Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.

W DENGAN SUSPECT CANCER LURING DENGAN KEBUTUHAN DASAR


NUTRISI

Oleh :
Ni Made Ikawati, S.Kep
NIM.C2224003

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA USADA BALI
2024
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. W DENGAN SUSPECT
CANCER LURING DENGAN KEBUTUHAN DASAR NUTRISI

Diajukan Oleh :

Ni Made Ikawati S.Kep


NIM. C2224003

Telah Disahkan Sebagai Laporan Praktik


Stase Keperawatan Dasar Profesi

Preseptor Klinik Preseptor Akademik

( ………………………………..... ) ( ………………………………….. )
NIK………………………………. NIK……………………………….

Mengetahui,
STIKES Bina Usada Bali
Profesi Ners
Ketua

( ………………………………….. )
NIK……………………………….
LAPORAN PENDAHULUAN (TINJAUAN TEORI)

A. DEFINISI

Makna istirahat dan kebutuhan tidur berbeda pada setiap individu.


Istirahatbermakna ketenangan, relaksasi tanpa stress emosional, dan bebas dari
ansietas. Oleh karena itu istirahat tidak selalu bermakna tidak beraktivitas; pada
kenyataannya, beberapa orang menemukan ketenangan dari beberapa aktivitas tertentu
seperti berjalan di udara segar.
Istarahat/tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status
kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Saat istirahat diprogramkan untuk
perawatan klien, perawat dan klien harus sama-sama mengetahui boleh beraktivitas
atau inaktivitas (Kozier;2011).
Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya
dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan.
Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk
menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang
membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan (Aziz Alimul, 2015).
Tidur telah dianggap sebagai perubahan status kesadaran yang di dalamnya
persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungannya mengalami penurunan. Tidur
dicirikan dengan aktivitas fisik yang menurun, tingkat kesadaran bervariasi, perubahan
fisiologis pada tubuh, dan penurunan respon terhadap stimulus external. Beberapa
faktor eksternal seperti asap, kebisingan, dan lainnya tak akan membangunkan.
Kesempatan istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan,
aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat dan
tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya (Potter&Perry, 2012).
Gangguan Pola Tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat
faktor eksternal. (SDKI, 2016).

B. ETIOLOGI/ PREDISPOSISI

Adapun penyebab yang dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan pola tidur
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) yaitu:

a) Hambatan lingkungan yang terdiri dari:


1) Kelembaban lingkungan sekitar
2) Suhu lingkungan
3) Pencahayaan
4) Kebisingan
5) Bau yang tidak sedap
6) Jadwal pemantauan atau pemeriksaan atau tindakan
b) Kurang kontrol tidur
c) Kurang privasi
d) Restraint fisik
e) Ketiadaan teman tidur
f) Tidak familiar dengan peralatan tidur
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang
kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang
bisa tidur maupun tidak dipengaruln oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut
(Asmadi, 2008):
a) Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dia dapat ndur dengan
nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan
tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan
nyenyak. Misalnya, pada klien yang menderita gangguan pada sistem pernapasan.
Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirabat
dan tidur.
b) Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada
lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak.
Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang
untuk tidur.
c) Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan nonepinefrin darah
melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
d) Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan
ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman yang
mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur.
e) Gaya hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat
menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang
berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.
f) Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan ada
pula yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan
menurunkan tidur REM (Asmadi, 2008).
C. MANIFESTASI KLINIS/ TANDA DAN GEJALA

Pasien yang mengalami gangguan pola tidur akan biasanya menunjukkan


gejala dan tanda mayor maupun minor seperti berikut : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016).
a. Gejala dan tanda mayor
1) Secara subjektif pasien mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga,
mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah, dan mengeluh
istirahat tidak cukup.
2) Secara objektif tidak tersedia gejala mayor dari gangguan pola tidur.
b. Gejala dan tanda minor
1) Secara subjektif pasien mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
2) Secara objektif yaitu adanya kehitaman di daerah sekitar mata, konjungtiva
pasien tampak merah, wajah pasien tampak mengantuk (Wahit Iqbal Mubarak
et al., 2015).

D. PATOFISIOLOGI
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK

Menurut Remelda (2020) untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau


tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
a. Pola tidur penderita
b. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
c. Tingkatan stres psikis
d. Riwayat medis
e. Aktivitas fisik.
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram
(EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji
aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi
merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari. The Multiple Sleep
Latency Test (MSLT) memberikan informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek-
aspek tertentu dari struktur tidur dan mengukur gerakan mata menggunakan EOG,
perubahan tonus otot menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak menggunakan
EEG. Klien dapat memekai Actigraph pada pergelangan tangan untuk mengukur pola
tidur selama jangka waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu
tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan istirahat
(Buysse, 20019).

F. PENATALAKSANAAN

a. Terapi Non Farmakologi


Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara
yang dapat dilakukan antara lain :
1) Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan
kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan
spiritual dan pengendalian emosi.
2) Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur
dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
3) Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti
irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankan waktu-waktu tidurnya.
4) Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat
yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli
atau dokter psikiatri.
5) CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam
memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk
meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau
merasa bahwa dirinya masih berharga.
6) Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur
si penderita gangguan tidur.
7) Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu
bangun pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur
malam dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya
sesaat.
8) Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
9) Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita
yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
10) Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok
dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi
ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
b. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan
seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara
lain:
1) Golongan obat hipnotik
2) Golongan obat antidepresan
3) Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
4) Golongan obat antihistamin.
Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur
yaitu dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya:
Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek
samping dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi
mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dan
sebagainya.
G. KOMPLIKASI
a. Efek psikologis.
Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi, irritable,
kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
b. Efek fisik/somatik.
Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.
c. Efek sosial.
Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi
pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga.
d. Kematian.
Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup
lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan
karena penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan
hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi
angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu,
orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk
mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS

A. PENGKAJIAN

1. Pengkajian Primer

a. Airway : penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan

mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang

dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula

pengkajian adanya suara napas tambahan seperti snoring.

b. Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan,

retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru,

auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi,

wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.

c. Circulation : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output

serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik,

warna kulit, nadi.

d. Disability : nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.

2. Pengkajian Sekunder

a. Identitas

1) Identitas klien.

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,

pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,

diagnose medis, dan status pernikahan.

2) Identitas penanggung jawab klien.


Identitas penanggung jawab klien meliputi nama, umur, jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam

MRS, nomor register, status pernikahan, dan hubungan dengan klien.

b. Riwayat Kesehatan

1) Alasan utama masuk rumah sakit.

Alasan atau keluhan pasien saat masuk rumah sakit, dari kapan pasien

sudah merasakan sakit yang dialami.

2) Keluhan utama

Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama, hanya ada satu

keluhan yang paling menganggu pasien atau mengancam nyawa pasien.

3) Riwayat kesehatan sekarang.

Penyakit yang dirasakan oleh pasien pada saat pasien datang kerumah

sakit. Pada pasien dengan sinusitis biasanya mengeluh nyeri saat BAK

atau susah untuk BAK.

4) Riwayat kesehatan dahulu.

Riwayat penyakit yang dulu pernah di derita oleh pasien. Misalnya

adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,

dan lain-lain.

5) Riwayat kesehatan keluarga.

Riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh keluarga pasien.

6) Riwayat alergi.

Riwayat alergi merupakan apakah pasien ada alergi terhadap makanan

tertentu atau tidak.

c. Genogram

Adanya genogram untuk mengetahui garis keturunan dari pasien, agar

mengetahui informasi bilamana ada penyakit keturunan pada keluarga

pasien.

d. Pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan management


Pola ini menjelaskan bagaimana klien mengatasi penyakitnya, cara klien

memandang penyakitnya dan pemeliharaan kesehatannya.

2) Pola nutrisi dan metabolik

Pola ini menjelaskan bagaimana makan dan minum klien, meliputi

frekuensi, jenis makanan dan minuman klien serta gangguan yang terjadi

pada pemenuhan nutrisi klien seperti mual dan muntah. Pada penderita

sinusitis biasanya nafsu makan berkurang karena terjadi gangguan pada

hidung.

3) Pola eliminasi

Pola ini menjelaskan bagaimanan pola eliminasi klien, intensitas,

konsentrasi, warna dan bau dari BAK dan BAB pasien. Khususnya pada

pasien yang mengalami batu ureter akan lebih banyak mengalami

gangguan pada saluran perkemihannya.

4) Pola aktivitas dan latihan

Pola ini menjelaskan tentang sejauh mana kemandirian klien dalam

melakukan aktivitas sehari-hari.

5) Pola kognitif dan perceptual

Pola ini menjelaskan tentang persepsi sensori dan kognitif pasien. Pola

persepsi sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran,

perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan

kognitif meliputi daya ingat pasien, orientasi terhadap waktu, tempat, dan

nama orang. Biasanya pada penderita.

6) Pola istirahat dan tidur

Pola ini menjelaskan tentang pola istirahat dan tidur pasien, jumlah jam

tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi

buruk.

7) Pola konsep diri dan persepsi


Pola ini menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi tentang

kemampuan meliputi gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide

diri sendiri.

8) Pola peran dan hubungan

Pola ini menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien

terhadap anggota keluarga dan masyarakat di sekitar tempat tinggal

klien.

9) Pola reproduksi dan seksual

Pola ini menjelaskan tentang bagaimana keadaan system reproduksi dan

seksual klien.

10) Pola koping dan toleransi

Pola ini menggambarkan kemampuan pasien untuk menangani stress dan

bagaimana cara klien menghadapi dan menyelesaikan masalah yang

dihadapi.

11) Pola nilai dan keyakinan

Pola ini menjelaskan tentang bagaimana cara klien melakukan ibadah.

Biasanya pasien yang menderita anemia tidak mengalam gangguan pada

ibadahnya karena tidak ada organ tubuhnya yang rusak atau tidak

berfungsi hanya saja penderita mengalami kelemahan dan keletihan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien
dengan format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku
bangsa, alamat, pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara
pasien dengan penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan
klien meminta bantuan pelayanan seperti :
 Apa yang dirasakan klien
 Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
 Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
 Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung
lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya,
namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak
dikeluhkan.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya
hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien. Meliputi
pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit keturunan.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau
sudah sering mengalami gangguan pola tidur.
c. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual
1) Bernapas
2) Nutrisi
3) Eliminasi
4) Aktivitas
5) Istirahat tidur
6) Berpakaian
7) Pengaturan suhu tubuh
8) Personal Hygiene
9) Rasa Aman Nyaman
10) Komunikasi
11) Spiritual
d. Data Pengkajian Fisik
1) Keadaan Umum Pasien
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna
kulit.
2) Gejala Kardial
Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
3) Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung,
mulut, telinga, leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas.
Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam
memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi,
Auskultasi dan Perkusi.
e. Data Pemeriksaan Penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan
pasien baik selama perawatan ataupun baru masuk rumah sakit.
f. Pengkajian Psikososial
Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handai
taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.

2. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis yang mengenai respon
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dilaminya baik
yang berlangsung actual maupun potensial. Tujuan dari diagnosa keperawatan
adalah untuk mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga, komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kebutuhan istirahat dan tidur
yaitu:
a. Gangguan pola tidur
b. Keletihan
c. Kesiapan peningkatan tidur

