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan
atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya
digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara
berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja
khusus.

Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di


luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat
dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi
peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat
dan tidak bocor.

d. Pengolahan dan Pembuangan

Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis tergantung
pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan
peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat.

14
Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) yang mungkin diterapkan
adalah :

a. Incinerasi

b. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu 121
C)°

c. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau
formaldehyde)

d. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia


sebagai

desinfektan)

e. Inaktivasi suhu tinggi

f. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti Co60

g. Microwave treatment

h. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)

i. Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang


terbentuk.

Incinerator

Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan digunakan di


rumah sakit antara lain : ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan volume
sampah medis yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan
pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur
pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta
perangkap untuk melindungi incinerator dari bahaya kebakaran.

· Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume


sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik
menjadi non toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan
relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak tergantung pada iklim, dan residu abu
dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah. Sedangkan

· Kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah dapt dimusnahkan terutama


sampah dari logam dan botol, serta dapat menimbulkan pencemaran udara bila
tidak dilengkapi dengan pollution control berupa cyclon (udara berputar) atau
bag filter (penghisap debu). Hasil pembakaran berupa residu serta abu
dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan

15
gas/pertikulat dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah
pencemar udara yang sesuai.

BAB III

KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN DAMPAK


PEMBUANGAN LIMBAH RUMAH SAKIT TERHADAP LINGKUNGAN
HIDUP

3.1. Tindakan pencegahan (tindakan prefentif)

Pencegahan limbah secara alami. Saat air limbah mengalir di dalam sungai,
tersimpan dalam waduk, perubahan air terjun, kemdian meresap kedalam tana.
Selanjut nya terjadi proses sedimentasi, filterasi, proses biologis, oksidasi, dan lain-
lain.

Pengolah air limbah secara fisik dapat di lakukan dng teruji penyaringan sampah
dan penghancuran sampah(comminutor) atau gritremofal.

3.2. tindakan penanggulangan (tindakan kuratif)

Penghasil, pengepul, pengaangkut, pengolah, pemanfaatan, penimbun limbah B3


wajib ssegerah melaporkan tumpahmnya bahan berbahaya dan beracun (B3) dan
limbah B3 kelingkungan, pada instansi yang bertanggung jawab/kepalah daerah
tingkat 1,2,3.

3.3. peningkatan upaya pencegahan dan penanggulngan

Untuk upaya penanggulngannya diperlukan pengnawasan Penghasil, pengepul,


pengaangkut, pengolah, pemanfaatan, penimbun limbah B3 wajib memiliki sistem
tannggap darurat.

Penanggung jawab pengelolaan limbah B3 jawib memiliki sistem tanggap


darurat kepada masyrakat.

16
Penghasil limbah B3 bertanggung jawab atas penanggulangan pencemaran
lingkungan akibat lepas/tumpahnya limbvah B3 yang menjadi tanggung jawabnya.

Penghasil limbah B3 wajib segerah melaporkan tumpahnya limbah berbahaya


kepada yangn bertanggung jawab.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Toksikologi limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum
sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau
limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang


terkandung di dalamnya diantaranya limbah benda tajam, limbah infeksius tubuh,
limbah sitotoksik, limbah kimia, limbah radioaktif , limbah plastik.

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap lingkungan dan kesehatan antara lain
gangguan kenyamanan dan estetika, kerusakan harta benda, kesehatan manusia,
reproduksi, dan ganguan terhadap tanaman maupun binatang. Oleh karena itu limbah
harus dikelola dengan baik dengan cara memisahkan limbah padat dan cair, dan
membuangnya di tempat yang sudah ditentukan.

4.2. saran

Adanya toksikologi limbah rumah sakit, disarankan agar pengguna berhati


— hati dalam penggunaan alat atau bahan yang berasal dari rumah sakit, agar tidak
menimbulkan efek negatif pada tubuh.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., 2008, Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,

Hindarko ,5 15. Ir. 2003. Mengolah limbah supayah tidak mencemari orang lain.

Jakarta.

Keraf, sonny. Dr . 2000. Analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolah


lingkungan.

Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai