Anda di halaman 1dari 2

SASARAN DAN STRATEGI TERAPI DIARE

a. Tujuan terapi
Terdapat 5 tujuan terapi diare menurut DiPiro dkk., (2015), yaitu :
1. Mengatur pola makan
2. Mencegah gangguan air, elektrolit, asam-basa yang berlebihan
3. Memberikan bantuan gejala
4. mengobati penyebab yang dapat disembuhkan
5. mengelola gangguan sekunder yang menyebabkan diare

b. Sasaran Terapi
Sasaran terapi pengobatan diare antara lain :
1. Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit
2. Gejala
3. Penyebab

c. Strategi terapi
Strategi pengobatan diare dapat dilakukan dengan menggunakan obat (terapi farmakologis)
dan atau tanpa menggunakan obat (terapi non farmakologis). Apabila telah diketahui
penyebabnya maka strategi terapi dilakukan berdasarkan penyebabnya.
1. Terapi farmakologis
Obat yang digunakan untuk mengobati diare dikelompokkan ke dalam beberapa
kategori, yaitu antimotilitas, adsorben, senyawa antisekresi, antibiotik, enzim, dan
mikroflora usus (DiPiro dkk., 2015).

2. Terapi non farmakologis


Manajemen diet adalah prioritas pertama untuk pengobatan diare. Kebanyakan
dokter merekomendasikan untuk menghentikan makanan padat selama 24 jam dan
menghindari produk susu. Ketika mual dan muntah ringan, diet rendah residu yang dapat
dicerna diberikan selama 24 jam. Rehidrasi dan pemeliharaan air dan elektrolit adalah
tindakan perawatan utama sampai episode diare berakhir (DiPiro dkk., 2015).

SASARAN DAN STRATEGI TERAPI KONSTIPASI

a. Tujuan terapi
Terdapat 3 tujuan terapi menurut DiPiro dkk., (2015), yaitu :
1. Meredakan gejala
2. Membangun kembali kebiasaan buang air besar (BAB) secara normal
3. Meningkatkan kualitas hidup dengan meminimalkan efek samping pengobatan
b. Sasaran terapi
Sasaran terapi pengobatan konstipasi antara lain :
1. Massa feses
2. Refleks peristaltik dinding kolon

c. Strategi terapi
Strategi pengobatan diare dapat dilakukan dengan menggunakan obat (terapi farmakologis)
dan atau tanpa menggunakan obat (terapi non farmakologis). Apabila telah diketahui
penyebabnya maka strategi terapi dilakukan berdasarkan penyebabnya.
1. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis dapat menggunakan obat untuk meningkatkan frekuensi BAB dan
untuk mengurangi konsistensi feses yang kering dan keras, yaitu obat laksatif/pencahar.
Secara umum, mekanisme kerja obat pencahar meliputi pengurangan absorpsi air dan
elektrolit, meningkatkan osmolalitas dalam lumen, dan meningkatkan tekanan hidrostatik
dalam usus. Obat pencahar ini mengubah kolon, yang normalnya merupakan organ
tempat terjadinya penyerapan cairan menjadi organ yang mensekresikan air dan elektrolit
(DiPiro dkk., 2008).

2. Terapi non farmakologis


Terapi non-farmakologis digunakan untuk meningkatkan frekuensi BAB pada
pasien konstipasi, yaitu dengan menambah asupan serat dan meningkatkan volume cairan
yang diminum. Sumber makanan yang kaya akan serat, antara lain adalah sayuran, buah,
dan gandum. Serat merupakan bagian dari bahan nabati yang tidak dicerna dalam saluran
pencernaan manusia sehingga dapat menambah volume feses, mengurangi penyerapan
air dari feses, dan membantu mempercepat feses melewati usus sehingga frekuensi
defekasi/ BAB meningkat (DiPiro dkk., 2015).

DAFTAR PUSTAKA
DiPiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., DiPiro, C. V, 2015. Pharmacotherapy Handbook
Ninth Edition. Mc Graw Hill.

Anda mungkin juga menyukai