3. Rencana Asuhan Keperawatan


N Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Standar Intervensi
o. Indonesia Keperawatan Keperawatan Indonesia
(SDKI) Indonesia (SLKI) (SIKI)
1. Gangguan Pola Tidur (D. 0055) Setelah dilakukan Dukungan Tidur (I.05174)
Definisi intervensi keperawatan Observasi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu selama… x … maka  Identifikasi pola aktivitas
tidur akibat faktor eksternal Pola Tidur (L. 05045) dan tidur
Penyebab meningkat dengan  Identifikasi faktor
 Hambatan lingkungan (mis. kriteria hasil: penganggu tidur (fisik dan
kelembapan lingkungan sekitar, suhu
 Keluhan sulit tidur atau psikologis)
lingkungan, pencahayaan, kebisingan,
menurun (5)  Identifikasi
bau tidak sedap, jadwal
 Keluhan sering makanan/minuman yang
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
 Kurang kontrol tidur terjaga menurun menganggu tidur (mis.kpoi,
 Kurang privasi (5) the, alcohol, makan
 Restraint fisik  Keluhan tidak puas mendekati waktu tidur,
 Ketiadaan teman tidur tidur menurun (5) minum banyak air sebelum
 Tidak familiar dengan peralatan tidur  Keluhan pola tidur tidur)
Gejala dan Tanda Mayor berubah menurun  Identifikasi obat tidur yang
Subjektif (5) dikonsumsi
 Mengeluh sulit tidur
 Keluhan istirahat Terapeutik
 Mengeluh sering terjaga
tidak cukup  Modifikasi lingkungan
 Mengeluh tidak puas tidur
menurun (5) (mis. Pencahayaan,
 Mengeluh pola tidur berubah
 Mengeluh istirahat tidak cukup  Kemampuan kebisingan, suhu, matras,
Objektif beraktivitas dan tempat tidur)
(Tidak tersedia) meningkat (5)  Batasi waktu tidur siang,
Gejala dan Tanda Minor jika perlu
Subjektif  Fasilitasi menghilangkan
 Mengeluh kemampuan beraktivitas stress sebelum tidur
menurun (tidak tersedia)  Tetapkan jadwal tidur rutin
Objektif  Lakukan prosedur untuk
(Tidak tersedia) meningkatkan kenyamanan
(mis. Pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
 Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan atau
tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Edukasi
 Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
 Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
 Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
menganggu waktu tidru
 Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur RE,
 Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis.
Psikologis, gaya hidup,
sering berubah shift kerja)
 Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya
Edukasi Aktivitas/Istirahat
(I. 12362)
Observasi
 Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
Terapeutik
 Sediakan materi dan media
pengaturan aktivitas dan
istirahat
 Jadwalkan pemberian
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan kepada
pasien dan keluarga untuk
bertanya
Edukasi
 Jelaskan pentingnya
melakukan aktivitas
fisik/olahraga secara rutin
 Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok,
aktivitas bermain atau
aktivitas lainnya
 Anjurkan Menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
 Anjurkan mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (mis.
Kelelahan, sesak napas saat
aktivitas)
 Anjurkan cara
mengidentifikasi target dan
jenis aktivitas sesuai
kemampuan
2. Keletihan (D. 0057) Setelah dilakukan Edukasi Aktivitas/Istirahat
Definisi intervensi keperawatan (I. 12362)
Penurunan kapasitas kerja fiski dan selama… x … maka Observasi
mental yang tidak pulih dengan Tingkat Keletihan  Identifikasi kesiapan dan
istirahat (L. 05046) menurun kemampuan menerima
Penyebab dengan kriteria hasil: informasi
 Gangguan tidur  Verbalisasi Terapeutik
 Gaya hidup monoton kepulihan energi  Sediakan materi dan media
 Kondisi fisiologis (mis.penyakit meningkat (5) pengaturan aktivitas dan
kronis, penyakit terminal, anemia,  Tenaga meningkat istirahat
malnutrisi, kehamilan) (5)  Jadwalkan pemberian
 Program perawatan/pengobatan  Kemampuan pendidikan kesehatan
jangka Panjang melakukan sesuai kesepakatan
 Peristiwa hidup negatif aktivitas rutin  Berikan kesempatan kepada
 Stres berlebihan meningkat (5) pasien dan keluarga untuk
 Depresi  Motivasi bertanya
Gejala dan Tanda Mayor meningkat (5) Edukasi
Subjektif  Verbalisasi Lelah  Jelaskan pentingnya
 Merasa energi tidak pulih walaupun menurun (5) melakukan aktivitas
telah tidur  Lesu menurun (5) fisik/olahraga secara rutin
 Merasa kurang tenaga  Gangguan  Anjurkan terlibat dalam
 Mengeluh lelah konsentrasi aktivitas kelompok,
Objektif menurun (5) aktivitas bermain atau
 Tidak mampu mempertahan  Sakit kepala aktivitas lainnya
aktivitas rutin menurun (5)  Anjurkan Menyusun jadwal
 Tampak lesu  Sakit tenggorokan aktivitas dan istirahat
Gejala dan Tanda Minor menurun (5)  Anjurkan mengidentifikasi
Subjektif  Mengi menurun kebutuhan istirahat (mis.
