Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI


RENDAH
A.

Pengertian
Konsep Diri didefenisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen 2005).
Konsep diri terdiri dari Citra Tubuh (Body Image), Ideal Diri (Self ideal),
Harga Diri (Self esteem), Peran (Self Rool) dan Identitas(self idencity).
a. Citra Tubuh (Body Image)
Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap dirinya
baik disadari maupun tidak disadari meliputi persepsi masa lalu
atau sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena secara konstan
berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-pengalaman baru.
b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya
bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat
berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau
sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih.
c. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku
dengan ideal dirinya.
d. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu
di dalam kelompok sosial.
e. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat
diperoleh individu dari observasi dan penilaian dirinya, menyadari
bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain.

Dari kelima komponen dari konsep diri dapat menimbulkan suatu


gangguan. Salah satunya adalah gangguan harga diri rendah. Gangguan
harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan (Towsend, 1998).
Pendapat senada diungkapkan oleh Carpenito, L.J (1998 : 352) bahwa
harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi
diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999).
Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri
rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat bersifat
situasional maupun kronis atau menahun.
Harga diri rendah dibedakan menjadi bagian 2 yaitu :
1. Harga diri kronik rendah

adalah keadaan dimana individu

mengalami evaluasi diri negatif mengenai diri atau kemampuan


dalam waktu lama.
2. Harga diri situasional rendah

adalah keadaan dimana individu

yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan


negatif mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian
(kehilangan, perubahan).
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap konsep
dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif.
Respon Adaptif adalah respon individu dalam penyesuaian masalah
yang dapat diterima oleh norma norma sosial dan kebudayaan,
sedangkan respon maladaptive yaitu respon individu dalam penyelesaian
masalah yang menyimpang dari norma norma sosial dan budaya
lingkungannya

Respon adaptif

Aktualisasi
diri

Respon maladaptif

Konsep diri
positif

Harga diri
rendah

Kerancuan
identitas

Depersonalisasi

Stuart dan Sundeen (1998) mengatakan :


Aktualisasi adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
Konsep diri adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri
Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif
dengan konsep diri maladaptif.
Kekacauan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
Dipersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.
Faktor Predisposisi dan Presipitasi
a. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya harga diri
rendah, meliputi:
1) Faktor Biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau
trauma kepala.
2) Faktor Psikologis
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan
adanya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti
penolakan dan harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
berulang;

kurang

mempunyai

tanggungjawab

personal;

ketergantungan pada orang lain; penilaian negatif pasien terhadap


gambaran diri, krisis identitas,peran yang terganggu, ideal diri
yang tidak realistis; pengaruh penilaian internal individu.
3) Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budayameliputi penilaian negatif dari lingkungan
terhadap pasien yang mempengaruhi penilaian pasien,sosial
ekonomi rendah, riwayat penolakan lingkungan pada tahap
tumbuh kembang anak, dan tingkat pendidikan rendah.
b. FaktorPresipitasi
Faktor presipitasi harga diri rendah antara lain:
1)

Trauma: penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan


peristiwa yang mengancam kehidupan.

2)

Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang


diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
a)

Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang


berkaitan dengan pertumbuhan.

b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau


berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
c)

Transisi peran sehat-sakit:sebagai akibat pergeseran dari


keadaan sehat dan keadaan sakit. Transisi ini dapat
dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh; perubahan ukuran,
bentuk, penampilan atau fungsi tubuh; perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal; prosedur
medis dan keperawatan.

B.

Tanda dan Gejala


Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip oleh Keliat (1992). Tanda
dan gejala yang ditemukan pada individu harga diri rendah :
1. Mengejek dan mengkritik diri sendiri.
2. Merendahkan atau mengurangi martabat.

3. Rasa bersalah dan khawatir.


4. Manifestasi fisik.
5. Menunda keputusan.
6. Gangguan berhubungan.
7. Menarik diri dari realitas.
8. Merusak diri.
9. Merusak atau melukai orang lain.
10. Penolakan terhadap kemampuan diri
11. Kurang memerhatikan perawatan diri
12. Tidak berani menatap lawan bicara
13. Lebih banyak menunduk
14. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
15. Pandangan hidup yang pesimistis
C.

Pohon Masalah

Isolasi sosial (menarik diri)

Harga diri rendah

Koping Individu Tidak Efektif

----------------- Akibat

--------------------------- Core Problem

----------------------- Penyebab

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) perilaku yang berhubungan


dengan harga diri rendah adalah mengkritik diri sendiri atau orang lain,
gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting berlebihan, perasaan tidak
mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung, atau berlebihan, perasaan takut
mengenal tubuhnya ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup
yang pesmis, keluhan, pandangan hidup yang berlebihan, penolakan
terhadap kemampuan sosial, perguruan dan menjauh diri secara sosial,
pengurungan diri, menaruh diri secara sosial, penyalahgunaan zat.

E.

Penatalaksanaan Medis
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa
ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi
yang dimaksudmeliputi :
1. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat
sebagai berikut:
a) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup
singkat
b) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil
c) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik
d)
e)
f)
g)
h)

untuk gejala positif maupun gejala negative skizofrenia


Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti
Tidak menyebabkan kantuk
Memperbaiki pola tidur
Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang

hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan


yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua
(atypical).Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang
termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine,
Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.
2. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama.(Maramis,2005,hal.231).
3. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang

dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).
4. Keperawatan
Biasanya

yang

dilakukan

yaitu Therapi

modalitas/perilaku

merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan


pada kemampuan dan kekurangan klien.Teknik perilaku menggunakan
latihan

keterampilan

sosial

untuk

meningkatkan

kemampuan

sosial.Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam


komunikasi interpersonal.Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya
memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan
yang nyata. (Kaplan dan Sadock,1998).
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok
stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan
therapy

aktivitas

kelompok

sosialisasi

(Keliat

dan

Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok


diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan
konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok
stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi
dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi

atau

alternatif

penyelesaian

masalah.(Keliat

dan

Akemat,2005).
F.

Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat,
tanggal pengkajian, nomor rekam medis
2. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor
biologis, factor psikologis, social budaya, dan factor genetic
3. Faktor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap
persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa

gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif,


kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress
pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas.
4. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social
dan spiritual
5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas
motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
6. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptive
7. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis.
8. Analisa data
a. Koping Individu Tidak Efektif
DS: - Klien memlih diam untuk menyelesaikan masalahnya
DO: - Klien suka menyendiri
Klien tampak pendiam
b. Harga diri rendah
DS: - Adanya ungkapan yang menegatifkan diri
- Mengatakan pandangan hidup yang pesimis
- Merasa tidak mampu melakukan sesuatu
- Mengeluh tidak mampu melakukan peran dan fungsi
sebagaimana mestinya
- Ungkapan

mengkritik

diri

sendiri,

menyalahgunakan diri sendiri


DO: - Kontak mata kurang, sering menunduk,
- Mudah marah dan tersinggung
- Menarik diri
- Menghindar dari orang lain
c. Isolasi sosial dengan menarik diri
DS: - Ungkapan yang terbatas ya tidak tahu

mengejek

dan

DO: - Tidak adanya kontak mata


- Selalu menundukkan kepala
- Berdiam diri di kamar
- Afek tumpul, menyendiri
- Menolak diajak berbincang-bincang
G.

Diagnosa Keperawatan
1. Koping Individu Tidak fektif
2. Harga diri rendah
3. Isolasi sosial

I.

PELAKSANAAN
Implementasi keperawatan merupakan realisasi dari intervensi dan
dilaksanakan berdasarkan intervensi keperawatan. Hal hal yang harus
diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah tindakan keperawatan
yang akan dilakukan implementasi pada klien dengan Harga Diri Rendah
kronis dilakukan secara interaksi dalam melaksanakan tindakan keperawatan,
perawat harus lebih dulu melakukan :
1. Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP).
2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

4. Klien dapat menetapkan atau merencanakan kegiatan sesuai dengan


kemampuan yang dimiliki.
5. Klien

dapat

melakukan

kegiatan

sesuai

kondisi

sakit

damn

kemampuannya.
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada dikeluarga. Hal ini
dimaksudkan agar tindakan keperawatan selanjutnya dapat dilanjutkan
(Gaffar L. J., 1997
J.

EVALUASI
Merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan yang
dilakukan secara terus-menerus terhadap respon klien. Evaluasi adalah hasil
yang dilihat dan perkembanagn persepsi klien, pertumbuhan perbandingan
perilakunya dengan kepribadian yang sehat.
Evaluasi dengan pendekatan SOAP :
S

: Respon subjektif klien terhadap keperawatan yang telah


dilaksanakan.

: Respon objektif klien terhadap keperawatan yang dilaksanakan

: Analisa

ulang

atas

data subjektif dan

objektif

untuk

menyimpulkan apakah masih tetap atau masuk giliran baru.


P

: Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada


respon klien.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC,
Jakarta
Dermawan & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Hawari, D. (2001).
Jakarta : EGC

Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.

Isaacs, Ann. (2009). Keperawatan Kesehatan Jiwa Dan Psikiatrik ( Edisi 3).
Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna dkk.1992.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC, Jakarta.
Maramis, W.F. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press
Stuart, G. W. dan Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Townsend, Mary C.1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikiatri: Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta :
EGC
Tim Pengembangan MPKP RSJ PROVINSI BALI. 2009. Pedoman Manajemen
Asuhan Keperawatan (7 Masalah Utama Keperawatan Jiwa)

Bangli, Mei 2015


Nama Pembimbing / CI

NIP

Nama Mahasiswa

I KADEK HENDRAJAYA
NIM. P07120213005

Nama Pembimbing / CT

Drs. I Dewa Made Ruspawan, S.Kp.,M.Biomed.


NIP.

Anda mungkin juga menyukai