 Merasa bersalah akibat tidak (5) Kelelahan, sesak napas saat
mampu menjalankan tanggung  Sianosis menurun aktivitas)
jawab (5)  Anjurkan cara
 Libido menurun  Gelisah menurun mengidentifikasi target dan
Objektif (5) jenis aktivitas sesuai
 Kebutuhan istirahat meningkat  Frekuensi napas kemampuan
menurun (5) Manajemen Energi (I.05178)
 Perasaan bersalah Observasi
menurun (5)  Identifikasi gangguan
 Selera makan fungsi tubuh yang
membaik (5) mengakibatkan kelelahan
 Pola napas  Monitor kelelhan fisik dan
membaik (5) emosional
 Libido membaik  Monitor pola dan jam tidur
(5)  Monitor lokasi dan
 Pola istirahat ketidaknyamanan selama
membaik (5) melakukan aktivitas
Terapeutik
 Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
 Lakukan Latihan rentang
gerak pasif dan atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
3. Kesiapan Peningkatan Tidur (D. Setelah dilakukan Dukungan Tidur (I.05174)
0058) intervensi keperawatan Observasi
Definisi selama… x … maka  Identifikasi pola aktivitas
Pola penurunan kesadaran alamiah dan Pola Tidur (L. 05045) dan tidur
periodic yang memungkinkan istirahat meningkat dengan  Identifikasi faktor
adekuat, mempertahankan gaya hidup kriteria hasil: penganggu tidur (fisik dan
yang diingikan dan dapat ditingkatkan  Keluhan sulit tidur atau psikologis)
Gejala dan Tanda Mayor menurun (5)  Identifikasi
Subjektif  Keluhan sering makanan/minuman yang
 Mengekspresikan keinginan untuk terjaga menurun menganggu tidur (mis.kpoi,
meningkatkan tidur (5) the, alcohol, makan
 Mengekpresikan perasaan cukup  Keluhan tidak puas mendekati waktu tidur,
istirahat setelah tidur tidur menurun (5) minum banyak air sebelum
Objektif  Keluhan pola tidur tidur)
 Jumlah waktu tidur sesuai dengan berubah menurun  Identifikasi obat tidur yang
pertumbuhan dan perkembangan (5) dikonsumsi
Gejala dan Tanda Minor  Keluhan istirahat Terapeutik
Subjektif tidak cukup  Modifikasi lingkungan
 Tidak menggunakan obat tidur menurun (5) (mis. Pencahayaan,
Objektif  Kemampuan kebisingan, suhu, matras,
 Menerapkan rutinitas tidur yang beraktivitas dan tempat tidur)
meningkatkan kebiasaan tidur meningkat (5)  Batasi waktu tidur siang,
jika perlu
 Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
 Tetapkan jadwal tidur rutin
 Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis. Pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
 Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan atau
tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Edukasi
 Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
 Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
 Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
menganggu waktu tidru
 Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur RE,
 Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis.
Psikologis, gaya hidup,
sering berubah shift kerja)
 Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya
Edukasi Aktivitas/Istirahat
(I. 12362)
Observasi
 Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
Terapeutik
 Sediakan materi dan media
pengaturan aktivitas dan
istirahat
 Jadwalkan pemberian
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan kepada
pasien dan keluarga untuk
bertanya
Edukasi
 Jelaskan pentingnya
melakukan aktivitas
fisik/olahraga secara rutin
 Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok,
aktivitas bermain atau
aktivitas lainnya
 Anjurkan Menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
 Anjurkan mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (mis.
Kelelahan, sesak napas saat
aktivitas)
Anjurkan cara
mengidentifikasi target dan
jenis aktivitas sesuai
kemampuan

4. Implementasi Keperawatan
Dilakukan sesuai dengan intervensi.

5. Evaluasi Keperawatan
a. Evaluasi Formaatif (Mereflesikan observasi perawat dan analisi terhadap
pasien terhadap respon langsung pada ntervensi keperawatan).
b. Evaluasi Sumatif (Mereflesikan rekapiyulasi dan synopsis observasi dan
analisis mengenai status kesehatan pasien terhadap waktu)
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. (2015). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: Salemba
A. Potter, Perry, A.G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik, Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 13.
(terjemahan). Jakarta: Kedokteran EGC.
Kozier, B. 2011. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Mubarak, W.I. Indrawati, LilisSusanto, J. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta :SalembaMedika.
Perry, A.G & Potter, P. A. 2012. Fundamental Keperawatan, Konsep, Klinis Dan
Praktek. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indoneisa:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai